Anda di halaman 1dari 29

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“SISTEM SARAF”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu : Miza Nina Adlini, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 8

1. Azra Khairunnisa (0310203046)


2. Sari Putri Ramadani Tambunan (0310201003)
3. Mhd. Arya (0310202091)
4. Sri Melina Sari (0310202015)

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karuniaNya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun makalah ini yaitu mengenai
“Sistem Saraf”

Makalah ini kami susun dengan maksud sebagai tugas mata Anatomi Fisiologi Manusia
menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap materi tersebut. Harapan
kami, semoga setelah penyelesaian penulisan makalah ini kami semakin memahami tentang
bagaimana cara membuat makalah, juga bagaimana penulisan makalah yang baik dan benar.

Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga


dalam penyusunan penulisan proposal mini riset ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa
masa yang akan datang, semoga proposal mini riset kami inibisa lebih baik.

Penulis

Kelompok 8

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... I

DAFTAR ISI .............................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

Latar Belakang................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2

A. Sistem Sarat Otonom.................................................................................... 2

1. Defenisi Sistem Saraf Otonom .................................................................... 2

2. Fungsi Sistem Saraf Otonom ...................................................................... 2

3. Cara Kerja Sistem Saraf Otonom ................................................................ 6

B. Alat Indera Spesial ....................................................................................... 7

1 Mata (Penglihatan) ...................................................................................... 7

2 Hidung (Penciuman) .................................................................................... 10

3 Lidah (Perasa) ............................................................................................. 11

4 Telinga (Pendengaran) ................................................................................. 12

C. Keseimbangan (Balance) .............................................................................. 15

D. Kelainan Pada Pancaindra .......................................................................... 17

E. INtegrasi Ayat Al-Qur’an ............................................................................ 20

BAB II PENUTUP ..................................................................................................... 22

A. Kesimpulan ................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ.
Suatusistem organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh.
Dalammelaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau
kerjasamaanatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-
sistemorgan yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi),
makadiperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu
disebutsebagai sitem koordinasi.
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistemendokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusiadikendalikan dan diatur oleh
sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengaturkegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf
mempunyai kemampuan menerima rangsangdan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau
impuls saraf ke pusat susunan saraf, danselanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi
terhadap rangsang tersebut. Impulssaraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf.

Sistem saraf bertugas mengkoordinasikan, memberikan perintah terhadap gerakan-


gerakan yang dilakukan oleh tubuh kita dan menyimpan memori ingatan di dalam otak kita.
Sistem tubuh yang penting ini juga kebanyakan mengatur aktivitas sistem-sistem tubuh
lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem
tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah
berasal segala fenomena kesadaran, ingatan, pikiran, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian
dan tingkah laku individu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi sistem saraf otonom ?
2. Apa fungsi sistem saraf otonom ?
3. Apa cara kerja sistem saraf otonom ?
4. Apa saja alat indera pada manusia ?
5. Bagaimana cara kerja alat indera pada manusia ?
6. Bagaimana mekanisme keseimbangan tubuh ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa defenisi sistem saraf otonom
2. Mengetahui apa fungsi sistem saraf otonom
3. Mengetahui apa cara kerja sistem saraf otonom
4. Mengetahui apa saja alat indera pada manusia
5. Mengetahui bagaiamana cara kerja alat indera pada manusia
6. Mengetahui Bagaimana mekanisme keseimbangan tubuh

1
BAB I
PEMBAHASAN
A. Sistem Saraf Otonom
1. Definisi Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom atau sistem saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST)
yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan mengendalikan
otot jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya, sistem saraf
tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru- paru, saluran
pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar keringat. Disebut sistem saraf
otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau kehendak kita.
Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral
umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk
pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem
saraf inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik. Sistem
ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal, pengosongan
kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana beberapa
diantaranya atau sebagian diatur oleh sistem saraf otonom.
Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonom adalah kecepatan atau
intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom).
Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi
pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf
otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi
internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada
medula spinalis. batang otak dan hipotalamus.
Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal pusat di
dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya
akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur
organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi
schagai sistem saraf pusat saral otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.

1. Fungsi Sistem Saraf Otonom


Menurut fungsi dari sistem saraf otonom, terbagi menjadi dua sistem saraf yaitu saraf
simpatik dan saraf parasimpatik.

2
1. Saraf Simpatik
Saraf simpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medulla
spinalis) di daerah dada dan pinggang. Sistem Saraf simpatik adalah bagian dari sistem saraf
otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti
mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur
fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik
diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik.
Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan
sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu pada
suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan perantaraan
neuron yang lain menuju ke organ tubuh.
Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang
menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf
simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf.
Badan sel neuron praganglion simpatis berada di tanduk lateral dari subtansi abu-abu
sumsum tulang belakang antara segmen toraks pertama (T1) dan segmen lumbar kedua (L2).
Karena lokasi badan sel praganglion ini, divisi simpatis kadang-kadang disebut divisi
torakolumbar. Akson dari neuron praganglion keluar melalui akar ventral dari saraf tulang
belakang (spinal) T1-L2, tentu saja melalui saraf tulang belakang untuk jarak pendek,
meninggalkan saraf ini menuju ke ganglia simpatis.

Ada dua jenis ganglia simpatis: rantai ganglia simpatis dan ganglia kolateral. Rantai

3
ganglia simpatis saling terhubung satu sama lain sehingga dinamakan demikian karena
mereka membentuk rantai sepanjang sisi kiri dan kanan dari kolom tulang belakang
(verterbral). Mereka juga disebut ganglia paravertebral (samping kolom vertebral) karena
lokasi mereka. Meskipun divisi simpatis berasal di daerah toraks dan lumbar vertebral, rantai
ganglia simpatis meluas ke daerah seviks dan sakral. Sebagai hasil dari penggabungan ganglia
selama perkembangan fetus. biasanya ada 3 pasang ganglia serviks, ganglia servikalis
surperior,ganglia servikalis orta ganglia servilakin inferior, 11 pasang ganglia
toraks, 4 pasang ganglia lumbar, dan 4 pasang ganglia sakral.

Ganglia kolateral (yang berarti "aksesori") adalah ganglia yang tidak berpasangan terletak di
rongga abdominopelvis. Mereka juga disebut ganglia prevertebral karena posisinya anterior ke
kolom vertebral. Akson dari neuron praganglion memiliki diameter kecil dan termielinasi.

2. Saraf Parasimpatik

Saraf parasimpatis adalah saraf yang didasarkan pada medula oblongata dan dari
sakrum yang merupakan saraf pra-ganglion dan pasca-ganglion. Sistem saraf ini disebut juga
sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglionik keluar dari otak dan daerah sakral. Fungsi

4
saraf parasimpatis umumnya memperlambat kerja organ tubuh. Susunan saraf parasimpatis
berupa jaringan yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf
menuju ke organ tubuh yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di
seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh oleh susunan saraf simpatik. yang dikuasai

Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
daerah sacrum dari medulla spinalis Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut juga saral
craniosacral. Saral sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat yang terletak
untara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saral motorisnya tidak membentuk rantai saraf
seperti sural motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu dengan yang kedua
terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarufinya.

Badan sel neuron praganglion parasimpatis terletak baik di dalam inti saraf kranial di
batang otak atau di dalam bagian lateral dari substansi abu-abu di daerah sakral sumsum
tulang belakang dari S2 ke S4. Untuk itu, divisi parasimpatis kadang-kadang disebut divisi
kraniosakral. Akson dari neuron praganglion parasimpatis dari otak ada di saraf kranial III, VII,
IX, dan X dan dari sumsum tulang belakang di saraf splanknik pelvis. Akson praganglion tentu
melalui saraf ini ke ganglia terminal, dimana mereka bersinaps dengan neuron
pascaganglion. Akson dari neuron pascaganglion memperpanjang jarak yang relatif pendek
dari ganglia terminal ke efektor. Ganglia terminal baik dekat atau melekat dalam dinding
organ dipersarafi oleh neuron parasimpatis. Kebanyakan dari ganglia parasimpatis kecil,
tetapi beberapa, seperti di dinding saluran pencernaan adalah besar.

5
3. Sistem saraf enterik

Sistem saraf enterik terdiri dari pleksus saraf dalam dinding saluran pencernaan.
Pleksus memiliki kontribusi dari tiga sumber:

1. neuron sensorik yang menghubungkan saluran pencernaan ke SSP,


2. Neuron motorik SSO yang menghubungkan SSP ke saluran pencernaan, dan
3. neuron enterik, yang terbatas ke pleksus enterik.

SSP mampu memantau saluran pencernaan dan mengontrol otot polos dan kelenjarnya
melalui reflex otonom. Misalnya, neuron sensorik mendeteksi regangan saluran pencernaan,
dan potensial aksi ditransmisikan ke SSP. Sebagai respon, SSP mengirimkan potensial aksi ke
kelenjar di saluran pencernaan, sehingga terjadi sekresi.

Ada tiga jenis utama dari neuron enterik:

1. Neuron sensorik enterik mendeteksi perubahan komposisi kimia dari isi saluran
pencernaan atau mendeteksi peregangan dinding saluran pencernaan.

2. Neuron enterik motorik merangsang atau menghambat kontraksi otot polos dan sekresi
kelenjar.Interneuron enterik menghubungkan neuron sensorik enterik dan motorik
satu sama lain.

Fitur yang unik dari neuron enterik adalah bahwa mereka mampu memantau dan
mengontrol saluran pencernaan secara independen dari SSP melalui refleks lokal. Misalnya,
peregangan saluran pencernaan terdeteksi oleh neuron sensorik enterik, yang merangsang
interneuron enterik. Interneuron enterik merangsang saraf motorik enterik, yang
merangsang kelenjar untuk mensekresi. Meskipun sistem saraf enterik mampu
mengendalikan aktivitas saluran pencernaan sepenuhnya secara independen dari SSP, kedua
sistem pada umumnya bekerja bersama.

6
3. Cara Kerja Sistem Saraf Otonom

Autonomic Nervous System (sistem saraf autonom) mengatur fungsi otot-otot halus,
otot jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh (autonom berarti mengatur diri sendiri). Otot-otot
halus terdapat di bagian kulit (berkaitan dengan folikel-folikel rambut di tubuh, di pembuluh-
pembuluh darah, di mata (mengaturukuran pupil dan akomodasi lensa mata), di dinding serta
jonjot usus, di kantung empedu dan di kandung kemih. Jadi dapat disimpulkan bahwa organ-
organ yang dikontrol oleh sistem saraf autonom memiliki fungsi untuk melangsungkan "proses
vegetatif (proses mandiri dan paling dasar) di dalam tubuh sistem saraf autonom terdiri daridua
sistem yang berbeda secara anatomis. yaitu bagian simpatik dan bagian parasimpatik. Organ
dalam tubuh dikontrol oleh kedua bagian tersebut meskipun tiap bagian memberikan efek yang
berlawanan.

Divisi simpatis dan parasimpatis dari SSO mempertahankan homeostasis dengan


menyesuaikan fungsi tubuh agar sesuai dengan tingkat aktivitas fisik. SSO mempersarafi
sebagian besar organ melalui serat simpatis dan parasimpatis. Contoh organ yang dipersarafi
oleh keduanya adalah saluran pencernaan, hati, kandung kemih, dan saluran reproduksi.
Namun, persarafan ganda organ oleh kedua divisi dari SSO tidak bersifat universal. Misalnya,
kelenjar keringat dan pembuluh darah dipersarafi oleh neuron simpatis hampir seluruhnya.
Selain itu, dimana persarafan ganda ini ada, salah satu divisi mungkin lebih dominan
daripada divisi lain. Misalnya, persarafan parasimpatis dari saluran pencernaan lebih
dominan dan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada persarafan simpatis.
Dalam kasus dimana kedua neuron simpatis dan parasimpatis mempersarafi organ
tunggal, divisi simpatis memiliki pengaruh besar pada kondisi aktivitas fisik dan stres,
sedangkan divisi parasimpatis memiliki pengaruh yang lebih besar dalam kondisi istirahat.
Meskipun, divisi simpatis tidak aktif selama kondisi istirahat; namun memainkan peran
utama selama istirahat dengan menjaga tekanan darah dan suhu tubuh.
Secara umum, selama latihan fisik divisi simpatis mengalirkan darah dan nutrisi ke
struktur yang aktif dan menurunkan aktivitas organ yang tidak penting. Hal ini kadangkadang
disebut sebagai respon fight-or-flight. Respon khas yang dihasilkan oleh divisi simpatis selama
latihan meliputi berikut ini:

1. Peningkatan laju jantung dan kekuatan kontraksi meningkatkan tekanan darah dan
pergerakan darah.Vasodilatasi pembuluh darah otot terjadi selama latihan. Ketika otot
rangka atau otot jantung berkontraksi, oksigen dan nutrisi telah digunakan dan produk
limbah dihasilkan. Penurunan oksigen dan nutrisi dan akumulasi produk limbah
merangsang vasodilatasi. Vasodilatasi menguntungkan karena meningkatkan aliran
7
darah, membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan dan melepaskan produk limbah.
Namun vasodilatasi yang berlebihan, dapat menurunkan tekanan darah, sehingga
mengurangi aliran darah. Sebaliknya, peningkatan stimulasi pembuluh darah otot
rangka oleh saraf simpatis selama latihan menyebabkan vasokonstriksi, yang
mencegah penurunan tekanan darah.
2. Vasokonstriksi terjadi pada pembuluh darah dari jaringan yang tidak terlibat dalam
latihan. Misalnya, vasokonstriksi pada organ abdominopelvis mengurangi aliran darah
melalui mereka, membuat lebih banyak darah yang tersedia bagi jaringan untuk
berlatih.
3. Pelebaran saluran udara meningkatkan aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
4. Peningkatan pemecahan sumber energi yang tersimpan terjadi selama latihan. Sel otot
rangka dan sel hati (hepatosit) dirangsang untuk memecah glikogen menjadi glukosa.
Sel otot rangka menggunakan glukosa, dan sel hati melepaskannya ke dalam darah
untuk digunakan oleh jaringan lain. Adiposit memecah trigliserida dan melepaskan
asam lemak ke dalam darah, yang digunakan sebagai sumber energi oleh otot rangka
dan otot jantung.
5. Peningkatan suhu tubuh ketika melatih otot, akan mengahasilkan panas. Vasodilatasi
pembuluh darah di kulit membawa darah hangat dekat ke permukaan, dimana panas
hilang ke lingkungan. Aktivitas kelenjar keringat meningkat, menghasilkan peningkatan
produksi keringat, dan penguapan keringat menghilangkan panas lainnya.
6. Selama latihan, aktivitas organ yang tidak penting menurun. Sebagai contoh, proses
mencerna makanan melambat karena kelenjar pencernaan menurunkan sekresinya
dan kontraksi otot polos yang mencampur dan memindahkan makanan melalui saluran
pencernaan menurun.

Peningkatan aktivitas dari divisi parasimpatis umumnya sejalan dengan kondisi


istirahat. Divisi parasimpatis mengatur pencernaan dengan merangsang sekresi kelenjar,
meningkatkan pencampuran makanan dengan enzim pencernaan dan empedu, dan
menggerakkan material melalui saluran pencernaan. Divisi parasimpatis mengontrol defekasi
dan urinari. Peningkatan rangsangan parasimpatis menurunkan laju jantung, sehingga
menurunkan tekanan darah. Peningkatan aktivitas parasimpatis menciutkan jalan udara,
pergerakan udara menurun melalui mereka. Ringkasnya, baik divisi simpatis maupun
parasimpatis aktif atau tidak aktif secara terus menerus, ada berbagai tingkat regulasi,
tergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Perbedaanperbedaan dalam regulasi dari organ yang
sama adalah hasil dari neurotransmiter yang khas dilepaskan oleh serat pascaganglion dan

8
reseptor spesifik pada sel target.

A. Indra Spesial

1. Mata (Penglihatan)
Mata merupakan organ yang disusun dari bercak sensitif cahaya primitif. Dalam selubung
perlindungannya mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa pemfokusan cahaya atas
reseptor, dan merupakan suatu sistem saraf. Secara struktural bola mata seperti sebuah
kamera, tetapi mekanisme persarafan yang ada tidak dapat dibandingkan dengan apapun.
Susunan saraf pusat dihubungkan melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik
(nervosa optikus). Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar
dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk
otot- otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan
bulu mata. Mata adalah organ yang mendeteksi cahaya yang paling sederhana, tidak
hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap. Palpebra (kelopak
mata) merupakan lipatan tipis yang dapat bergerak dan melindungi orbita. Fissura palpebra
merupakan lubang berbentuk elips di antara palpebra superior dan palpebra inferior,
tempat masuk ke dalam sakus konjungtiva. Glandula sebasea bermuara langsung ke
dalam folikel bulu mata.

Aparatus lakrimalis terdiri dari pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil.
Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral aponerosis muskulus levator palpebrae
superior bagian lateral forniks (lateral konjungtiva), nukleus lakrimalis, dan nervus VII
(Nukleusfasialis). Air mata mengalir untuk membasahi kornea.

9
Struktur mata secara esensial pada gambar terdiri dari:

1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika
fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibriso putih.
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat pelepasan pada
otot ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang teransparan pada skelara di bagian depan
mata. Bagian ini menstransmisikan cahaya dan mefokuskan berkas cahaya.

c. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun dari koroid,
badan silaris dan iris. Lapisan korid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk
mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi
untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
d. Badan siliaris suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot silaris. Otot melekat pada ligamen suspensori, tempat
perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan atau kemampuan untuk
mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
e. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening.
Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi
untuk mengendalikan diameter pupil.
f. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
masuk ke interior mata.
2. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat
tinggi, suatu sifat yang akan menuruk seiring proses penuaan.

3. Rongga mata

a. Rongga anterior tebagi menjadi duaa ruang :

1) Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris; ruang posterior terletak di
dapan lensa dan dibelakan iris.
2) Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu hormon yang diproduksi prosesus silaris
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
3) Lensa intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk
bola mata.

b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor, seperti gel
transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
10
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

4. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan yang tipis dan transparan lapisan ini terdiri
dari:
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini
berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas
cahaya yang melalui bola mata.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), terletak bersebelahan dengan lapisan
terpigmentasi adalah struktur kompleks yang teridi dari berbagai jenis neuron yang
tersusun sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
c. Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada foto reseptor
pada area ini, maka tidak ada sensai penglihatan yang terjadi saat cahaya masuk ke area
ini.
d. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak sedikit lateral terhadap pusat.
e. Fovea adalah pelekukan sentral makula lukea yang tidak memiliki sel batang dan hanya
mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata, bayangan yang terfokus
di sini akan diinterpretasikan dengan jelas dan tajam oleh otak.

Proses mata melihat benda adalah sebagai berikut.

a. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata, menembus kornea dan
diteruskan melalui pupil.
b. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus lensa mata.
c. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh tepat di bintik kuning.
d. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel batang, kemudian
disampaikan ke otak.
e. Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehinga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat.

2. Hidung (Penciuman)

11
Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus.
Jika kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita hisap
melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Di dalam konka nasalis
terdapat tiga pasang karang hidung yaitu konka nasalis superior, konka nasalis media, dan
konka nasalis inferior. Sub bahasan terkait hidung ini meliputi bahasan tentang bagian-bagian
hidung, mekanisme penciuman, struktur indra pembau, dan kelainan indra penciuman.

Hidung manusia dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang disebut
dengan nostril. Dinding pemisah disebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang
sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir
lengket.
a. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke
tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini dihubungkan dengan bagian
belakang tenggorokan. Rongga hidung dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang
disebut dengan palate. Di rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau
ujung- ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan
rambut-rambut halus pada selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian
atas. Rongga ini dapat membau dengan baik.
b. Mucous membrane berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini
membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan
partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.

Indra penciuman merupakan alat visera (alat rongga badan) yang erat hubungannya
dengan gastrointestinalis. Sebagian rasa berbagai makanan merupakan kombinasi penciuman
dan pengecapan. Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor yang dirangsang oleh
molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman merupakan reseptor jauh
(telereseptor). Reseptor olfaktorius terletak di dalam bagian khusus mukosa hidung. Di antara
sel-sel ini terdapat 10-20 juta sel reseptor. Tiap reseptor olfaktorius merupakan suatu neiron

12
dan membran mukosa olfaktorius merupakan tempat di dalam badan dengan susunan saraf
mendekat ke dunia luar.

Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan merangsang saraf (nervus olfaktorius)
dari bulbus olfaktorius. Bau berupa gas atau zat yang menguap mencapai kavum nasal mellaui
nostril, menghidu meningkatkan masukan gas ke dalam rongga hidung lalu ke sinus superior.
Gas akan larut dalam cairan mukus sebelum dapat mengaktifkan sel reseptor. Indra bau
bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan stasiun penghubung pusat
olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Serabutserabut
saraf penciuman terdapat pada bagian atas selaput lendir hidung. Serabutserabut olfaktori
berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk gas di udara
(kemoreseptor). Mekanisme kerja indra penciuman sebagai berikut. Adanya rangsang (bau)
masuk ke lubang hidung, dilanjutkan ke epitelium olfaktori, kemudian ke mukosa olfaktori, ke
saraf olfaktori, ke talamus, ke hipotalamus, dan ke otak.

3. Lidah (Perasa)

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indra pengecap
yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Melalui penggunaan lidah, kita dapat
membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit,
dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian
samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.

Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus,
tulang rahang bawah, dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada
lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya
tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:

a. Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.

b. Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah. Papila
fungiformis berbentuk seperti jamur

13
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel
yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel
penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah terdiri dari bagian depan, pinggir,
dan belakang.

a. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.


b. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
c. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.

Lidah memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Letak kelenjar
ludah yaitu kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan kelenjar ludah bawah terdapat
di bagian bawah lidah. Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan
merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini diteruskan
ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi rangsang tersebut sehingga kita
dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau minuman.

4. Telinga (Pendengaran)

Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional penting,


aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya, terletak di dalam tulang temporalis
tengkorak. Sebagian besar telinga tidak dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat
diperiksa dengan tes-tes khusus. Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas daun telinga, gendang telinga, dan membran timpani. Struktur
anatomi telinga luar
14
Daun telinga (pinna atau aurikula) yakni daun kartilago yang menangkap gelombang
bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus atau lubang telinga), suatu
lintasan sempit panjangnya 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran
timpani (gendang telinga). Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan telinga
tengah. Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan
membran mukosa yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.
2. Telinga Tengah

Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal.
Pada bagian ini terdapat saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan faring
yaitu tuba eustachius (saluran eustachius). Saluran yang biasanya tertutup dapat terbuka saat
menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga bagian tengah ini terdapat tulang-tulang
pendengaran (osikel auditori) yang dinamai sesuai bentuknya, terdiri dari:

a. Maleus (tulang martil).


b. Incus (tulang landasan atau anvil).
c. Stapes (tulang sanggurdi).

3. Telinga Dalam
Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal di sisi medial
telinga tengah.
15
Telinga dalam terdiri dari dua bagian yakni labirin tulang dan labirin membranosa yang
terletak di dalam labirin tulang.
a. Labirin tulang
Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai
cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi
menjadi 3 bagian sebagai berikut.
1) Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran semisirkular
dengan koklea.
a) Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae, yang
berhubungan dengan telinga tengah.
b) Membran yang melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe.

2) Rongga tulang saluran semisirkular yang menonjol dari bagian posterior vestibula.

a) Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal, di setiap
sudut kanannya.
b) Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran
di atas.

3) Koklea mengandung reseptor pendengaran.

b. Labirin membranosa

Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak
dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan
endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular. Labirin membranosa dalam regio
vestibula merupakan lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus yang dihubungkan
dengan duktus endolimpe sempit dan pendek.

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.

16
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran struktur koklea
pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran
cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan
frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan selsel
rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial,
terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan
sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran. Tahapan faal pendengaran terdiri dari
beberapa hal di bawah ini.

a) Bunyi masuk ke liang telinga dan menyebabkan gendang telinga bergetar.


b) Gendang telinga bergetar oleh bunyi.
c) Getaran bunyi bergerak melalui osikula ke rumah siput.
d) Getaran bunyi menyebabkan cairan di dalam rumah siput bergetar.
e) Getaran cairan menyebabkan sel rambut melengkung. Sel rambut menciptakan sinyal
saraf yang kemudian ditangkap oleh saraf auditori. Sel rambut pada salah satu ujung
rumah siput mengirim informasi bunyi nada rendah dan sel rambut pada ujung lain
mengirim informasi bunyi nada tinggi.
f) Saraf auditori mengirim sinyal ke otak di mana sinyal ditafsirkan sebagai bunyi.

B. Balance (Keseimbangan)
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu: sistem
vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus
vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os
temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat
keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi
endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi
kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.

Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis
semisirkularis, Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus.
Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai
mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong Kanalis

17
semisirkulans adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis
adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling
tegak lurus.

Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan
(yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian
otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan
terdiri dari utrkulus, sakulus, dan tigan karalis semisirkularis. Labin membranosa terpisah dari
labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf. organ membranosa itu sendiri
berist endolimf. Lirtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula)
mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan.

1. Neurofisiologi Keseimbangan TubuhAlur perjalanan yang berkaitan dengan fungsi alat


keseimbangan tubuh melewati beberapatahapan sebagai berikut:

 Tahapan Transduksi

Rangsangan gerakan diubah reseptor (R) vestibuler (hair ceel), R. visus (rod dan cone
cells) dan R proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari ketiga R tersebut, R vestibuler
menyumbang informasi terbesar disbanding dua R lainnya, yaitu lebih dari 55%.

Mekanisme transduksi hari cells vestibulum berlangsung ketika rangsangan gerakan


membangkitkan gelombang pada endolyimf yang mengandung ion K (kalium). Gelombang
endolimf akan menekuk rambut sel (stereocilia) yang kemudian membuka/menutup kanal ion
K bila tekukan stereocilia mengarah ke kinocilia (rambut sel terbesar) maka timbul influks ion
K dari endolymf ke dalam hari cells yang selanjutnya akan mengembangkan potensial aksi.
Akibatnya kanal ion Ca (kalsium) akan terbuka dan timbul ion masuk ke dalam hair cells.
Influks ion Ca bersama potensial aksi merangsangn pelepasan neurotransmitter (NT) ke celah
sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron berikutnya, yaitu saraf aferen
vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT

 Tahap Transmisi

Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis menuju ke
otak dengan NT-nya glutamate

a. Transmisi sinoptik normal


b. Iduksi potensiasi longtem
 Tahap Modulasi

18
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat AKT, antara lain:

a. Inti vestibular vestibulum-serebelum


b. Inti mata motorik Hyptotalamus
c. Formasio retikularis
d. Korteks prefrontal dan imbik
e. Struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan memberi respons yang sesuai.
f. Manakala rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka akan disensitisasi.
Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah habituasi.

2. Fisiologi Keseimbangan Tubuh

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor
vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang
punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.

Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari
kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin
dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut (hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk
kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga
merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan
meneruskan impul sensoris ini lewat samf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat
keseimbangan tubuh di otak."

Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis menerima
impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebellum selain merupakan pusat
integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung
dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah dialami
masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli. Selain serebellum, informasi tentang gerakan
juga tersimpan di pusat memor prefrontal korteks serebri.

C. Kelainan Pada Pancaindera


 Kelainan pada mata

1. Presbiopi

Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata tua. Pada
19
anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak umur 11 tahun.
Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun terjadi perubahan
yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50 cm, oleh karena itu memerlukan
pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata cembung (positif). Hal ini
disebabkan karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi dapat dibantu dengan
lensa rangkap.

2. Hipermetropi

Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak. Hipermetropi


disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di belakang retina.
Penderita hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang dekat atau biasa disebut rabun
dekat.

3. Miopi

Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu
panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina.
Pada penderita miopi ini orang tidak dapat melihat benda yang jauh biasa disebut rabun
jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang
dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-anak.

Gambar Kelainan mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi


4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa mata
mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya
bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang yang cacat
seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.

5. Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata.
Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak
pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
6. Imeralopi
Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita menjadi rabun
pada senja hari.
20
7. Xeroftalxni
Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi kering dan bersisik.
8. Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan rusak.

 Kelainan pada telinga

Telinga merupakan salah satu organ yang penting. Sebagai organ tubuh yang lemah,
telinga bisa mengalami kelainan maupun terserang penyakit. Berikut beberapa penyakit yang
ada pada telinga:

1. Tuli

Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara. Tuli dapat
disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga, tersumbatnya ruang telinga, atau
rusaknya saraf pendengaran. Pada orang yang telah berusia lanjut, ketulian biasanya
disebabkan oleh kakunya gendang telinga dan kurang baiknya hubungan antar tulang
pendengaran.

2. Congek

Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada bagian telinga
yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri.

3. Otitis eksterna

Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang seluruh
saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel).

Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).

4. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis
bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah
akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan
kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga.
Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya
menyebabkan gejala-gejala yang ringan.

21
5. Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan saluran telinga,
yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit yang pecah-pecah
serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar
dan saluran telinga.

6. Cidera

Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar diantara
kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan
terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah
yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago
sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol,
yang sering ditemukan pada pegulat dan petinju.

7. Tumor

Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak bisa tumbuh
di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran telinga serta
ketulian.

Contoh dari tumor jinak pada saluran telinga adalah:

Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)

Osteoma (tumor tulang)

Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah terjadinya cedera).

8. Kanker

Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada telinga luar setelah
pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium dini, bisa diatasi
dengan pengangkatan kanker atau terapi penyinaran. Pada stadium lanjut, mungkin perlu
dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang lebih luas. Jika kanker telah menyusup
ke kartilago, dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan sel skuamosa juga bisa tumbuh
di dalam atau menyebar ke saluran telinga.

Kelaianan pada lidah

1. Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya
22
yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2. Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun
hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi.
Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.
3. Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu
berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.

5. Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas
dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak
disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.

 Kelainan pada hidung


Sebagai indra pembau, hidung dapat mengalami gangguan. Akibatnya, kepekaan
hidung menjadi berkurang atau bahkan tidak dapat mencium bau suatu benda.
Kelainankelainan pada hidung yaitu:

1. Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau tenggorokan
bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Tumor ini paling sering
ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami masa puber.
2. Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma disebabkan oleh
virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun. Papiloma bisa menyebabkan suara
serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran
udara.
3. Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh adanya reaksi
alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke dalam saluran
tenggorokan.
4. Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang
berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu
menahun (kronis).
5. Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan oleh
virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-kadang panas
atau sakit pada persendian.
6. Anosmia, adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau.
Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar kepala,
keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.

23
D. Integrasi Ayat Al-Qur’an
Allah berfirman dalam al-qur’an suruh al-alaq ayat 15 :

Artinya :
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-
ubunnya, (ke dalam neraka). Penekanan pada kata "naashiyah" yang mempunyai arti ubun-ubun.
Beberapa tafsir menunjukkan bahwa ubun-ubun merupakan bagian otak depan atau frontal lobe
yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat. Dalam keenam ayat ini menyebutkan bahwa
ubun-ubun mejadi tolak ukur atas tindakan buruk yang melenceng dari aturan agama islam. Hal
inisesuai dengan penelitian mengenai frontal lobe atau ubun-ubun sebagai pusat kendali dari
keputusan dan perbuatan.

24
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Sistem saraf otonom atau sistem saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi
(SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan
mengendalikan otot jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya,
sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru-
paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar keringat. Disebut
sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau kehendak
kita. Menurut fungsi dari sistem saraf otonom, terbagi menjadi dua sistem saraf yaitu saraf
simpatik dan saraf parasimpatik.
Pada manusia terdapat alat indra yang special antaranya adalah:
1. Mata (Penglihatan).
2. Hidung (Penciuman).
3. Lidah (Perasa).
4. Telinga (Pendengaran).

B. Saran
Diharapkan kita sama sama memahami materi tentang sistem saraf agar menambah
wawasankita tentang sistem saraf pada manusia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.D. (1999). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Jones and Barret publisher Boston.

Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Coad, Jane (2001). Anatomy and physiology for midwives. London: Mosby.
Elaine N. Marrieb (2001). Human Anatomy and Physiology, Fifth Edition. San Fransisco:
Benjamin Cummings.

Fawcett, D.W (1994). The Ear in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th edition.

New York: Chapman and Hall.

Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2006). Textbook of medical physiologi. 12nd edition. Philadelphia:

W.B. Saunders Company.

Landau, BR. (1980). Essential human anatomy and physiology, 2 nd edition. Illinois: Scott
Foresman and Company Glenview.
Martini, FH et al. (2001). Fundamentals of anatomy and physiology, 5 nd edition. New Jersey:
Prentice Hall.

Marieb. Human Anatomy. 6th Edition. Pearson Education Inc. 2012.

Pearce, EC. (1999). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia.

Sanders, T. & Scanlon, V.C. (2007). Essential of anatomy and physiology . Second edition. New
Jersey: Prentice Hall.

Shier, Butler, Lewis. (1999). Hole’s Human Anatomy and Physiology, 8 th edition. The Mc.Graw
Hill Companies, Inc.All.

Sloane, Ethel (2004). Anatomi Fisiologi untuk pemula. Alih bahasa James Veldman. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai