Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

BIOPSIKOLOGI
Dosen Pengampu:
Amirah Aminanty A, S.Psi., M.Psi, Psikolog
Kurniati Zainuddin, S.Psi., M.A

Oleh:
Kelompok 3

Dwi Hijrah Andhita (220701552005)


Putri Aura Ibdaria Sudirman (229791552015)
Abdullah Rajafath (220701552024)

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan juga petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan Makalah yang bertajuk “Sistem
Kerja Otak dan Sensorik”. Makalah ini telah dibuat dan digunakan untuk memenuhi salah
satu kriteria penilaian, yaitu tugas mata kuliah Bipsikologi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu dan teman-teman
seperjuangan yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat
banyak sekali kekurangan dan kelemahan yang terlihat dari hasil penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun atau konstruktif bagi penulis
sangat dibutuhkan dalam rangka perbaikan makalah dan tugas yang serupa ke depannya.
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca untuk menambah wawasan mengenai
Sistem Kerja Otak dan Sensorik.

Makassar, 5 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..…4
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..…4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………..…4
C. TUJUAN……………………………………………………………….…..4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…...6
A. SEEING THE WORLD.…………………………………………………….6
B. MELIHAT …………………………………………………………………..7
C. MENDENGAR ……………………………………………………………..7
D. MENCIUM…………………………………………………………………..8
E. MERASA.. …………………………………………………………………..9
F. MERABA.. …………………………………………………………………..9
G. PROPRIOSEP…………………………………………………………….....10
H. RASA SAKIT ………………………………………………..……………..10
BAB III PENUTUP…………………………………………………….……….12
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………….…..…12
3.2 SARAN………………………………………………………….……..…12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otak adalah pusat sistem saraf pada vebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak
adalah salah satu organ yang paling kompleks dan fungsinya sangat vital bagi tubuh
manusia. Organ ini tersusun dari sejumlah jaringan pendukung dan miliaran sel saraf
yang saling terhubung. Otak dilindungi oleh lapisan pembungkus yang disebut selaput
otak (meninges) dan tulang tengkorak, serta terhubung ke saraf tulang belakang.
Bersama saraf tulang belakang, otak berperan sebagai pusat kendali tubuh dan
Menyusun system saraf pusat (SSP).
Selain itu, pada manusia otak juga berfungsi untuk bisanya manusia bertatap
muka, melihat, melakukan penciuman, mencicipi, berjalan , berpikir ingatan,
mengingat kembali, dan lain-lain. Syaraf menghubungkan otak ke bagian-bagian yang
berbeda dari badan. Apa yang kita rasakan, kita lihat atau dengar dibawa ke sensasi
oleh syaraf otak sebagai pesan. Penerima pesan, mereaksikan badan kearah perubahan
yang diputuskan oleh otak, melalui syaraf pesan dikirim kembali ke organ badan untuk
suatu tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kerja otak dan sensorik?
2. Bagaimana seseorang dapat merasakan sesuatu?
3. Apa itu melihat dan bagaimana mekanismenya?
4. Apa itu mendengar dan bagaimana mekanismenya?
5. Apa itu mencium dan bagaimana mekanismenya?
6. Apa itu merasa dan bagaimana mekanismenya?
7. Apa itu meraba dan bagaimana mekanismenya?
8. Apa itu propriosepsi dan bagaimana mekanismenya?
9. Apa itu rasa dan bagaimana cara merasakannya?
C. Tujuan
1. Mengetahuin tentang sistem kerja otak dan sensorik.
2. Mengetahui bagaimana seseorang merasakan sesuatu.
3. Mengetahui pengertian melihat dan mekanismenya.
4. Mengetahui pengertian mendengar dan mekanismenya.
5. Mengetahui pengertian mencium dan mekanismenya.
6. Mengetahui pengertian merasa dan mekanismenya.
7. Mengetahui pengertian meraba dan mekanismenya.
8. Mengetahui pengertian propriosepsi dan mekanismenya.
9. Mengetahui bagaimana cara merasakan rasa sakit dan mekanismenya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Seeing The World
Sistem saraf adalah bagian dari tubuh kita yang membantu kita tidak hanya untuk
melihat, memahami, dan merespon seluruh kejadian di sekitar kita, tetapi juga
mengirim, menerima, dan mengartikan informasi dari semua bagian tubuh. Sebenarnya
sistem saraf memonitor dan mengkoordinasikan tindakan secara otomatis seperti
berjalan kaki yang secara sadar kita putuskan untuk dilakukan dan tindakan tak
disengaja seperti pernapasan dan pencernaan.

Sistem saraf adalah kumpulan saraf yang kompleks dan sel-sel khusus yang
dikenal sebagai neuron yang mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuh ini pada
dasarnya adalah kabel listrik tubuh secara struktural sistem saraf memiliki 2 komponen
yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi sistem saraf pusat sistem saraf pusat
terdiri dari otak sumsum tulang belakang dan saraf sistem saraf tepi terdiri dari neuron
sensorik ganglia atau kelompok neuron dan saraf yang terhubung satu sama lain dan ke
sistem saraf pusat dan sistem saraf yang mengkoordinasi semua jenis gerakan dan
stimulasi dari satu bagian tubuh ke bagian lainnya.

Pada makhluk terdapat dua jenis sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer Al sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri atas otak
dan saraf tulang belakang sedangkan sistem saraf perifer adalah saraf saraf berupa
panjang yang menghubungkan sistem saraf pusat ke semua bagian tubuh sistem saraf
yang kompleks dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang antara
sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik dan otonom kedua sistem ini bekerja
sama untuk mengendalikan seluruh aktivitas didalam tubuh baik yang disadari maupun
tidak disadari.

Sistem saraf pusat sistem saraf pusat mengendalikan seluruh pengaturan dan
pengolahan rangsangan dari mengatur pikiran gerakan emosi pernapasan denyut
jantung pelepasan berbagai hormon suhu tubuh hingga koordinasi seluruh sel saraf
untuk melakukan fungsi peraturan dalam tubuh.

Sistem saraf tepi adalah salah satu bagian sistem saraf selain sistem saraf pusat
atau otak dan sumsum tulang belakang. Di sistem saraf tepi ini, terdapat saraf sensorik
atau biasa disebut neuro aferen, neuron sensorik membawa informasi dari saraf ke
system saraf pusat. Neuron sensorik inilah yang memungkinkan kita mengambil
informasi sensorik dan mengirimkannya ke otak dan sumsum tulang belakang. Bagian
ini berfungsi untuk menerima setiap rangsangan atau impuls, baik yang dari luar
maupun dalam tubuh. Rangsangan yang diterima bisa berupa cahaya, suhu, bau, suara,
sentuhan, dan tekanan.

Otak adalah pusat sistem saraf pada vebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Syaraf menghubungkan otak ke bagian-bagian yang berbeda dari badan. Apa yang kita
rasakan, kita lihat atau dengar dibawa ke sensasi oleh syaraf otak sebagai pesan.
Penerima pesan, mereaksikan badan kearah perubahan yang diputuskan oleh otak,
melalui syaraf pesan dikirim kembali ke organ badan untuk suatu tindakan.

Setiap sistem indera adalah suatu jenis hubungan, terdiri dari suatu elemen yang
sensitive (reseptor), saraf fiber memimpin dari reseptor ke otak atau sumsum tulang
belakang, dan berbagai stasiun penerima dan daerah pemrosesan dalam otak. Ketika
suatu saluran penghubung distimulasi, kita mempunyai suatu sensasi yang dicirikan
dari hubungan itu.

Dalam upaya kita mengetahui tentang dunia sekitar kita (dan didalamnya), energi
fisik harus diubah kedalam aktivitas dalam system syaraf. Beratus-ratus impuls syaraf
dibangkitkan dan disalurkan ke system syaraf pusat. Ketika impuls-impuls ini melewati
banyak nerve fiber pada saat yang berbeda-beda, mereka membentuk suatu pola input
ke system syaraf pusat yang adalah dasar dari pengalaman penginderaan tentang
kejadian. Jadi, dimulai dengan proses trandusktif pada reseptor, energi fisik dihasilkan
dari pola-pola dalam impuls syaraf dalam system syaraf pusat. Dengan kata lain, energi
fisik diubah kedalam suatu kode yang dibuat dari suatu pola syaraf dikenal sebagai
kode aferen (afferent code).

B. Melihat
Melihat berasal dari kata dasar lihat. Melihat adalah sebuah homonim karena arti-
artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.Melihat
memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga melihat dapat menyatakan
suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Secara singkat Mekanisme melihat adalah :


• Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.
• Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda yang
imaksud jatuh tepat di retina mata.
• Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda ersebut
ke otak.
• Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat melihat
benda tersebut.

Pada tingkat psikologis proses sensorik dipengaruhi oleh dimensi hue, brightness dan
saturation. Hue adalah dimensi pengalaman visual yang ditandai dengan penamaan warna
yang terkait dengan panjang gelombang cahaya. Brightnes adalah luminasi atau kesilauan
yang merupakan dimensi yang terkait dengan jumlah cahaya yang dilepaskan atau
dipantulkan oleh sebuah benda. Sementara saturation adalah kejelasan atau kemurnian
sebuah warna yang terkait dengan kompleksitas gelombang cahaya. Maka berdasarkan ketiga
dimensi tersebut, bentukbentuk yang kita lihat dengan mata kita, berasal dari integrasi
warna, cahaya beserta saturasinya

C. Mendengar
Mendengar adalah proses pasif, tidak disengaja, dan sensorik di mana kita
merasakan suara. Ini adalah respons fisiologis yang melibatkan persepsi kita tentang
suara dan tidak memerlukan perhatian.

Mekanisme pendengaran manusia:


• Gelombang bunyi ditangkap oleh telinga luar, yang kemudian bergerak menuju
saluran sempit yang disebut saluran telinga. Gelombang bunyi kemudian mencapai
gendang telinga, yang merupakan selaput berukuran setengah dari uang koin.
• Gelombang bunyi ini membuat gendang telinga bergetar, yang selanjutnya
menggetarkan tiga tulang kecil, yaitu Malleus, Inkus, dan Stapes. Tulang-tulang
ini menguatkan atau meningkatkan getaran dari bunyi yang kemudian
meneruskannya ke Koklea.
• Koklea berbentuk seperti siput dan memiliki ukuran sebesar kacang tanah,
sehingga sering disebut sebagai rumah siput. Koklea berisi cairan dan getaran dari
bunyi membuatnya menjadi beriak dan menciptakan gelombang.
• Lalu ada struktur berbentuk seperti rambut yang disebut Stereosilia, berdiri di atas
sel rambut yang ada di dalam telinga yang kemudian bergabung menjadi satu
membentuk seikat sel rambut di dalam Koklea.
• Gelombang yang tadi menggerakkan sel-sel rambut. Ikatan rambut di puncak sel
rambut mengubah gerakan ini menjadi sinyal listrik. Selama seikat rambut ini
bergerak, ion-ion bermuatan listrik bergerak menuju sel rambut dan menyebabkan
munculnya senyawa kimia di dasar sel-sel rambut.
• Senyawa kimia tersebut mengikat sel saraf auditoris dan menghasilkan sinyal
listrik, sinyal tersebut bergerak sepanjang sel saraf auditoris menuju ke otak. Sel
rambut yang berbeda akan merespon frekuensi bunyi yang berbeda pula. Sel-sel
rambut di bagian bawah Koklea mendeteksi bunyi dengan nada yang lebih tinggi,
contohnya bunyi flute atau seruling.
• Sementara itu, sel rambut disepanjang saluran melingkar mendeteksi bunyi
bernada lebih rendah, seperti trumpet atau trombone yang ditiup. Di bagian paling
puncak dari spiral Koklea, sel rambut mendeteksi bunyi dengan nada yang paling
rendah, seperti Tuba.
• Selanjutnya, sel saraf auditoris membawa sinyal listrik ke otak, dan menafsirkan
pesan sebagai bunyi yang bisa kita mengerti dan nikmati.

Pada tingkat biologis alat sensorik pendengaran adalah telinga yang terdiri dari organ
korti yang terletak dalam klokea. Proses deteksi pendengaran dimulai melalui gelombang
suara yang dikumpulkan oleh telinga bagian luar diarahkan menuju kanal auditoris yang
menyebabkan gendang telinga bergetar. Getaran dan vibrasi ini kemudian diteruskan ke
tulangtulang kecil yang ada di telinga bagian tengah. Pergerakan tulang-tulang ini
menambahkan kekuatan getaran-getaran tadi dan membawa getaran ini ke sebuah
membran kecil yang memisahkan telinga bagian tengah dan bagian dalam. Sel-sel
reseptor untuk pendengaran (sel-sel rambut) yang terletak dalam organ korti di dalam
klokea yang berbentuk seperti rumah siput mengirimkan impuls-impuls saraf yang
berjalan sepanjang saraf pendengaran menuju otak.

Pada tingkat psikologis pendengaran dihubungkan dengan aspek loudness, aspek pitch
dan aspek timbre. Loudness merupakan pengalaman auditori yang berhubungan dengan
intensitas tekanan gelombang. Pitch terkait dengan frekuensi gelombang suara dan
timbre adalah kualitas suara itu sendiri.

D. Mencium
Mencium adalah kondisi ketika hidung sebagai alat indera manusia menangkap bau.
Penciuman atau penangkapan bau bekerja dengan olfactory cleft, yang ditemukan di
atap rongga hidung, pada sebelah bagian otak yang berfungsi sebagai pencium.

Mekanisme mencium, sebagai benda gas, bau berbaur menjadi satu dengan gas-gas
lain di dalam udara. Saat kita menghirup udara pernapasan, bau tersebut ikut masuk ke
dalam hidung. Di rongga hidung, bau akan larut di dalam lendir. Selanjutnya,
rangsangan bau akan diterima oleh ujung-ujung saraf pembau serta diteruskan ke pusat
penciuman dan saraf pembau. Oleh otak, rangsang tersebut ditanggapi sehingga kita
dapat mencium bau yang masuk hidung.
Pada tingkat biologis, indera penciuman kita merupakan saraf khusus yang terdapat dalam
bagian kecil di membran mukosa di bagian atas tulang hidung kita, tepat di bawah mata.
Proses penciuman dimulai dari molekulmolekul kimia di udara (uap atau gas) masuk ke
hidung dan bersirkulasi melewati rongga hidung di mana terletaknya reseptor bau. Akson-
akson dari reseptor ini membentuk saraf olfaktori atau penciuman yang membawa sinyal-
sinyal menuju otak. Ketika Anda menghirup udara, Anda membawa lebih banyak uap ke
dalam hidung dan mempercepat sirkulasinya. Uap ini dapat juga mencapai rongga hidung
melalui mulut dengan cara berjalan melewati tenggorokan.

Penciuman memengaruhi aspek psikologis kita untuk menentukan wewangian tertentu


pada suatu ingatan dan emosi atau pengalaman tertentu terkait dengan wangi tersebut. Kita
dapat mengetahui adanya bahaya dengan menandai aroma bau asap, makanan basi juga
kebocoran gas. Wangi segelas kopi dapat memunculkan ingatan menyenangkan dan
membangkitkan semangat pada individu tertentu.

E. Merasa
Merasa adalah mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra (seperti
yang dialami lidah, kulit, atau badan). Panca indera yang dipakai untuk merasa adalah
lidah.

Pada tingkat biologis alat sensorik pengecapan terdapat pada lidah, tenggorokan, bagian
dalam pipi dan langit-langit mulut. Aspek psikologis yang terkait dengan pengecapan,
beberapa dipengaruhi oleh faktor genetis, beberapa lainnya dipengaruhi oleh faktor budaya
dan proses belajar. Beberapa orang menyukai brokoli beberapa lainnya tidak. Beberapa orang
tidak menyukai rasa pedas, tetapi beberapa orang lainnya tidak selera makan kalau tidak
dengan pedas. Selera makan atau kemampuan merasakan makanan tidak hanya dipengaruhi
oleh rasa yang dikecap tetapi juga dipengaruhi oleh bau makanan. Ketika kita sedang flu
misalnya, selera makan kita bisa berkurang karena hidung tersumbat. Kebanyakan orang juga
mengalami gangguan makan kronis diakibatkan oleh masalah penciuman, bukan rasa.

Mekanisme merasa: (BISA CARI MEKANISME YANG LEBIH SINGKAT)


• Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro
yang sensitif disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat berkontak
dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan
sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan yang dimakan.
• Proses pengecapan rasa tidak hanya digawangi oleh lidah tapi juga dibantu oleh
hidung. Hidung membantu untuk pengecapan makanan dengan membauinya
sebelum makanan dikunyah dan ditelan. Bila makanan ada dalam mulut atau
mencium bau makanan maka akan keluar saliva disebut sekresi psikis akan
merangsang nervus olfaktorius dan nervus glossofaringeus.
• Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Seseorang
dapat mengecap apa yang dia makan karena adanya molekul kimia yang terkandung
dalam makanan tersebut. Molekul tersebut baru dapat berikatan dengan reseptor
protein pada mikrovili di lidah jika molekul tersebut terlarut dalam saliva.
• Terbentuknya ikatan antara protein reseptor pada mikrovili dengan molekul kimia
akan menyebabkan potensial membran plasma mengalami depolarisasi. Hal ini
mengakibatkan terbukanya voltage-gated Ca+ channel sehingga ion kalsium masuk
ke dalam sel. Masuknya ion kalsium ini memacu dihasilkannya neurotransmitter.
Neurotransmitter akan menginisiasi timbulnya potensial aksi pada ujung-ujung sel
saraf yang saling berhubungan melalui celah sinapsis di nervus facial dan nervus
glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus
(pada pharynx dan epiglottis). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula
oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan
membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan
disalurkan ke daerah insula.
• Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian
dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya dapat mengecap makanan yang masuk ke
dalam mulut. Selain ke talamus, beberapa jalur saraf ini menuju sistem limbik dan
hipotalamus.
• Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh
masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang
berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap
taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda

F. Meraba
Meraba adalah menyentuh (memegang, menjamah) dengan telapak tangan karena
hendak merasai atau mencari sesuatu. Panca indera yang dipakai untuk meraba adalah
kulit. Dengan kulit kita akan merasakan berbagai macam hal. Bahkan, kulit bisa
dijadikan sebagai pelindung tubuh manusia dari berbagai macam gangguan.

Mekanisme meraba:
• Rangsang yang diterima kulit dapat berupa panas, dingin, tekanan, dan nyeri
• Rangsang diterima oleh sel - sel reseptor kulit (ruffini peka terhadap suhu panas,
krause peka terhadap suhu dingin, paccini peka terhadap tekanan/sentuhan,
meisner peka terhadap tekanan/sentuhan, ujung saraf bebas peka terhadap tekanan
ringan dan rasa sakit)
• Rangsang diteruskan oleh reseptor ke sel saraf yang teruskan ke otak
• Otak akan mengolah rangsang dan menerjemahkan rangsang tersebut

Sentuhan mencakup tiga indera yang berbeda, yaitu; tekanan, temperature, dan nyeri. Variasi
tekanan pada pada perilaku berjabat tangan akan memvariasikan tingkat keakraban antar dua
individu. Variasi temperatur akan membedakan panas dan dingin. Sementara rasa nyeri yang
kita rasakan dapat kita kenali sebagai nyeri luka sayat atau terbakar, gatal, dan geli.

G. Propriosepsi (Sixth Sense)


Manusia memiliki kemampuan untuk menyadari atau menginderai tubuhnya
sendiri di dalam ruang. Indra ini dinamai proprioception.
Proprioception mengacu pada kemampuan otak untuk mengetahui posisi tubuh
Anda dalam sebuah ruangan. Bagian tubuh yang bertanggung jawab pada
proriosepsi ini ada pada genetika.

Temuan ini berawal dari sebuah riset lama yang menunjukan bahwa pada tikus
ada sebuah gen bernama PIEZO2, yang menjalankan fungsi
indra proprioception. Gen PIEZO2 memerintahkan sel-sel tubuh untuk
memproduksi protein bernama "mechanosensitive". Mechanosensation adalah
kemampuan untuk merasakan kekuatan/gaya - misalnya ketika seseorang
menekan kulit Anda. Protein ini juga berperan dalam
kemampuan proprioception. Contoh nyata dari kemampuan ini adalah
bagaimana seseorang yang memejamkan mata bisa menyentuh hidungnya
apabila diminta.

H. Feeling Pain (Rasa Sakit)


Manusia bisa merasakan rasa sakit karena Saat terjadi sesuatu, sel saraf khusus
(nosiseptor) atau reseptor rasa sakit memberi sinyal ke otak. Sinyal nyeri dimulai di
titik stimulasi dan berlanjut ke saraf, kemudian ke sumsum tulang belakang Anda
hingga sampai ke otak, mengutip dari Neuroscience Specialists. Nyeri adalah sesuatu
yang subjektif dan kadang-kadang sulit untuk Anda jelaskan dan kelompokkan.
Fenomena nyeri, meliputi komponen patofisiologis dan psikologis yang sulit
diidentifikasi. Penderitaan juga merupakan hal yang berhubungan dengan nyeri dan
berkaitan dengan keadaan yang tidak menyenangkan yang berasal dari gangguan fisik
atau psikologis (Merskey, 2005).
Ada beberapa jenis rasa sakit yang bisa dirasakan, yaitu:
• Nociceptive: cedera pada jaringan tubuh (terluka, terbakar, retak, sampai patah
tulang.
• Neuropatik: kelainan pada sistem saraf yang membawa dan mengartikan rasa nyeri
(masalah pada saraf, tulang belakang, atau otak).
• Psikogenik: penyebabnya adalah faktor psikologis.
• Penyakit akut: rasa nyeri singkat sebagai peringatan tubuh atas kerusakan yang
terjadi.
• Nyeri kronis: kerusakan jaringan yang sedang berlangsung, seperti
pada osteoarthritis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran
manusia. Otak dan sel saraf di dalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognitif
manusia. pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
Di dalam otak juga terdapat sistem saraf, dimana sistem saraf ini bertanggung jawab
atas fungsi sensorik. Bagian ini berfungsi untuk menerima setiap rangsangan atau
impuls, baik yang dari luar maupun dalam tubuh. Rangsangan yang diterima bisa
berupa cahaya, suhu, bau, suara, sentuhan, dan tekanan.

B. Saran
Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi dan sistem kerja otak, saraf, sensorik, serta
indera. Kita dapat mengetahui bahwa kesehatan otak dan saraf itu penting karena
mereka saling terhubung satu sama lain. Hal ini bukan hanya melibatkan penyakit fisik
tetapi juga secara psikologis. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan otak dan
saraf kita.
DAFTAR PUSTAKA

Musi, Muhammad Akil. 2021. Neurosains Menjiwai Sistem Saraf dan Otak. Jakarta:
Kencana

Perkasa, Gading. (2021, Oktober 26) . Kenali Bedanya Mendengar dan Mendengarkan.
Retrieved from: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/26/142907120/kenali-bedanya-
mendengar-dan-
mendengarkan?page=all#:~:text=Mendengar%20adalah%20proses%20pasif%2C%20tidak,
suara%20dan%20tidak%20memerlukan%20perhatian .

Putri, Danastri. (2020, Desember 9). Mengenal 5 Macam Panca Indra pada Manusia
Beserta Fungsinya. Retrieved from: https://kids.grid.id/read/472462824/mengenal-5-
macam-panca-indra-pada-manusia-beserta-fungsinya?page=all

Triminasti, Annisa. (2020, Agustus 5). Selak Beluk Saraf Sensorik dan Gangguan yang
Bisa Menyerangnya. Retrieved from: https://www.sehatq.com/artikel/seluk-beluk-saraf-
sensorik-dan-gangguan-yang-bisa-menyerangnya

Anda mungkin juga menyukai