Disetujui oleh :
Asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER………………………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................ 6
A. Konsep Dasar Medis.............................................................. 6
1. Pengertian ....................................................................... 6
2. ETIOLOGI...................................................................... 6
3. Anatomi Fisiologi............................................................ 8
4. Klasifikasi ....................................................................... 10
5. Patofisiologi .................................................................... 11
6. Manifestasi Klinik .......................................................... 12
7. Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 13
8. Penatalaksanaan ............................................................. 13
9. Komplikasi ..................................................................... 15
B. Konsep Dasar Keperawatan ................................................. 16
1. Pengkajian ...................................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 18
3. Implementasi Keperawatan ............................................ 19
4. Evaluasi Keperawatan .................................................... 25
C. Patoflowdiagram ................................................................... 26
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................ 28
A. Pengkajian ............................................................................ 30
B. Analisis Data ........................................................................ 53
C. Diagnosis Keperawatan ........................................................ 56
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ........... 57
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 85
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan disertai
dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan
fungsi otak..(Carolina et al. 2019). Kelompok lanjut usia merupakan kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.(Hanum and Lubis
2017). Seiring meningkatnya usia, terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi pada
sel, jaringan serta sistem organ. Perubahan tersebut mempengaruhi kemunduran
kesehatan fisik yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kerentanan terhadap
penyakit. (Putra 2019). Saat ini di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih
dari 625 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun 2025,
lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Disadari atau tidak, ternyata Indonesia telah
memasuki era pertambahan jumlah penduduk lansia, sejak tahun 2000, proporsi
penduduk lansia di Indonesia telah mencapai diatas 7%. Pada tahun 2010, jumlah
lansia diprediksi naik menjadi 9,58% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Prediksi
tahun 2020, angka tersebut meningkatmenjadi 11,20% dengan usia harapan hidup
rerata 70,1 tahun. Seseorang dikatakan lanjut usia berdasarkan undang-undang nomor
13/ tahun 1998 adalah mereka yang berumur mencapai 60 tahun keatas (Setiawan,
2016). Pada usia tersebut lansia mengalami penurunan fungsi imun tubuh fungsi imun
tubuh termasuk penurunan fungsi jantung yang salah satu penyakitnya yaitu
hipertensi.(Fredy, Syamsidar, and Widya Nengsih, 2020) Menurut World Health
Organization (WHO) dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya,
meninggal dunia setiap tahunnya. WHO mencatat terdapat satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam,
diprediksi pada tahun 2025 nanti, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya
menderita hipertensi.(Ekarini, Heryati, and Maryam 2019) Indonesia prevalensi
hipertensi pada lansia dari hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan cukup tinggi
yaitu 45,9% pada kelompok umur 55-64 tahun, 57,6% pada umur 65-74 tahun dan
63,8% pada kelompok umur 75 tahun ke atas.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 prevalensi hipertensi diIndonesia berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar
25,8% dengan diagnosis dari cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8%, dan sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis yaitu sebesar 63,2%.
TINJAUAN TEORITIS
Definisi Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Pada umumnya hipertensi
tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang
tidak menyadarinya. Oleh karenan itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.
Adanya prilaku lansia yang memicu terjadinya hipertensi adalah jarang melakukan
olahraga, kurangnya kesadaran tentang pembatasan konsumsi garam dan daging,
tidak melakukan diet rendah garam, adanya gangguan istirahat dan tidur lansia, tidak
melakukan kontrol dan minum obat secara teratur serta alasan mereka berprilaku
yang memicu hipertensi adalah karena pengaruh sikap lansia itu sendiri yang acuh tak
acuh, kurangnya dukungan keluarga dalam membatasi makanan dan faktor
lingkungan yang kurang mendukung. Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama
pada populasi lanjut usia (lansia), usia di atas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai
60% sampai 80% dari populasi lansia.
ETIOLOGI
Lansia yang terkena hipertensi secara etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti keturunan. Faktor yang dapat dikontrol seperti merokok,
konsumsi alkohol, obesitas, stress, asupan natrium (Udjianti, 2010).
faktor yang menyebabkan hipertensi adalah faktor usia, kebiasaan merokok,. Untuk
itu perlu kesadaran masyarakat dan peran keluarga dalam mendukung keluarga yang
mengalami hipertensi khususnya pada lansia. Bentuk kepedulian ini adalah perbaikan
lansia yang mengalami hipertensi.
ANATOMI FISIOLOGI
FISIOLOGI
Jantung adalah sebuah organ tubuh manusia yang berongga serta berotot yang
berperan dalam sistem peredaran darah manusia. Jantung mengendalikan seluruh
kegiatan peredarah darah, dengan melibatkan pembuluh darah sebagai salurannya.
Jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui kontraksi berirama dengan
bantuan listrik jantung. Darah ini dipompa ke seluruh tubuh.
Kandungan yang ada di dalam darah adalah nutrisi dan oksigen yang berguna untuk
kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Setelah digunakan oleh sel-sel tersebut, darah itu
dikembalikan lagi ke jantung, dan begitu seterusnya.
Jantung memiliki empat ruang yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Organ
ini terletak di dalam rongga dada tepatnya di bawah paru-paru sebelah kiri (pada
umumnya), dan dilindungi oleh tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costae).
Ukuran jantung lebih kurang sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Bentuk jantung lebih kurang mirip seperti kepalan tangan orang dewasa yang
terbalik. Organ ini merupakan organ utama yang berperan dalam sistem
kardiovaskular. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa atau
memiliki panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan tebal 6 cm, dengan berat sekitar 300 gram.
Jantung terdiri dari otot-otot (muscular), apex (puncak), basis (dasar), atrium kana
dan kiri, serta bilik kanan dan kiri. Hal menarik yang bisa kita ketahui dari organ
yang satu ini adalah, mampu untuk memompa darah atau berdetak sebanyak 100.000
kali selama sehari. Oleh karena itu, darah yang dipompa olehnya mencapai 2000
galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah segar ke segala sel-sel tubuh.
Jantung memiliki tiga lapisan otot (myocardium) yang berbeda dan masing-masing
lapisannya memiliki fungsi yang berbeda pula. Otot-otot jantung ini harus selalu
disuplai oleh darah segar yang dibawa oleh arteri coroner agar jantung tidak berhenti
berdetak. Berikut adalah lapisannya :
Lapisan Pericardium
Merupakan lapisan paling atas yang menyelubungi jantung dan terbagi lagi
menjadi 2 macam lapisan, yaitu pericardium parietal yang melekat pada
tulang dada, tulang rusuk, dan selaput paru, serta pericardium visceral atau
disebut juga dengan epikardium yang berada di bawah pericardium parietal.
Diantara dua lapisan pericardium tersebut, terdapat 50 cc cairan atau pelumas
yang disebut dengan cairan pericardium yang berfungsi sebagai pelumas agar
melindungi kedua lapisan saling bergesekan akibat dari gerak jantung saat
memompa darah. Jika kedua lapisan ini bergesekan, maka akan robek dan
menyebabkan perdarahan yang hebat di jantung.
Lapisan Miokardium
Lapisan ini berada di bawah lapisan pericardium dan merupakan lapisan otot
jantung yang paling tebal dan terdiri dari otot-otot jantung yang banyak.
Lapisan Endokardium
Klasifikasi Hipertensi
1. Hipertensi pada usia lanjut menurut Darmojo, 1999 dibedakan atas : Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
PATOFISILOGI
Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat
seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas.
Obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana
suatu studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah.
Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme di antaranya
kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral
terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan
parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis
tekanan hingga mengakibatkan hipertensi (Hall EJ, Carmo JM, Silva AA, 2015).
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan perubahan
struktural pembuluh darah. Perubahan struktur 46 meliputi perubahan struktur makro
dan mikrovaskular. Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta
perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer. Perubahan mikrovaskular berupa
perubahan rasio dinding pembuluh darah dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas
tonus vasomotor serta ‘structural rarefaction’ (hilangnya mikrovaskular akibat aliran
darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi mempertahankan perfusi ke
kapiler tertentu) (Yannutsos A, Levy BI, Safar ME, Slama G, 2014). Perubahan
struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena tu dalam jangka
waktu lama dapat timbul kerusakan organ target. Walaupun autoregulasi tubuh
terhadap tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut menurun pada pasien hipertensi.
Organ target yang dapat rusak meliputi jantung, ginjal, mata serta otak (Bakris GL,
2018)
MANIFESTASI KLINIS
1) Sakit kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
a) Pengaturan diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat- obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang di anjurkan : (1) Rendah garam
Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin – angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang di anjurkan 50- 100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
(2) Diet tinggi kalium Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vascular. (3)
Diet kaya buah dan sayur (4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya
jantung coroner.
b) Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.pada beberapa studi
menunjukkan bahwa obesitas behubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangan efektif untuk
menurunkan tekanan darah.Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan.Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khususnya karena obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat Berhenti merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karenan asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
2) Penatalaksanaan Farmakologi
KOMPLIKASI
(Aspiani, 2015) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) jika tidak di
obati dan di tangulangi maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang paling sering dipengaruhi hipertensi yaitu :
1) Stroke Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak,atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpanjan
tekanan darah tinggi. Stoke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertofi dan penebalan sehingga aliran darah ke area
otak yang diperdarahi berkurang..
2) Infark miokard, Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah .pada
hipertensi kronis dan hipertrofi vertikal, kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertrofi vertikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantara listrik
melintasi vertikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal, Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus ,aliran darah ke
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematin. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai
pada hipertensi kronis.
5) Kejang Kejang dapat terjadi pada waktu preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat pefusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
persalinan.
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
PATOFLOW
Elastisitas,
arteriosclerosis
Hipertensi
Perubahan
Kerusakan
status
vaskuler
Kesehatan
pembuluh darah
Perubahan struktur
Ansietas
Vasokontriksi
Resiko jatuh
Gangguan sirkulasi
Pembuluh darah
Ginjal
Otak
Vasokonstriksi
Korner
Sistemik
pembuluh
Otak Suplai O2 otak darah ginjal
menurun
Istemi
Vasokontriksi
Blood flow aliran miokard
Perfusi perifer darah menurun
Nyeri tidak efektif Afterlodd
akut Gangguan Nyeri akut
meningkat
pola tidur Rangsangan
aldoseron
Fatigue
Edema
Intoleransi
Hypervolemia aktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
b. Penanggung jawab
d. Genogram
Total kesalahan : 2
c. Psikososial
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
Selalu : Skore 2
Kadang-kadang : Skore 1
Hampir Tidak Pernah : Skore 0
Kesimpulan: Pasien kadang-kadang merasa puas dengan status sosial yang dihadapinya
KLASIFIKASI DATA
Penurunan aktivitas
Risiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
(Edukasi)
4. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
Hasil : Klien akan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
CATATAN PERKEMBANGAN
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam pemberian asuhan Keperawatan selama 3 hari kepada klien Ny.
L.R dengan penyakit hipertensi ,mulai dari pengkajian,menentukan
masalah, serta melakukan rencana dan mengevaluasinya. Penulis melihat
bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.
4.2 SARAN
1. Bagi penulis
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi bahan acuan dan
menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian pada klien dengan menggunakan acuan SDKI, SIKI, dan
SLKI. Pada Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIPERTENSI .
Daftar Pustaka
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf
https://books.google,co.id/books?id=TbYgEAAAQBAJ
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
danpembuluh-darah/page/11/yuk-kenali-gejala-hipertensi
Gama, K., & Intan, febriana. (2019). BUKU AJAR ANATOMI FISIOLOGI.
https://www.google.co.id/books/edition/
BUKU_AJAR_ANATOMI_FISIOLOGI/OGI/OdSeDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1