Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK 9

MAKALAH FARMAKOLOGI

DI SUSUN OLEH :

TRI APRIANISA (F0G020039)


FERNA DWI MELLA (F0G020013)
MERI ANDANI (F0G020018)

KELAS : TINGKAT 1'A D3 KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU :
NOVIANTI, S.ST., M.KEB

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ......
Segala puji bagi allah atas rahmat ,taufiq ,serta hidayahnya sehingga tugas
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik ,salawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah banyak
memberikan inspirasi kepada penulis sehingga terselesaikanlah makalah ini
.walaupun masih banyak kekurangan ,sebagimanan kata pepatah “ tiada gading yang
tak retak “ untuk itu kritik dan saran yang membnagun sangat diharapkan oleh
penyusun .
Saya menyadari bahwa maklah ini masih bekum sempurna .oleh karena itu
saya mengharpkan kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi .semoga makalah ini memberi manfaat bagi banyak
orang .
Wasalamualikum warahmatullahi wabarakatuh .....

Bengkulu ,15 februari 2021

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..........................................................................................................


Daftar Isi ....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan masalah ..........................................................................................
C. Tujuan dan kegunaan ....................................................................................
D. Metode penelitiann ........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................
A. SISTEM SARAF SIMPATIS .......................................................................
B. SISTEM SARAF PARASIMPATIS..............................................................
C. OBAT ADRENERGIC DAN PENGHAMBAT ADRENERGIC ................
D. PENGHAMBAT NEURON ADRENERGIC................................................
BAB III : PENUTUP ................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makin tinggi makhluk hidup berkembang, makin besar kebutuhan akansistem
penghantar informasi, sistem kordinasi dan sistem pengaturan, disampingkebutuhan
akan organ pemasok dan organ ekskresi. PADA manusia, sistem saraf,khususnya
otak, mempunyai kemampuan berfungsi yang jauh lebih berkembangputus sistem
saraf makhluk hidup lain. fungsi dari sistem saraf itu sendiri yaituuntuk menerima
rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi didalamtubu, mengubah
rangsangan, menghantarkannya dang memprosesnya, sertamengkoordinasi dan
pembantuan fungsi tubuh melalui impuls-impuls yangdibebaskan dari pusat ke
perifer.
Bagian sistem saraf yang pembantuan fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf
otonom.Sistem ini membantu pembantuan tekanan arteri, motilitas dan sekresigastro-
usus pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitsebagai
lainnya.Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yanglainnya sebagian
saja.
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang pembantuan fungsi viseral
tubuh. Sistem saraf otonom terutama aktif oleh pusat-pusat yang terletak di medula
tulang belakang, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri
khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat- pusat yang lebih
rendah sehingga d emikianmempengaruhi pengaturan otonomik.
Sistem otonom terdiri dari 2 macam saraf yaitu :
1.saraf simpatik
Saraf simpatik berada di pangkal sumsum tulang belakang di daerah dada dan
pinggang. Saraf simpatik umumnya berfungsi untuk mempercepat kerja organ-organ
tubuh.
2. Saraf parasimpatik

4
Saraf parasimpatik merupakan saraf yang memanjang dari sumsum lanjutan. Pada
umumnya, saraf parasimpatik berfungsi untuk memperlambat kerja organ-organ
tubuh.
Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat hubungannya dengan
farmakologi dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja
obat yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan sistem saraf simpatis ?
2) Apa Obat yang bekerja pada sistem syaraf simpatik ?
3) Apa yang dimaksud dengan sistem saraf parasimpatis?
4) Apa Obat yang bekerja pada sistem syaraf parasimpatis ?
5) Apa saja obat adrenergic dan penghambat adrenergic ?
6) Apa saja penghambat neuron adrenergic ?

C. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis
b) Untuk mengetahui obat yang bekerja pada sistem syaraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis
c) Untuk mengetahui obat adrenergic dan penghambat adrenergic
d) Untuk mengetahui penghambat neuron adrenergic

BAB II

5
PEMBAHASAN

Pengertian saraf otonom atau tak sadar adalah saraf yang dapat melakukan perintah
atau berkerja tanpa kita sadari dan bergerak secara otomatis yang tidah di kehendaki
saraf pusat terlebih dahulu. Saraf ini dapat berkerja tanpa harus di atur terlebih
dahulu. Contoh dari saraf ini adalah denyut jantung, perubahan pada pupil mata,
mengeluarkan keringat, gerak alat pencernaan, dan lain-lain. Sistem saraf ini terdiri
dari 12 pasang saraf otak yaitu kranial dan terdiri dari 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang atau spinal.
Sistem otonom ternyata di pengaruhi oleh hipotalamus yang ada di dalam otak.
Hipotalamus di dalam otak dapat dirangsang dan dapat mempengaruhi dalam
gerakan otonom atau seperti dapat mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil
mata, menghambat sistem pencernaan, dan lain-lain. Sistem saraf otonom merupakan
gabungan dari saraf motorik dan juga saraf sensorik.

A. Sistem Saraf Simpatis


Sistem syaraf ini berdada di ddepan tulang rusuk bagian tulangbelakang yang
memiliki pangkal pada sumsum tulang belakang atau medula spinalis yang berada di
bagian dada dan pinggang. Saraf tersebut di sebut juga dengan saraf torakolumbar,
karena saraf preganglion keluar yang berasal dari tulang belakang toraks dari ke 1
sampai ke 12. Pada sistem saraf simpatik memiliki 25 pasang ganglio atau yang
merupakan simpul di sumsum tulang belakang.

Obat- obat yang bekerja pada sistem syaraf simpatik


1. Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)
2. Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)
1. Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)
 Agonis adrenergik langsung
Agonis adrenergik langsung obat yg termasuk tipe ini langsung berikatan pada
reseptor adrenergik, sehingga mengaktivasi reseptor tersebut obat2 yg bertindak

6
sebagai agonis adrenergik langsung memiliki afinitas terhadap reseptor-reseptor
tertentu. misalnya:
1. Norepinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1
2. Epinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1, β2
3. Isoproterenol: memiliki afinitas terhadap reseptor β1, β2
efek terhadap tubuh :
1. Stimulasi jantung
reseptor apa yg ada di jantung? Β1
2. Efek thd otot polos
Tdp 2 reseptor: α dan β
 stimulasi thd reseptor α akan menyebabkan vasokonstriksi,
 stimulasi thdp reseptor β akan menyebabkan vasodilatasi
3. Bronkodilatasi
Reseptor apa yg ada di bronkus? β2
4. Efek metabolisme
Pemacuan reseptor β akan menginduksi proses glukoneogenesis (glikogen
jadi glukosa).

 Agonis Adrenergik tidak langsung


1. menghambat re-uptake : jika NE banyak atau tidak digunakan maka akan
mengalami reuptake masuk kembali ke sel syaraf semula dan disimpan dalam granul.
2. menghambat MAO (mono amin oksidase): karena MAO-lah yg menginaktivasi
neuro transmitter.
3. Menyebabkan pelepasan NE.

Obat Agonis Adrenergik tidak Langsung


1. Efedrin
Dapat menembus sawar darah otak dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Cara
kerjanya adalah melepaskan norepinefrin. namun ada juga efek lainnya yaitu sebagai

7
bronkodilator.
2. Amphetamine dan turunannya
Efeknya sama kaya efedrin yaitu bisa menembus sawar darah otak namun efeknya
jauh lebih kuat! para atlit yg minum ini akan merasa beternaga dan tidak merasa
capek. Sekarang sudah tidak direkomendasikan sebagai obat lagi karena
disalahgunakan.
2. Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)
Obat yang mengeblok sistem saraf simpatik dengan mekanisme:
 menurunkan rangsang simpatetik dari otak
 mengeblok reseptor adrenergik
 menurunkan pengeluaran NE

1. α Blocker
obat atau senyawa yang mengeblok reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi:
 Pengeblok α
mengeblok reseptor α secara tidak spesifik (α 1 dan α 2 sama2 diblok).
Contoh obat: fentolamin, tolazolin
fungsinya? untuk vasodilator
 Pengeblok α-1
Spesifik hanya untuk α-1. Contoh obat: prazosin, trimazolin, terazolin
fungsinya? sebagai obat antihipertensi (α-1 menyebabkan vasokonstriksi)
 Pengeblok α-2
Spesifiknya hanya untuk α-2 Contoh obat: yohimbin
efek samping: aprodisiaka
2. β Blocker
obat atau senyawa yg mengeblok resptor beta adrenergik, dibagi menjadi:
 Pengeblok β
mengeblok reseptor β secara tidak spesifik. karenanya jarang digunakan.
Contoh obat: propanolol, karteolol, pindolol, timolol.
Fungsi : menurunkan denyut jantung, kardiak output, tekanan darah

8
 Pengeblok β-1
Spesifik hanya untuk β-1. Contoh obat: asebutolol,
atenolol, betaxolol. Fungsinya : menurunkan frekuensi
denyut jantung dan untuk pengobatan hipertensi
 Pengeblok β-2
Spesifik hanya untuk β-2. Contoh: butaxamine, menyebabkan
bronkokonstriksi.

B. Sistem saraf parasimpatik


Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada medulla oblongata
( sumsum lanjutan ) dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis. Sistem saraf
parasimpatik dapat dinamakan dengan saraf kraniosakral. Dikatakan saraf
kraniosakral karena saraf praganglion keluar dari daerah otak dan juga daerah sakral.

Obat pada sistem syaraf parasimpatik


ada 2 macam yaitu agonis kolinergik dan antagonis kolinergik. kalo yg agonis
memcau kalo yg antagonis menurunkan.

1.Agonis kolinergik (Kolinomimetik)


merupakan obat atau senyawa yg memperkuat atau meningkatkan aktivitas syaraf
kolinergik, dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan target aksinya: Agonis kolinergik
langsungdibagi menjadi 3:
1. Golongan ester
memiliki bentuk yg hampir mirip dengan struktur asetil kolin. namun obat golongan
ini lebih tahan terhadap enzim pendegradasi Asetilkolin esterase. karenanya efek
obatnya dapat bertahan lama.
contoh:
1. Carbachol: hanya berbeda dengan substitusi gugus carbamoyl pada metil
terminal

9
2. methacholine: hanya berbeda dengan penambahan gugus metil struktur
metakolin.
3. betanechol : kombinasi dari substitusi gugus carbamoyl dan adisi gugus metil.
sehingga menjadi agonis selektif hanya untuk reseptor muskarinik dan
resisten terhadap asetilkolinesterase
2. Golongan alkaloid
berasal dari tanaman. sehingga tidak dapat dimetabolisme oleh enzimasetil-
kolinesterase.
contoh: arekolin, muskarin dan pilokarpin
3. Golongan niktoin
untuk terapi membantu pasien menghentikan kebiasaan merokok.

2. Antagonis kolinergik (kolinolitik)


obat atau senyawa yang mengantagonis atau mengurangi efek asetilkolin atau
aktivitas syaraf kolinergik. dibagi menjadi:
1. Antagonis muskarinik
dimana obat bersifat kompetitif terhadap asetilkolin pada reseptor asetil kolin
muskarinik
contoh:
1) atropin
2) skopolamin (mencegah motion sickness) = pusat mual diatur oleh Ach
myskarinik dimana termasuk mual ringan dan dapat digunakan antihistamin
seperti dimenhidrinat. Namun mual tinggi yg ngatur adalah Chemoreseptor
Trigger Zone yang merupaak nreseptor serotonin dan dopamin.
3) ipatropium (bronkodilator) = mencegah kontraksi otot bronkus dengan
inhibisi sisten syaraf parasimpatik. dikombinasi dengan salbutamol untuk
memacu sistem syaraf simpatik ipratropium (bronkodilator)

2. Ganglionik blocker
ngeblok aksi asetilkolin pada reseptor nikotinik pada semua ganglion otonom.

10
jarang digunakan
3. Neuromuscular blocker
mengeblok interaksi asetil kolin pada reseptor asetilkolin nikotinik di sel otot
(spesifik) sehingga menghasilkan relaksasi otot
contoh:
1) tubokurare: racun yg biasanya ada di ujung anak panah orang indian (kurare)
sehingga musuh yg terkena akan lumpuh
2) dantrolen : mengobati malignant hipertemia

C. Obat adrenergic dan penghambat adrenergic


Obat adrenergic Antara lain :
 Efedrin
Efedrin adalah obat yang cukup populer karena efeknya sebagai dekongestan.
Efedrin juga banyak ditemukan di berbagai obat over the counter (OTC) atau obat
yang dijual bebas. Efedrin termasuk dalam golongan adrenergik karena merangsang
adrenoreseptor alfa dan beta. Selain itu, efedrin juga memiliki efek peningkatan
pelepasan katekolamin di sirkulasi.

Secara farmakodinamik, hampir bisa diduga bahwa efek efedrin hampir sama dengan
epinefrin yaitu :
1. inotropik positif
2. kronotropik positif
3. vasokonstriksi

Efedrin memang tidak memiliki efek sekuat epinefrin, namun efedrin memiliki
keunggulan efek yang lebih panjang dan dapat diberikan per oral.

Indikasi
Pada pasien rinitis yang mengalami hidung buntu, efedrin dapat digunakan sebagai
decongestan dengan dosis 15-60 mg diberikan 3 kali/hari.

11
Efedrin HCl banyak dikombinasikan dengan teofilin sebagai terapi asma bronkiale.
Misalnya, pada obat OTC merk Neo Napacin mengandung Efedrin HCl 25 mg dan
Teofilin 130 mg. Efedrin HCl sebagai terapi asma dapat diberikan 3 kali sehari.

Kontraindikasi dan Efek Samping


Karena memiliki efek kronotropik positif, inotropik positif dan vasokonstriksi maka
obat ini harus hati-hati diberikan pada pasien hipertensi, penyakit jantung koroner
atau pasien dengan risiko stroke yang tinggi.

 Salbutamol dan Agonis Beta-2


Meskipun masih memiliki efek terhadap reseptor beta-1, obat golongan salbutamol
dan sejenisnya (metaproterenol, salmeterol, formoterol, dan terbutaline) disebut
sebagai agonis beta-2 karena merangsang reseptor adrenergik beta-2 lebih dominan.
Obat golongan ini biasanya tidak mempengaruhi kerja jantung jika diberikan dalam
dosis kecil. Namun, ketika dosis ditingkatkan efeknya juga akan mempengaruhi kerja
jantung dan organ lain.
Agonis beta-2 short acting (salbutamol, metaproterenol, terbutaline), dapat
digunakan untuk mengobati serangan asma akut. Pemberiannya secara oral atau
inhalasi. Salah satu yang populer adalah ventolin yang merupakan salah satu merk
dagang salbutamol.
Salbutamol sebagai terapi serangan asma akut dapat diberikan secara :
1. Oral: 4 mg, 3-4 kali sehari (Dewasa). 2 mg, 3-4 kali/hari (Lansia dan Pasien
yang Sensitif). Tablet 200 mcg/kgbb 4 kali/hari (anak di bawah 2 tahun).
Tablet 1-2 mg 3-4 kali/hari (anak > 2 tahun).
2. Injeksi subkutan atau intramuskular: 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu.
3. Infus intravena lambat: 250 mcg, diulang bila perlu.
4. Infus intravena: awal 5 mcg/menit, lalu disesuaikan dengan respons dan
denyut jantung, lazimnya antara 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu

12
5. Inhalasi aerosol: 100-200 mcg (1-2 hirupan). Untuk gejala yang persisten 3-4
kali sehari, anak 100 mcg (1 hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2
hirupan) bila perlu.
Inhalasi nebuliser salbutamol dapat diberikan untuk untuk asma akut yang berat dan
bronkospasme kronis. Terapi ini dapat diberikan pada pasien dewasa dan anak > 18
bulan dengan dosis 2,5 mg (dapat diberikan 4-5 kali). Pantau perbaikan klinis pasien
setiap habis satu ampul, nilai response terapi.
Pada pasien asma persisten, dapat dipilih agonis beta-2 long acting, misalnya
salmeterol dan formoterol. Namun, sering kali obat tersebut perlu dikombinasi
dengan kortikosteroid misalnya formoterol-budesonide (merk dagang Symbicort).

Efek samping penggunaan salbutamol dan obat agonis beta-2 yang lain sering kali
disebabkan oleh sediaan oral. Efek samping yang dilaporkan meliputi tremor,
takikardia, nyeri kepala, hiperglikemia dan hipokalemia. Harus hati-hati
menggunakan sediaan oral pada pasien hipertensi, penyakit jantung koroner dan
decomp cordis.
Penggunaan obat-obatan adrenergik penting diperhatikan dalam praktek sehari-hari
karena sangat luas aplikasinya tidak hanya sebagai terapi penyakit kardiovaskuler,
tetapi juga common cold (decongestan) sampai asma bronchiale. Penting untuk
diperhatikan pemberian obat-obat adrenergik pada pasien hipertensi, Penyakit
Jantung Koroner dan pasien dengan risiko stroke tinggi.

penghambat adrenergic
Penghambat adrenergik adalah golongan obat yang dibagi menjadi dua, yaitu alpha-
adrenergic antagonists (alpha blockers) dan beta-adrenergic blocking agents (beta
blockers). Dua golongan penghambat adrenergik memiliki kegunaannya masing-
masing.
 Penghambat alfa
Penghambat alfa atau alpha blockers merupakan obat yang digunakan untuk
melemaskan otot polos (otot yang bekerja tanpa perintah), misalnya otot pembuluh

13
darah, sehingga dapat melebarkan pembuluh darah dan sirkulasi darah menjadi
lancar. Alpha blockers umumnya digunakan untuk menangani, mencegah, atau
meredakan gejala-gejala yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau pembesaran
kelenjar prostat (benign prostatic hyperplasia).
Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat stimulasi sistem saraf dalam
mengeluarkan zat yang dinamakan noradrenaline. Penghambatan noradrenaline akan
memunculkan sejumlah efek, seperti melemasnya dinding pembuluh darah, otot
kandung kemih, atau otot-otot di sekitar kelenjar prostat.
 Penghambat beta
Penghambat beta atau beta blockers adalah golongan obat yang digunakan untuk
menangani beragam kondisi yang menyerang jantung. Penghambat beta dapat
digunakan untuk menangani kondisi-kondisi, seperti:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Serangan jantung (infark miokard)
3. Gagal jantung
4. Denyut jantung tidak beraturan (aritmia)
5. Nyeri dada (angina)
6. Migrain
7. Tipe tremor tertentu
8. Glaukoma
9. Hormon tiroid berlebih dalam darah (hipertiroidisme) Kecemasan.
Obat ini bekerja dengan cara menekan efek hormon epinefrin atau adrenalin, yaitu
hormon yang berperan dalam membuka sirkulasi darah sehingga membuat jantung
berdenyut lebih lambat dan mengurangi beban jantung untuk menyuplai darah agar
tekanan darah bisa diturunkan. Selain itu, penghambat beta berguna untuk
melebarkan pembuluh darah agar sirkulasi darah berjalan lancar.
Peringatan:
 Ibu hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan sebaiknya
berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan obat ini.

14
 Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika memiliki gangguan
jantung, bradikardia, gagal jantung, penyakit ginjal, diabetes, asma,
hipertensi, sick sinus syndrome, atau memiliki riwayat alergi obat.
 Mengonsumsi penghambat beta dapat meningkatkan kadar trigliserida dan
menurunkan kadar kolesterol baik.
 Waspadai konsumsi alpha blockers bersama dengan sildenafil, antidepresan
trisiklik, mirtazapine, atau venlafaxine.
 Hindari mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol selama menggunakan
obat penghambat adregenik.
 Informasikan kepada dokter jika ingin menggunakan obat ini dalam jangka
waktu cukup lama, karena dapat meningkatkan risiko gagal jantung.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lainnya, termasuk
suplemen dan produk herba, untuk menghindari interaksi obat yang tidak
diinginkan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping Penghambat Adrenergik


Efek samping yang umumnya timbul dari penggunaan penghambat alfa adalah sakit
kepala, pusing, mengantuk, hipotensi, lemas, jantung berdebar, atau berat badan
bertambah.

D. Penghambat neuron adrenergic


Neuron Adrenergic melepaskan norepinefrin sebagai neurotransmitter, neuron-
neuron ini ditemukan dalam SSP dan sistem saraf simpatis yang melayani mata
rantai antara ganglia organ efektor.
Neuron Adrenergic dan reseptor adrenergic yang terletak baik pada neuron
presinaptik atau pasca sinaptik pada organ efektor merupakan tempat kerja obat
adrenergic
Neurotransmisi pada neuron Adrenergic.
Neurotransmisi berlangsung dalam 5 tahap :

15
1. Sintesis
2. Penyimpanan
3. Pelepasan
4. Ikatan reseptor norepinefrin
5. Penyingkiran neurotransmiter

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otakmaupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang seri.Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuksinapsis yang kompleks dan juga
membentuk simpul saraf. Urat saraf yang terdapat pada pangkal simpul saraf disebut
urat saraf pra simpul saraf dan yang berada pada ujungsimpul saraf disebut urat saraf
pos simpul saraf.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuhdalam kondisi
terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja secara
otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem sarafotonom juga disebut
sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran.Sistem saraf otonom terbagi
atas doa yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.

B. Saran

16
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari jumlah kekurangan-kekurangan
pembahasannya karena oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran
dan pengetahuan penulisyang terbatas, oleh karena itu untukkesempernuan makalah
ini penulis sangat membutuhkan saran-saran dan masukanyang bersifat membangun
ditunjukan kepadasemua pembaca.Tidak terlepas dari semua itu penulis juga saran
bahwa baikgunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat tersebut
sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat tersebut sesuai dengan penyakit yang
diderita.

DAFTAR PUSTAKA

Gurupendidikan.co.id
Alodokter.com
Dokterpost.com
M.klinikdokter.com
Academia.edu

17

Anda mungkin juga menyukai