Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“SISTEM SARAF”

Disusun oleh :
Kelompok 9
Amanda Gratia Karundeng 18507123
Regina I. Rembang 18507149

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah “SISTEM SARAF ” ini dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai sistem saraf. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Bitung, 22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................................
D Manfaat .........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
A. Pengertian Sistem Saraf............................................................................................
B. Struktur Saraf.........................................................................................................
C. Jenis-jenis Neuron.................................................................................................
D. Fungsi sistem saraf.................................................................................................
E. Klasifikasi Saraf......................................................................................................
F. Neuroglia.................................................................................................................
G. Gerak Biasa dan Gerak Refleks.................................................................................
H. Aktivitas Sinaptik................................................................................................
I. Penyakit/ Kelainan pada Sistem Saraf.....................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A Kesimpulan.....................................................................................................................
B Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan suatu struktur yang paling sempurna yang dimiliki oleh
manusia. Sistem saraf dapat diibaratkan seperti halnya jalan darat yang ada di suatu kota.
Dimulai dari jalan utama, jalan-jalan kecil, dan jalan-jalan layang, serta jembatan
penyebrangan yang merupakan pengubung antara jalan-jalan ini, keseluruhan ini membentuk
suatu sistem yang rumit ditambah lagi dengan kemacetan yang padat. Kendatipun semua
kerumitan tersebut memiliki titik awal dan akhir yang mengarah ke suatu tujuan. Demikian
pula struktur saraf utama kita yang terdiri dari triliunan sel saraf (neuron) yang saling
berhubungan.
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan serta
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh, sehingga terjalinlah komunikasi
antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat berfungsi sebagai unit yang harmonis.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari sistem saraf?
2. Apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, fungsi dan klasifikasi sistem saraf?
3. Bagaimanakah aktivitas sistem saraf dalam memproses informasi?
4. Apa saja penyakit/ kelainan pada sistem saraf ?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.
2. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf
3. Untuk mengetahui apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, pengertian, dan
klasifikasi sistem saraf.
4. Untuk menjelaskan kerumitan kinerja dari sistem saraf
5. Untuk mengetahui berbagai macam penyakit/ kelainan yang dapat menyerang sistem
saraf.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Sebagai penambah wawasan bagi para pencari ilmu
2. Sebagai bahan referensi bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa biologi
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Sistem Saraf


Tubuh manusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh kegiatan tubuh. Kedua
perangkat ini sering dikenal dengan sistem koordinasi. Sistem koordinasi ini terdiri dari
sistem saraf, sistem indra dan sistem hormon. Berbeda dengan sistem hormon yang bekerja
lebih lambat, sistem saraf bekerja dengan cepat dalam menanggapi perubahan lingkungannya,
selain itu pengaturannya dilakukan oleh benang-benang saraf (Pratiwi, 2004:158).
Menurut Campbell (2004:201) “sistem saraf merupakan suatu kombinasi-kombinasi sinyal
listrik dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu berkomunikasi antara
satu sama lain” (Campbell, 2004:201). Jadi, sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi
yang berfungsi untuk menyampaikan rangsangan secara cepat dari reseptor yang akan
dideteksi dan direspon oleh tubuh.
B. Struktur Saraf
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron
dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan
atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel
saraf, dendrit, dan akson.
Gambar 1. Neuron
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar. Didalamnya terdapat nukleus dan
sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi membangkitkan energi
untuk membawa rangsangan. Dendrit ialah serabut-serabut saraf yang pendek, biasanya
bercabang-cabang seperti pohon dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Dendrit
berfungsi untuk menerima impuls (rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain.
Kemudian impuls dibawa ke badan sel saraf.
Akson atau neurit merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson
berfungsi meneruskan rangsangan yang berasal dari badan sel saraf ke kelenjar dan serabut-
serabut otot. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron. Di dalamnya terdapat
benang-benang halus yang disebut neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf
terdapat cabang-cabang yang berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson
terbungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput
mielin disusun oleh Sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut neurilema. Lapisan
tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Sel Schwann membentuk jaringan
yang membantu menyediakan makanan untuk neurit dan membantu regenerasi neurit.
Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan diantara dua segmen disebut nodus ranvier.
Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier
memungkinkan saraf untuk meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls
lebih cepat sampai pada tujuan.

C. Jenis-jenis Neuron
Berdasarkan fungsi dan arah transmisinya, neuron terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut:
1. Neuron sensorik, disebut juga sel saraf indra, karena berfungsi meneruskan rangsang
dari penerima (indra) ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Badan sel
saraf pusat ini bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya
panjang.
2. Neuron Motorik (sel saraf penggerak), berfungsi membawa impuls dari pusat saraf
(otak) dan sumsum tulang belakang ke otot (efektor). Sel saraf ini mempunyai dendrit
yang pendek dan akson yang panjang.
3. Neuron Intermediet atau sel saraf penghubung, banyak terdapat di dalam otak dan
sumsum tulang belakang, berfungsi menerima rangsangan dari neuron sensori atau
intermediet yang lain. Sel saraf ini memiliki dendrit yang pendek dan aksonnya ada
yang pendek dan panjang
Sedangkan berdasarkan bentuk neuron terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Neuron Unipolar, hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang
sentral yang berfungsi sebagai salah satu akson dan satu cabang perifer yang berguna
sebagai satu dendrit. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer
(misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis).
2. Neuron bipolar, mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis ini banyak
dijumpai pada epitel olfaktori dalam retina mata dan di dalam telinga.
3. Neuron multipolar, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini
merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris
pada cornu anterior danlateralis medula spinalis, sel-sel ganglion otonom).

D. Fungsi sistem saraf


Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih, yaitu input
sensoris, integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau konduksi sinyal dari
reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi
adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh
lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon yang sesuai. Output motorik adalah
penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel
otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut
(Campbell, 2004:201).

Gambar 3. input sensoris, integrasi, dan output motoris


Selain ketiga fungsi diatas berikut ini merupakan fungsi lainnya dari sistem saraf:
1. Menerima berbagai sensasi dari dari dalam dan luar tubuh.
2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan dan
memikirkannya.
3. Menyimpan memori atau melepaskannya bila dibutuhkan.
4. Mengekspresikan emosi.
5. Mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lainnya.
6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau menghadapi
bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.
E Klasifikasi Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP atau Central Nervous
System, CNS) dan sistem saraf tepi (SST atau Peripheral Nervous System, PNS). Sistem
saraf pusat (SPP) meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
1. Sistem Saraf Pusat
a. Otak
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang tengkorak dan
diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput meninges dibedakan
menjadi tiga, yaitu lapisan keluar yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengah yang
berbentuk saraf laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak
(piamater). Diantara arachnoid dan piamater terdapat ruang yang cairan yang merupakan
pelindung otak jika terjadi benturan. Otak merupakan ujung snterior tabung neural yang
membesar. Pada manusia besaran itu begitu besar sehingga persamaannya dengan sumsum
tulang belakang tidak jelas.
Pada embrio yang muda terdapat 3 pembesaran yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang. Tetapi otak depan dan otak belakang kemudian terbagi lagi hingga pada orang
dewasa terlihat 5 bagian. Otak depan, terbagi menjadi telensefalon dan diensefalon. Otak
belakang terbagi menjadi metensefalon yang bagian dorsalnya membentuk serebelum, dan
mielensefalon yang menjadi medula oblongata.
Serebrum (otak besar) memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan mengandung
ratusan juta neuron. Korteks (bagian luar) serebrum berwarna abu-abu disebut substansi
grissea, dan medulla (bagian dalam) berwarna putih disebut subtansi alba.
1.) Otak depan (Prosensefalon)
Derivat utama dari otak depan adalah hemisfer serebrum, talamus, hipotalamus, dan
kelenjar pituitari. Hemisfer serebrum merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia, dan memiliki empat lobus (frontalis, pariental, oksipital, dan temporal). Hemisfer
serebrum berfungsi mengontrol prilaku yang telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan,
ingatan, dan interprestasi kesan.
Talamus ialah bagian yang memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan kebagian
otak. Talamus mengontrol ordinasi manifestasi luar dari emosi. Misalnya dengan merangsang
talamus pada seekor kucing dapat menimbulkan gejala kemarahan, bulu berdiri, cakar
menjulur keluar, punggung membungkuk, dan lain sebagainya.
Sedangkan hipotalamus berperan penting dalam mengontrol sejumlah fungsi autonom, seperti
mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme
karbohidrat dan lemak, tekanan darah, tingkah laku, tidur. Selain itu ia juga mengontrol
fungsi tertentu kelenjar pituitari/ kelenjar hipofisis dengan menghasilkan faktor pelepas.
Kelenjar pituitari merupakan kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar
tengkorak.
2.) Otak Tengah (Mesensefalon)
Otak tengah manusia cukup kecil dan tidak mencolok, bagian-bagiannya berupa lobus
optik (kolikulus superior) sebagai pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil dan refleks
akomodasi dan bagian kolikulus inferior yang merupakan pusat dari auditori (pendengaran).
Selain itu otak tengah juga mengandung sekelompok sel saraf yang mengatur tonus otot dan
postur tubuh.
3.) Otak belakang (rombensefalon)
Otak belakang terdiri dari serebelum dan medula oblongata. Serebelum berkembang
dari bagian dorsal metensefalon dan menjadi pusat keseimbangan dan koordinasi/ gerakan.
Serebelum menerima informasi dari otot dan telinga, memntau orientasi tubuh dalam ruang,
derajat kontraksi otot rangka, dan memantau kedudukan posisi tubuh.
Sedangkan medula oblongata terletak dibagian antara sumsum tulang belakang dengan
bagian otak lainnya, fungsinya mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernafasan,
sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, ataupun bersin.
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai penghubung impuls yang
berasal dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang menempati
rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput pembungkusnya sama seperti
otak, terdiri dari durameter, arachnoid, dan piameter.

Gambar 6. Penampang melintang sumsum tulang belakang


2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Menurut asal dan hubunganya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi saraf otak dan saraf
sumsum tulang belakang. Saraf otak adalah saraf yang keluar dari otak menuju alat-alat indra,
misalnya mata, telinga, hidung, atau menuju otot-otot dan kelenjar tertentu. Saraf otak terdiri
atas 12 pasang. Saraf sumsum tulang belakang adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang
belakang menuju alat-alat gerak tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti
otot dada dan leher. Saraf ini terdiri atas 31 pasang.
Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar (saraf otonom)
yang berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja diluar kesadaran. Saraf otonom
terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling
berlawanan.
F Neuroglia
Neuroglia (berasal dari kata “nerve glue”) yang pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Virchow pada tahun 1854. Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel yang secara
keseluruhan menyokong, melindungi, dan berperan sebagai sumber nutrisi bagi sel saraf
(Neuron), baik pada susunan saraf pusat (SSP) maupun pada susunan saraf tepi (SST). Sel-
sel glia memegang peranan penting dalam menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat penting
bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi fungsi normal neuron.
Neuroglia ialah sel penyokong bagi neuron-neuron SSP, sedangkan sel schwann menjalankan
fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis.
Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh
banding satu. Berbeda dengan neuron, sel glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls
saraf. Sel ini berkomunikasi dengan neuron dan diantara mereka sendiri melalui sinyal
kimiawi. Sel glia berfungsi sebagi jaringan ikat SSP dan karenanya membantu menunjang
neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini secara homeostatis mempertahankan
komposisi lingkungan ekstra sel khusus yang mengelilingi neuron di dalam batas-batas
sempit yang optimal bagi fungsi neuron (Muttaqin, 2008:7).
Menurut Muttaqin (2008: 7-8) ada 2 jenis neuroglia, yaitu Nueroglia SPP dan Neuroglia SST.
Berikut ini penjelasan tentang neuroglia:
1. Nueroglia SPP
Ada 4 macam neuroglia SPP yang berhasil diidentifikasi yaitu: Astrosit, Oligodendrosi,
Mikroglia, dan sel ependim.
a. Astrosit,
Astroglia atau astrosit (astro-bintang) merupakan sel glia terbesar dan terbanyak yang
berbentuk seperti bintang (astro-bintang). Sel ini memiliki fungsi penting diantaranya:
· Sebagai barier darah otak. Kandungan dalam sirkulasi tidak bisa masuk ke dalam
cairan interstisial dari SSP. Jaringan neural harus terisolasi dari sirkulasi umum karena
hormon dan beberapa zat kimia dalam darah akan menghambat fungsi dari neuron.
· Sebagi perekat utama SSP, astrosit menyatukan neuron-neuron dalam hubungan ruang
yang benar.
· Sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhir selama perkembangan otak
masa janin.
· Penting dalam perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan parut saraf.
Didalam SSP kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologi dari neuron. Astrosit
akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron.
· Meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.
b. Oligodendroglia
Oligodendroglia/ oligodendrosit berbentuk lebih kecil daripada astrosit dengan cabang
sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit. Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar
inti sedikit. Mengandung ribosom, kompleks golgi, mikrotubulus dan nuerofilamen.
Oligodendroglia bertanggung jawab dalam pembentukan mielin dalam SSP. Setiap
oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron dan membran plasmanya membungkus
tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Sedangkan mielin pada SST di bentuk
oleh sel-sel schwann.
c. Mikroglia
Merupakan sel pertahanan imun SSP. Sel ini sejenis dengan sel darah putih yang
meninggalkan darah dan membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh
tubuh. Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang menghasilkan
monosit.
d. Sel Ependim, berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak dan medula spinalis, ikut
membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi
membentuk neuron dan glia baru.
2. Neuroglia Sistem Saraf Perifer
Sel Schawann adalah sejenis sel glia yang disebut menurut nama seorang ilmuan jerman,
Theodor Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel schawann memungkinkan terjadinya
transduksi sinyal elektrik dari dendrit menuju terminal akson, dengan melilitkan membran
plasmanya secara konsentrik sepanjang akson yang dikenal sebagi selubung mielin.
Pada sistem saraf pusat, selubung mielin terbentuk oleh oligodendosit. Sel schawann sebagi
neuron unipolar, sebagaimana oligodendosit membentuk mielin dan neurolemma pada SST.
Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel schawann yang
membungkus serabut neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak.

G. Gerak Biasa dan Gerak Refleks


a. Gerak biasa
Gerak biasa merupakan gerak yang terjadi karena adanya perintah dari otak. Berikut ikhtisar
gerak biasa:

b. Gerak refleks
Gerak reflek terjadi dengan cepat sebagai reaksi otomatis terhadap rangsangan lingkungan.
Berikut ikhtisar gerak refleks:
Pada umumnya, gerak refleks merupakan upaya tubuh untuk menghindari bahaya.
Suatu saat tatkala impuls telah mencapai sumsum tulang belakang, neuron asosiasi mengirim
impuls lain ke otak. Ketika impuls tersebut samapi ke otak, kamu baru menyadari bahwa
kamu telah mengangkat kaki karena merasa sakit.

Menurut pusat terjadinya refleks, gerak refleks dibedakan menjadi 2, yaitu refleks
otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak misalnya refleks mata. Refleks tulang
belakang, misalnya refleks lutut.
G. Aktivitas Sinaptik
Sinapsis merupakan persambungan unik yang mengontrol komunikasi antara satu neuron
dengan sel-sel yang lain. Sinapsis ditemukan diantara dua neuron, antara reseptor sensoris
dan neuron sensoris, antara neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, dan antara neuron
dengan sel kelenjar. Sinapsis antar neuron menghantarkan sinyal dari terminal sinaptik akson
ke dendrit (badan sel) berikutnya dalam suatu jalur neuron. Sel yang menghantarkan sinyal
tersebut ialah sel prasinaptik (presynaptic cell), dan sel yang menerima disebut dengan sel
pascasinaptik (Postsynaptic cell). Sinapsis terdiri atas 2 jenis, yaitu sinapsis listrik dan
sinapsis kimia (Campbell, 2004:210).
1. Sinaps Listrik
Sinaps listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu sel
prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh persambungan longgar, yaitu
saluran antar sel yang mengalirkan ion potensial aksi lokal agar mengalir antar neuron.
Sinaps listrik pada sistem saraf vertebrata menyelaraskan aktivitas neuron yang bertanggung
jawab atas sejumlah pergerakan cepat dan khas. Contoh, sinaps listrik pada otak yang
membuat beberapa jenis katak mampu mengibaskan ekornya dengan sangat cepat ketika
melarikan diri dari pemangsa.
2. Sinaps Kimia
Pada sinaps kimia, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel prasinaptik dari
sel pascasinaptik. Adanya celah tersebut menyebabkan sel-sel tidak dapat dikopel secara
elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel prasinaptik tidak dapat dirambatkan secara
langsung ke membran sel pascasinaptik.

H. Penyakit/ Kelainan pada Sistem Saraf


1. Penyakit epilepsi, merupakan suatu kondisi otak yang menjadikan penderita sensitif
terhadap kejang-kejang yang berulang.
2. Meningitis, adalah peradangan pada selaput pembungkus otak dan sumsum tulang
belakang akibat infeksi bakteri.
3. Polio, merupakan penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan
karena kehilangan refleks dan mengecilnya otot. Penyebabnya adalah infeksi virus polio pada
sumsum tulang belakang.
4. Penyakit Alzhaimer (Demensia persinelis), adalah kondisi yang ditandai dengan
berkurangnya kemampuan untuk mengingat.
5. Neuritis, adalah iritasi pada neuron yang disebabkan oleh infeksi kekurangan vitamin
atau keracunan yang disebabkan CO, logam berat, ataupun obat-obatan.

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan serta
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh, sehingga terjalinlah komunikasi
antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron
dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan
atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel
saraf, dendrit, dan akson.
B Saran
1. Agar dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Biologi secara
khususnya, dan bagi pembaca lainnya.
2. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penyusunan makalah ini, diharapkan
kepada pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, dkk. 2004. Biologi. Ed. 5 Jil. 3. Jakarta: Erlangga.


2. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
3. Pratiwi, D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai