Di susun oleh :
Brayen Palit (2020039) Jovanka Kalele (2020020)
Jeansy Maino (2020053) Sheilla Leuwol (2019054)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul
“SUSUNAN SARAF OTONOM”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas pada program D3, Akademi keperawatan Gunung Maria
Tomohon .
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. kami
juga berterima kasih pada teman, saudara, dan orang – orang yang
disekitar kami yang sudah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, dikarenakan keterbatasan penulisan yang masih dalam tahap
pembelajaran.
i
TOMOHON, April 2021
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagian sistem saraf yang berbicara fungsi tubuh disebut sistem
saraf otonom. Sistem ini membantu pembantuan arteri, motilitas dan
sekresipengosongan kandung kemih saluran cerna, berkeringat suhu
tubuh dan banyak aktivit sebagai lainnya. Ada sebagian yang diatur
saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja.
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus.
Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat
menghantarkan impuls ke pusat – pusat yang lebih rendah sehingga
perangkat dapat mengatur pengaturan otonomik.
Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna
untuk memperkirakan efek farmakologi obat-obatan sistem saraf
simpatis maupun parasimpatis.
1
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang di maksud dengan saraf otonom?
B. Jenis-Jenis serta fungsi saraf otonom
C. Bagaimana cara kerja sistem saraf otonom?
D. Penyakit atau gangguan pada saraf otonom
E. Jenis – jenis obat yang digunakan pada saraf otonom?
C. TUJUAN PENELITIAN
A. Mengetahui tentang sistem saraf otonom.
B. Mengetahui fungsi dan jenis – jenis dari sistem otonom.
C. Bagaimana cara kerjanya sistem otonom.
D. Mengetahui penyakit yang diderita oleh penderita saraf otonom
dan jenis – jenis obat apa saja yang bisa digunakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar susunan saraf otonom
4
saraf simpatik terdapat 25 pasang ganglion atau simpul sumsum
tulang belakang.
Fungsi sistem saraf otonom simpatik antara lain mampu
memperbesar bagian pupil mata, memperbesar bronkus,
menghambat ereksi, menghambat sekresi dari empedu, dan
mempercepat detak jantung.
5
1. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat
indra
2. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan
kelenjar
3. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke
otak
4. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari
otak
5. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan
sel saraf lain.
1. Stroke
6
Salah satu atau kedua lengan terasa lemah hingga tidak bisa
digerakkan
Kesulitan berbicara
Salah satu sisi wajah terlihat menurun
Amnesia anterograde
Pada kondisi ini, penderita akan sulit membentuk ingatan baru.
Amnesia retrograde
Pada kondisi ini, penderita tidak bisa mengingat informasi atau
kejadian di masa lalu.
Amnesia global sementara
Amnesia jenis ini masih belum bisa dimengerti sepenuhnya.
Amnesia Infantil
7
Amnesis infantil adalah kondisi yang menyebabkan seseorang
tidak bisa mengingat kejadian yang terjadi dalam 3 hingga 5
tahun awal kehidupannya.
3. Epilepsi
4. Neuritis
Neuritis adalah kelainan pada sistem saraf karena adanya
tekanan, pukulan, keracunan, patah tulang serta kekurangan vitamin B
komplek (B1, B6, B12).
Penderita neuritis akan lebih sering mengalami kesemutan pada
sekujur tubuhnyam terutama tangan dan kaki.
5. Parkinson
8
Parkinson merupakan penyakit pada sistem saraf yang
disebabkan karena kekurangan neurotransmiter dopamine pada dasar
ganglion.
6. Meningitis
9
Meningitis dapat disebabkan oleh serangan virus atau bakteri.
Meningitis akibat serangan bakteri akan jauh lebih serius, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian.
Infeksi kuman.
Penyakit kanker dan lupus.
Efek samping obat dan operasi otak.
10
Rewel
Mudah mengantuk
Tidak mau menyusu
Muntah
Pertumbuhan terhambat
Kejang
Sakit kepala
Penurunan daya ingat dan konsentrasi
Mual dan muntah
Gangguan penglihatan
Gangguan koordinasi tubuh
Gangguan keseimbangan
Kesulitan menahan buang air kecil
Pembesaran kepala
11
Pada penderita migrain, serangan sakit kepala sebelah umumnya
muncul pertama kali pada masa pubertas atau migrain pada anak.
Serangan migrain akan terasa lebih berat bila muncul di usia 35
hingga 45 tahun.
Serangan migrain sering kali terjadi pada masa pubertas.
Gejalanya dapat berkembang dalam empat tahap, meski tidak semua
penderita mengalami semua tahapan ini. Keempat gejala tersebut
terdiri dari:
Berkeringat
Merasa sangat panas atau sangat dingin
Sakit perut
Diare
Sulit konsentrasi.
12
Migrain dengan aura. Migrain dengan aura diawali dengan
tanda-tanda tahapan aura sebelum sakit kepala muncul, seperti
melihat kilatan cahaya.
Migrain dengan aura, namun tanpa sakit kepala. Kondisi
yang dikenal dengan silent migraine ini diawali dengan semua
tanda atau gejala migrain, namun tidak diikuti dengan sakit
kepala.
9. Radang Otak
Respon sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus ini justru dapat
menyebabkan pembengkakan di otak.
Radang otak dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia, karena
sistem kekebalan tubuh mereka cenderung lebih lemah. Meski jarang
terjadi, radang otak berpotensi menjadi serius dan mengancam nyawa.
Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini dan penanganan sesegera
mungkin.
Jenis virus yang dapat menyebabkan radang otak antara lain:
13
Infeksi virus ini dapat menular, tetapi penyakit ensefalitis sendiri
tidak menular. Selain virus, radang otak juga dapat disebabkan oleh
bakteri atau jamur.
Ensefalitis atau radang otak diawali dengan gejala ringan yang
menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, muntah, tubuh terasa
lelah, serta nyeri otot dan sendi. Seiring perkembangannya, radang
otak dapat menimbulkan gejala yang lebih serius, seperti:
Pada bayi dan anak-anak, gejala radang otak yang muncul bersifat
umum, sehingga tidak mudah disadari karena menyerupai gejala
penyakit lain. Gejala yang dapat muncul adalah:
14
lokasi tumor. Tumor otak yang berukuran kecil sering kali tidak
menimbulkan gejala. Seiring berkembangnya tumor otak, dapat
muncul gejala berupa sakit kepala, gangguan saraf, atau kejang.
Usia
Keturunan
Pernah menjalani radioterapi
11. Polio
15
Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya
penderita AIDS.
Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
Pernah menjalani pengangkatan amandel.
Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar
virus polio.
Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien
polio.
Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah
polio.
16
Parasimpatomimetik atau kolinergik : obat yang merangsang
organ-organ yang dikendalikan oleh saraf parasimpatik atau meniru
efek asethikolin, misalnya : pilokarpin dan fisostigmin.
A. Adrenergika
Adrenergika atau simpatomimetik adalah obat-obat yang
menimbulkan efek yang sama dengan efek yang dihasilkan bila saraf
simpatik dirangsang dan melepaskan Nor-Adrenalin (NA) di ujung
sarafnya.
Mekanisme kerja Adrenergika
Nor-Adrenalin disintesa dan disimpan di ujung saraf adrenergik
dan dapat dibebaskan dari depotya dengan jalan merangsang saraf
bersangkutan atau dengan perantaraan obat-obat seperti : efedrin.
amfetamin, guanetidin, dan reserpin.
Penggunaan Obat-Obat Adrenergika
Berdasarkan khasiat tersebut, obat-obat adrenergika digunakan pada
bermacam-macam penyakit dan gangguan, yang terpenting adalah :
1. Pada syok : digunakan untuk memperkuat kerja jantung dan
melawan hipotensi, khususnya adrenalin dan noradrenalin.
2. Pada asma : digunakan untuk menimbulkan efek bronkhodilatasi,
terutama salbutamol dan turunannya, juga adrenalin dan efedrin.
3. Pada hipertensi : digunakan untuk menurunkan daya tahan perifer
dinding pembuluh melalui penghambatan pelepasan NA,
misalnya Metil dopa, Klonidin, Prazosin dan Propanolol.
4. Pada pilek : berguna menciutkan selaput lendir yang bengkok,
misalnya imidazolin, memperlebar pupit mata, antara lain ; fenilefrin
dan antazolin.
5. Sebagai anoreksan : untuk mengurangi nafsu makan pada
pengobatan obesitas, misalnya fenfluramin dan mazindol.
B. Adrenolotika
17
Adrenolotika atau simpotolitika adalah obat yang melawan efek
peransangan saraf-saraf simpatik untuk sebagian atau seluruhnya,
berdasarkan mekanisme kerja dan titik kerjanya, obat-obat ini
digolongkan sebagai berikut :
1. a-blockers (a-simpatolika) : alkaloid sekale, derivat imidazolin
(tolazolin dan fentoalmin) dan yohimbin
2. b-blockers (b-simpatolitika) : propanolol dan turunannya
pernilamin.
3. Neuroblocker adrenergik : derivat-derivat guanidin, metildopa,
reserpin, klonidin.
Zat-zat Tersendiri :
Alkaloid sekale : egrot
Ekstrak dan tingtur sekale.
Ergotamin
Ergometrin
Dihidroerogotamin
Yohimbin
C. Kalinergika
Kalinergika atau parasimpatomimetika adalah obat yang dapat
menimbulkan efek-efek yang sama dengan efek yang terjadi bila
susunan saraf parasimpatik dirangsang dan melepaskan asetikolin
pada ujung-ujung sarafnya.
18
7. Menekan SSP
Berdsarkan efeknya pada rangsangan maka reseptor asetikolin
dibagi menjadi dua , yaitu : reseptor Muskarinik dan reseptor
Nikotonik. yang masing-masing menghasilkan :
1. Efek muskarinik, yaitu efek seperti yang tertera diatas, misalnya
yang diberikan oleh ; asetikolin, pilokarpin, dan fisostigmin.
2. Efek nikotinik, yaitu menyerupai efek adrenergik atau berlawanan
dengan efek diatas, yaitu : vasokontriksi dengan diperkuatnya
kegiatan jantung dan stimulasi SSP. Misalnya yang diberikan oleh :
neostigmin dan piridostigmin.
D. Antikolinergika
19
Antikolinergika atau parasmpatolitika adalah zat-zat yang dapat
melawan sebagian atau seluruhnya efek asetikolin di otot polos, otot
jantung, dan kelenjar.
Penggunaan Antikolinergika
Sebagai spasmolitikum (zat pereda kejang otot) terutama untuk
merelaksasi kejang dan kolik di saluran lambung-usus. empedu
dan kemih.
Pada borok lambung-usus, untuk menekan sekresi asam
lambung dan mengurangi peristaltik lambung
Sebagai midriatikum untuk melebarkan pupil mata dan
melumpuhkan akomodasi mata.
Sebagai sedativum, terutama ; antropin dan skopolamin.
Pada hiperhidrosis untuk menekan sekresi keringat yang
berlebihan.
Pada penyakit parkinson, misalnya ; triheksifenidil, orfenadin,
benzatropin, dan lain-lain.
Zat-Zat Tersendiri :
1. Alkoloid belladon :
Atropin
Metilskopolamin
Butilskopolamin
2. Zat-zat Amonium Kuaterner :
Propantelin
Aksifenonium
Mepenzolat
Isopropamid
Emerpromium
Ipratropium
20
3. Zat-zat Amin Tersier :
Adifenin
Oksifensiklimin
Pirenzepin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saraf otonom adalah saraf yang mempengaruhi setiap saraf pada
setiap saraf yang ada di tubuh manusia. Saraf otonom bekerjanya
tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis atau disebut juga otot
tak sadar.
B. SARAN
Setiap penyakit dari saraf yang terjadi pada manusia bisa di
sembuhkan dengan obat – obatan yang di berikan oleh resep dokter
dan di berikan dengan dosis yang benar, dan tidak meminumnya
sembarangan.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
https://sainsma.com/sistem-saraf-otonom/
https://www.harapanrakyat.com/2020/09/sistem-saraf-otonom/
https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-saraf-otonom/
https://www.amongguru.com/macam-macam-gangguan-dan-
penyakit-pada-sistem-saraf-manusia/
https://www.alodokter.com
https://www.klinikabar.com/2019/02/definisi-obat-otonom-dan-
jenis-jenis-obat-saraf-otonom.html
23