Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM SARAF MANUSIA DAN


KOORDINASI MAHLUK HIDUP

Disusun Oleh :

MAYA ADELIA NIM 2026038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya.

Pasir Pengaraian, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB 1 LATAR BELAKANG
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II MATERI
A. Penyusun sistem saraf. ........................................................................ 3
B. Sistem saraf. ........................................................................................ 6
C. Penggolongan sistem saraf. ................................................................. 9
D. Mekanisme penghantar implus. ......................................................... 13
E. Kelainan pada sistem saraf. ................................................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya
dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing
mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan
baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian
besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem
hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2. Apa saja penyusun sistem saraf ?
3. Apa saja fungsi sistem saraf ?
4. Apa saja penggolongan sistem saraf ?
5. Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?
6. Apa saja kelainan pada sistem saraf ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.
2. Untuk mengetahui penyusun sistem saraf.
3. Untuk mengetahui fungsi sistem saraf.
4. Untuk mengetahui penggolongan sistem saraf.
5. Untuk mengetahui mekanisme penghantar implus.
6. Untuk mengetahui kelainan pada sistem saraf.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Saraf


Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan
perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja
sistem saraf ialah sel saraf atau neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam
iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup bisa menyesuaikan
diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi,
iritabilitas yaitu kemampuan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya
bervariasi.Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer
terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf
memiliki tiga fungsi utama, yakni menerima informasi dalam bentuk rangsangan
atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan
(respon) terhadap rangsangan.

2.2 Penyusun Sel Saraf


Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron merupakan
unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan
mersepon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa mengalami pembelahan
sehingga tidak dapat diganti jika sudah rusak. Neuron bersatu membentuk
jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).

1. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit


merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
2. Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel
saraf mengandung inti sel dan sitoplasma.

3. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf
(neuron).

4. Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang


daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan
sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada
setiap neuron.

5. Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak yang
berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-
segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.

6. Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk


neurit (akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).

7. Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya


nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus
yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.

8. Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan
ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis.
Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong
tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat
berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls
saraf pada sinapsis.
Menurut fungsinya, ada tiga jenis sel saraf yaitu:

1. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima
rangsang yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi
impuls (rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini
bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.

2. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa
impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju otot. Sel
saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak dan
sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk
menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke
sel saraf motorik.

2.3 Fungsi Sistem Saraf


Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan
oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah.
Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui
adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf,
semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang
akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan
atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai
pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf
terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.

Cara menghilangkan papiloma secara alamiah (3 hari)


Hermuno
Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut.
A. Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
B. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan
dan memikirkannya.
C. Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
D. Mengekspresikan emosi.
E. Mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf lain, untuk otot, kelenjar endokrin
dan organ lain.
F. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau
menghadapi bahaya dan mengingatkan aktivitas yang menyenangkan.[5]

Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
 Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti
konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol
dan tidak dapat bereplikasi.
 Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas serta berperan dalam sintesis protein.
 Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat
melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi
untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite.
Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel
otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Klasifikasi Neuron
Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi
menjadi :
 Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
 Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke
efektor.
 Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat)
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :


 Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu
cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer
yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-
neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis).
 Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis
ini banyak dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam
telinga dalam.
 Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis
neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf
sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis,
sel-sel ganglion otonom).
Gambar 1. Klasifikasi Neuron berdasarkan fungsinya

Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang
secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada
otak dan medulla spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan
penyokong neuron-neuron diluar sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih
banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu.
Ada empat sel neuroglia yang berhasil diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus
panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui
pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi
neuron yang halus. Badan sel astroglia berbentuk bintang dengan banyak
tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki
perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran
kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat
diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan
potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi
sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang
berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya
sebagai sawar darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih
lanjut, karena diduga celah endothel kapiler darahlah yang lebih berperan
sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang
bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel
ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan
atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf
pusat dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral
dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi
system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel
dari Plexus Coroideus ventrikel otak.

Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang
mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium
melintasi membran neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin tidak
kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-selah yang tidak memiliki
myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat dan
tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang mempunyai selubung
myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat dinamakan massa
putih (substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada massa
kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi
di sepanjang serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara
“meloncat” dari nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi
seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf
dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin
disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang
mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang tersebut
mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya
menjadi tidak mampu sama sekali.

2.4 Penggolongan System Saraf


Sistem saraf terdiri dari 2 bagian utama yakni sistem saraf pusat dan juga sistem
saraf tepi (sering disebut sebagai sistem saraf perifer). Sistem saraf pusat meliputi
bagian otak dan juga bagian sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
meliputi bagian atas sistem saraf somatik dan juga bagian sistem saraf otonom.[6]
Sistem saraf sendiri memiliki tiga fungsi yang dianggap paling utama,
yakni meliputi menerima semua informasi yang ada di sekitarnya dalam bentuk
suatu rangsangan atau pun stimulus, kemudian digunakan untuk memproses
semua informasi yang diterima, serta digunakan untuk memberikan suatu
tanggapan atau pun respon terhadap semua rangsangan yang diberikan.
1. System saraf pusat
Sistem saraf pusat mempunyai fungsi utama dalam memegang semua
kendali dan juga pengaturan terhadap keseluruhan kerja dari bagian jaringan saraf
sampai ke bagian sel saraf. Sistem saraf pusat meliputi bagian atas otak besar,
bagian otak kecil, bagian sumsum lanjutan, dan juga bagian sumsum tulang
belakang. [7]
a. Otak besar (cerebrum)
Otak besar mempunyai bentuk lunak, kenyal, terdapat banyak lipatan, dan juga
lebih berminyak. Bagian ini di kelilingi oleh suatu cairan yang bernama cairan
serebrospinal yang mempunyai fungsi dalam membantu memberi makanan
kepada otak dan juga memberikan perlindungan terhadap otak dari dampak yang
terjadi saat ada guncangan. Di bagian dalam otak besar ditemukan banyak
pembuluh darah yang mempunyai fungsi dalam membantu menyuplai oksigen ke
bagian otak besar.
Otak besar terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) bagian depan: pusat gerakan otot
2) bagian tengah: pusat perkembangan ingatan dan
kecerdasan
3) bagian samping: pusat pendengaran
4) bagian belakang: pusat penglihatan
b. Otak kecil (cerebelum)
Otak Kecil bisa ditemukan pada bagian belakang kepala dan juga dekat dengan
leher. Fungsi utama dari otak kecil ialah digunakan sebagai pusat terjadinya suatu
koordinasi terhadap gerakan otot yang biasanya terjadi secara sadar, berpengaruh
pada keseimbangan, dan juga posisi tubuh.
Apabila terjadi suatu rangsangan yang ternyata membahayakan, maka gerakan
yang bersifat sadar dan normal tidak akan mungkin bisa dilakukan. Bagian otak
kecil merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari keseimbangan. Jika
ditemukan terjadi suatu kerusakan pada bagian otak kecil, maka hal yang akan
terjadi ialah semua gerakan otot yang sedang berlangsung tidak bisa
dikoordinasikan dengan baik.

c. Sumsum lanjutan
Sumsum lanjutan terdapat di muka otak kecil dan di bawah otak besar, dan
merupakan perpanjangan dari sumsum tulang belakang. Bagian dalamnya berisi
neuron sehingga berwarna kelabu. Sedangkan, bagian luarnya berwarna putih
karena berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum lanjutan adalah sebagai pengatur
pernapasan, gerakan jantung, dan gerak alat pencernaan.
Selain itu, bagian sumsum lanjutan mempunyai peran khusus dalam
mengantarkan semua impuls yang datang kemudian dibawa menuju bagian otak.
Sumsum lanjutan pun sangat berpengaruh terhadap gerak refleks fisiologi,
meliputi tekanan darah, jantung, respirasi, volume, sekresi kelenjar pencernaan
dan juga pencernaan.
d. Sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-
ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher,
hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera
ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan
bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak
bawah (kaki).
Sumsum tulang belakang adalah kumpulan saraf berbentuk silinder yang dimulai
dari otak bagian bawah kemudian memanjang menyusuri kanal tulang belakang.
Sumsum tulang belakang terbagi menjadi beberapa segmen, masing-masing
segmen memiliki sepasang akar saraf di kanan dan kiri. Akar saraf depan (ventral)
atau saraf eferen bertindak sebagai motorik, sedangkan akar saraf belakang
(dorsal) atau saraf aferen bertindak sebagai sensorik. Secara anatomis, sumsum
tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla spinalis ini,
merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang
belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
1. Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk
daerah tengkuk.
2. Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada.
3. Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang.
4. Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
5. Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)
2. System saraf tepi
saraf otak dan saraf sumsum tulang belakang. Saraf otak adalah saraf yang
keluar dari otak menuju alat-alat indra, misalnya mata, telinga, hidung, atau
menuju otot-otot dan kelenjar tertentu. Saraf otak terdiri atas 12 pasang. Saraf
sumsum tulang belakang adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang
menuju alat-alat gerak tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti
otot dada dan leher. Saraf ini terdiri atas 31 pasang.
Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak
sadar (saraf otonom) yang berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja
diluar kesadaran. Saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling berlawanan.
1) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika
Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf
ini mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan
impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar
terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf
spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat
pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik
dan motorik.
Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf
tersebut merupakan saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung,
perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.
Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak.
Coba Anda ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan.
Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom
seperti contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung,
melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Sistem saraf
otonom ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang
menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat
ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
b) Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat
pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena
cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.

2.5 Mekanisme Penghantar Implus


Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui sel
saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
a. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan
melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat,
kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel
saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengan 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung
myelin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula
(potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500
sampai 1/1000 detik.[8]
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan
oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah
ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah
potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan
dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan
jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang
lemah.
b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan
sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung
dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila
impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter
berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan
oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.[9]
2.7 Kelainan yang disebabkan oleh Gangguan Sistem Saraf
Gangguan pada sistem saraf akan berakibat pada pola gerak maupun
memori seseorang. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh ketuaan, bakteri,
virus atau kerusakan akibat kecelakaan. Tiga contoh penyakit akibat gangguan
sistem saraf adalah:
a) Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit akibat gangguan fungsi otak yang ditandai
oleh kehilangan memori, pengenalan kepribadian, dan kekuatan mental.
Alzheimer disebabkan oleh artrofi korteks serebral. Artrofi tersebut diduga
disebabkan oleh slow viruses, sejenis virus yang memerlukan waktu lama untuk
merusak. Infeksinya terjadi waktu muda, dan akibatnya baru muncul setelah lanjut
usia.
b) Amnesia
Amnesia merupakan penyakit gangguan otak dimana penderita kehilangan
memori diikuti ketidakmampuan membentuk suatu memori baru. Penyebabnya
bervariasi dimulai dari kerusakan otak karena kecelakaan, stroke, ensefalitis,
defisiensi vitamin B12, kanker otak atau suplai darah yang kurang ke daerah
memori, sampai pada alasan psikologikal.
c) Ataksia
Ataksia merupakan gangguan sistem saraf yang ditandai oleh gangguan
koordinasi gerak otot seperti gerakan tubuh yang tidak teratur dan tidak akurat.
Penyebabnya adalah setiap kejadian yang mengganggu pusat pengontrol gerak di
otak atau jalur saraf yang menuju otak. Ataksia yang bersifat permanen dapat
disebabkan oleh kerusakan otak, korda spinalis atau saraf spinalis. [10]
d) Tumor sistem saraf pusat
Faktor yang dianggap menyebabkan hal tersebut, diantaranya faktor
genetik, radiasi, supresi imun bahkan faktor kimia dan virus. Letak tumor SSP
juga berhubungan dengan umut penderita, pada orang dewasa sebagian besar
neoplasma (80-85%) timbul di dalam hemisfer serebrum diatas tentorium dan
sebesar 70 % pada anak timbul di fossa posterior. [11]
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
1. Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan
perintah untuk memberi tanggapan rangsangan.
2. Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron merupakan
unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan
mersepon rangsangan yang cukup kuat.
3. Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu Menerima berbagai
sensasi dari dalam dan luar tubuh .
4. Sistem saraf terdiri dari 2 bagian utama yakni sistem saraf pusat dan juga sistem
saraf tepi (sering disebut sebagai sistem saraf perifer). Sistem saraf pusat meliputi
bagian otak dan juga bagian sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
meliputi bagian atas sistem saraf somatik dan juga bagian sistem saraf otonom.
5. Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui sel saraf
dan sinapsis.
6. Kelainan yang disebabkan karena gangguan sistem syaraf antara lain yaitu
alzheimer, amnesia, ataksia dan tumor sistem saraf pusat (SSP).
3.2 saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala
kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan karena
kami menyadari banyak kesalahan dari materi dan makalah yang kami angkat
sebagai bahan makalah ini. Sekian terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John.2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Kalanjati, Al muqsith. 2012. Gambaran Mikroskopik dan Makroskopik
Neoplasma Sistem Saraf Pusat. Jurnal Majalah Biomorfologi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Airlangga. Vol.24 , No.1.
Pearce, Evelyn C. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Sherwood, Lauralee.2012.Fisiologi Manusia.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai