Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TETANUS


Ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan kritis
Dosen Pengampu : Ns. Sadaukur B., M.Kep

Disusun Oleh :

Assyani Nur safitri ( C.0105.19.002 )


Haris Nuryana ( C.0105.19.010 )
Nurlaela ( C.0105.19.017 )
Siti Maesyaroh K ( C.0105.19.022 )
Siti Ruwinda ( C.0105.19.023 )
Vicky Febrian ( C.0105.19.026 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TK 3A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya,sehingga penyusunan laporan pendahuluan ASKEP ini dapat terselesaikan.
Laporan pendahuluan dan ASKEP ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan kritis. Selama penulisan Laporan Pendahuluan dan ASKEP ini tentunya penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing
penulis demi terselesaikan penulisan Laporan Pendahuluan dan ASKEP ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih Kepada; Seluruh Kelompok yang
telah membantu menyelesaikan Tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan
Pendahuluan dan ASKEP Ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurnaan ,karena
keterbatasan kemampuan penulisan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan
terbuka, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Harapan penulis semonga Laporan Pendahuluan dan ASKEP ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik bagi penulis sendiri, maupun bagi pembaca di kemudian hari.

Cimahi, 13 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus merupakan maslaah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat
mortalitas yang berkisaran dari 6 % hingga 60 % ( WHO, 2011 ).
Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke world healt
organizasion ( WHO ). Sekitar 76 negara, yang termasuk didalamnya Negara yang
beresiko tinggi, tidak memiliki data serta sering kali tidak memiliki informasi yang
lengkap. Hasil survey menyatakan bahwa hanya sekitar 3 % tetanus neonatorium yang
dilaporkan ( twaites & farrar, 2003 ).
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak ( pusponegoro, dkk. 2004 ).
Meskipun insidensitetanus saat ini sudah menurun, namun kisaran
tertinggi angka kematian dapatmencapai angka 60%. Selain itu, meskipun
angka kejadiannya telah menurunsetiap tahunnya, namun penyakit ini masih
belum dapat dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan
secara luas di seluruh dunia.Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut
mengenai penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka
kematian penderitatetanus,khususnya pada anak (Depkes, 2008).
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi system urat saraf dan oto. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu
tetanus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( lockjaw ), spasme oto
umum melengkungnya punggung ( oppistotonus ), spasme glottal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan ( Muttaqim, Arif 2012 ).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi system urat saraf dan oto. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu
tetanus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( lockjaw ), spasme oto
umum melengkungnya punggung ( oppistotonus ), spasme glottal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan ( Muttaqim, Arif 2012 ).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot – otot rangka. (
B. Etiologi
Tetanus disebabkan neurotoksin ( tetanospasim ) dari bakteri gram positif anaerob,
clostridium tetani, dengan mula – mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora
kedalam darah tubuh yang mengalami cedera ( periode inkubasi ). Penyakit ini merupakan 1
dari 4 penyakit penting yang manifestasiklinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan
eksotoksin ( tetanus, gas ganggren, difteri, botulisme ). Tempat masuknya kuman penyakit ini
bias berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan local,
tertanamnya benda asing, atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil
atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang
berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetative.
Selanjutnya toksin akan diproduksi dan menyebar keseluruh bagian tubuh melalui peredaran
darah dan system limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada tempat – tempat tertentu
seperti pusat system saraf termasuk otak.
Gejala klonis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan memblok
pelepasan ari neurotransmitter sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkonrol. Akibat
dari tetanus adalah rigid paralysis ( kehilangan kemampuan untuk bergerak ) pada voluntary
muscle (otot yang geraknya dapat dikontrol ), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama
kali muncul pada otot rahang an wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan
pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi ( martinko JM, dkk 2012 ).
C. Maifestasi Klinis

Tanda dan gejala psoriasis vulgaris ( kurnia, 2017 )

1. Spasme dan kaku oto rahang ( massester ) menyebabkan kesukaran membuka mulut
( trismus )
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku
3. Tetanik seizures ( nyeri, kontaksi otot yang kuat )
4. Iritabilitas
5. Demam
D. Pathways
Faktor predisposisi ( luka tusuk, luka bakar, luka tembak dan luka tusukan gigi )

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh dan berfoliferasi

Clostridium tetanus mengeluarkan toksisk yang bersifat neurotoksik

TETANUS

Nempel pada cerebral Respon inflamasi


pada
k
Jaringan kotak
a
kekakuan dan kejang otot

Suhu tubuh meningkat

k Hipertermia
Otot mastikatorius otot-otot erector pada
Batang tubuh Otot pernafasan dan laring
k
Trismus k
kaku kuduk penurunan kemampuan batuk
a
Sulit menelan Gangguan mobilitas fisik penumpukan sekret

Intake nutrisi tidak adekuat Bersihan jalan naafs tidak efektif

Defisisit nutrisi
E. Data diagnostic
1. EKG : interval CT memanjang karena segment ST. bentuk takikardi
ventrikuler
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau, 1,2 – 1,5 mmol/L atau lebih rendah
kadar fosfat dalam serum meningkat
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukan klasifikasi
4. Pemeriksaan laboratorium
Kultur luka ( mungkin negative )
Test tetanus anti bodi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lain meliputi hidrasi, untuk mengontrol kehilangan cairan yang tak
Nampak dan kehilangan cairan yang lain, yang mungkin signifikan; kecukupan
kebutuhan gizi yang meningkat dengan pemberian enternal maupun parenteral;
fisioterapi untuk mencegah konraktur dan dan pemberian heparin dan anti koagulan,
yang lain untuk mencegah emboli paru, fungsi ginjal kandung kemih dan saluran
cerna harus dimonitor. Pendarahan gastrointestinal dan ulkus decubitus harus dicegah
dan infeksi sekunder harus diatasi.

Vaksinasi
Pasien yang sembuh dari tetanus hendaknya secara aktif diimunisasi karena imunitas
tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah kecil yang menyebabkan tetanus

Farmakologi obat –obatan yang biasa dipakai oleh pasien tetanus


- Diazepam
Dipergunakan untuk spasme tetanik dan kejang tetanik
Penatalaksanaan luka
Penatalaksanaan luka yang baik membutuhkan pertimbangan akan perlunya :
1. Imunisasi pasif dengan TIG
2. Imunisasi aktif dengan vaksin, terutama untuk individu di atas 7 tahun. Dosis TIG
sebagai imunisasi pasif pada individu dengan luka drajat sedang adalah 250 unit
intramuskuler yang menghasilkan kadar anti bodi serum protektif paling sedikit 4
sampai 6 minggu; dosis yang tepat untuk TAT, suatu produk yang berasal dari
kuda adalah 3000 sampai 6000 unit. Vaksin dan TAT hendaknya diberikan pada
tempat yang terpisah dengan spuit injeksi yang berbeda
G. Proses keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no register, diagnose medis
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien atau orangtua membawa pertolongan untuk
kesehatan yaitu panas, kejang dan penurunan tingkatan kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit tetanus disebabkan oleh luka, biasanya klien yang terkena penyakit
tetanus sering menimbulkan panas dan kejang an harus diberikan tindakan
untuk mengurangi kejang
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang diberikan klien yang
menyelamatkan tubuh terluka dan luka tertusuk dan dapat luka yang kotor
kemudian menjadi infeksi
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sambungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien/keluarga terhadap
penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan penderita
penyakit tetanus
b. Pola nutrisi dan metabolism
Pola nutrisi dan metabolism berisi kebiasaan klien dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi sebelum sakit sampai dengan sakit saat ini, meliputi
jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, frekuensi makan, porsi
makan yang dihabiskan, makanan yang disukai, alergi makanan, dan
pantangan makanan
c. Pola eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar ( BAB ) pada klien tetanus
terdapat kesulitan karena adanya ada otot – otot yang sulit untuk BAB.
Sedangkan pada eliminasi buang air kecil ( BAK ) akan dijumpai
jumlah urin tidak terlalu banyak baik secara frekuensi maupun
volumenya dan sering klien menggunakan cateter.
d. Pola tidur dan istirahat
Berisi kualitas dan kuantitas istirahat tidur pasien sebelum sakit sampai
sakit saat ini. Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan
yang berdampak pada gangguan tidur ( insomnia )
e. Pola aktivitas
Pola klien dengan tetanus gejala yang ditimbulkan antara lain
penurunan kekuatan otot
f. Nilai dan keyakinan
Gambaran klien tetanus tentang penyakit yang dideritanya menurut
agama dan kepercayaannya, kecemasan dan pikiran akan kesembuhan,
tujuan dan harapan akan sakitnya.
8. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, dan tanda – tanda vital
2. Kepala
Tujuan : mengetahui bentuk, fungsi kepala dan adanya kelainan di
kepala
Inspeksi : bentuk, kesimetrisan kepala, ada atau tidaknya lesi,
kebersihan rambut, dan warna rambut
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut
3. Mata
Tujuan : mengetahui bentuk, fungsi mata dan adanya kelainan pada
mata
Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
bola mata, konjungtiva, dan sclera ( anemis/ikterik ), penggunaan
kacamata/lensa kontak dan respon terhadap cahaya.
4. Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk, fungsi hidung, menentukan
kesimeyrisan, struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Inspeksi : bentuk, ukuran, dan warna kesimetrisan, adanya kemerahan,
lesi dan tanda infeksi pada hidung internal
Palpasi dan perkusi : frontalis dan maksilaris ( bengkak, nyeri dan
septumdeviasi )
5. Telinga
Tujuan : mengetahui keadaan telinga luar, canalis bersih atau tidak,
gendang telinga, adanya pembesaran daun telinga atau tidak
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, posisi telinga,
warna, liang telinga ( cerumen/ tanda – tanda infeksi ) dan penggunaan
alat bantu dengar
Palpasi : adanya nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
6. Mulut dan gigi
Tujuan : mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan kebersihan
mulut
Inspeksi : warna mukosa mulut, adanya lesi dan stomatitis, adanya
pembengkakan atau tidak
7. Leher
Tujuan : untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui
bentuk leher, dan ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid
Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid : adanya pembesaran konstitensi
nyeri,
8. Thorax dan paru
 Thorax
Palpasi : simetris, pergerakan dada, massa, lesi dan nyeri
tractile, fremituse
 Paru
Perkusi : eksrusi diafragma ( konstitusi dan bandingkan satu
sisi dengan sisi yang lain pada tinggi yang sama dengan
berjenjang sisi ke sisi )
Auskultasi : suara nafas
9. Abdomen
Tujuan : mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan gerakan
peristaltic usus, dan mengetahui ada/tidak nyeri tekan dan benjolan
dalam perut
Inspeksi : warna kulit, lesi distensi, tonjolan, kelainan umbilicus, dan
gerakan dinding perut
Auskultasi : suara usus,
Perkusi : disemua kuadran
10. Genetalia
Tujuan : mengetahui organ dalam kondisi normal dalam genetalia
Inspeksi : mukosa kulit genetalia, adanya edema
Palpasi : letak, ukuran, konsistensi dan massa
11. Musculoskeletal
System saraf, kekuatan otot, reflex, keseimbangan, dan kondisi
kejiwaan adalah tes yang termasuk dalam pemeriksaan neurologis
12. Integument
Turgor kulit menurun, adanya luka yang kemerahan karna infeksi luka,
kelembaban dan suhu kulit didaerah sekitar
13. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
1. EKG : interval CT memanjang karena segment ST. bentuk
takikardi ventrikuler
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau, 1,2 – 1,5 mmol/L atau
lebih rendah kadar fosfat dalam serum meningkat
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada
jaringan subkutan atau basas ganglia otak menunjukan
klasifikasi
4. Pemeriksaan laboratorium
Kultur luka ( mungkin negative )
Test tetanus anti bodi
B. Diagnosa keperawatan
1. Deficit nutrisi b.d reflek menelan menurun
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan otot
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
4. Hipertermia b.d suhu tubuh meningkat
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan/kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi - mengidentifkasi
nutrisi tindakan - Identifkasi status nutrisi
keperawatan status nutrisi - mengidentifikasi
selama 3x24 jam - Identifikasi makanan yang
diharapkan deficit makanan disukai
nutrisi meningkat yang disukai - Memonitor
dengan kriteria - Monitor berat badan
hasil : berat badan
- Kekuatan - Berikan - memberikan
mengunyah makanan makanan yang
meningkat yang tinggi tinggi kalori
- Porsi kalori - Memonitor
makan - Monitor asupan makanan
yang asupan - memberikan
dihabiskan makanan makanan yang
meningkat - Berikan tinggi serat
- Kekuatan makanan untuk mencegah
menelan yang tinggi konstipasi
meningkat serat untuk
mencegah
 konstipasi
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Dukungan mobilisasi
mobilitas tindakan mobilisasi - Memonitor
fisik keperawatan - Monitor frekuensi
selama 3x24 jam frekuensi jantung dan
diharapkan jantung dan tekanan darah
mobilitas fisik tekanan sebelum
kembali darah mobilisasi
meningkat dengan sebelum - mengidentifikasi
keriteria hasil : mobilisasi toleransi fisik
- pergerakan - Identifikasi melakukan
ekstremitas toleransi pergerakan
meningkat fisik - Memonitor
- kekuatan melakukan kondisi umum
otot pergerakan sesama
meningkat - Memonitor mobilisasi
- kaku sendi kondisi - Menjelaskan
menurun umum tujuan dan
sesama prosedur
mobilisasi mobilisasi
- Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi

3. Bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan Manajemen jalan nafas


jalan nafas tindakan nafas - Memonitor pola
tidak efektif keperawatan - Monitor nafas (
selama 3x24 jam pola nafas ( frekuensi,
secret/sputum frekuensi, kedalaman,
menurun dengan kedalaman, usaha nafas )
kriteria hasil : usaha nafas - Memonitor
- Produksi ) bunyi nafas
sputum - Monitor tambahan ( mis.
menurun bunyi nafas Wheezing,
- Wheezing tambahan ( gurgling, mengi,
menurun mis. ronkhi kering )
Wheezing,
- Dispneu gurgling, - Memonitor
menurun mengi, sputum (
ronkhi jumlah, warna,
kering ) bau )
- Monitor - Lakukan
sputum ( fisioterapi dada
jumlah, - Berikan air
warna, bau ) minum hangat
- Lakukan - Posisikan semi
fisioterapi fowler atau
dada fowler
- Berikan air
minum
hangat
- Posisikan
semi fowler
atau fowler
4. Hipertermia Setelah dilakukan Regulasi Regulasi temperature
tindakan temperature - Memonitor suhu
keperawtan selama - Monitor tubuh setiap dua
3x24 jam suhu suhu tubuh jam
tubuh menurun setiap dua - Memonitor
dengan kriteria jam tekanan darah,
hasil : - Monitor frekuensi
- tekanan pernafasan dan
darah, nadi
frekuensi - Memonitor dan
pernafasan catat tanda dan
dan nadi gejala
- Monitor dan hipertermia
catat tanda - Tingkatkan
dan gejala asupan cairan
hipertermia dan nutrisi
- Tingkatkan - Kolaborasi
asupan pemberian
cairan dan antipiretik
nutrisi
- Kolaborasi
pemberian
antipiretik

Anda mungkin juga menyukai