Disusun Oleh :
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih Kepada; Seluruh Kelompok yang
telah membantu menyelesaikan Tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan
Pendahuluan dan ASKEP Ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurnaan ,karena
keterbatasan kemampuan penulisan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan
terbuka, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Harapan penulis semonga Laporan Pendahuluan dan ASKEP ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik bagi penulis sendiri, maupun bagi pembaca di kemudian hari.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus merupakan maslaah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat
mortalitas yang berkisaran dari 6 % hingga 60 % ( WHO, 2011 ).
Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke world healt
organizasion ( WHO ). Sekitar 76 negara, yang termasuk didalamnya Negara yang
beresiko tinggi, tidak memiliki data serta sering kali tidak memiliki informasi yang
lengkap. Hasil survey menyatakan bahwa hanya sekitar 3 % tetanus neonatorium yang
dilaporkan ( twaites & farrar, 2003 ).
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak ( pusponegoro, dkk. 2004 ).
Meskipun insidensitetanus saat ini sudah menurun, namun kisaran
tertinggi angka kematian dapatmencapai angka 60%. Selain itu, meskipun
angka kejadiannya telah menurunsetiap tahunnya, namun penyakit ini masih
belum dapat dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan
secara luas di seluruh dunia.Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut
mengenai penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka
kematian penderitatetanus,khususnya pada anak (Depkes, 2008).
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi system urat saraf dan oto. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu
tetanus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( lockjaw ), spasme oto
umum melengkungnya punggung ( oppistotonus ), spasme glottal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan ( Muttaqim, Arif 2012 ).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi system urat saraf dan oto. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu
tetanus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( lockjaw ), spasme oto
umum melengkungnya punggung ( oppistotonus ), spasme glottal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan ( Muttaqim, Arif 2012 ).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot – otot rangka. (
B. Etiologi
Tetanus disebabkan neurotoksin ( tetanospasim ) dari bakteri gram positif anaerob,
clostridium tetani, dengan mula – mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora
kedalam darah tubuh yang mengalami cedera ( periode inkubasi ). Penyakit ini merupakan 1
dari 4 penyakit penting yang manifestasiklinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan
eksotoksin ( tetanus, gas ganggren, difteri, botulisme ). Tempat masuknya kuman penyakit ini
bias berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan local,
tertanamnya benda asing, atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil
atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang
berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetative.
Selanjutnya toksin akan diproduksi dan menyebar keseluruh bagian tubuh melalui peredaran
darah dan system limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada tempat – tempat tertentu
seperti pusat system saraf termasuk otak.
Gejala klonis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan memblok
pelepasan ari neurotransmitter sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkonrol. Akibat
dari tetanus adalah rigid paralysis ( kehilangan kemampuan untuk bergerak ) pada voluntary
muscle (otot yang geraknya dapat dikontrol ), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama
kali muncul pada otot rahang an wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan
pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi ( martinko JM, dkk 2012 ).
C. Maifestasi Klinis
1. Spasme dan kaku oto rahang ( massester ) menyebabkan kesukaran membuka mulut
( trismus )
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku
3. Tetanik seizures ( nyeri, kontaksi otot yang kuat )
4. Iritabilitas
5. Demam
D. Pathways
Faktor predisposisi ( luka tusuk, luka bakar, luka tembak dan luka tusukan gigi )
TETANUS
k Hipertermia
Otot mastikatorius otot-otot erector pada
Batang tubuh Otot pernafasan dan laring
k
Trismus k
kaku kuduk penurunan kemampuan batuk
a
Sulit menelan Gangguan mobilitas fisik penumpukan sekret
Defisisit nutrisi
E. Data diagnostic
1. EKG : interval CT memanjang karena segment ST. bentuk takikardi
ventrikuler
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau, 1,2 – 1,5 mmol/L atau lebih rendah
kadar fosfat dalam serum meningkat
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukan klasifikasi
4. Pemeriksaan laboratorium
Kultur luka ( mungkin negative )
Test tetanus anti bodi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lain meliputi hidrasi, untuk mengontrol kehilangan cairan yang tak
Nampak dan kehilangan cairan yang lain, yang mungkin signifikan; kecukupan
kebutuhan gizi yang meningkat dengan pemberian enternal maupun parenteral;
fisioterapi untuk mencegah konraktur dan dan pemberian heparin dan anti koagulan,
yang lain untuk mencegah emboli paru, fungsi ginjal kandung kemih dan saluran
cerna harus dimonitor. Pendarahan gastrointestinal dan ulkus decubitus harus dicegah
dan infeksi sekunder harus diatasi.
Vaksinasi
Pasien yang sembuh dari tetanus hendaknya secara aktif diimunisasi karena imunitas
tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah kecil yang menyebabkan tetanus