1. Pengertian
Tetanus Generalisata
2. Etiologi
4. Patofisiologi
Tetanospamin terdiri dari protein yang bersifat toksin terhadap sel saraf.
Toksin ini diarbsopsi oleh endogen saraf di ujung saraf motorik dan diteruskan
melalui sel saraf sampai sel ganglion dan susunan saraf pusat. Bila telah mencapai
susunan saraf pusat dan terikat dengan sel saraf, toksin tersebut tidak dapat
dinetralkan lagi. Saraf yang terpotong atau bergenerasi, lambat menyerap toksin
sedangkan saraf sensorik sama sekali tidak menyerap toksin. Tanda dan gejala
yang muncul adalah kaku otot masseter yang mengakibatkan gangguan membuka
mulut (trismus), kaku kuduk, kaku leher dan kaku punggung yang mengakibatkan
opistotonus. Selain dinding otot perut menjadi kaku seperti papan, risus
sardonikus karena kaku otot wajah dan keadaan kekakuan ekstremitas. Penderita
sangat terganggu oleh gangguan menelan, keluhan konstipasi, nyeri kepala,
berkeringat sering dijumpai. Pada umumnya ditemukan demam serta
bertambahnya frekuensi nafas. Kejang otot merupakan kekakuan karena
hipertonus dan bersifat klonus dapat timbul karena hanya rangsangan yang lemah
seperti bunyi-bunyian dan cahaya. Selama sakit sensorium tidak terganggu
sehingga ia merasakan nyeri akibat kaku otot. Adapun komplikasi yang terjadi
adalah spasme otot faring, asfiksia, atelektasis, dan fraktur kompresi (Nelson,
1999 & Noer, 1996).
5. Patway
Terlampir
6. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
didapatkan peninggian tekanan cairan otak.
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Bersihkan port d entree (luka, caries, otitis) dengan larutan H2O2
3%
2) Anti Tetanus Serum (ATS) 1500 unit im
3) Toksoid Tetanus (TT) dengan memperhatikan status imunisasi
4) Penisilin Prokain (PP) 2-3 hari, 50.000 u/KgBB/hari
b. Pengobatan
1) Anti Tetanus Serum (ATS) 50.000 unit/hari selama 2 hari
berturut-turut, hari 1 diberikan dalam infus glukosa 5 % 100 ml.
Hari ke-2 diberikan intramuskuler, lanjutkan uji kulit/mata
sebelum pemberian.
2) Fenobarbital, dosis inisial 50 mg (umur < 1 tahun) dan 75 mg
(umur > 1 tahun), dilanjutkan dosis 5 mg/KgBB/hari dibagi dalam
6 dosis.
3) Diazepam, dosis 4 mg/KgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
4) Largaktil, dosis 4 mg/KgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
5) Kloralhidrat 5 % (bila kejang sukar diatasi), per rectal, dosis 50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
6) PP 50.000u/KgBB/hari, im, sampai 3 hari demam turun, satu
tempat suntikan tidak lebih dari 600.000 u
7) Diet tinggi kalori tinggi protein. Bila trismus, makan cair
diberikan melalui pipa nagogosatrik atau parenteral
8) Isolasi
9) Oksigen 2 Lpm
10) Berikan port d entree dengan larutan H2O2 3%
11) Toksoid Tetanus diberikan sesuai status imunisasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1 Bebaskan jalan nafas denganSecara anatomi posisi kepala ekstensi
mengatur posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi tetap
berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan caraRonchi menunjukkan adanya gangguan
auskultasi mendengarkan suara nafaspernafasan akibat atas cairan atau sekret
(adakah ronchi) tiap 2-4 jam sekali yang menutupi sebagian dari saluran
pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3 Bersihkan mulut dan saluran nafasSuction merupakan tindakan bantuan untuk
dari sekret dan lendir denganmengeluarkan sekret, sehingga
melakukan suction mempermudah proses respirasi
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jamDyspneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu pernafasan
(mekanical ventilation)
7 Kolaborasi dalam pemberian obatObat mukolitik dapat mengencerkan sekret
pengencer sekresi(mukolitik) yang kental sehingga mempermudah
pengeluaran dan memcegah kekentalan
No Intervensi Rasional
1 Monitor irama pernafasan danIndikasi adanya penyimpangan atau
respirati rate kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan dan
irama nafas.
2 . Atur posisi luruskan jalan nafas. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3 Observasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada
jaringan tubuh perifer
4 . Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu pernafasan
(mekanical ventilation).
7 Kolaborasi dalam pemeriksaanKompensasi tubuh terhadap gangguan
analisa gas darah. proses difusi dan perfusi jaringan dapat
NO Intervensi Rasional
1 . Atur suhu lingkungan yang nyaman. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
kondisi dan suhu tubuh individu sebagai
suatu proses adaptasi melalui proses
evaporasi dan konveksi.
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-gajala ke
arah syok exhaution
3 Berikan hidrasi atau minum ysngCairan-cairan membantu menyegarkan
cukup adequat badan dan merupakan kompresi badan dari
dalam
4 Lakukan tindakan teknik aseptik danPerawatan lukan mengeleminasi
antiseptik pada perawatan luka. kemungkinan toksin yang masih berada
. disekitar luka.
5 Berikan kompres dingin bila tidakKompres dingin merupakan salah satu cara
terjadi ekternal rangsangan kejang. untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
proses konduksi.
6 Laksanakan program pengobatanObat-obat antibakterial dapat mempunyai
antibiotik dan antipieretik spektrum lluas untuk mengobati bakteeerria
gram positif atau bakteria gram negatif.
Antipieretik bekerja sebagai proses
termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan labHasil pemeriksaan leukosit yang meningkat
leukosit. lebih dari 10.000 /mm3 mengindikasikan
adanya infeksi dan atau untuk mengikuti
perkembangan pengobatan yang
diprogramkan
Intervensi Rasional
1 Identifikasi dan hindari faktor pencetus Menghindari kemungkinan terjadinya
cedera akibat dari stimulus kejang
2 Tempatkan pasien pada tempat tidurMenurunkan kemungkinan adanya trauma
pada pasien yang memakai pengaman jika terjadi kejang
3 Sediakan disamping tempat tidurAntisipasi dini pertolongan kejang akan
tongue spatel mengurangi resiko yang dapat memperberat
kondisi klien
4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya benturan/trauma yang
memungkinkan terjadinya cedera fisik
5 Catat penyebab mulai terjadinyaPendokumentasian yang akurat, memudah-
kejang kan pengontrolan dan identifikasi kejang
4. Implementasi Keperawatan
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang
telah anda lakukan tidakan pada pasien.
5. Evaluasi