Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


KESEIMBANGAN SUHU TUBUH (HIPERTERMIA)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar Profesi

Oleh: Kel 3
Anggota :
 Dandi dwi pamungkas  Mia mayangtini
 Deis rimayanti  Muhammad rijal
 Devina habibah al-azmi  M taufik faturahman
 Egi giantoro  Nadia syifa nurjanah
 Fitriani widia  Rina maryam
 Ihsan ma’ruf ramdani  Siti ruwinda
 Tiara marsanda

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, tauhid dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

“Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Keseimbangan Suhu

Tubuh (Hipertermia)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Ilmu Keperawatan Dasar II.

Melalui usaha dan doa yang selalu menyertai penulis, serta bantuan moril

maupun materi yang menunjang bagi penulis untuk menyelesaikan tugas laporan pendahuan

ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ns. Murniati..,

M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar Profesi telah membimbing

penulis dalam penyelesaiantugas laporan pendahuluan ini.

Dengan terbatasnya pengetahuan, kemampuan dan waktu, penulis menyadari

bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna baik materi maupun penyajiannya.

Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

dalam pembuatan laporan pendahuluan selanjutnya.

Demikian dalam pembuatan laporan pendahuluan, penulis berharap semoga

laporan pendahuluan dapat memberi manfaat bagi semua pihak Terimakasih.

Cimahi, agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv

A. KONSEP GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU

TUBUH (HIPERTERMIA).......................................................................................................1

1. Definisi............................................................................................................................1

2. Etiologi............................................................................................................................2

3. Klasifikasi.......................................................................................................................3

4. Manifestasi Klinik...........................................................................................................6

5. Patofisiologi....................................................................................................................7

6. Pathway...........................................................................................................................9

7. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9

8. Komplikasi....................................................................................................................10

9. Penatalaksanaan............................................................................................................11

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................11

1. Pengkajian.....................................................................................................................11

2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................15

3. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................................15

4. Implementasi Keperawatan...........................................................................................17

5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................................18
ii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

Table 1 Analisa Data...............................................................................................................14

Table 2 Rencana Keperawatan.................................................................................................15

iv
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN
SUHU TUBUH (HIPERTERMIA)

A. KONSEP GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU

TUBUH (HIPERTERMIA)

1. Definisi

Ketidakseimbangan suhu tubuh merupakan kegagalan mempertahankan suhu

tubuh dalam parameter normal yang dapatmengganggu kesehatan (NANDA, 2015).

Ketidakseimbangan suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu Hipertermia dan

Hipotermia.Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnalkarena

kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana

seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara

terus- menerus lebih tinggi dari 37 C (peroral) atau 38.8 C (perrektal)karena

peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.

Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal karena kegagalan

regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi dapat disebabkan karena berbagai hal seperti

karena inflamasi,suatu penyakit, Trauma, Dehidrasi dan lain sebagianya. Pada hipertemi

masalah yang muncul adalah ketidakseimbangan suhu tubuh, yaitu tubuh melebihi dari

rentang normal > 37,5 C. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal. oral ataupun aksila

dengan perbedaan kurang lebih 0,5-0,6 C.

1
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,5

C. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kegagalan pada sistem yang mengatur

pendinginan suhu tubuh. Akibatnya, muncul keluhan mulai dari kram otot, gangguan

otak, hingga gangguan sistem saraf.

Hipetermi adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal akibat peningkatan

pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar deman adalah akibat dari

perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang

ditandai adanya deman dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam juga

berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik

dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Fadli & Hasan, 2018).

2. Etiologi

Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik

yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek

perangsangan terhadap pusat pengaturan suhusehingga menyebabkan demam yang

disebut pirogen. Zat pirogen inidapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain.

Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang

dihasilkandari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selamakeadaan

sakit (Hidayat & Uliyah, 2016).

Faktor penyebabnya:

a) Dehidrasi Penyakit atau trauma

b) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

c) Pakaian yang tidak layak

d) Kecepatan metabolisme meningkat.

e) Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas(jangka panjang)

f) Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012).

2
3. Klasifikasi

Hipertermia dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas.

1) Hipertemia Maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatananesthesia.

Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi genyang diturunkan secara

autosomal dominan. Pada episode akutterjadi peningkatan kalsium intraselular

dalam otot rangkasehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat

pengatursuhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak

bemanfaat.

2) Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja

yangmelakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.

Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihanfisik terutama bila

dilakukan pada suhu 30 C atau lebih dengankelembaban lebih dari 90%,

pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan

pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap

keringat.

3) Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkanhipertermia lebih

jarang dijumpai pada anak dibandingkandengan pada dewasa. Kelainan

endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain

hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma,insufisiensi adrenal

dan Ethiocolanolone suatu steroid yangdiketahui sering berhubungan dengan

demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

3
b) Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas

1) Hipertermia neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan

ketigakehidupan bisa disebabkan oleh:

 Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan

atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini

merupakan penyebab kenaikan suhuketiga setelah infeksi dan trauma lahir.

Sebaiknya dibedakanantara kenaikan suhu karena hipertermia dengan

infeksi.Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda laindari

infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi,tidak berespon

baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko

infeksi.

 Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau

bayiterpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

 Trauma Lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada

24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akanmenurun pada1-3 hari

tapi bisa juga menetap danmenimbulkan komplikasi berupa kejang.

Tatalaksana dasarhipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu

bayisecara cepat dengan melepas semua baju bayi danmemindahkan bayi

ke tempat dengan suhu ruangan. Jikasuhu tubuh bayi lebih dari 39 C

dilakukan tepidsponged 35 C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37 C.

4
 Heart stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5 C atau sedikit

lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,

takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran

cerna terjadi mual,muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara

lainDIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagalginjal, dan

perubahan gambaran EKG. Anak denganserangan heat stroke harus

mendapatkan perawatan intensifdi ICU, suhu tubuh segera diturunkan

(melepas baju dansponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5

C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus

dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan

metabolic yang ada.

 Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak adariwayat

penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dansuhu udara luar yang

tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau

pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak

adalahantara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besarusia < 1

tahun dengan median usia 5 bulan).

 Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan)

yangmendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang

mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akutdengan febris ringan

yang tidak fatal. Hipertermia didugakuat berhubungan dengan SIDS.

4.

5
4. Manifestasi Klinik

a) Apnea

Apnea atau henti napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses

pernafasan dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau duamenit) tetapi

dapat juga terjadi dalam jangka panjang.

b) Gelisah

c) Hipotensi

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebihrendah

dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darahrendah.

d) Kulit kemerahan

e) Kulit terasa hangat

f) Postur Abnormal

g) Takikardia.

Takikardia adalah kondisi di mana detak jantung seseorangdi atas normal

dalam kondisi beristirahat. Detak jantung orang dewasasehat adalah 60 sampai

100 kali per menit saat istirahat.

h) Takipnea

Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal,

biasanya didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit.

i) Vasodilatasi (NANDA, 2015).

6
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Suhu tubuh diatas nilia
normal

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

(SDKI. 2016)

5. Patofisiologi

Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari

oksigenmaupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau

toksik, pirogenendogen adalah polipeptida yangdihasilkan oleh jenis sel penjamu

terutama monosit, makrofag, pirogenmemasuki sirkulasi dan menyebabkandemam

pada tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau

demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit,

padahalcairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme diotak untukmenjaga

keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan

cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh

darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior

membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit

mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan

7
termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh (Siswantara,

2013).

Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan umpan balik.

Agar mekanisme umpan balik dapat berlangsung harustersedia pendetektor suhu.

Area utama dalam otak yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh terdiri dari

nukleus preoptik dan nukleus hipotalamik anterior hipotalamus. Apabila area preoptik

dipanaskan,kulit diseluruh tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat

dandalam waktu yang sama pembuluh darah kulit sangat berdilatasi. Hal ini

merupakan reaksi cepat yang menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian

membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Di samping itu, pembentukan

panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu area preoptik dari hipotalamus

berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh (Siswantara, 2013).

Menggigil merupakan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh malalui

beberapa cara :

a) Meningkatkan kecepatan pembentukan panas

b) Menhambat proses berkeringat

c) Meningkatkan vasokonstriksi kulit

Reseptor suhu tubuh bagian dalam terutama di medulla spinalis, di

organdalam abdomen, dan sekitar vena-vena besar. Reseptor kulit maupunreseptor

tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia.

8
6. Pathway

Agen infeksius

Terjadinya pemecahan pada jaringan


monosit/ makrofak

Aksi antiseptic dan peningkatan


evaporasi

Mempengaruhi hipotalamus intirior


Kuman melepaskan enduktusin

Merangsang tubuh mengeluarkan zat


pyrogen dan leukosit

Peningkatan suhu tubuh/ Hipertermi

7. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan darah lengkap: mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko

infeksi.

b) Pemeriksaan urine

c) Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien

thypoid. Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody .Aglutinin yang

spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serumklien dengan typhoid juga

terdapat pada orang yang pernah divaksinasi .Tujuan dari uji widal ini adalah

9
untuk menentukan adanya aglutinindalam serum klien yang disangka menderita

typhoid .

d) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)

e) Uji tourniquet (Siswantara, 2013)..

8. Komplikasi

a) Stupor

Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri (Isnayani, 2013).

b) Letargi

Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan

pemusatan perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga sering kali dipakai untuk

menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun

kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan tertidur kembali.

c) Kejang

Kejang adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak

terkendali. Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyal-

sinyal listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau

terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa

terkendali.

d) Koma

Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan

tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkanoleh

menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti

cedera otak parah, keracunan alkohol, atau infeksi otak (Isnayani, 2013).

10
9. Penatalaksanaan

a) Penatalaksanaan Medis

Berikan Obat penurun panas (antipiretik) seperti Paracetamol (Siswantara,

2013). Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu

di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin

dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus

direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas

diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas.

b) Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitua.

1. Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam

2. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan

3. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan

4. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak

yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.

5. Berikan cairan melalui oral, minum sebanyak-banyaknya

6. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang

7. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak.lipat paha.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien

yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan.

11
a) Biodata

Terdiri dari Nama, Tempat tanggal lahir, Umur, Jeniskelamin, Tanggal

Mrs, Tanggal dikaji, No. Cm, No. Reg., penanggung jawab.

b) Keluhan Utama

Biasanya klien hipertemi sering mengalami dehidrasi.

c) Riwayat Kesehatan

 Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada keluhan

utama.

 Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan

penyakit yang dialami saat ini.

 Riwayat psikososial dan spiritual

- Riwayat Psikososial

1) Pada klien yang mengalami hipertermi akan timbul kecemasan.

2) Aspek Sosial Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi

gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain.

- Aspek Spiritual

1) Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah karena

klien harus menjalani ibadah, namun ada klien yang cenderung lebih

mendekatkan diri pada Tuhan dan begitu sebaliknya menyalahkan

Tuhanakan penyakityang dideritanya.

12
 Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola aktivitas

Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan

oleh hipertermi.

2) Pola istirahat

Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi.

3) Pola kebersihan diri

Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan

penyakityangdideritanya daripada kebersihan diri.

4) Pola nutrisi

Pola nutrisi terganggu karena hipertermi.

d) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

- Menggigil.

- Kulit pecah.

- Pengeluaran keringat berebihan.

- Tampak lemah.

- Bibir kering

2) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.

GCS:mata = 4 Verbal = 5 Motorik = 6

3) Tanda-tanda vital.

- Tensi : 105/65 mmHg

- 125 /80 mmHg dibawah/ diatas normal.

- Nadi : 70-110 x/menit dibawah/ diatas normal.

- Respirasi : 19-23 x/menit.

13
- Suhu : > 37 C. Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis

terhadap penyakit klien mengalami kehilangan penurunan berat

badan,asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun reaksi psikologis.

4) Pemeriksaan sistem chepalocaudala.

- Pemeriksaan Kepala Bibir : mukosa bibir kering,tidak ada cyanosis.Lidah:

tampak kotordan berwarna putih.

- Pemeriksaan Ekstrimitas. Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan /

tampak pucat. Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.

- Pemeriksaan Intugmen. Kulit tampak kemerahan Akral hangat panas.

Turgor baik. Terjadi kelembapan kulit.

e) Analisa Data

Table 1 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


(SDKI) PATHWAY
1. D.0130 Hipertermia Agen infeksius Hipertermia

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif: Terjadinya pemecahan pada
(Tidak Tersedia) jaringan
Objektif: monosit/ makrofak
1) Suhu tubuh diatas normal

Gejala dan Tanda Minor Aksi antiseptic dan


Subjektif: peningkatan
(Tidak Tersedia) evaporasi
Objektif:
1) Kulit merah
2) Kejang Mempengaruhi hipotalamus

3) Takikardi intirior

4) Takipnea Kuman melepaskan

14
5) Kulit terasa hangat enduktusin

Merangsang tubuh
mengeluarkan zat
pyrogen dan
leukosit

Peningkatan suhu tubuh/


Hipertermi

2. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermia b.d Dehidrasi, Terpapar Lingkungan Panas, Proses Penyakit,

Ketidaksesuaian Pakaian Dengan Suhu Lingkungan, Peningkatan Laju

Metabolisme, Respon Trauma, Aktivitas Berlebih, Penggunaan Inkubator d.d

Suhu Tubuh Diatas Nilai Normal.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Table 2 Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN (LUARAN) (SIKI)
1) Hipertermia b.d L.1413 I.15506
Termoregulasi Manajement
Dehidrasi,
Setelah dilakukan Hipertermia
Terpapar
asuhan keperawatan Tindakan
Lingkungan selama 1 x 24 jam keperawatan
diharapkan Observasi: Observasi:
Panas, Proses
termoregulasi 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
Penyakit,
membaik, penyebab penyebab
Ketidaksesuaian Dengan kriteria hasil : hipertermia(mis. hipertermia (mis.

15
16
Pakaian Dengan 1. Menggigil Dehidrasi, Dehidrasi,
menurun. terpapar terpapar
Suhu
2. Kulit merah lingkungan lingkungan panas,
Lingkungan,
menurun. panas, penggunaan
Peningkatan 3. Pucat menurun. penggunaan inkubutor).
4. Suhu tubuh inkubutor).
Laju
membaik. 2. Monitor suhu 2. Memantau suhu
Metabolisme,
5. Suhu kulit tubuh tubuh klien
Respon Trauma, membaik. 3. Monitor kadar 3. Memantau kadar
6. Tekanan darah elektrolit elektrolit
Aktivitas
membaik 4. Monitor 4. Memantau balance
Berlebih,
haluaran urine cairan
Penggunaan 5. Monitor 5. Memantau
komplikasi akibat komplikasi akibat
Inkubator d.d
hipertermia hipertermia
Suhu Tubuh
Terapeutik: Terapeutik:
Diatas Nilai 1. Sediakan 1. Membangtu klien
lingkungan relaks
Normal.
yang dingin
2. Longgarkan atau 2. Membantu agar
lepaskan klien nyaman
pakaian 3. Membantu klien
3. Basahi dan agar tidak
kipasi kepanasan
permukaan tubuh 4. Agar menghindari
dehidrasi
4. Berikan 5. Agar linen selalu
cairan oral kering
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami 6. Membantu
hiperhidrosis menurunkan suhu
6. Lakukan

17
pendinginan

18
eksternal (mis. tubuh agar terjadi
Selimut vasodilatasi
hipotermia atau pembuluh darah
kompres dingin mempercepat
pada dahi, leher, penurunan panas\
dada, abdomen,
aksila)
7. Berikan oksigen, 7. Membantu
jika perlu kebutuhan
oksigen, jika perlu
Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan tirah 1. Membantu proses
baring penyembuhan
klien
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi 1. Membantu
pemberian cairan memenuhi
dan elektrolit kebutuhan cairan
intravena, jika dan elektrolit, jika
perlu perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang

sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

19
5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Nursalam, 2011. evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:

a) Evaluasi formatif.

Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan

sampai dengan tujuan tercapai.

b) Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP.

20
DAFTAR PUSTAKA

Isfarida, Eka. 2010.“Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan

MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias

Muhammadiyah Palembang

Kartika, Dela. 2009. Pedoman Pengobatan Dasar Hipotermia dan Hipertermia

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC. Jakarta:

EGC

21

Anda mungkin juga menyukai