Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny “L.R”


DENGAN HIPERTENSI Di Panti Sosial Tresna Werdha Bethania
Lembean

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Valentina Ramoh Vira Tumewan Micky Pangemanan


Brigita Montolalu Yulieta Mamuaja Sharani Lerebulan
Emily Kawung Fanesa Rampengan Thalia Rengkuan
Intan Kembuan Indah pitoy Rivaldio Ramoh
Silva Koilam Injilia manengal Cliver Tuda
Natalia Memah Sr. Rosalinda santi
Richie Kalele Sheilla leuwol

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA TOMOHON


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Seminar dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “L.R”


DENGAN HIPERTENSI DIPanti Sosial Tresna Werdha
Telah disetujui oleh dosen pembimbing PKK dan Clinical Instructure/CI.

Disetujui oleh :

Pembimbing PKK Pembimbing Askep Seminar

(Maria Novita Ria, S.Kep.,Ns (Ignatia Y. Rembet,S.Kep,.Ns.,M.Kep)


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan dalam rangka seminar program Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria Tomohon dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Klien Ny. L.R dengan HIPRTENSI Yang Di Rawat Di
Panti Werdah …”

Asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Tomohon, Januari 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman

COVER………………………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................ 6
A. Konsep Dasar Medis.............................................................. 6
1. Pengertian ....................................................................... 6
2. ETIOLOGI...................................................................... 6
3. Anatomi Fisiologi............................................................ 8
4. Klasifikasi ....................................................................... 10
5. Patofisiologi .................................................................... 11
6. Manifestasi Klinik .......................................................... 12
7. Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 13
8. Penatalaksanaan ............................................................. 13
9. Komplikasi ..................................................................... 15
B. Konsep Dasar Keperawatan ................................................. 16
1. Pengkajian ...................................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 18
3. Implementasi Keperawatan ............................................ 19
4. Evaluasi Keperawatan .................................................... 25
C. Patoflowdiagram ................................................................... 26
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................ 28
A. Pengkajian ............................................................................ 30
B. Analisis Data ........................................................................ 53
C. Diagnosis Keperawatan ........................................................ 56
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ........... 57
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 85
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan disertai
dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan
fungsi otak..(Carolina et al. 2019). Kelompok lanjut usia merupakan kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.(Hanum and Lubis
2017). Seiring meningkatnya usia, terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi pada
sel, jaringan serta sistem organ. Perubahan tersebut mempengaruhi kemunduran
kesehatan fisik yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kerentanan terhadap
penyakit. (Putra 2019). Saat ini di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih
dari 625 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun 2025,
lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Disadari atau tidak, ternyata Indonesia telah
memasuki era pertambahan jumlah penduduk lansia, sejak tahun 2000, proporsi
penduduk lansia di Indonesia telah mencapai diatas 7%. Pada tahun 2010, jumlah
lansia diprediksi naik menjadi 9,58% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Prediksi
tahun 2020, angka tersebut meningkatmenjadi 11,20% dengan usia harapan hidup
rerata 70,1 tahun. Seseorang dikatakan lanjut usia berdasarkan undang-undang nomor
13/ tahun 1998 adalah mereka yang berumur mencapai 60 tahun keatas (Setiawan,
2016). Pada usia tersebut lansia mengalami penurunan fungsi imun tubuh fungsi imun
tubuh termasuk penurunan fungsi jantung yang salah satu penyakitnya yaitu
hipertensi.(Fredy, Syamsidar, and Widya Nengsih, 2020) Menurut World Health
Organization (WHO) dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya,
meninggal dunia setiap tahunnya. WHO mencatat terdapat satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam,
diprediksi pada tahun 2025 nanti, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya
menderita hipertensi.(Ekarini, Heryati, and Maryam 2019) Indonesia prevalensi
hipertensi pada lansia dari hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan cukup tinggi
yaitu 45,9% pada kelompok umur 55-64 tahun, 57,6% pada umur 65-74 tahun dan
63,8% pada kelompok umur 75 tahun ke atas.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 prevalensi hipertensi diIndonesia berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar
25,8% dengan diagnosis dari cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8%, dan sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis yaitu sebesar 63,2%.

1.2 Tujuan Penulis


Penulis mampu memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan lansia dengan
hipertensi secara komprehensif.

1.3 Manfaat Penulis

1) Menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi


2) Menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
Definisi Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Pada umumnya hipertensi
tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang
tidak menyadarinya. Oleh karenan itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.

Adanya prilaku lansia yang memicu terjadinya hipertensi adalah jarang melakukan
olahraga, kurangnya kesadaran tentang pembatasan konsumsi garam dan daging,
tidak melakukan diet rendah garam, adanya gangguan istirahat dan tidur lansia, tidak
melakukan kontrol dan minum obat secara teratur serta alasan mereka berprilaku
yang memicu hipertensi adalah karena pengaruh sikap lansia itu sendiri yang acuh tak
acuh, kurangnya dukungan keluarga dalam membatasi makanan dan faktor
lingkungan yang kurang mendukung. Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama
pada populasi lanjut usia (lansia), usia di atas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai
60% sampai 80% dari populasi lansia.

Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi.Keadaan ini didukung oleh


penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Pada sebuah penelitian di SaoPaulo didapatkan prevalensi
hipertensi pada lansia sebesar 70% dari jumlah populasinya.Keadaan serupa juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan di China, dimana pada penelitian tersebut
hipertensi ditemukan pada 53% populasi lansia.

ETIOLOGI

Lansia yang terkena hipertensi secara etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti keturunan. Faktor yang dapat dikontrol seperti merokok,
konsumsi alkohol, obesitas, stress, asupan natrium (Udjianti, 2010).
faktor yang menyebabkan hipertensi adalah faktor usia, kebiasaan merokok,. Untuk
itu perlu kesadaran masyarakat dan peran keluarga dalam mendukung keluarga yang
mengalami hipertensi khususnya pada lansia. Bentuk kepedulian ini adalah perbaikan
lansia yang mengalami hipertensi.

ANATOMI FISIOLOGI

FISIOLOGI

Jantung adalah sebuah organ tubuh manusia yang berongga serta berotot yang
berperan dalam sistem peredaran darah manusia. Jantung mengendalikan seluruh
kegiatan peredarah darah, dengan melibatkan pembuluh darah sebagai salurannya.
Jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui kontraksi berirama dengan
bantuan listrik jantung. Darah ini dipompa ke seluruh tubuh.

Kandungan yang ada di dalam darah adalah nutrisi dan oksigen yang berguna untuk
kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Setelah digunakan oleh sel-sel tersebut, darah itu
dikembalikan lagi ke jantung, dan begitu seterusnya.
Jantung memiliki empat ruang yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Organ
ini terletak di dalam rongga dada tepatnya di bawah paru-paru sebelah kiri (pada
umumnya), dan dilindungi oleh tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costae).
Ukuran jantung lebih kurang sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Bentuk jantung lebih kurang mirip seperti kepalan tangan orang dewasa yang
terbalik. Organ ini merupakan organ utama yang berperan dalam sistem
kardiovaskular. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa atau
memiliki panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan tebal 6 cm, dengan berat sekitar 300 gram.
Jantung terdiri dari otot-otot (muscular), apex (puncak), basis (dasar), atrium kana
dan kiri, serta bilik kanan dan kiri. Hal menarik yang bisa kita ketahui dari organ
yang satu ini adalah, mampu untuk memompa darah atau berdetak sebanyak 100.000
kali selama sehari. Oleh karena itu, darah yang dipompa olehnya mencapai 2000
galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah segar ke segala sel-sel tubuh.

Jantung memiliki tiga lapisan otot (myocardium) yang berbeda dan masing-masing
lapisannya memiliki fungsi yang berbeda pula. Otot-otot jantung ini harus selalu
disuplai oleh darah segar yang dibawa oleh arteri coroner agar jantung tidak berhenti
berdetak. Berikut adalah lapisannya :

 Lapisan Pericardium

Merupakan lapisan paling atas yang menyelubungi jantung dan terbagi lagi
menjadi 2 macam lapisan, yaitu pericardium parietal yang melekat pada
tulang dada, tulang rusuk, dan selaput paru, serta pericardium visceral atau
disebut juga dengan epikardium yang berada di bawah pericardium parietal.
Diantara dua lapisan pericardium tersebut, terdapat 50 cc cairan atau pelumas
yang disebut dengan cairan pericardium yang berfungsi sebagai pelumas agar
melindungi kedua lapisan saling bergesekan akibat dari gerak jantung saat
memompa darah. Jika kedua lapisan ini bergesekan, maka akan robek dan
menyebabkan perdarahan yang hebat di jantung.

 Lapisan Miokardium

Lapisan ini berada di bawah lapisan pericardium dan merupakan lapisan otot
jantung yang paling tebal dan terdiri dari otot-otot jantung yang banyak.

 Lapisan Endokardium

Lapisan ini merupakan lapisan terdalam (lapisan yang berhubungan langsung


dengan jantung) dan terdiri dari jaringan-jaringan endotel.
KLASIFIKASI

Klasifikasi Hipertensi

1. Hipertensi pada usia lanjut menurut Darmojo, 1999 dibedakan atas : Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.

2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik


(mmHg)

Tensi optimal < 120 mmhg < 80 mmhg

Tensi normal < 130 mmhg < 85 mmhg

Tensi normal tinggi 130 – 139 mmhg 85 – 89 mmhg

Hipertensi ringan 140 – 159 mmhg 90 – 99 mmhg

Hipertensi sedang 160 – 179 mmhg 100 – 109 mmhg

Hipertensi berat 180 – 209 mmhg 110 – 119 mmhg

Hipertensi maligna >210 mmhg >120 mmhg

PATOFISILOGI

Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Pada hipertensi essensial, faktor genetik,


lingkungan serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan struktur sistem
kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan tekanan
darah kronik. Terkait faktor genetik, polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat
dalam regulasi reseptor angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko menimbulkan
hipertensi (Drago J, Williams GH, 2016).

Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan.


Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang
berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan
terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan
akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor
natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan
pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon
renin-angiotensinaldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada
tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga
mengakibatkan retensi garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti
angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer
dan tekanan darah (Bakris GL, 2018).

Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat
seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas.
Obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana
suatu studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah.
Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme di antaranya
kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral
terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan
parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis
tekanan hingga mengakibatkan hipertensi (Hall EJ, Carmo JM, Silva AA, 2015).

Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan perubahan
struktural pembuluh darah. Perubahan struktur 46 meliputi perubahan struktur makro
dan mikrovaskular. Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta
perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer. Perubahan mikrovaskular berupa
perubahan rasio dinding pembuluh darah dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas
tonus vasomotor serta ‘structural rarefaction’ (hilangnya mikrovaskular akibat aliran
darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi mempertahankan perfusi ke
kapiler tertentu) (Yannutsos A, Levy BI, Safar ME, Slama G, 2014). Perubahan
struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena tu dalam jangka
waktu lama dapat timbul kerusakan organ target. Walaupun autoregulasi tubuh
terhadap tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut menurun pada pasien hipertensi.
Organ target yang dapat rusak meliputi jantung, ginjal, mata serta otak (Bakris GL,
2018)

MANIFESTASI KLINIS

(Aspiani, 2015) menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi


( tekanan darah tinggi) tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa
tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:

1) Sakit kepala

2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan


sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor
risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Pada umumnya, pemeriksaan
urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam,
asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi.8

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan di bagi menjadi dua yaitu :

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi Menurut (Aspiani, 2015) menyatakan


penatalaksanaan non-farmakologi dengan modifikasi gaya hidup sangatlah penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non-
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu :

a) Pengaturan diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat- obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang di anjurkan : (1) Rendah garam
Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin – angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang di anjurkan 50- 100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
(2) Diet tinggi kalium Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vascular. (3)
Diet kaya buah dan sayur (4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya
jantung coroner.

b) Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.pada beberapa studi
menunjukkan bahwa obesitas behubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangan efektif untuk
menurunkan tekanan darah.Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan.Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khususnya karena obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

c) Olahraga Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat


untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.Olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katakolamin plasma.Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arteriosklerosis
akibat hipertensi.

d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat Berhenti merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karenan asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.

2) Penatalaksanaan Farmakologi

a) Diuretik (Hidrokloratiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di


tubuh berkurang yang menyebabkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

b) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Kloninin, dan Reserpin) Berfungsi untuk


menghambat aktivitas saraf simpatis.
c) Betablocker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Berfungsi untuk menurunkan
daya pompa jantung.

d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung ke pembuluh darah dengan


relaksasi otot polos pembuluh darah.

e) ACE Inhibitor (Captopril) Berfungsi untuk menghambat pembentukan zat


Angiotensin II.

f) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat


Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.

g) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamit) Menghambat kontraksi jantung


(kontraksitas otot jantung).

KOMPLIKASI

(Aspiani, 2015) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) jika tidak di
obati dan di tangulangi maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang paling sering dipengaruhi hipertensi yaitu :

1) Stroke Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak,atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpanjan
tekanan darah tinggi. Stoke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertofi dan penebalan sehingga aliran darah ke area
otak yang diperdarahi berkurang..

2) Infark miokard, Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah .pada
hipertensi kronis dan hipertrofi vertikal, kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertrofi vertikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantara listrik
melintasi vertikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.

3) Gagal ginjal, Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus ,aliran darah ke
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematin. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai
pada hipertensi kronis.

4) Ensefalopati ,Ensefalopati ( kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi


maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuro disekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian.

5) Kejang Kejang dapat terjadi pada waktu preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat pefusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
persalinan.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada respon


manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas ( 2015-2017 ).
Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan gerontik
adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan
atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun
lansia dalam kelompoknya.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan.

EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

PATOFLOW

Umur Jenis Obesitas


Gaya
hidup
kelamin

Elastisitas,
arteriosclerosis

Hipertensi

Perubahan
Kerusakan
status
vaskuler
Kesehatan
pembuluh darah

Perubahan struktur
Ansietas

Penyumbatan pembulu Penurunan fungsi


darah otot,pendegaran,
penglihatan

Vasokontriksi

Resiko jatuh

Gangguan sirkulasi

Pembuluh darah
Ginjal
Otak

Vasokonstriksi
Korner
Sistemik
pembuluh
Otak Suplai O2 otak darah ginjal
menurun
Istemi
Vasokontriksi
Blood flow aliran miokard
Perfusi perifer darah menurun
Nyeri tidak efektif Afterlodd
akut Gangguan Nyeri akut
meningkat
pola tidur Rangsangan
aldoseron

Fatigue

Edema
Intoleransi
Hypervolemia aktivitas
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 21 November 2022


Panti/unit : Panti Werdha Bethania Lembean

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Klien

Nama : Ny. L.R


Tempat tanggal lahir : Tondano 30 September 1943
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Kebangsaan /suku : Minahasa
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SD
Alamat rumah : Tataaran 2

b. Penanggung jawab

Nama : Sr. S.T


Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Biara JMJ Paniki
Telepon / HP : 0853-9890-7087
Hubungan dengan klien : Anak
c. Riwayat Pekerjaan
1) IRT

d. Genogram

Ket : = laki – laki = Pasien


= Perempuan = Meninggal

Penjelasan : Klien anak ke dua dari dua bersaudara


Klien mempunyai 5 orang anak

e. Riwayat lingkungan hidup sekarang


Tipe tempat tinggal/ panti : Panti Werdha Lembean
Jumlah kamar : 22
Jumlah tingkat :1
Jumlah orang yang tinggal di panti : 18
Jumlah orang yang tinggal satu unit : 28
Kondisi panti : Bersih, memiliki taman

2. Pengkajian Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien pernah mengidap sakit maag
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat obat-obatan, makanan dan alerg : Klien mengatakan tidak
memiliki alergi.
2) Penyakit yang diderita klien saat ini : Hipertensi
3) Obat-obatan yang dikonsumsi : Amlodipine
4) Nutrisi (diet 24 jam) : Makan 3 kali sehari
5) Riwayat peningkatan dan penurunan berat badan
Sebelum masuk panti : 46 Kg
Berat badan sekarang : 50 Kg
Tinggi badan sekarang : 146 Cm
Indeks Massa Tubuh : BB (Kg) = 50 = 50 = 23,4
TB (M)2 1,46 × 1,46 2,13

Kesimpulan: Klien tergolong dalam berat badan ideal

3. Pemeriksaan Fisik Melalui Tinjauan Sistem


a. Keadaan Umum
1) Inspeksi : Aktivitas pasien mandiri pasien mampu melakukan
aktivitas secara mandiri.
2) Keluhan utama saat ini : Klien mengatakan khawatir, sering
teringat keluargannya,khawatir dengan penyakitnya, pusing, dan
Sulit tidur, sering terbangun pada malam hari
3) Tingkat kesadaran : Compos Mentis
4) Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
Respon membuka mata (E) : 4 (Membuka mata secara spontan)
Respon verbal (V) : 5 (Berorientasi dengan baik)
Respon motorik (M) : 6 (Mematuhi seluruh perintah)
Hasil : 15
Kesimpulan : Sadar Penuh
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan Rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan:……………….
2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus :ya/tidak
Penglihatan :kabur/tidak
Peradangan :ya/tidak
Katarak :ya/tidak
Penggunaan kaca mata:ya/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya jelaskan :Klien mengatakan pandangan kabur jika
melihat jauh.
3) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelasakan : pasien tidak mendengarkan dengan baik
sehingga bertanya secara berulang kali.
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya jelaskan …………………..
4) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya jelaskan ………………….
5) Mulut dan tenggorokan
Kebersihan :baik/tidak
Mukosa :kering/lembab
Peradangan/stomatitis :ya/tidak
Gigi :karies/tidak, ompong/tidak
Radang gusi :ya/tidak
Kesulitan mengunyah :ya/tidak
Kesulitan menelan :ya/tidak
Jika ya jelaskan ……………………….
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid :ya/tidak
JVD :ya/tidak
Kaku kuduk :ya/tidak
Keluhan :……………………
7) Dada dan paru-paru
Bentuk dada :normal chest/barrel chest/pigion chest
Retraksi : ya/tidak
Suara nafas :vesikuler/tidak
Wheezing : ya/tidak
Suara jantung tambahan: ada/tidak
Ictus cordis : Teraba di ICS V kiri
Keluhan : ya/tidak
Jika ya jelaskan :………………………..
8) Abdomen
Bentuk : distended/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Peristaltik usus : ada/tidak,frekuensi…….kali/mnt
Massa : ya/tidak, region
Jika ya jelaskan ……………………..
9) Genital dan anus
Kebersihan :baik/tidak
Haemoroid :ya/tidak
Hernia :ya/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya, jelaskan ……………………….
10) Ekstremitas atas : Klien mampu menggerakan kedua tangan nya
11) Ekstremitas bawah : Klien mampu menggerakan kedua kakinya
namun kekuatan otot sudah berkurang karena usia
c. Sistem Integumen (Inspeksi dan Palpasi)
1) Keadaan kulit secara umum : Kulit tampak berwarna putih
2) Keadaan rambut : Rambut Bersih, pendek dan berwarna putih
3) Kuku : Kuku Klien tampak pendek dan bersih
4) Keluhan / gangguan pada kulit : -
d. Sistem Pernapasan
1) Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
2) Suara napas : Vesikuler
3) Irama napas : Regular
e. Sistem Muskuloskeletal
1) Bentuk tulang belakang: Kifosis
2) Tingkat mobilisasi : Mobilisasi ringan
3) Uji kekuatan otot : 4 4
3 3
Penjelasan: 4 : kekuatan kurang dibanding sisi lain
3 : mampu menahan tegak walaupun sedikit di dorong
tetapi tidak mampu melawan tekanan/dorong dari pemeriksa
4) Refleks biceps dextra sinistra: refleks pasien bisceps baik (siku)
5) Refleks triceps dextra sinistra: otot lengan bawah pasien tidak
tegang.
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi : 82 x/menit
2) Frekuensi denyut jantung : 82 x/menit
3) Tekanan darah : 150/100 Mmhg
4) Mean Arterial Pressure (MAP) : sistol + 2.diastol
3
= 150 + 2.100 = 150 + 200 = 350 = 116,6 Mmhg
3 3 3
Kesimpulan: Pasien tergolong hipertensi
Akral (warna kulit) : Berwarna Putih, Saat dilakukan CRT kembali
dalam < 2 detik
g. Sistem Gastrointestinal : Klien mengatakan BAB sekali dalam 2 hari
h. Sistem Perkemihan : Klien mengatakan BAK normal
i. Sistem Persarafan : Klien tidak memiliki masalah dalam system
persarafan
j. Sistem Sensorik
1) Penglihatan : Penglihatan klien kabur saat melihat dalam jarak jauh
2) Pendengaran : fungsi pendengaran klien tidak baik sehingga Ketika
berbicara harus mengulang-ulang
3) Pengecapan : Masih berfungsi dengan baik
4) Penghidu : Klien masih bisa membedakan aroma
k. Sistem Endokrin : Klien tidak memiliki masalah dalam system endokrin
l. Sistem Reproduksi : Klien tidak memiliki masalah dalam system
reproduksi

4. Pengkajian Status Fungsional,Kognitif danPsikososial


a. Kemandirian melakukan aktivitas sehari-hari
Makan : Mandiri
Defekasi dan berkemih : Mandiri
Mobilisasi : Mandiri
Mandi : Mandiri

b. Pengetahuan status Kognitif dan Afektif


No Short Portabble Mental Status Jawaban
Questionnaire(SPMSQ)

Pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini? 

2 Hari apa sekararang ? (hari/tanggal/bulan) 

3 Apa nama tempat ini ? 

4 Berapa nomor telepon anda ? 

5 Dimana alamat anda ( bila tidak mempunyai 


nomor telepon)
6 Berapa umur anda ? 

7 Kapan anda lahir ? 

8 Siapa presiden sekarang ? 

9 Siapa nama presiden sebelumnya? 

10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 


setiap angka baru secara menurun

Total kesalahan : 2

Kesimpulan : Fungsi intelektual sedang

Ket : Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh


Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat

c. Psikososial
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A.  Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B.  Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan  pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya
dan in membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali

2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang


1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
>16 Depresi berat
Kesimpulan:
Depresi Berat
d. Pengkajian Status sosial
No. URAIAN Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada


keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION 1
membantu pada waktu sesuatu (Adaptasi)
menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP 1
saya & mengungkap- kan masalah dengan (Hubungan)
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya menerima & mendukung GROWTH 0
keinginan saya untuk melakukan aktivitas / (Pertumbuhan)
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION 2
berespons terhadap emosi-emosi saya (Afeksi)
seperti marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-t eman saya
& saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE 1
(Pemecahan)
PENILAIAN :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :

 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 Hampir Tidak Pernah : Skore 0

Kesimpulan: Pasien kadang-kadang merasa puas dengan status sosial yang dihadapinya
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Pasien mengatakan khawatir karena jauh dari keluarga - Pasien tampak gelisah
- Pasien mengatakan selalu teringat akan keluarganya - Wajah Pasien tampak pucat
- Pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya - Pasien tampak termor memenggang sesuatu
- Pasien mengatakan merasa pusing - Tampak terdapat lingkar hitam dibawah mata
- Pasien mengatakan sulit tidur - Pasien tampak sering menguap disiang hari
- Pasien mengatakan sering terbangun malam hari - TTV :
TD: 150/100mmHg
N: 82X/Menit
R: 20x/Menit
SB : 36⁰C
ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


Umur Ansietas
Data Subjektif
- Pasien mengatakan khawatir karena
jauh dari keluarga
- Pasien mengatakan selalu teringat
Hipertensi
akan keluarganya
- Pasien mengatakan khawatir dengan
penyakitnya
- Pasien mengatakan merasa pusing Perubahan status Kesehatan
Data Objektif
- Pasien tampak gelisah
Ansietas
- Wajah Pasien tampak pucat
- Pasien tampak termor memenggang
sesuatu
- TTV :
TD: 150/100mmHg
N: 82X/Menit
R: 20x/Menit
SB : 36⁰C
Data Subjektif Umur Risiko jatuh

Data Objektif Hipertensi

Perubahan status Kesehatan

Penurunan aktivitas

Penurunan fungsi otot, pendengaran,


penglihatan

Risiko jatuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional


2. Risiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
B. Rencana Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK “HIPERTENSI”

Nama : Ny. L.R/76 Tahun

Panti/Unit : Panti Werdha Bethania Lembean

Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evalausi


Rabu/ 21 Ansietas b/d Krisis L. 09093 I.09314 08.00 Rabu, 21 November 2022
Novembe Situasional Di Tandai Setelah dilakukan (Observasi) (Obsevasi)
r 20222 Dengan : tindakan 1. Monitor tanda- 1. Memonitor tanda- S:
Data Subjektif keperawatan -+ 6 tanda ansietas tanda ansietas - Pasien
- Pasien mengatakan jam masalah Hasil: mengatakan
khawatir karena tingkat ansietas - Pasien masih merasa
jauh dari keluarga menurun, dengan mengatakan khawatir
- Pasien mengatakan kriteria hasil : khawatir - Pasien
selalu teringat akan - Verbalisasi karena jauh mengatakan
keluarganya khawtir dari keluarga masih merasa
- Pasien mengatakan akibat - Pasien pusing
khawatir dengan kondisi O:
mengatakan
penyakitnya yang - Pasien tampak
khawatir
- Pasien mengatakan dihadapi masih gelisah
menurun dengan
merasa pusing - Wajah pasien
- Khawatir penyakitnya
tampak masih
Data Objektif akibat (Terapeutik) (Terapeutik) pucat
- Pasien tampak kondisi 2. Ciptakan 2. Menciptakan suasana - Pasien masih
yang suasana terapeutik untuk
gelisah tremor ketika
dihadapi terapeutik menumbuhkan
- Wajah Pasien menurun untuk kepercayaan memegang
tampak pucat - Perilaku menumbuhkan Hasil : Membina sesuatu
- Pasien tampak gelisah kepercayaan hubungan saling - TTV :
termor menurun percaya dengan TD : 130/90
memenggang - Keluhan 3. Temani pasien pasien, dengan N : 72x/Menit
sesuatu pusing untuk bercakap cakap R : 20x/Menit
- TTV : menurun mengurangi 3. Menemani pasien SB : 36⁰C
TD: - Termor kecemasan,jik untuk mengurangi
150/100mmHg menurun a kecemasan,jika
N: 82X/Menit - Pucat memungkinka memungkinkan
R: 20x/Menit menurun n Hasil : Menemani
SB : 36⁰C - Tekanan pasien saat rasa cemas A : Ansietas belum
darah itu datang teratasi
menurun
4. Tempatkan 4. Tempatkan barang
barang pribadi pribadi yang
yang memberikan
memberikan kenyamanan P : Intervensi lanjut
kenyamanan Hasil : Barang yang
disarankan yakni
kalung rosario.
Karena pasien pernah
mengatakan barang
yang membuat ia
nyaman yakni kalung
(Edukasi) rosario
5. Latih teknin
(Edukasi)
relaksasi 5. Melatih teknik
relaksasi
Hasil: Pasien
mengerti dengan
edukasi yang
(Tatalaksana) dierikan.Yaitu melatih
6. Tatalaksana teknik napas dalam
pemberian
obat jika perlu (Tatalaksana)
6. Tatalaksana
pemberian obat jika
perlu
Hasil : Pasien
diberian obat
amlodipine 10mg

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tgl Diagnosis Ja Implementasi Evaluasi


Keperawatan m
Kamis/ 22- Ansietas b/d Krisis Kamis, 22 November2022
Nov- 2022 Situasional di Tandai (Obsevasi)
Dengan : 1. Memonitor tanda-tanda ansietas S:
Hasil: - Pasien mengatakan
Data Subjektif : - Pasien mengatakan masih merasa rasa khawatir mulai
- Pasien khawatir berkurang
mengatakan - Pasien mengatakan masih merasa pusing - Pasien mengatakan
masih merasa (Terapeutik) rasa pusing mulai
khawatir 2. Menemani pasien untuk mengurangi berkurang
- Pasien kecemasan,jika memungkinkan O:
mengatakan Hasil : - Pasien tampak masih
masih merasa Menemani pasien saat rasa cemas itu datang gelisah
pusing - Wajah pasien
- 3. Tempatkan barang pribadi yang memberikan tampak sudah idak
Data Objektif : kenyamanan pucat
- Pasien tampak Hasil : - Pasien masih tremor
masih gelisah Barang yang disarankan yakni kalung rosario. ketika memegang
- Wajah pasien Karena pasien pernah mengatakan barang yang sesuatu
tampak masih membuat ia nyaman yakni kalung rosario - TTV :
pucat (Edukasi) TD : 130/80
- Pasien masih 4. Melatih teknik relaksasi N : 79x/Menit
tremor ketika Hasil: R : 20x/Menit
memegang Pasien mengerti dengan edukasi yang SB : 36⁰C
sesuatu dierikan.Yaitu melatih teknik napas dalam
- TTV : (Tatalaksana) A : Masalah Ansietas mulai
5. Tatalaksana pemberian obat jika perlu teratasi
TD : 130/90
N : 72x/Menit Hasil : Pasien diberian obat amlodipine 10mg
R : 20x/Menit
SB : 36⁰C P : Intervensi tetap berlanjut
Hari/Tgl Diagnosis Luaran Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Rabu/ Resiko jatuh (L. 14138) (I. 14540) Rabu, 21
21,Nov dibuktikan (Observasi) November 2022
2022 dengan : Setelah dilakukan (Observasi)
Tindakan S:
keperawatan 1 x 1. Identifikasi 08.00 1. Mengidentifikasi
24 jam diharapkan faktor Risiko faktor Risiko jatuh O:
tingkat jatuh jatuh (mis. (mis. Umur >65
menurun dengan Umur >65 tahun) A:
kriteria hasil : tahun) Hasil : Klien usia Masalah Risiko
2. Identifikasi 76 tahun dan jatuh tidak terjadi
- Jatuh Saat berdiri faktor memiliki masalah
menurun lingkungan penurunan
- Jatuh saat yang 08.10 kekuatan otot P: Intervensi tetap
berjalan menurun meningkatkan 2. Mengidentifikasi berlanjut
- jatuh saat risiko jatuh faktor lingkungan
membungkuk (lantai licin, yang
menurun penerangan meningkatkan
kurang) risiko jatuh (lantai
licin, penerangan
kurang)
Hasil : lingkungan
(Terapeutik) tempat tinggal
3. Pasang pasien memiliki
handrail tingkat
tempat tidur pencahayaan yang
kurang
(Edukasi)
4. Anjurkan 08.20
menggunakan (Terapeutik)
alas kaki 3. Pasang handrail
yang tidak tempat tidur
licin Hasil : Saat klien
tidur/istirahat
Handrail tempat
tidur pasien
08.30 dipasang

(Edukasi)
4. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
Hasil : Klien akan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin

CATATAN PERKEMBANGAN

HAR/TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Kamis, 22 Risiko jatuh (Terapeutik) Kamis, 22 November 2022
November 2022 dibuktikan dengan 08 : 00 1. Pasang handrail tempat
kekuatan otot tidur S:
menurun : Hasil : Saat klien
tidur/istirahat Handrail O:
tempat tidur pasien
dipasang A: Masalah Risiko jatuh tidak
terjadi
(Edukasi)
08 : 10 2. Anjurkan menggunakan P: Intervensi dihentikan
alas kaki yang tidak licin
Hasil : Klien akan
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam pemberian asuhan Keperawatan selama 3 hari kepada klien Ny.
L.R dengan penyakit hipertensi ,mulai dari pengkajian,menentukan
masalah, serta melakukan rencana dan mengevaluasinya. Penulis melihat
bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan sekunder.


Hipertensi primer adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya
sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain.

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan selama 3 hari maka hasil


evaluasi yang penulis dapatkan yaitu semua belum teratasi, dikarenakan
usia klien sudah masa usia tua dan memiliki penyakit hipertensi sudah
lama, tetapi klien masih bisa beraktivitas seperti mencuci baju,menyapu
halaman, dll.

4.2 SARAN
1. Bagi penulis
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi bahan acuan dan
menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian pada klien dengan menggunakan acuan SDKI, SIKI, dan
SLKI. Pada Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIPERTENSI .
Daftar Pustaka

KEMNKES RI. (2016). KEPERAWATAN GERONTIK.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf

Aprilia, H., & Made, R. (2020) HIPERTENSI. Penerbit Lakeisha.

https://books.google,co.id/books?id=TbYgEAAAQBAJ

Direktorat P2PTM Kemenkes Republik Indonesia. (2018). Gejala Hipertensi.

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
danpembuluh-darah/page/11/yuk-kenali-gejala-hipertensi

Gama, K., & Intan, febriana. (2019). BUKU AJAR ANATOMI FISIOLOGI.

https://www.google.co.id/books/edition/
BUKU_AJAR_ANATOMI_FISIOLOGI/OGI/OdSeDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Anda mungkin juga menyukai