Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny “L.R” DENGAN


HIPERTENSI Di Panti Sosial Tresna Werdha Bethania Lembean

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Valentina Ramoh Vira Tumewan Micky Pangemanan


Brigita Montolalu Yulieta Mamuaja Sharani Lerebulan
Emily Kawung Fanesa Rampengan Thalia Rengkuan
Intan Kembuan Indah pitoy Rivaldio Ramoh
Silva Koilam Injilia manengal Cliver Tuda
Natalia Memah Sr. Rosalinda santi
Richie Kalele Sheilla leuwol

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA TOMOHON


PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Seminar dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “L.R”


DENGAN HIPERTENSI DIPanti Sosial Tresna Werdha
Telah disetujui oleh dosen pembimbing PKK dan Clinical Instructure/CI.

Disetujui oleh :

Pembimbing PKK Pembimbing Askep Seminar

(Maria Novita Ria, S.Kep.,Ns) (Ignatia Y. Rembet,S.Kep,.Ns.,M.Kep)

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas berkat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kelompok sehingga dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan dalam rangka seminar program Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria Tomohon dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Ny. L.R dengan HIPRTENSI
Yang Di Rawat Di Panti Werdah …”

Asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
masukan, saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini.

Tomohon, Januari 2023

Kelompok 2

v
DAFTAR ISI

Halaman
COVER..............................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulis.......................................................................................1
1.3 Manfaat Penulis.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Medis..............................................................................2
BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK. 15
3.1 Pengkajian............................................................................................15
3.2 Pengkajian Riwayat Kesehatan..........................................................16
3.3 Pemeriksaan Fisik Melalui Tinjauan Sistem.......................................17
3.4 Pengkajian Status Fungsional,Kognitif dan Psikososial......................21
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................33
4.1 Kesimpulan..........................................................................................33
4.2 Saran....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................34

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1
ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami
penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan organ yang
dapatmempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Fatmah,2018).
Data World Health Organization (WHO) 2016 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum
obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang terkena hipertensi.
Menurut kelompok Hiperttensi adalah masalah keperawatan yang dapat terjadi
pada lansia pada Panti Sosial Tresna Werdha Bethania Lembean berdasarkan
SDKI masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan hipertensi
adalah risiko perfusi miokard tidak efektif, risiko perfusi renal tidak efektif,
risiko perfusi serebral tidak efektif. Berdasarkan latar belakang diatas,
kelompok tertarik untuk membuat “Asuhan Keperawatan Klien dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha…” dengan pertimbangan banyaknya
jumlah penderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Bethania Lembean
serta komplikasi-komplikasi yang timbul apabila hipertensi tidak ditangani
dengan tepat.

1.2 Tujuan Penulis


Penulis mampu memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan lansia
dengan hipertensi secara komprehensif.

1.3 Manfaat Penulis

1) Menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi

1
2) Menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi Hipertensi Pada Lansia
Definisi Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
dan sistolik yangintermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi. Insiden hipertensimeningkat seiring bertambahnya
usia (Stockslager , 2017).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darahyang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization)memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah samaatau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakanantara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2018).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanansistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada
populasi lansia,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90mmHg (Rohaendi, 2016)

2.1.2 Batasan Lansia


Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
A. Etologi

2
Etiologi Menurut Smeltzer dan Bare (2017) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2017) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia
30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor
stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya
hidup.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,
maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.3 Faktor Risiko hipertensi


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :

3
Faktor yang dapat diubah
1) Gaya hidup
Modern Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan
hipertensi.

2) Pola makan

Tidak sehat Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan


cairan dan mengatur tekanan darah.Tetapi bila asupannya berlebihan,
tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan
bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari
kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan
makanan yang segar.

3) Obesitas

Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya


melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air
11 putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan
hipertensi maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan
membuat aktifitas fisik menjadi berkurang.

Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT
Kurus - Kekurangan BB tingkat berat - <17,0
- Kekurangan BB tingkat - 17,0-18,4
ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat <27,0

4
2.1.4 Faktor Yang Tidak Dapat Diubah :
1). Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk,
2009).
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat.Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kon
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih
terlindung daripada pria pada usia yang sama.traksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah.

2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasihipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Bloods 13 Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu:
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut.

5
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)

2.1.6 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap 14 norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal
menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang

6
dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi
perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2016 )

2.1.7 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : 1) Mengeluh
sakit kepala, pusing 2) Lemas, kelelahan 3) Sesak nafas 4) Gelisah 5)
Mual 6) Muntah 7) Epitaksis 8) Kesadaran menurun Menurut Crowin
(2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun
selain 17 tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

7
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

2.1.8 Penetalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi Modifikasi gaya hidup dalam
penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan
darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index
dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan
rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan dalam satuan meter.
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau
2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai
dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.
3) Batasi konsumsi alcohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih
dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah,
sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat
membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup
dari diet Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin.

8
Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari
dapat membuat asupan potassium menjadi cukup.
5) Menghindari merokok Merokok meningkatkan resiko komplikasi
pada penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke.
Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau
terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung serta tekanan darah(Dalimartha, 2018).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat
dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau
meditasi yang dapat 21 mengontrol sistem saraf sehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2019).
7) Terapi relaksasi progresif Di Indonesia Indonesia, penelitian
relaksasi progresif sudah cukup banyak dilakukan. Terapi relakasi
progresif terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi (Erviana, 2019). Teknik relaksasi menghasilkan
respon fisiologis yang terintegrasi dan juga menganggu bagian dari
kesadaran yang dikenal sebagai “respon relaksasi Benson”. Respon
relaksasi diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan sistem
saraf pusat serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka, tonus otot jantung
dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar memperoleh manfaat
dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini diperlukan
lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman.

2.1.9 Penatalaksanaan Farmakologi


Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2016) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Golongan Diuretik Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal


membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di
seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.

9
2) Penghambat Adrenergik 22 Penghambat adrenergik, merupakan
sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-
beta-blocker labetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan segera akan
memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan
tekanan darah.
3) ACE-inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-
inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-
inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah
dengan mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan
obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, labetalol

2.1.10 Komplikasi
1) Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan

10
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2) Infark miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arteroklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Hipertensi 18 kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2016).
3) Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Gagal jantung Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah yang menyebabkan
pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk
memompa darah.
5) Kerusakan pada Mata Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata.

2.1.11 Konsep Dasar Keperawatan


Pengkajian
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum
tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya,
pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.

11
2) Riwayat Masuk Panti :
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses nya
sehingga dapat bertempat tinggal di panti.
3) Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
4) Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang
tinggi.
5) Riwayat Lingkup Hidup Meliputi :
tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah,
derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
6) Riwayat Rekreasi Meliputi :
hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
7) Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik
8) Deksripsi Harian
Khusus Kebiasaan Ritual Tidur 24 Menjelaskan kegiatan yang dilakukan
sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur
sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
9) Status Kesehatan Saat Ini Meliputi:
status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status kesehatan umum
selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta
pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
10) Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
11) Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
12) Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien

12
dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat,
protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga
berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
13) Pemeriksaan Fisik
25 Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda
klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan
perkusi. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola
mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi,
menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah,
palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis
serta denyut nadi karotis. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae,
oedema, papilla mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola
mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi
(menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening,
kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan). Pada pemeriksaan
thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada,
penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal
premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan
auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan). Pada
pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada
tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas
jantung 26 untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar
bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah,
warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau

13
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat
nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien)
dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan
muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas,
kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan integument meliputi
kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban
serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak. Pada pemeriksaan
neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan
saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan
reflex.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 21 November 2022


Panti/unit : Panti Werdha Bethania Lembean

3.1 Pengkajian

1. Identitas

a. Klien

Nama : Ny. L.R


Tempat tanggal lahir : Tondano 30 September 1943
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Kebangsaan /suku : Minahasa
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SD
Alamat rumah : Tataaran 2

b. Penanggung jawab

Nama : Sr. S.T


Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Biara JMJ Paniki
Telepon / HP : 0853-9890-7087
Hubungan dengan klien : Anak

15
c. Riwayat Pekerjaan
1) IRT

d. Genogram

Ket : = laki – laki = Pasien


= Perempuan = Meninggal

Penjelasan : Klien anak ke dua dari dua bersaudara


Klien mempunyai 5 orang anak

e. Riwayat lingkungan hidup sekarang


Tipe tempat tinggal/ panti : Panti Werdha Lembean
Jumlah kamar : 22
Jumlah tingkat :1
Jumlah orang yang tinggal di panti : 18
Jumlah orang yang tinggal satu unit : 28
Kondisi panti : Bersih, memiliki taman

3.2 Pengkajian Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien pernah mengidap sakit maag
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat obat-obatan, makanan dan alerg : Klien mengatakan tidak
memiliki alergi.
2) Penyakit yang diderita klien saat ini : Hipertensi

16
3) Obat-obatan yang dikonsumsi : Amlodipine
4) Nutrisi (diet 24 jam) : Makan 3 kali sehari
5) Riwayat peningkatan dan penurunan berat badan
Sebelum masuk panti : 46 Kg
Berat badan sekarang : 50 Kg
Tinggi badan sekarang : 146 Cm

: BB (Kg) = 50 = 50 = 23,4

TB (M)2 1,46 × 1,46 2,13


Kesimpulan: Klien tergolong dalam berat badan ideal

3.3 Pemeriksaan Fisik Melalui Tinjauan Sistem


a. Keadaan Umum
1) Inspeksi : Klien tampak
2) Keluhan utama saat ini : Klien mengatakan nyeri kepala dan Sulit
tidur
3) Tingkat kesadaran : Compos Mentis
4) Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
Respon membuka mata (E) : 4 (Membuka mata secara spontan)
Respon verbal (V) : 5 (Berorientasi dengan baik)
Respon motorik (M) : 6 (Mematuhi seluruh perintah)
Hasil : 15
Kesimpulan : Sadar Penuh
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan Rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan:……………….
2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak

17
Strabismus :ya/tidak
Penglihatan :kabur/tidak
Peradangan :ya/tidak
Katarak :ya/tidak
Penggunaan kaca mata:ya/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya jelaskan :Klien mengatakan pandangan kabur jika
melihat jauh.
3) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan:………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya jelaskan …………………..
4) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya jelaskan ………………….
5) Mulut dan tenggorokan
Kebersihan :baik/tidak
Mukosa :kering/lembab
Peradangan/stomatitis :ya/tidak
Gigi :karies/tidak, ompong/tidak
Radang gusi :ya/tidak
Kesulitan mengunyah :ya/tidak
Kesulitan menelan :ya/tidak
Jika ya jelaskan ……………………….
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid :ya/tidak

18
JVD :ya/tidak
Kaku kuduk :ya/tidak
Keluhan :……………………
7) Dada dan paru-paru
Bentuk dada :normal chest/barrel chest/pigion chest
Retraksi : ya/tidak
Suara nafas :vesikuler/tidak
Wheezing : ya/tidak
Suara jantung tambahan: ada/tidak
Ictus cordis : Teraba di ICS V kiri
Keluhan : ya/tidak
Jika ya jelaskan :………………………..
8) Abdomen
Bentuk : distended/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Peristaltik usus : ada/tidak,frekuensi…….kali/mnt
Massa : ya/tidak, region
Jika ya jelaskan ……………………..
9) Genital dan anus
Kebersihan :baik/tidak
Haemoroid :ya/tidak
Hernia :ya/tidak
Keluhan :ya/tidak
Jika ya, jelaskan ……………………….
10) Ekstremitas atas : Klien mampu menggerakan kedua tangan nya
11) Ekstremitas bawah : Klien mampu menggerakan kedua kakinya
namun kekuatan otot sudah berkurang karena usia
c. Sistem Integumen (Inspeksi dan Palpasi)
1) Keadaan kulit secara umum : Kulit tampak berwarna putih
2) Keadaan rambut : Rambut Bersih, pendek dan berwarna putih

19
3) Kuku : Kuku Klien tampak pendek dan bersih
4) Keluhan / gangguan pada kulit : -
d. Sistem Pernapasan
1) Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
2) Suara napas : Vesikuler
3) Irama napas : Regular
e. Sistem Muskuloskeletal
1) Bentuk tulang belakang: Kifosis
2) Tingkat mobilisasi : Mobilisasi penuh
3) Uji kekuatan otot : 5 5
4 4
Penjelasan: 5 : Kekuatan Utuh
4 : Kekuatan kurang dibanding sisi lain
4) Refleks biceps dextra sinistra:
5) Refleks triceps dextra sinistra:
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi : 82 x/menit
2) Frekuensi denyut jantung : 82 x/menit
3) Tekanan darah : 150/100 Mmhg
4) Mean Arterial Pressure (MAP) : sistol + 2.diastol
3
= 150 + 2.100 = 150 + 200 = 350 = 116,6 Mmhg
3 3 3
Kesimpulan: Pasien tergolong hipertensi
Akral (warna kulit) : Berwarna Putih, Saat dilakukan CRT kembali
dalam < 2 detik
g. Sistem Gastrointestinal : Klien mengatakan BAB sekali dalam 2 hari
h. Sistem Perkemihan : Klien mengatakan BAK normal
i. Sistem Persarafan : Klien tidak memiliki masalah dalam system
persarafan
j. Sistem Sensorik
1) Penglihatan : Penglihatan klien kabur saat melihat dalam jarak jauh

20
2) Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
3) Pengecapan : Masih berfungsi dengan baik
4) Penghidu : Klien masih bisa membedakan aroma
k. Sistem Endokrin : Klien tidak memiliki masalah dalam system endokrin
l. Sistem Reproduksi : Klien tidak memiliki masalah dalam system
reproduksi

3.4 Pengkajian Status Fungsional,Kognitif danPsikososial


a. Kemandirian melakukan aktivitas sehari-hari
Makan : Mandiri
Defekasi dan berkemih : Mandiri
Mobilisasi : Mandiri
Mandi : Dibantu
b. Pengetahuan status Kognitif dan Afektif
No Short Portabble Mental Status Jawaban
Questionnaire(SPMSQ)

Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini? 
2 Hari apa sekararang ? (hari/tanggal/bulan) 
3 Apa nama tempat ini ? 
4 Berapa nomor telepon anda ? 
5 Dimana alamat anda ( bila tidak mempunyai 
nomor telepon)
6 Berapa umur anda ? 
7 Kapan anda lahir ? 
8 Siapa presiden sekarang ? 
9 Siapa nama presiden sebelumnya? 
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 
setiap angka baru secara menurun
Total kesalahan : 2
Kesimpulan : Fungsi intelektual utuh

Ket : Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh


Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat

21
c. Psikososial
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A.  Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B.  Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri

22
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan  pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan
in membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali

2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang


1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
>16 Depresi berat
Kesimpulan:
Depresi tidak ada atau minimal

23
d. Pengkajian Status sosial
No. URAIAN Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada


keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION 2
membantu pada waktu sesuatu (Adaptasi)
menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP 2
saya & mengungkap- kan masalah dengan (Hubungan)
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya menerima & mendukung GROWTH 2
keinginan saya untuk melakukan aktivitas / (Pertumbuhan)
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION 2
berespons terhadap emosi-emosi saya (Afeksi)
seperti marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya
& saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE 1
(Pemecahan)
PENILAIAN :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1

 Hampir Tidak Pernah : Skore 0

Kesimpulan: Pengkajian status social dari Ny. L.R baik

24
1. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif :
- P : Klien mengatakan nyeri kepala ketika mendengar kebisingan
- Q : Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk tusuk
- R : Klien mengatakan nyeri dirasakan dari punggung kepala
belakang menyebar ke seluruh kepala
- S : Klien mengatakan skala nyerinya berada diangka 4
- T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan berlangsung 3-5
Menit
- Klien mengatakan sulit tidur di malam hari
- Klien mengatakan sering terbangun di malam hari jika nyeri timbul

b. Data Objektif :
- Wajah Klien tampak meringis
- Mata tampak sayup
- Konjungtiva Anemis
- TTV : TD : 150/100 Mmhg
N : 82 x/menit
R : 20 x/menit

25
2. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Peningkatan Tekanan Nyeri Akut
P : Klien mengatakan nyeri Intrakranial
kepala ketika mendengar
kebisingan
Q : Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk tusuk
R : Klien mengatakan nyeri
dirasakan dari punggung
kepala belakang menyebar
ke seluruh kepala
S : Klien mengatakan skala
Nyerinya berada di angka
4
T : Klien mengatakan nyeri
hilang timbul dan
berlangsung 3-5 Menit

DO :
- Wajah Klien tampak
meringis
- TTV :
TD : 150/100 Mmhg
N : 82 x/menit
R : 20 x/menit

26
DS : Nyeri Gangguan
- Klien mengatakan sulit Pola Tidur
tidur di malam hari
- Klien mengatakan sering
terbangun di malam hari
jika nyeri timbul

DO :
- Mata tampak sayup
- Konjungtiva Anemis
- TTV :
TD : 150/100 Mmhg
N : 82 x/menit
R : 20 x/menit

A. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d Peningkatan Tekanan Intrakanial


2. Gangguan Pola Tidur b/d Nyeri

27
B. Rencana Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA “HIPERTENSI”


Nama/Umur : Ny. L.R/76 Tahun
Panti/Unit : Panti Werdha Bethania Lembean

Diagnosis
Tgl Tujuan Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
21 November 1.Nyeri Akut b/d Setelah 1. Monitor TTV 1. Untuk 07:00 1. Memonitor TTV S:
2022 Peningkatan dilakukan mengetahui Hasil :
Tekanan Intrakranial Tindakan keadaan umum TD : 140/100 P : Klien mengatakan nyeri
ditandai dengan : keperawatan klien mmHg timbul Ketika mendengar
selama ± 6 R : 21x/menit kebisingan
jam masalah N : 84x/menit
DS : Nyeri Akut 2. Identifikasi 2. Untuk 07:05 Q : Klien mengatakan
P : Klien dapat teratasi Tingkat Nyeri mengetahui 2. Mengidentifikasi nyeri seperti ditusuk-tusuk
mengatakan nyeri dengan kriteria tingkat nyeri yang tingkat nyeri
timbul Ketika hasil : dirasakan Hasil : wajah R : Klien mengatakan
mendengar -Nyeri tampak meringis nyeri dirasakan dari
kebisingan berkurang/hilan Respon :
Q : Klien punggung kepala belakang
g P : Klien
mengatakan nyeri menyebar ke seluruh
-Skala Nyeri mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk dari 4 dapat timbul Ketika kepala
R : Klien berkurang mendengar
mengatakan nyeri S : Klien mengatakan skala
menjadi 0-2 kebisingan
dirasakan dari -Wajah Sudah Q : Klien nyeri menurun menjadi 3
punggung kepala tidak meringis mengatakan nyeri
belakang menyebar T : Klien mengatakan nyeri
-TTV dalam seperti ditusuk-
ke seluruh kepala. hilang timbul, berlangsung

28
S : Klien batas normal tusuk 3-5 mnt
mengatakan skala R : Klien
nyerinya berada mengatakan nyeri - Klien mengatakan merasa
diangka 4 dirasakan dari sedikit lebih relaks
T : Klien punggung kepala
mengatakan nyeri belakang menyebar -Klien mengatakan nyeri
hilang timbul dan ke seluruh kepala mulai berkurang
berlangsung 2-5 S : Klien
menit 07:10 mengatakan skala O:
nyerinya berada
-Klien mengatakan diangka 4 - Wajah masih tampak
mengonsumsi obat 3.Anjurkan dan 3.Membantu T : Klien meringis
Amlodipine ajarkan Teknik merelakskan serta mengatakan nyeri
relaksasi napas dapat hilang timbul, - Klien melakukan Teknik
DO : dalam menurunkan rasa berlangsung 3-5 relaksasi napas dalam
-Wajah tampak nyeri mnt
meringis - Klien diberikan obat
-TTV : 3. Menganjurkan Amlodipine
TD : 150/100 mmHg dan mengajarkan
N : 82x/menit Teknik relaksasi - TTV :
R : 21x/menit napas dalam
Hasil : klien TD : 130/90 mmHg
melakukan Teknik
08:00 relaksasi napas N : 80x/menit
dalam
R : 20x/menit
Respon : Klien
4.Tatalaksana mengatakan merasa
dalam 4.Untuk sedikit lebih relaks,
pemberian obat : membantu klien mengatakan
Amlodipine 5 menurunkan masih merasakan

29
mg tekanan darah sedikit nyeri A : Masalah belum teratasi
klien
4.Penatalaksanaan
dalam pemberian
obat : Amlodipine
5mg
Hasil : Klien P : Intervensi Lanjut
diberikan obat
Amlodipine obs
TTV setelah ± 2
jam
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit

Respon : Klien
mengatakan nyeri
mulai berkurang
skala nyeri
menurun menjadi 3

30
Catatan Perkembangan Hari Ke-2

Diagnosis
Tgl Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
22 Nyeri Akut b/d 07:00 1. Memonitor TTV S:
Novemb Peningkatan TD : 130/90 mmHg
er 2022 Tekanan N : 82x/menit P : Klien mengatakan nyeri sudah
Intrakranial R : 20x/menit tidak dirasakan
ditandai dengan :
07:0 2. Mengidentifikasi tingkat nyeri Q:-
DS : 5 Hasil : Meringis mulai
P : Klien berkurang R:-
mengatakan nyeri Respon :
timbul Ketika P : Klien mengatakan nyeri S : Klien mengatakan skala nyeri
mendengar mulai berkurang berkurang menjadi 2
kebisingan Q : Klien mengatakan nyeri
Q : Klien seperti ditusuk-tusuk
mengatakan nyeri R : Klien mengatakan nyeri
O : - Wajah sudah tidak meringis
seperti ditusuk- hanya dirasakan di kepala
tusuk S : Klien mengatakan skala - Klien melakukan relaksasi
R : Klien nyerinya berada diangka 3
napas dalam
mengatakan nyeri T : Klien mengatakan nyeri
dirasakan dari masih hilang timbul dan - Klien diberikan obat
punggung kepala berlangsung ± 3 menit Amlodipine 5mg
belakang menyebar - TTV : TD : 120/80 mmHg
ke seluruh kepala 3. Menganjurkan melakukan N : 78x/menit
S : Klien 07:1 Teknik relaksasi napas dalam R : 20x/menit
mengatakan skala 0 Hasil : Klien melakukan
nyeri menurun relaksasi napas dalam
diangka 3 Respon : Klien mengatakan
T : Klien nyeri semakin berkurang skala
A : Masalah Nyeri Teratasi
mengatakan nyeri nyeri menurun menjadi 2
hilang timbul,
berlangsung 3-5 4. Penatalaksanaan dalam
mnt pemberian obat Amlodipin
5mg
- Klien mengatakan 08:0 Hasil : Klien di berikan obat
merasa sedikit lebih 0 Amlodipine 5mg
relaks TTV : TD : 120/80 mmHg P : Intervensi Selesai
-Klien mengatakan N : 80x/menit
nyeri mulai R : 20x/menit
berkurang Respon : Klien mengatakan nyeri
sudah tidak dirasakan

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN
1. Bagi penulis
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi bahan acuan dan menjadi bahan
pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada klien
dengan menggunakan acuan SDKI, SIKI, dan SLKI. Pada Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan HIPERTENSI .
2. Bagi perawat ruangan
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
4. Bagi masyarakat

32
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sleman. 2018. Kesehatan Usia Lanjut 


Herbert Benson, dkk. 2016. Menurunkan Tekanan Darah.Jakarta: Gramedia
Dewi, S. R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: DEEPUBLISH
Amanda, D., & Martini, S. (2018). Hubungan Karakteristik dan Obesitas Sentral
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor
1.
Depkes, R. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
http:///www.kemenkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensipenyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html. Diakses pada tanggal 17 April 2020.

33

Anda mungkin juga menyukai