Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM SARAF TEPI DAN OTONOM

Oleh:
Kelompok 10
Kadek Sinta Dewi 208114151
Mirella Valencia 208114152
Bernadeta Nina P. 208114153
Skolastika Arwan 208114155

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Anatomi dan Fisiologi
Manusia yang berjudul “Sistem Saraf Perifer dan Otonom” sesuai dengan waktu yang telah
diberikan. Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penyusun bisa menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen yang mengajar mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi Manusia yang telah memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan
makalah ini,
2. Kepada teman-teman kelas FSMC yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun
dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 14 Mei 2021


Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 5
1.3 Tujuan................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6
2.1 Sistem Saraf Tepi................................................................................................. 6
2.2 Arah Impuls Saraf Tepi........................................................................................ 7
2.3 Bagian-bagian Saraf Tepi Beserta Fungsinya...................................................... 7
2.3.1 Sistem Saraf Somatik................................................................................. 7
2.3.1.1 Saraf Kranial................................................................................. 8
2.3.1.2 Saraf Spinal.................................................................................. 11
2.3.2 Sistem Saraf Otonom................................................................................ 12
2.3.2.1 Saraf Simpatik.............................................................................. 13
2.3.2.2 Saraf Parasimpatik........................................................................ 15
2.3.3 Refleks Otonom......................................................................................... 18
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 20
3.2 Saran...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh
yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas
banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem
pengendalian atau pengatur.Sistem pengendalian itu disebut sebagai sistem koordinasi.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem
sarafmemungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan jaringan
penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf
tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf
pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui
berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang
diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal
menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga
tubuh tetap seimbang. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi
kondisi yang tidak seimbang atau kondisi abnormal.
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis
komunikasi antara SSP dan tubuh. Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian
yaitu Sistem Saraf Somatik (SSS) dan Sistem Saraf Otonom (SSO). sistem saraf somatik,
yang mengkonduksikan impuls dari otak dan sumsum tulang belakang ke otot rangka,
sehingga menyebabkan kita untuk merespon atau bereaksi terhadap perubahan
lingkungan eksternal kita. Yang kedua adalah sistem saraf otonom (SSO), yang
melakukan impuls dari otak dan sumsum tulang belakang ke jaringan otot polos (seperti
otot polos dari usus yang mendorong makanan melalui saluran pencernaan), ke jaringan
otot jantung dari jantung, dan ke kelenjar (seperti kelenjar endokrin).

4
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul “Sistem Saraf Perifer dan
Otonom”. Berbagai sumber yang dijadikan acuan oleh penulis untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat dan juga dapat dipastikan kebenarannya mengenai judul
yang telah diambil.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu sistem saraf tepi?
1.2.2 Bagaimana arah impuls saraf?
1.2.3 Apa saja bagian-bagian saraf tepi beserta fungsinya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu sistem saraf tepi.
1.3.2 Mengetahui bagaimana arah impuls saraf.
1.3.3 Mengetahui apa saja bagian-bagian saraf tepi beserta fungsinya.

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Tim Penulis dan pembaca dalam
mengenali sistem saraf tepi dan otonom secara lengkap dan tepat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi (perifer) adalah bagian dari sistem saraf yang di dalam
sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik dan dari sel
saraf motorik sistem saraf pusat (SSP), yang terletak di luar otak dan sum-sum tulang
belakang (Oktariani dkk, 2015).
Sistem saraf tepi berperan dalam pergerakan organ-organ tubuh. Sama seperti
sistem saraf pusat, sistem saraf tepi juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu sistem
saraf somatik dan saraf otonom. Sistem saraf somatik berperan dalam pergerakan
organ atau anggota tubuh. Sistem saraf tepi lainnya adalah sistem saraf otonom yang
berperan dalam proses tubuh yang tidak disadari atau berjalan otomatis. Contohnya
seperti detak jantung, proses pencernaan, keluarnya keringat, dan sebagainya
(Oktariani dkk, 2015).
Secara makroskopis, saraf spinalis dibagi menjadi 31 segmen (8 servikal, 12
torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 1 koksigeal) yang meninggalkan medula spinalis dan
berjalan melalui foramina intervertebralis di kolumna vertebralis. Sedangkan pada
otak terdapat 12 pasang saraf kranial yang masuk melalui berbagai foramen dalam
tulang tengkorak. Hampir sebagian merupakan serabut eferen (okulomotor, troklearis,
abdusen, assesorius, dan hipoglosus), beberapa adalah serabut aferen (olfaktorius,
optikus, dan vestibulokoklearis), dan sisanya merupakan serabut saraf yang bersifat
aferen dan eferen (trigeminus, fasialis, glossofaringeus, dan vagus) (Dewi dkk., 2014).
Secara mikroskopis serabut saraf mempunyai lapisan pelindung jaringan ikat,
yang terdiri dari endoneurium yang membungkus secara langsung masing-masing
akson, perineurium yang membungkus vesikel (kumpulan beberapa akson dan
endoneuriumnya), dan epineurium yang membungkus beberapa vesikel dan pembuluh
darah di antaranya. Serabut saraf perifer terdiri dari akson dan dendrit. Akson
dikelilingi oleh selubung mielin yang dibentuk oleh sel Schwann. Akson merupakan
fungsi domain yang paling familiar dan merupakan proses seluler dimana neuron
membuat kontak dengan sel target untuk mengirim informasi, membuat struktur
konduksi untuk mentransmisikan aksi potensial ke sinaps, dan subdomain tertentu
untuk transmisi sinyal dari neuron ke sel target. Tidak seperti akson, dendrit memiliki

6
struktur yang bercabang. Penjalaran dendrit mungkin berhubungan dengan banyak
akson yang berbeda dan neuron yang jauh atau diinervasi dengan akson tunggal yang
membuat kontak sinaps. Dasar dari dendrit berlanjut dengan sitoplasma dari badan sel
(Dewi dkk., 2014).

2.2 Arah Impuls Saraf Tepi


Berdasarkan divisinya, saraf tepi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari reseptor pada kulit
atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya kesusunan saraf
pusat. Jadi besifat ascendens. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirimkan
informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan
eksternal.
b. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke efektor
(Muscle and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang
diterima dari reseptor di kulit dan otot dari lingkungan sekitar. Sel-sel sistem
saraf motorik tersebut membawa informasi dari sistem saraf pusat ke organ, otot,
dan kelenjar (Bahrudin, 2013).

2.3 Bagian-bagian Saraf Tepi


2.3.1 Sistem Saraf Somatik
Sistem saraf somatik mengkonduksikan impuls dari otak dan sumsum
tulang belakang ke otot rangka, sehingga menyebabkan manusia untuk
merespon atau bereaksi terhadap perubahan lingkungan eksternal manusia
(Chalik, 2016). Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31

7
pasang saraf spinal. Saraf pada sistem somatik ini dipengaruhi oleh kesadaran,
sehingga disebut sebagai saraf sadar.

2.3.1.1 Saraf Kranial


Ada 12 pasang saraf kranial, yang semuanya melewati
foramina tengkorak. Terdapat 2 jenis saraf kranial, yakni berupa saraf
sensorik (hanya didominasi serat sensorik) dan saraf gabungan
(mengandung serat sensorik dan serat motorik). Saraf kranial terdiri
atas beberapa saraf berikut ini.

8
a. Saraf Olfaktorius (CN I)
Merupakan syaraf sensorik. Syaraf ini berasal dari epithelium olfaktori
mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori
dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal
(girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada dengan cara
menerima rangsang dari hidung dan menghantarkan-nya ke otak untuk
diproses sebagai sensasi bau.
b. Saraf Optik (CN II)
Merupakan syaraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di
bawa ke badan sel akson yang membentuk syaraf optik. Setiap syaraf
optik keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga
cranial melaui foramen optic. Seluruh serabut memanjang saat traktus
optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan
menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi
indera penglihatan.
c. Saraf Okulomotorius (CN III)
Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf
motorik. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa
impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus
lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu
pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot
(kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
d. Saraf Troklear (CN IV)
Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf
motorik dan merupakan syaraf terkecil dalam syaraf cranial. Neuron
motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke
otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik dari spindle otot
menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.
e. Saraf Trigeminal (CN V)
Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf
sensorik. Bagian ini membentuk syaraf sensorik utama pada wajah dan
rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan
menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron

9
sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke
arah distal menjadi 3 divisi, yaitu:
- Cabang optalmik, membawa informasi dari kelopak mata, bola
mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi
serta kepala.
- Cabang maksilar, membawa informasi dari kulit wajah, rongga
oral (gigi atas, gusi dan bibir).
- Cabang mandibular, membawa informasi dari gigi bawah, gusi,
bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala.
f. Saraf Abdusen (CN VI)
Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf
motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang
menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa
pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
g. Saraf Fasial (CN VII)
Merupakan syaraf gabungan. Neuron motorik terletak dalam nuclei
pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar
air mata dan kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa informasi dari
reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.
h. Saraf Vestibulokoklearis (CN VIII)
Hanya terdiri dari syaraf sensorik dan memiliki dua divisi:
- Cabang koklear atau auditori, menyampaikan informasi dari
reseptor untuk indera pendengaran dalam organ korti telinga dalam
ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian
medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area
auditori pada lobus temporal.
- Cabang vestibular, membawa informasi yang berkaitan dengan
ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari
reseptor sensorik pada telinga dalam.
i. Saraf Glosofaringeal (CN IX)
Merupakan syaraf gabungan, neuron motorik berawal dari medulla dan
menginervasi otot untuk bicara dan menelan serta kelenjar saliva
parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan

10
rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring
dan laring, neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan
darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
j. Saraf Vagus (CN X)
Merupakan syaraf gabungan, neuron motorik berasal dari dalam
medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen.
Neuron sensorik akan membawa informasi dari faring, laring, trakea,
esofagus, jantung, dan visera abdomen ke medulla dan pons.
k. Saraf Aksesori Spinal (CN XI)
Merupakan syaraf motorik, dimana neuron motorik akan berfungsi
dalam mengendalikan pergerakan kepala.
l. Saraf Hipoglosal (CN XII)
Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf
motorik. Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot
lidah. Neuron sensorik membawa informasi dari spindel otot di lidah.
(Wahyuningsih dkk, 2017)

2.3.1.2 Saraf Spinal

Saraf spinal terdiri atas 31 pasang syaraf yang berawal dari


korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada
bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk
satu syaraf spinal. Semua syaraf tersebut adalah syaraf gabungan
(motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron

11
aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. Syaraf spinal
diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat
munculnya syaraf tersebut.
a. Syaraf serviks: 8 pasang, C1 – C8.
b. Syaraf toraks: 12 pasang, T1 – T12.
c. Syaraf lumbal: 5 pasang, L1 – L5.
d. Syaraf sacral: 5 pasang, S1 – S5.
e. Syaraf koksigis: 1 pasang.
(Wahyuningsih dkk., 2017)

Kemudian diantara beberapa saraf ada yang menjadi satu ikatan


atau gabungan (pleksus) membentuk jaringan urat saraf yang akan
mensuplai berbagai bagian tubuh. Tiga macam pleksus yang terbentuk
pada sistem saraf tepi:
a. Plexus cervicalis, merupakan gabungan urat saraf leher yang
mempengaruhi bagian leher, bahu dan diafragma.
b. Plexus branchialis, merupakan gabungan urat saraf lengan atas yang
mempengaruhi bagian tangan.
c. Plexus lumbosakralis, merupakan gabungan urat saraf punggung dan
pinggang yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2.3.2 Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST)
yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan
mengendalikan otot jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kecil kelenjar
secara permanen. Artinya, sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai
strukur dalam tubuh. Misalnya jantung, paru-paru, saluran pencernaan,
pembuluh darah, kantung kemih, dan kelenjar kerngat. Disebut sistem saraf
otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau
kehendak kita. Sistem ini merupakan sistem saraf eferen yang mempersarafi
organ viseral umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan
aktivitas visel vital (Cahyono dkk., 2009; Desliana dkk, 2016).
Seringkali, sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks visceral.
Sinyal pusat di dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau

12
hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya akan menjalarkan respons refleks yang
sesuai kembali ke organ visceral dan mengatur organ-organ tersebut. Sistem
saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara keduanya
dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah berfungsi
sebagai sistem saraf pusat saraf otonom, terutama berkenaan dengan organ-
organ dalam (Desliana dkk., 2016).
Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua,
yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

2.3.2.1 Saraf Simpatik


Sistem saraf simpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom
yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf
parasimpatik. Sistem saraf simpatik aktif terutama dalam kondisi stres.
Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, seperti
mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, dan
memperbesar bronkus. Namun ada beberapa yang justru menghambat
kerja organ, seperti memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat
ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.

13
Sistem saraf simpatik ini dimulai dari medula spinalis segmen
torakolumbal (torak 1 sampai lumbal 2). Serabut saraf melalui
rangkaian paravertebral simpatetik yang berada di sisi lateral orda
spinalis yang selanjutnya akan menuju jaringan dan organ yang
dipersarfi. Tiap saraf terdiri dari dua neuron, yaitu neuron preganglion
dan saraf postganglion. Badan sel neuron preganglion berlokasi di
intermediolateral dari korda spinalis. Serabut saraf simpatis vertebra
ini kemudian meninggalkan korda spinalis melalui rami putih menjadi
salah satu dari 22 pasang ganglia dari rangkaian paravertebral
simpatik.
Berdasarkan letaknya, ganglia simpatetik digolongkan menjadi:
a. Ganglia servikalis, terdiri dari 3 ganglia yaitu:
- Ganglia servikalis superior
- Ganglia servikalis media
- Ganglia servikalis inferior
b. Ganglia thorakalis
c. Ganglia lumbalis

14
Fungsi saraf simpatik:
a. Mempercepat denyut jantung
b. Mempersempit diameter pembuluh darah
c. Memperlambat proses pencernaan
d. Memperkecil bronkus
e. Menurunkan tekanan darah
f. Memperlambat gerak peristaltik
g. Memperlebar pupil
h. Menghambat sekresi empedu
i. Menurunkan sekresi ludah
j. Meningkatkan sekresi adrenalin.
(Desliana dkk, 2016)

2.3.2.2 Saraf Parasimpatik


Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal medula
oblongata dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis. Sistem saraf
ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena pre-ganglion
keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf
parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh.
Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang saling
berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat
sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf

15
simpatik. Saraf sensoris parasimpatik memiliki ganglion di suatu
tempat yang terletak antara organ visceral dengan saraf pusat,
sedangkan saraf motorisnya tidak membentuk rantai saraf seperti saraf
motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu dengan
yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang
disarafinya.
Badan sel neuron terletak dalam nuclei batang otak dan keluar
melalui CN III, VII, IX, X, dan syaraf XI, serta sakral spinal kedua dan
ketiga. Serabut saraf parasimpatis nervus III menuju mata, sedangkan
kelenjar air mata, hidung, dan glandula submaksilla menerima
innervasi dari saraf kranial VII, dan glandula parotis menerima
innervasi dari saraf kranial IX.
Fungsi saraf parasimpatik :
a. Menurunkan sekresi adrenalin
b. Memperlebar diameter pembuluh darah
c. Menghambat denyut jantung
d. Menaikkan tekanan darah
e. Memperlebar bronkus
f. Mempercepat sekresi empedu
g. Mempercepat proses pencernaan
h. Mempersempit pupil
i. Mempercepat gerakan peristaltis
j. Menaikkan sekresi ludah
(Desliana dkk, 2016)

Berikut adalah tabel perbedaan saraf simpatik dan parasimpatik.


Perbandingan Divisi Simpatis dan Parasimpatis
Distribusi Sebagian besar Terbatas, utamanya
tubuh: kulit, kelenjar ke kepala, dan visera
keringat, otot pili toraks, abdomen dan
arektor dari folikel pelvis, beberapa
rambut, jaringan pembuluh darah
adiposa, otot polos

16
pembuluh darah
Lokasi Praganglion Lateral horn dari Batang otak dan
Badan Sel gray mater sumsum bagian lateral dari
tulang belakang (T1- substansi abu-abu
L2) sumsum tulang
belakang (S2-S4)
Aliran Keluar dari SSP Saraf spinal Saraf kranial
Saraf simpatis Saraf splanknik
Saraf splanknik pelvis
Ganglia Ganglia rantai Ganglia terminal
simpatis sepanjang dekat atau pada
sumsum tulang organ efektor
belakang untuk saraf
spinal dan simpatis,
ganglia kolateral
untuk saraf
splanknik
Jumlah Neuron Banyak Sedikit
Pascaganglion untuk
Setiap Neuron
Praganglion
Panjang Relatif Neuron Praganglion pendek Pragangkion panjang
Pascaganglion Pascaganglion
panjang pendek
Neurotransmitter Neuro praganglion Neuron praganglion
melepaskan melepaskan Ach,
asetilkolin (ACh), yang bersifat
yang bersifat eksitatori dan
eksitatori dan merangsang neuron
merangsang neuron pascaganglion.
pascaganglion. Neuron
Sebagian besar pascaganglion
neuron melepaskan Ach

17
pascaganglion
melepaskan
morepinefrin (Ne).
Neuron
pascaganglion yang
mempersarafi
sebagian besar
kelenjar keringat dan
beebrapa pembuluh
darah di otot rangka
melepaskan ACh
Efek Fisiologi Respon “fight or Aktivitas ‘rest and
fight” digest”
(Chalik, 2016)

2.3.3 Refleks Otonom


a. Refleks Otonom Kardiovaskular
Beberapa refleks dalam sistem kardiovaskular membantu
mengatur tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung, salah
satunya adalah refleks baroreseptor. Secara singkat, reseptor regang
yang disebut bararoseptor terletak di dalam dinding beberapa arteri
besar, meliputi khususnya arteria karotis interna dan arkus aorta. Bila
reseptor ini teregang oleh tekanan yang tinggi, sinyal akan dijalarkan
ke batang otak tempat reseptor tersebut menghambat impuls simpatis
ke jantung dan pembuluh darah dan merangsang parasimpatis. Hal
tersebut membuat tekanan arteri turun kembali ke nilai normal.

b. Refleks Otonom Gastrointestinal


Bagian teratas traktus gastrointestinal dan rektum terutama
diatur oleh refleks otonom. Sebagai contoh, bau yang menimbulkan
selera makan atau adanya makanan dalam mulut akan memicu
timbulnya sinyal dari hidung dan mulut menuju nuklei vagus,
glosofaringeus, dan salivarius di batang otak. Nuklei ini kemudian

18
menjalarkan sinyal melalui saraf parasimpatis ke kelenjar sekretorik di
mulut dan lambung, menyebabkan sekresi getah pencernaan, kadang
bahkan sebelum makanan masuk ke dalam mulut. Bila bahan fekal
mengisi rektum di ujung lain saluran pencernaan, impuls sensorik yang
timbul akibat peregangan rektum akan dikirimkan ke medula spinalis
bagian sakral, dan suatu sinyal refleks dijalarkan kembali melalui
parasimpatis sakral ke kolon bagian distal: sinyal ini menimbulkan
kontraksi peristaltik kuat yang mengakibatkan defekasi.

c. Refleks Otonom Lainnya


Pengosongan kandung kemih diatur dengan cara yang sama
dengan pengosongan rektum; peregangan kandung kemih
mengirimkan impuls ke bagian sakral medula spinalis, yang kemudian
menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter
urinaria, sehingga memulai miksi. Hal yang juga penting adalah refleks
seksual, yang dapat dipicu oleh rangsang psikis dari otak maupun dari
organ seksual. Impuls dari sumber ini bertemu di medula spinalis
bagian sakral dan, pada laki-laki, mula-mula timbul ereksi, terutama
merupakan fungsi parasimpatis, dan selanjutnya ejakulasi, yang
sebagian merupakan fungsi simpatis. Fungsi pengaturan otonom lain
yang meliputi refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar
pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urine ginjal,
berkeringat, kadar glukosa darah, dan berbagai fungsi viseral lain.
(Guyton and Hall, 2014)

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian
tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi berperan dalam pergerakan organ-
organ tubuh. Berdasarkan divisinya, saraf tepi dibagi menjadi dua yaitu, devisi sensori
(afferent) dan devisi motorik (efferent). Saraf tepi atau saraf perifer dibagi menjadi
dua yaitu saraf somatik (sadar) dan saraf otonom (tak sadar). Saraf somatik terdiri dari
dua bagian yaitu, saraf kranial dan saraf spinal.Sistem saraf somatik terdiri dari 12
pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Syaraf spinal terdiri atas 31 pasang
syaraf yang berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral
(anterior).
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST) yang
terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan
mengendalikan otot jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kecil kelenjar secara
permanen. Artinya, sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh
yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi kehendak kita. Saraf otonom terdiri
dari dua bagian yaitu, saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik saraf yang
berpangkal disum-sum tulang belakang atau medula spinalis sedangkan saraf
parasimpatik saraf yang berpangkal kepada sum-sum lanjutan medula olongata.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Tentunya, kami sebagai
penulis akan terus memperbaiki dalam penyusunan makalah, oleh karena itu kami
sebagai penulis meminta maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas. Kami sangat berharap agar makalah ini dapat diterima
dan berguna bagi para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis Edisi Pertama. Universitas Muhammadiyah, Malang.
Cahyono, I. D., Sasongko, H., Pramatika, A. D., 2009. Neutransmitter Dalam Fisiologi Saraf
Otonom. Jurnal Anestesiologi Indonesia, 1(1), 43-46.
Chalik, R., 2016. Anatomi Fisioogi Manusia. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, pp. 81-85.
Desliana, M., Kamalia, S., Erlina, E., 2016. Sistem Saraf Otonom. Universitas Maritim Raja
Ali Haji, 3-8.
Dewi, A. C., Shahdevi, N. K., Machlusil, H., Masruroh, R., 2014. Regenerasi Saraf Perifer.
Jurnal Neurona, 32 (1), 2-3.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Elsevier,
Singapore.
Oktariani, A., Indria, D. A., Pingkan, S., 2015. Makalah Sistem Saraf,
https://id.scribd.com/document/391425193/Makalah-Sistem-Saraf-Perifer, diakses
tanggal 14 Mei 2021
Wahyuningsih, H. P., Kusmiyati, Y., 2017. Anatomi Fisiologi. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, Jakarta.
Yoga, 2019. Jenis-Jenis Sistem Saraf Tepi (Berdasarkan Arah Impuls dan Tiga Macam
Pleksus). https://www.masyog.com/2019/07/jenis-jenis-sistem-saraf-tepi.html, diakses
pada 15 Mei 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai