A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
paroksimal dan diikuti kejang otot seluruh tubuh (Murwani, 2009 : 119).
paroksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot
ini tampak pada otot maseter dan otot-otot rangka (Batticaca, 2008 : 126).
2. Etiologi
5
2
spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf tepi
setempat.
Basil ini bila kondisinya baik (di dalam tubuh manusia) akan
3. Manifestasi klinis
kuman (port d’entre) dengan SSP. Semakin dekat luka dengan SSP
ditelapak kaki dan leher bila sama-sama terserang hasil tetanus, yang
anterior)
h. Asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot, retensi urin bahkan dapat
4. Pathofisiologi
kebanyakan luka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca,
terkena kaleng atau luka yang menjadi kotor, karena terjatuh ditempat
yang kotor dan terluka atau kecelakaan dan timbul luka yang tertutup
debu/kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka. Luka yang
dikorek dengan benda yang kotor. Masa inkubasi tetanus berkisar antara
2-14 hari. Prognosis penyakit ini sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media
jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan
oleh antitoksin spesifik. Tetapi toksin yang bebas dalam peredaran darah
4
5. Pathways
Toksin diabsorpsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu silindrik ke
SSP
Tetanus
Penekanan area
fokal kortikal rangsangan suara, sentuhan, cahaya peningkatan
permeabilitas
kesulitan membuka kejang rangsang darah / otak
mulut (trismus)
perubahan mobilitas
sulit menelan fisik
proses inflamasi di jaringan otak,
perubahan tingkat kesadaran
Hambatan perubahan frekuensi nadi
mobilitas
intake nutrisi tidak fisik
adekuat Penurunan tingkat
kesadaran, penurunan
perfusi jaringan otak
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Resiko
kebutuhan tubuh
cidera
6
(Muttaqin, 2011).
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
booster dose (untuk balita). Jika terjadi luka lagi, booster ulang.
test terlebih dahulu. Jika pada lokasi skin test tidak terjadi
b. Penatalaksanaan Keperawatan
8. Komplikasi
dengan sedatif.
9. Fokus Pengkajian
meliputi:
a. Anamnesia.
d. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual.
e. Pemeriksaan Fisik.
1) B1 (breathing)
menurun.
2) B2 (blood)
3) B3(brain)
mulut ikan (ini adalah gejala yang khas pada tetanus). Saraf VII :
simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikula,
4) B4 (bladder)
10
5) B5 (bowel)
6) B6 (bone)
2008:221-224).
Intervensi :
11
neuromuskular.
Intervensi :
pilihan intervensi.
dekubitus.
integritas kulit
12
primer.
Intervensi :
1) Monitor kejang pada kaki, mulut dan otot - otot muka lainnya.
B. Resume Kasus
1. Pengkajian
pasien, keluarga dan rekam medis. Pada pasien nama Tn.S, umur 50 tahun,
Soko, Miri, Sragen, Jawa Tengah, hubungan dengan pasien Istri pasien.
13
Tetanus.
terkena garu sekitar 2 minggu yang lalu, setelah itu sama keluarga diberi
obat tetapi lupa namanya dan pasien merasa sudah sembuh. Kemudian
pada tanggal 26 Maret 2016 jam 00.00 WIB pasien tidak bisa membuka
mulut, pasien juga mengatakan badannya kaku, lalu oleh keluarga dibawa
Moewardi, pasien masuk lewat IGD jam 02.00 WIB, di IGD pasien
tetanus grade II. Pasien tampak lemas dan sulit membuka mulut saat dikaji,
pasien juga terlihat kejang. Riwayat penyakit keluarga pasien dan keluarga
suhu 36,7 C, respiratori rate 24x/menit, berat badan 50 kg, tinggi badan 158
14
kg. Wajah tampak menahan nyeri saat kejang. Mulut mukosa bibir kering,
tidak ada luka, tidak terlihat benjolan, auskultasi: bising usus terdengar
10x/menit, perkusi : tympani, palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
lepas dan nyeri tekan, perut terasa kaku. Ekstremitas atas : lengkap, tidak
ada kelainan, terpasang infus RL 20 tetes per menit ditangan kiri sejak
tanggal 27 maret 2016 dan terpasang infus drip aminofluid sejak tanggal 29
maret 2016, tidak ada edema, tidak ada kelainan, bawah : lengkap, tidak
ada kelainan.
dengan sayur dan lauk pauk, makan habis 1 porsi, selama sakit: pasien
Antropometri (A) : Berat badan 50 kg, tinggi badan: 158 kg, Indeks Masa
Tubuh (IMT) : 20, Biokimia (B) : Albumin 3,3 g/dl, Clinical (C) :
rate : 24x/menit, suhu : 36,7 C, Diit (D) : diet cair 1500 kkal. Pola gerak,
sakit : pasien mengatakan tidak bisa bergerak karena badannya terasa kaku,
secara mandiri tanpa bantuan orang lain, selama sakit : pasien mengatakan
Albumin 3,3 g/dl (3,5-5,2 g/dl), leukosit 3,9 ribu/ul (4.5-11.0 ribu/ul).
metronidazole 500 mg/8 jam, injeksi (Antitetanus Serum) ATS 20000 unit,
infus D5% drip 2 ampul diazepam 20 tetes per menit, injeksi ATS 10000
pasien mengatakan tidak bisa bergerak karena badannya terasa kaku, pasien
dibantu oleh keluarga, data obyektif : seluruh badan terlihat kaku, pasien
diet cair 1500 kkal, mulut trismus 3 cm, ekstremitas atas sebelah kiri
terpasang D5% drip aminofluid 20 tetes per menit bergantian dengan infus
D5% drip 1 ampul diazepam, tonus otot tangan kanan dan kiri 3, kaki
2016 adalah kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya
memberikan injeksi sesuai advis dokter yaitu injeksi ATS 10000 unit,
pemberian aminofluid.
neuromuskular.
maret 2016 adalah review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi,
tanda vital, mengganti seprei pasien dengan yang bersih, kaji tingkat
primer.
19
total.
kepala pasien tampak terlalu miring, pasien tampak masih sering kejang