Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

”SUSUNAN SARAF OTONOM”

Dosen : Sr. Clarina Kuway, SJMJ, S.Farm., Apt


Mata kuliah : Farmakologi

Di susun oleh :
Brayen Palit (2020039) Jovanka Kalele (2020020)
Jeansy Maino (2020053) Sheilla Leuwol (2019054)

AKADEMI KEPERAWATAN GUNUNG MARIA TOMOHON


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul
“SUSUNAN SARAF OTONOM”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas pada program D3, Akademi keperawatan Gunung Maria
Tomohon .
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. kami
juga berterima kasih pada teman, saudara, dan orang – orang yang
disekitar kami yang sudah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, dikarenakan keterbatasan penulisan yang masih dalam tahap
pembelajaran.

i
TOMOHON, April 2021

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................i


Daftar Isi ..........................................................................................ii
BAB I : PENDAHULIAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN
SUSUNAN SARAF OTONOM? ...............................................3
B. JENIS – JENIS SERTA FUNGSI
DARI SARAF OTONOM ..........................................................4
C. BAGAIMANA CARA KERJA
SISTEM SARAF OTONOM? ....................................................5
D. PENYAKIT ATAU GANGGUAN PADA
SARAF OTONOM .....................................................................6
E. JENIS – JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN
PADA SARAF OTONOM? .......................................................16
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................22
B. SARAN ..................................................................................22
Daftar Pustaka..................................................................................23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagian sistem saraf yang berbicara fungsi tubuh disebut sistem
saraf otonom. Sistem ini membantu pembantuan arteri, motilitas dan
sekresipengosongan kandung kemih saluran cerna, berkeringat suhu
tubuh dan banyak aktivit sebagai lainnya. Ada sebagian yang diatur
saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja.
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus.
Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat
menghantarkan impuls ke pusat – pusat yang lebih rendah sehingga
perangkat dapat mengatur pengaturan otonomik.
Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna
untuk memperkirakan efek farmakologi obat-obatan sistem saraf
simpatis maupun parasimpatis.

1
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang di maksud dengan saraf otonom?
B. Jenis-Jenis serta fungsi saraf otonom
C. Bagaimana cara kerja sistem saraf otonom?
D. Penyakit atau gangguan pada saraf otonom
E. Jenis – jenis obat yang digunakan pada saraf otonom?

C. TUJUAN PENELITIAN
A. Mengetahui tentang sistem saraf otonom.
B. Mengetahui fungsi dan jenis – jenis dari sistem otonom.
C. Bagaimana cara kerjanya sistem otonom.
D. Mengetahui penyakit yang diderita oleh penderita saraf otonom
dan jenis – jenis obat apa saja yang bisa digunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA YANG DI MAKSUD DENGAN SARAF OTONOM


Saraf otonom adalah sistem saraf yang melayani fungsi organ,
otot polos, dan sejumlah kelenjar yang bekerja secara otonom (gerak
tak sadar). Saraf otonom bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja
secara otomatis atau disebut juga otot tak sadar. Sistem saraf otonom
merupakan gabungan saraf sensorik dan saraf motorik. Gangguan
pada sistem saraf otonom dapat mempengaruhi setiap bagian atau
proses tubuh. Gangguan saraf otonom mungkin reversibel atau
progresif.
Setelah sistem saraf otonom menerima informasi tentang tubuh
dan lingkungan eksternal, maka sistem saraf otonom akan
meresponnya dengan merangsang proses tubuh, biasanya melalui
saraf simpatik, atau menghambat proses tubuh, biasanya melalui saraf
parasimpatis.
Jalur saraf otonom melibatkan dua sel saraf. Satu sel terletak di
batang otak atau sumsum tulang belakang yang dihubungkan dengan
serabut saraf ke sel lain, yang terletak di gugusan sel saraf (disebut
ganglion otonom).
Serabut saraf dari ganglia ini terhubung dengan organ-organ
internal. Sebagian besar ganglia untuk saraf simpatik terletak di luar
sumsum tulang belakang pada kedua sisinya. Ganglia untuk saraf
parasimpatik terletak di dekat atau di organ dimana terdapat saraf
parasimpatik tersebut.
Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu
otot jantung, pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis,
abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf otonom
dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis.

3
Gambar susunan saraf otonom

B. JENIS – JENIS SERTA FUNGSI SARAH OTONOM


Berikut ini adalah beberapa jenis dan fungsi saraf sistem tak
sadar, antara lain :
1. Sistem saraf simpatik

Salah satu sistem saraf otonom ini terdapat pada depan


tulang rusuk bagian belakang yang ada pada pangkal sumsum
tulang belakang. Bisa kita sebut jika letak dari sistem saraf ini
berupa medula spinalis yang ada pada bagian dada dan juga
pinggang.

Saraf ini juga terkenal dengan sebutan saraf torakolumbar.


Hal ini karena saraf preganglion keluar yang berasal dari tulang
belakang pada torak dari pertama hingga ke-12. Dalam sistem

4
saraf simpatik terdapat 25 pasang ganglion atau simpul sumsum
tulang belakang.
Fungsi sistem saraf otonom simpatik antara lain mampu
memperbesar bagian pupil mata, memperbesar bronkus,
menghambat ereksi, menghambat sekresi dari empedu, dan
mempercepat detak jantung.

lalu, fungsi lainnya yakni memperlambat kerja sistem


pencernaan, menurunkan tekanan darah, meningkatkan sekresi
adrenalin, dan menghambat kontraksi dari kantung kemih.

2. Sistem saraf parasimpatik

Sistem saraf parasimpatik merupakan sistem saraf yang


mempunyai pangkal pada sumsum tulang belakang lanjutan atau
medula oblongata. Pada sistem ini juga sering kita sebut dengan
sistem saraf kranosakral.

Karena saraf preganglion keluar dari sakral dan juga dari


otak. Saraf parasimpatik ini terdiri atas jaringan yang terhubung
dengan ganglion yang tersebar pada seluruh tubuh kita.

Sedangkan, fungsi dari sistem saraf otonom parasimpatik ini


berbeda atau berbanding terbalik dengan sistem saraf simpatik.
Fungsi dari sistem saraf parasimpatik diantaranya adalah
mengecilkan ukuran pupil mata, merangsang ereksi, dan
memperkecil bronkus.

Kemudian, juga berfungsi sebagai sistem yang meningkatkan


tekanan darah, menghambat sekresi dari adrenalin dan
menghambat detak jantung. Selain itu, mampu meningkatkan
sekresi empedu, menghambat pencernaan, serta mempercepat
kontraksi dari kantung kemih.

C. BAGAIMANA CARA KERJA SISTEM SARAF OTONOM

5
1. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat
indra
2. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan
kelenjar
3. Sel Saraf Sensoris : serabut saraf yang membawa rangsang ke
otak
4. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari
otak
5. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan
sel saraf lain.

D. PENYAKIT ATAU GANGGUAN PADA SARAF OTONOM

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rusak atau


berkurangnya kerja sistem saraf manusia ialah luka sehingga sistem
saraf menjadi rusak, serangan virus dan bakteri pada otak, kerusakan
genetikal, penggunaan obat – obatan, benturan pada benda keras,
kelainan dan penyakit pasa sistem saraf.

Berikut ini adalah penyakit atau gangguan pada sistem saraf


manusia.

1. Stroke

Stroke adalah penyakit pada otak akibat dari tersumbat atau


pecahnya pembuluh darah pada otak. Penyempitan pembuluh darah
adalah penyebab dari terjadinya penyakit ini. Penderita stroke
memiliki wajah yang asimetri.

Stroke merupakan keadaan darurat medis karena sel otak dapat


mati hanya dalam hitungan menit. Matinya sel otak menyebabkan
bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat
berfungsi dengan baik. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan
tingkat kerusakan pada otak dan kemungkinan munculnya
komplikasi.

Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala


yang paling sering dijumpai adalah:

6
 Salah satu atau kedua lengan terasa lemah hingga tidak bisa
digerakkan
 Kesulitan berbicara
 Salah satu sisi wajah terlihat menurun

2. Hilang Ingatan (Amnesia)

Para penderita amnesia, akan mengalami kesulitan mengingat


dan kebingungan. Penyakit ini dapat bersifat sementara sehingga
ingatannya menjadi pulih, atau dapat juga permanen. Kondisi
penderita amnesia tergantung dari parah atau tidaknya trauma otak.
Trauma pada otak ini biasanya disebabkan oleh benturan atau
kecelakaan.

Hilangnya ingatan pada kondisi ini dapat berupa hilang ingatan


sebagian atau seluruhnya. Umumnya penderita amnesia masih dapat
mengingat identitas dirinya, hanya saja akan kesulitan untuk
mengingat hal baru atau mengingat kejadian di masa lalu.

Amnesia sering dikaitkan dengan demensia , yaitu sebuah


kondisi yang juga mengganggu daya ingat. Namun, keduanya
merupakan kondisi yang berbeda. Penderita demensia akan
mengalami gangguan pada daya ingat sekaligus penurunan fungsi
koginitif.

Gejala utama amnesia adalah hilangnya ingatan masa lalu atau


kesulitan mengingat hal baru. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan,
amnesia dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

 Amnesia anterograde
Pada kondisi ini, penderita akan sulit membentuk ingatan baru.
 Amnesia retrograde
Pada kondisi ini, penderita tidak bisa mengingat informasi atau
kejadian di masa lalu.
 Amnesia global sementara
Amnesia jenis ini masih belum bisa dimengerti sepenuhnya.
 Amnesia Infantil

7
Amnesis infantil adalah kondisi yang menyebabkan seseorang
tidak bisa mengingat kejadian yang terjadi dalam 3 hingga 5
tahun awal kehidupannya.

3. Epilepsi

Epilesi atau ayan adalah gangguan pada sistem saraf sehingga


menyebabkan kejang (kontaksi keras pada otot tubuh). Kejang pada
penderita epilepsi disebabkan aktivitas listrik yang tidak normal pada
otak. Kejang ini akan disertai dengan busa dan dapat terjadi secara
mendadak serta berulang-ulang. Banyak penyebab  dari epilepsi,
diantaranya infeksi, cedera otak, dan juga tumor otak.
Kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi
saat timbul impuls listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi
tersebut menyebar ke area sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal
listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut terkirim juga pada otot,
sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang.

Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-


beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan hanya seperti
memandang dengan tatapan kosong, atau terjadi gerakan lengan dan
tungkai berulang kali.

4. Neuritis
Neuritis adalah kelainan pada sistem saraf karena adanya
tekanan, pukulan, keracunan, patah tulang serta kekurangan vitamin B
komplek (B1, B6, B12).
Penderita neuritis akan lebih sering mengalami kesemutan pada
sekujur tubuhnyam terutama tangan dan kaki.

5. Parkinson

8
Parkinson merupakan penyakit pada sistem saraf yang
disebabkan karena kekurangan neurotransmiter dopamine pada dasar
ganglion.

Ciri-ciri dari penderita Parkinson yang tampak jelas, antara lain


tangan gemetaran waktu istirahat, susah bergerak, mata sulit berkedip,
otot terasa kaku. Kondisi yang demikian menyebabkan kaki menjadi
kaku saat bergerak dan berjalan.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, penyakit ini memburuk


secara bertahap seiring berjalannya waktu, dan terbagi menjadi 5
tingkatan (stadium) seperti dijelaskan di bawah ini:

 Stadium 1. Pada stadium 1, gejala penyakit Parkinson tergolong


ringan dan tidak mengganggu aktivitas penderita.
 Stadium 2. Jangka waktu perkembangan penyakit Parkinson
dari stadium 1 ke stadium 2 berbeda pada tiap penderita, dapat
berlangsung dalam hitungan bulan atau tahun. Pada tahap ini,
gejala mulai terlihat.
 Stadium 3. Penyakit Parkinson stadium 3 ditandai dengan
gejala yang makin jelas terlihat. Gerak tubuh mulai melambat,
dan mulai mengganggu aktivitas penderita.
 Stadium 4. Pada tahap ini, penderita mulai kesulitan berdiri
atau berjalan. Gerak tubuh penderita akan semakin melambat,
sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk menunjang
aktivitasnya.
 Stadium 5. Penyakit Parkinson stadium 5 dapat membuat
penderita sulit atau bahkan tidak bisa berdiri sama sekali.
Penderita juga dapat mengalami waham (delusi) dan halusinasi.

6. Meningitis

Meningitis atau dikenal dengan radang selaput otak merupakan


infeksi pada selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang.

Gejala umum dari meningitis, antara lain badan demam, sakit


kepala yang berlebihan, leher terasa kaku dan adanya ruam-ruam pada
kulit.

9
Meningitis dapat disebabkan oleh serangan virus atau bakteri.
Meningitis akibat serangan bakteri akan jauh lebih serius, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian.

Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap


harus diwaspadai, karena juga dapat menimbulkan kejang dan kaku
pada leher. Pada bayi di bawah usia 2 tahun, meningitis umumnya
ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu meningitis, antara lain:

 Infeksi kuman.
 Penyakit kanker dan lupus.
 Efek samping obat dan operasi otak.

Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu yang


sedang hamil atau lupa menjalani imunisasi.
7. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penyakit pada otak yang terjadi akibat
penumpukan cairan di dalam otak, sehingga menyebabkan
pembengkakan di dalam otak dan kepala tampak semakin membesar.

Penumpukan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah


banyak, sehingga akan menekan jaringan otak di sekitarnya,
khususnya pada pusat-pusat saraf vital.

Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus, dan


diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat penting, antara lain
melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan
membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi
ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.
Hidrosefalus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami
oleh bayi dan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas
Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan lingkar kepala yang
cepat membesar. Selain itu, akan muncul benjolan yang terasa lunak
di ubun-ubun kepala. Selain perubahan ukuran kepala, gejala
hidrosefalus yang dapat dialami bayi dengan hidrosefalus adalah:

10
 Rewel
 Mudah mengantuk
 Tidak mau menyusu
 Muntah
 Pertumbuhan terhambat
 Kejang

Pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang


muncul tergantung pada usia penderita. Gejala-gejala tersebut antara
lain:

 Sakit kepala
 Penurunan daya ingat dan konsentrasi
 Mual dan muntah
 Gangguan penglihatan
 Gangguan koordinasi tubuh
 Gangguan keseimbangan
 Kesulitan menahan buang air kecil
 Pembesaran kepala

Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan


gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang
dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan
gejala menjadi permanen.
8. Migrain
Migrain adalah istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan rasa nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan
muntah. Gangguan ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas berlebih
impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak. Aktivitas
tersebut mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak
dan juga peradangan. 

Migrain lebih sering diderita oleh wanita dibandingkan pria.


Menurut hasil penelitian WHO, dari total populasi manusia berusia
18-65 tahun yang melaporkan pernah menderita sakit kepala, sekitar
30 persen di antaranya adalah penderita migrain.

11
Pada penderita migrain, serangan sakit kepala sebelah umumnya
muncul pertama kali pada masa pubertas atau migrain pada anak.
Serangan migrain akan terasa lebih berat bila muncul di usia 35
hingga 45 tahun.
Serangan migrain sering kali terjadi pada masa pubertas.
Gejalanya dapat berkembang dalam empat tahap, meski tidak semua
penderita mengalami semua tahapan ini. Keempat gejala tersebut
terdiri dari:

 Tahap prodromal. Tahapan ini bisa dimulai satu atau dua hari


sebelum serangan sakit kepala.
 Aura. Tahap ini bisa terjadi sebelum atau selama migrain.
Contohnya adalah gangguan penglihatan, seperti melihat kilatan
cahaya dan pandangan kabur.
 Serangan sakit kepala. Tahap ini dapat berlangsung selama
kurang lebih 4-72 jam.
 Resolusi. Tahap akhir migrain ini terjadi setelah serangan
migrain. Umumnya, resolusi terjadi sekitar 24 jam pasca
serangan.

Selain gejala yang berkembang selama keempat tahapan tersebut,


beberapa penderita migrain juga dapat merasakan gejala lainnya,
seperti:

 Berkeringat
 Merasa sangat panas atau sangat dingin
 Sakit perut
 Diare
 Sulit konsentrasi.

Berdasarkan jenis serangannya, migrain dapat dibagi menjadi:

 Migrain tanpa aura. Sakit kepala terjadi tiba-tiba, tanpa


didahului dengan gejala apa pun. Jenis ini yang paling banyak
terjadi. Terkadang, gejala sakit kepala migrain tipe ini bisa mirip
dengan sinusitis.

12
 Migrain dengan aura. Migrain dengan aura diawali dengan
tanda-tanda tahapan aura sebelum sakit kepala muncul, seperti
melihat kilatan cahaya.
 Migrain dengan aura, namun tanpa sakit kepala. Kondisi
yang dikenal dengan silent migraine ini diawali dengan semua
tanda atau gejala migrain, namun tidak diikuti dengan sakit
kepala.

9. Radang Otak

Radang otak merupakan peradangan akut pada otak yang disebabkan


oleh infeksi virus. Gejala radang otak, antara lain demam yang tinggi,
sakit kepala, merasa ngantuk, dan sering bingung.

Respon sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus ini justru dapat
menyebabkan pembengkakan di otak.

Radang otak dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia, karena
sistem kekebalan tubuh mereka cenderung lebih lemah. Meski jarang
terjadi, radang otak berpotensi menjadi serius dan mengancam nyawa.
Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini dan penanganan sesegera
mungkin.
Jenis virus yang dapat menyebabkan radang otak antara lain:

 Virus herpes simpleks, penyebab penyakit herpes di mulut


dan herpes genital, serta herpes pada bayi.
 Virus Varicella zoster, penyebab cacar air dan herpes zoster.
 Virus Epstein-Barr, penyebab penyakit mononukleosis.
 Virus penyebab penyakit campak (measles), gondongan
(mumps), dan rubela.
 Virus dari hewan, seperti rabies dan virus nipah.

13
Infeksi virus ini dapat menular, tetapi penyakit ensefalitis sendiri
tidak menular. Selain virus, radang otak juga dapat disebabkan oleh
bakteri atau jamur.
Ensefalitis atau radang otak diawali dengan gejala ringan yang
menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, muntah, tubuh terasa
lelah, serta nyeri otot dan sendi. Seiring perkembangannya, radang
otak dapat menimbulkan gejala yang lebih serius, seperti:

 Demam hingga lebih dari 39oC.


 Linglung.
 Halusinasi.
 Emosi tidak stabil.
 Gangguan bicara, pendengaran, atau penglihatan.
 Kelemahan otot.
 Kelumpuhan pada wajah atau bagian tubuh tertentu.
 Kejang.
 Penurunan kesadaran.

Pada bayi dan anak-anak, gejala radang otak yang muncul bersifat
umum, sehingga tidak mudah disadari karena menyerupai gejala
penyakit lain. Gejala yang dapat muncul adalah:

 Mual dan muntah


 Nafsu makan menurun
 Tubuh anak terlihat kaku
 Muncul tonjolan pada bagian ubun-ubun kepala
 Rewel dan sering menangis

10. Tumor Otak


Tumor pada otak dapat disebabkan oleh pertumbuhan tak
terkendali pada sel-sel di dalam jaringan otak. Terdapat dua jenis
tumor pada otak. Tumor yang tumbuh langsung di otak disebut tumor
otak primer, sedangkan tumor yang tumbuh di bagian lain dari tubuh
dan menyebar hingga ke otak dinamakan tumor otak sekunder
(metastatik).

Gejala tumor otak berbeda-beda tergantung jenisnya. Gejala


yang muncul dipengaruhi oleh ukuran, kecepatan pertumbuhan, dan

14
lokasi tumor. Tumor otak yang berukuran kecil sering kali tidak
menimbulkan gejala. Seiring berkembangnya tumor otak, dapat
muncul gejala berupa sakit kepala, gangguan saraf, atau kejang.

Tumbuhnya tumor otak disebabkan oleh perubahan atau mutasi


genetik di dalam sel otak. Penyebab perubahan genetik ini masih
belum diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko seseorang terkena tumor otak, yaitu:

 Usia
 Keturunan
 Pernah menjalani radioterapi

11. Polio

Polio terjadi karena adanya infeksi virus polio pada bagian


sumsum tulang belakang. Penyakit ini lebih sering menyerang pada
anak-anak. Penderita folio dapat mengalami demam, kelumpuhan,
dan sakit kepala yang berakhir pada hilangnya refleks. Polio dapat
dicegah dengan imunisasi polio.

Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut


masuk melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di
dalam tubuh melalui aliran darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat
menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin,
namun lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum
mendapatkan vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:

 Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih


yang terbatas.
 Sedang hamil.

15
 Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya
penderita AIDS.
 Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
 Pernah menjalani pengangkatan amandel.
 Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar
virus polio.
 Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien
polio.
 Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah
polio.

E. JENIS – JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN PADA SARAF


OTONOM

1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatik :

 Simpatomimetik atau adrenalin yaitu obat yang menirukan efek


SO oleh nor-adrenalin, misalnya : efedrin, isoprenalin, dan
amfetamin.
 Simpatolitik atau adrenolitik : yaitu obat yang menekan kerja
saraf simpatik atau melawan efek adrenergika, misalnya :
alkaloid, sekale, propanol dan guanetidin

2. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimptik :

 Parasimpatomimetik atau kolinergik : obat yang merangsang


organ-organ yang dikendalikan oleh saraf parasimpatik atau
meniru efek asethikolin, misalnya : pilokarpin dan fisostigmin.
 Obat-obat parasimpatolitik atau kolinergik, justru melawan efek
parasimpatomimetik, misalnya : alkaloid belladona, prppantelin
dan mepenzolat.

3. Obat – obat perintang ganglion :

16
Parasimpatomimetik atau kolinergik : obat yang merangsang
organ-organ yang dikendalikan oleh saraf parasimpatik atau meniru
efek asethikolin, misalnya : pilokarpin dan fisostigmin.

A. Adrenergika
Adrenergika atau simpatomimetik adalah obat-obat yang
menimbulkan efek yang sama dengan efek yang dihasilkan bila saraf
simpatik dirangsang dan melepaskan Nor-Adrenalin (NA) di ujung
sarafnya.
Mekanisme kerja Adrenergika
Nor-Adrenalin disintesa dan disimpan di ujung saraf adrenergik
dan dapat dibebaskan dari depotya dengan jalan merangsang saraf
bersangkutan atau dengan perantaraan obat-obat seperti : efedrin.
amfetamin, guanetidin, dan reserpin.
Penggunaan Obat-Obat Adrenergika
Berdasarkan khasiat tersebut, obat-obat adrenergika digunakan pada
bermacam-macam penyakit dan gangguan, yang terpenting adalah :
1. Pada syok : digunakan untuk memperkuat kerja jantung dan
melawan hipotensi, khususnya adrenalin dan noradrenalin.
2. Pada asma : digunakan untuk menimbulkan efek bronkhodilatasi,
terutama salbutamol dan turunannya, juga adrenalin dan efedrin.
3. Pada hipertensi : digunakan untuk menurunkan daya tahan perifer
dinding pembuluh melalui penghambatan pelepasan NA,
misalnya Metil dopa, Klonidin, Prazosin dan Propanolol.
4. Pada pilek : berguna menciutkan selaput lendir yang bengkok,
misalnya imidazolin, memperlebar pupit mata, antara lain ; fenilefrin
dan antazolin.
5. Sebagai anoreksan : untuk mengurangi nafsu makan pada
pengobatan obesitas, misalnya fenfluramin dan mazindol.
B. Adrenolotika

17
Adrenolotika atau simpotolitika adalah obat yang melawan efek
peransangan saraf-saraf simpatik untuk sebagian atau seluruhnya,
berdasarkan mekanisme kerja dan titik kerjanya, obat-obat ini
digolongkan sebagai berikut :
1. a-blockers (a-simpatolika) : alkaloid sekale, derivat imidazolin
(tolazolin dan fentoalmin) dan yohimbin
2. b-blockers (b-simpatolitika) : propanolol dan turunannya
pernilamin.
3. Neuroblocker adrenergik : derivat-derivat guanidin, metildopa,
reserpin, klonidin.
Zat-zat Tersendiri :
 Alkaloid sekale : egrot
 Ekstrak dan tingtur sekale.
 Ergotamin
 Ergometrin
 Dihidroerogotamin
 Yohimbin
C. Kalinergika
Kalinergika atau parasimpatomimetika adalah obat yang dapat
menimbulkan efek-efek yang sama dengan efek yang terjadi bila
susunan saraf parasimpatik dirangsang dan melepaskan asetikolin
pada ujung-ujung sarafnya.

Efek Dari Obat Kolinergika :


1. Stimulasi saluran cerna
2. Memperlambat sirkulasi darah
3. Memperlambat pernafasan
4. Kontraksi otot mata dengan efek miosis (penyempitan pupil)
5. Kontraksi kandung kemih dan ureter
6. Dilatasi kebanyakan pembuluh dan kontraksi otot rangka

18
7. Menekan SSP
Berdsarkan efeknya pada rangsangan maka reseptor asetikolin
dibagi menjadi dua , yaitu : reseptor Muskarinik dan reseptor
Nikotonik. yang masing-masing menghasilkan :
1. Efek muskarinik, yaitu efek seperti yang tertera diatas, misalnya
yang diberikan oleh ; asetikolin, pilokarpin, dan fisostigmin.
2. Efek nikotinik, yaitu menyerupai efek adrenergik atau berlawanan
dengan efek diatas, yaitu : vasokontriksi dengan diperkuatnya
kegiatan jantung dan stimulasi SSP. Misalnya yang diberikan oleh :
neostigmin dan piridostigmin.

Penggunaan Obat Kolinergika


Penggunaan kolinergika terutama digunakan pada beberapa penyakit,
yaitu ;
1. Glucoma
Glucoma adalah suatu penyakit mata dengan ciri tekanan cairan mata
(intraokuler) sangat tinggi dengan akibat kerusakan mata dan dapat
menyebabkan buta, contohnya : pilokarpin, karbakol, dan fluostigmin.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis adalah suatu penyakit terganggunya penerusan
impuls di ujung saraf motoris, gejalanya adalah kelelahan dan
kelemahan otot tubuh khususnya otot muka (mata, mulut, bibir, lidah)
contohnya : neostigmin dan piridostigmin.
3. Kelemahan Otot-Otot Polos
Kelemahan otot-otot polos setelah melakukan operasi besar dengan
stress bagi tubuh, menyebabkan peningkatan aktivitas saraf
adrenergik dengan efek obtipasi dan sulit kencing.

D. Antikolinergika

19
Antikolinergika atau parasmpatolitika adalah zat-zat yang dapat
melawan sebagian atau seluruhnya efek asetikolin di otot polos, otot
jantung, dan kelenjar.
Penggunaan Antikolinergika
 Sebagai spasmolitikum (zat pereda kejang otot) terutama untuk
merelaksasi kejang dan kolik di saluran lambung-usus. empedu
dan kemih.
 Pada borok lambung-usus, untuk menekan sekresi asam
lambung dan mengurangi peristaltik lambung
 Sebagai midriatikum untuk melebarkan pupil mata dan
melumpuhkan akomodasi mata.
 Sebagai sedativum, terutama ; antropin dan skopolamin.
 Pada hiperhidrosis untuk menekan sekresi keringat yang
berlebihan.
 Pada penyakit parkinson, misalnya ; triheksifenidil, orfenadin,
benzatropin, dan lain-lain.

Zat-Zat Tersendiri :
1. Alkoloid belladon :
 Atropin
 Metilskopolamin
 Butilskopolamin
2. Zat-zat Amonium Kuaterner :
 Propantelin
 Aksifenonium
 Mepenzolat
 Isopropamid
 Emerpromium
 Ipratropium

20
3. Zat-zat Amin Tersier :
 Adifenin
 Oksifensiklimin
 Pirenzepin

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Saraf otonom adalah saraf yang mempengaruhi setiap saraf pada
setiap saraf yang ada di tubuh manusia. Saraf otonom bekerjanya
tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis atau disebut juga otot
tak sadar.
B. SARAN
Setiap penyakit dari saraf yang terjadi pada manusia bisa di
sembuhkan dengan obat – obatan yang di berikan oleh resep dokter
dan di berikan dengan dosis yang benar, dan tidak meminumnya
sembarangan.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

https://sainsma.com/sistem-saraf-otonom/

https://www.harapanrakyat.com/2020/09/sistem-saraf-otonom/

https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-saraf-otonom/

https://www.amongguru.com/macam-macam-gangguan-dan-
penyakit-pada-sistem-saraf-manusia/

https://www.alodokter.com

https://www.klinikabar.com/2019/02/definisi-obat-otonom-dan-
jenis-jenis-obat-saraf-otonom.html

23

Anda mungkin juga menyukai