Anda di halaman 1dari 14

SISTEM SARAF DAN SISTEM SENSORI

MAKALAH FISIOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : JULIANTI ROHMALIA

NIM : P 211 20 038

KELAS :B

DOSEN PENGAMPU : ARIANI S.KM., M.Gz

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya,
sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai UAS pada mata kuliah fisiologi.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan disusun dalam berbagai keterbatasan. Maka dari itu,
penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga mendorong
penulis untuk bisa memperbaikinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu yaitu ibu Ariani S.KM M.Gz yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, dan bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

TOLITOLI, 24 MEI 2021

Julianti Rohmalia
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

1.1 Latar belakang................................................................................................................


1.2 Tujuan............................................................................................................................
1.3 Manfaat .........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

2.1 Pengertian sistem saraf...................................................................................................


2.1.1 Fungsi dari sistem saraf......................................................................................
2.1.2 Struktur sel saraf................................................................................................
2.2 Pengertian sistem sensori...............................................................................................
2.2.1 Sensasi sistem saraf sensori bagian 1.................................................................
2.2.2 Saraf sensori bagian 2........................................................................................
2.3 Gangguan pada sistem saraf..........................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bagaimana kita bisa merasakan ketika dicubit? Bagaimana terjadi reflek ketika tangan
tersulut api? Bagaimana kita bisa melihat? Mendengar, dan lain sebagainya?
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya, dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Setiap
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Seluruh aktivitas di dauh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf
berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan, pencernaan,
dan urinaria di kontrol oleh sistem saraf. Sistem saraf juga mengatur aliran darah dan
konsentrasi osmotik darah.
Sistem saraf merupakan hal terpenting bagi tubuh manusia, sistem saraf adalah sistem
organ yang dapat meregulasi dan mengatur sistem-sistem organ tubuh yang lain. Sistem
tersebut juga bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat yang dimiliki manusia.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya (Irianto, 2004).
Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir
yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut
dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ indra menuju
otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang dapat menerima
informasi kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat.
Implus listrik yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang
nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat. Namun, dalam makalah ini
hanya akan membahas mengenai reseptor sensori yang menerima rangsangan dari
luar tubuh.
Berdasarkan hal ini, kita harus mengetahui bagaimana mekanisme dari sistem saraf
beserta sistem sensori di dalam tubuh manusia.
1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui pengertian dari sistem saraf


 Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari sistem saraf
 Untuk mengetahui struktur sel saraf
 Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf
 Untuk mengetahui pengertian dari sistem sensori
 Untuk mengetahui bagian-bagian dari sistem saraf sensori bagian 1
 Untuk mengetahui bagian-bagian dari sistem saraf sensori bagian 2

1.3 Manfaat

Makalah ini disusun agar kita bisa mengetahui bagaimana cara kerja atau mekanisme
dari sistem saraf beserta sistem sensori didalam tubuh manusia guna mengurangi
kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selain itu, struktur sel, bagian-bagiannya, serta fungsi
dari sistem saraf dan sistem sensori tersebut. Hal ini dapat menjadikan sebuah
penambahan wawasan dan pengembangan individu dari mahasiswa dalam ilmu fisiologi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem saraf


Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2006).
Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh,
tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus
informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada
aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel
neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson dkk, 2000).
Sistem saraf terbagi menjadi dua tipe sel, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron merupakan
stuktur dasar dan unit fungsional pada sistem saraf (Fox, 2004). Sel neuroglia merupakan
sel penunjang tambahan neuron yang berfungsi sebagai jaringan ikat dan mampu
menjalani mitosis yang mendukung proses proliferasi pada selsaraf otak (Sloane, 2003).
Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga tahap. Suatu
stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik akan menginduksi
pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent),
terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan
sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls
efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013).
2.1.1 Fungsi dari sistem saraf
Sistem saraf memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, alat pengendali dan sebagai
pusat pengendalian. Sistem saraf sebagai alat komunikasi yaitu antar tubuh manusia
dengan dunia luar seperti diperagakan oleh mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Alat
indera tersebutlah yang membuat kita bisa mendapat rangsangan dari luar tubuh
seperti mata untuk melihat, hidung untuk bernafas, telingan untuk mendengar, kulit
untuk peraba dan lidah untuk pengecap rasa makanan/minuman. Sistem saraf sebagai
alat pengendali yaitu dimana sistem saraf berfungsi untuk mengendalikan kerja alat-
alat tubuh sehingga dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sistem saraf sebagai pusat
pengendalian yaitu dimana sistem saraf berfungsi sebagai pusat pengendali reaksi
tubuh terhadap keadaan sekitar
2.1.2 Struktur sel saraf
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson (Pack, P. E. 2001).
 Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan
sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan
golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum
endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
 Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
 Akson (Neurit) Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti
sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan lain
(Arisworo, 2016).
Apabila simpul dendrit mengalami kerusakan, maka seseorang tersebut akan
mengalami kepikunan (jika terjadi di otak). Jika terjadi di organ lain, maka akan
mengalami mati rasa (Ferdinand P, 2009).
Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Pada ujung akhir dari
akson terdapat sinapsis yang merupakan celah antara ujung saraf di mana
neurotransmiter dilepaskan untuk menghantar impuls ke saraf selanjutnya atau organ
yang dituju.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut
saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut
myelin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann
merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk
selubung myelin. Fungsi myelin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi.
Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus ranvier, yang dapat
mempercepat penghantaran impuls.

2.2 Pengertian sistem sensori


Sistem saraf sensorik adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab untuk
memproses informasi sensorik . Sistem sensorik terdiri dari neuron sensorik (termasuk
sel reseptor sensorik), jalur saraf , dan bagian otak yang terlibat dalam persepsi sensorik .
Sistem sensorik yang dikenal secara umum adalah sistem untuk penglihatan ,
pendengaran , sentuhan , rasa , penciuman , dan keseimbangan . Singkatnya, indra adalah
transduserdari dunia fisik ke alam pikiran tempat kita menafsirkan informasi,
menciptakan persepsi kita tentang dunia di sekitar kita (Krantz, 2013)
Organisme membutuhkan informasi untuk memecahkan setidaknya tiga jenis masalah:
memelihara lingkungan yang sesuai, yaitu homeostasis , aktivitas waktu (misalnya,
perubahan perilaku musiman) atau sinkronisasi aktivitas dengan aktivitas sejenis ; dan
untuk menemukan dan menanggapi sumber daya atau ancaman (misalnya, dengan
bergerak menuju sumber daya atau menghindari atau menyerang ancaman). Organisme
juga perlu mengirimkan informasi untuk mempengaruhi perilaku orang lain: untuk
mengidentifikasi diri mereka sendiri, memperingatkan orang lain tentang bahaya,
mengoordinasikan aktivitas, atau menipu. (Bowdan, 1996)
2.2.1 Sensasi sistem saraf sensorik bagian 1
Fenomenayang terjadiakibatproses sensorikyang berkaitandenganalat-
alatindera(senses), yang mencakup:
–Mata : sight (visual/penglihatan)
–Telinga : hearing (auditoris/pendengaran)
–Hidung : smell (olfaktoris/pembauan)
–Lidah : taste (gustasi/pengecapan)
–Kulit : touch (perabaan, tekanan, temperatur& nyeri)
Proses sensorik yaitu merupakan mekanisme kerja alat indera yang dimana
merupakan tahap awal dalam menerima informasi dari lingkungan.
Menurut Dennis coon, bila alat-alat indera mengubah informasi (stimuli) menjadi
impuls-impuls syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka terjadilah sensasi.
 Proses sensasi menjadi persepsi (Plotni, 2005)
 Stimulus = (cahaya, udara suhu)
 Transduksi = sinyal listrik = impuls syaraf
 Otak : primary areas = sensasi diubah menjadi image yang bermakna
(persepsi)
 Personalized perception : pengalaman, lingkungan, emosi, ingatan-ingatan
personal akan menambah persepsi kita.
Oleh karena itu persepsi bisa tidak mencerminkan stimulus aslinya.
Persepsi dapat bias, berubah, atau terdistorsi
2.2.2. Saraf sensori bagian 2
1. Olfactory sistem
sistem sensori yang berfungsi untuk mencium bau. Sistem ini akan menerima,
memproses, dan menerjemahkan aroma yang kita hirup.Panca indra yang satu
ini juga disebut sebagai sensor kimia. Hal ini membuat indra pembau mampu
mendeteksi unsur kimia yang berasal dari makanan, benda di sekitar, bahkan
perilaku seksual.Mekanisme indra penciuman dimulai saat hidung membaui
aroma tertentu. Sel-sel dalam hidung, yang disebut dengan sel olfaktori, akan
memproses dan meneruskannya ke otak untuk diterjemahkan.
2. Gustatory sistem
Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat.Pengecapan atau gustasi
merupakan suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima
indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu
zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata
lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak
terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan
pahit. Organ paling penting dalam sistem gustatory adalah lidah. Lidah
tersusun dari otot rangka yang melekat pada tulang rahang bawah, tulang
hyoideus, dan process susstyloideus. Lidah terdiri dari papillae yang
menyebabkan permukaan lidah kasar. Bukan hanya berfungsi sebagai indra
pengecap, lidah juga membantu pengunyahan makanan di dalam mulut dan
berfungsi dalam proses bicara. Ketika makanan masuk kemulut, makanan
akan bercampur dengan air liur, sehingga makanan menjadi lebih lunak dan
mudah dirasakan oleh reseptor pengecap. Reseptor pengecap atau yang biasa
disebut taste buds berada di sekitar papillae (kuncup pengecap). Reseptor-
reseptor tersebut umumnya membentuk klaster yang berada di atas lidah dan
bagian-bagian rongga mulut.
2.3 Gangguan pada sistem saraf
Ada berbagai jenis penyakit saraf yang bisa dialami seseorang, tergantung pada usia dan
faktor pemicunya. Hingga saat ini, penyakit saraf masih menjadi salah satu penyebab
disabilitas dan kematian yang paling umum di dunia. Penyakit saraf adalah semua
gangguan yang terjadi pada sistem saraf tubuh, meliputi otak dan sumsum tulang
belakang (sistem saraf pusat), serta saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan
seluruh organ tubuh (sistem saraf perifer). Sistem saraf dalam tubuh bisa mengalami
gangguan akibat berbagai faktor, mulai dari trauma, infeksi, tumor, gangguan sistem
kekebalan tubuh, hingga kelainan aliran darah. Ketika terjadi penyakit pada sistem saraf,
penderitanya bisa kesulitan untuk bergerak, berbicara, berpikir, bahkan hilang ingatan.
Berikut beberapa gangguan yang mungkin akan terjadi pada sistem saraf lain :
a. Meningitis atau radang selaput otak adalah salah satu jenis penyakit saraf yang
kerap dialami seseorang, terutama pada bayi, anak-anak, dan remaja. Peradangan
pada selaput otak ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tetapi bisa
juga terjadi akibat penyakit non-infeksi, seperti alergi obat atau sarkoidosis.
b. Stroke menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang
cukup untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika sel-sel otak mulai rusak,
penderita stroke dapat mengalami beberapa gejala, seperti mati rasa pada wajah,
kesulitan dalam berbicara, berjalan, dan melihat, sakit kepala yang hebat, bahkan
kelumpuhan.
c. Multiple Sclerosis bisa memengaruhi penglihatan, gerakan lengan atau kaki, dan
keseimbangan tubuh penderitanya. Gejala awal yang bisa dirasakan adalah
kelelahan, kesemutan, mati rasa, penglihatan kabur, dan otot kaku. Penyebab
multiple sclerosis sejauh ini belum diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini
diduga terjadi akibat penyakit autoimun. Dalam kasus ini, sistem kekebalan tubuh
menyerang zat lemak yang melapisi saraf di otak dan sumsum tulang belakang.
d. Epilepsi adalah penyakit saraf akibat aktivitas listrik otak yang tidak normal.
Penyakit ini bisa menyebabkan penderita mengalami kejang yang berulang tanpa
pemicu yang jelas. Kelainan pada aktivitas listrik otak bisa terjadi karena beberapa
hal, antara lain trauma di kepala, gula darah yang sangat rendah, demam tinggi, dan
pengaruh alkohol.
e. Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan
sementara pada otot-otot di wajah. Kondisi ini terjadi ketika saraf perifer yang
mengontrol otot wajah mengalami peradangan, pembengkakan, atau penekanan.
(Nareza, 2020)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls)
yang berupa rangsang atau tanggapan. tepi. Sistem sensori merupakan sistem tubuh
yang mengorganisasikan informasi yang diterima melalui semua indra supaya agar
tubuh dapat menggunakan infromasi yang diterima secara efektif. Sensori adalah
organ yang mempunyai reseptor khusus untuk menerima rangsangan. Sensori
bertugas untuk mengenal lingkungan dan memberi respon terhadap segala rangsangan
yang terjadi pada tubuh, sehingga tubuh mampu merespon lingkungan dan
memproteksi diri dari berbagai gangguan.
DAFTAR PUSTAKA

 Bowdan, E .; Wyse, GA (1996). "Ekologi Sensorik: Pendahuluan". Buletin Biologis .


191 (1): 122–123. doi : 10.2307 / 154307
 Irianto, Kus. (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Paramedis. Bandung:
Yrama Widya
 Bahrudin, M. Neurologi Klinis. Malang : UMM Press. 2013
 Carlsson, A., P. Greengard., dan E. Kandel. 2000. Nerve Signaling:An
Introduction:Inos and NADPH oxidase. Biochimical Society Transastions. Volume
35, part. 5.
 Fox, S.I.2004. Human Physiology Eight Ed., McGraw-Hill Companies, inc. New
York. Hal.152-181.
 Plotnik, Rod. (2005). Introduction to psychology (7thed.). Canada: Thomson
Wadsworth

Anda mungkin juga menyukai