Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KKPMT III BIOMEDIK

“REFERENSI SISTEM SARAF”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KKPMT III BIOMEDIK


Dosen Pengampu : Jessica Novieta Rusli Apendi, S.SI., M.SI.

Di susun oleh :
Fajar Komara Maulana
17303212
Kelas RMIK W31/17

REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
POLITEKNIK PIKSI GANESHA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufiq dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas ilmu biomedik dasar tentang
“sistem persyarafan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
1. Ibu Sulastri, S.Kep., Ns selaku direktur Akper Muhammadiyah Kendal
2. Bapak teguh Anindito, SKM, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar Akper
Muhammadiyah Kendal yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
3. Bapak Nur Zuhri,S.Kep.,Ns Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna menambah
wawasan kita dalam materi Ilmu Biomedik Dasar ini.
Kami sangat menyadari dalam pembuata makalah ini kami jauh dari sempurna dan banyak
mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak-pihak. Oleh karena itu dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Ilmu Biomedik Dasar
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ilmu biomedik dasar tentang “sistem
persyarafan” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya bagi pembaca juga penyusun sendiri.

Kendal,17 September 2015

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. I
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... II
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
DAFTAR ISI........................................................................................................ IV
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... V
1. Latar belakng.............................................................................................
2. Rumusan masalah.......................................................................................
3. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... VI
1. Pengertian sistem saraf ..............................................................................
2. Penyusun sistem saraf ...............................................................................
3. Fungsi sistem saraf ...................................................................................
4. Klasifikasi sistem saraf ..............................................................................
5. Mekanisme penghantar impuls....................................................................
6. Penyakit dan kelainan pada sistem saraf ....................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................... VII
1. Simpulan ..................................................................................................
2. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... VIII
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cara manusia bertindak dan bereaksi bergantung pada pemrosesan neuron yang rumit,
tersusun, dan diskret. Banyak dari pola neuron penunjang kehidupan dasar, misalnya pola yang
mengontrol respirasi dan sirkulasi, serupa pada semua orang.
Namun, tentu ada perbedaan halus dalam integrasi neuron antara seseorang yang merupakan
komponis berbakat dan orang yang tidak dapat bernyanyi, atau antara seorang pakar
matematika dan orang yang kesulitan membagi bilangan. Sebagian perbedaan pada sistem
saraf individu disebabkan oleh factor genetik. Namun sisanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan pengalaman. Ketika sistem saraf imatur berkembang sesuai cetak-biru
genetiknya, terbentuk neuron dan sinaps dalam jumlah berlebihan.
Bergantung pada rangsangan dari luar, dan tingkat pemakaiannya, sebagian dari jalur – jalur
saraf ini dipertahankan, dibentuk lebih pasti, dan bahkan meningkat, sementara yang lain
dieliminasi. Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang
bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan
dilakukan oleh alat indera.
Pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk
menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat
bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya
dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan.
Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Pematangan sistem saraf melibatkan banyak proses “pakailah, jika tidak akan hilang”. Setelah
sistem saraf terbentuk matang, tetap terjadi modifikasi karena manusia terus belajar dari
rangkaian pengalaman yang dijalani. Sebagai contoh, tindakan membaca makalah ini sedikit
banyak mengubah aktivitas saraf otak, karena ada informasi yang diserap kedalam ingatan
pembaca.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2) Apa saja penyusun sistem saraf ?
3) Apa saja fungsi sistem saraf ?
4) Apa saja klasifikasi sistem saraf ?
5) Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?
6) Apa saja penyakit dan kelainan pada sistem saraf ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu biomedik dasar.
2) Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.
3) Untuk mengetahui apa saja penyusun sistem saraf.
4) Untuk mengetahui fungsi sistem saraf
5) Untuk mengetahui klasifikasi sistem saraf.
6) Untuk mengetahui mekanisme penghantar impuls.
7) Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada sistem saraf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media
komunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem
organ lain serta dapat pula memproduksi hormon (Singgih, 2003).
Sistem saraf tersusun atas dua tipe sel, yaitu neuron dan glia. Neuron adalah sel saraf yang
berperan dalam penerusuran informasi antar neuron dan ke otot serta kelenjar. Neuron
memiliki beragam ukuran, serta fungsi (Kalat, 2010).
Menurut perkiraan, jumlah neuron yang ada di dalam otak orang dewasa kurang lebih adalah
100 miliar (R.W. Williams dan Herrup dalam Kalat 2010). Glia secara umum ukurannya lebih
kecil daripada neuron, memiliki fungsi yang beragam, tetapi glia tidak meneruskan informasi
dengan jarak yang sangat jauh. Kerja neuron dan glia “entah bagaimana” dapat menimbulkan
begitu banyak ragam perilaku dan pengalaman. (Kalat, 2010).
Pada manusia, sistem saraf mulai terbentuk ketika embrio masih berumur 2 minggu (Kalat
2010). Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem saraf secara garis besar dapat dibagi dalam
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (Singgih, 2003). Seperti yang telah disampaikan oleh
Singgih (2003) bahwa sistem saraf manusia itu secara umum dibagi menjadi dua, yakni sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis yang mempunyai beragam pusat
dengan fungsi yang berbeda-beda. Sistem saraf tepi dan pusat bekerja secara sadar.
Sebelumnya masuk ke bagian penyusunan sistem saraf, akan dipaparkan mengenai istilah yang
sering digunakan dan fungsiya.
Neuron Sistem saraf terbuat dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron ini merupakan
kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf, dan terdiri atas badan sel, serabut-serabut
saraf, dan selubungnya. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Badan sel saraf (soma) mengandung inti sel yang besar dan berbentuk seperti pembuluh
dengan membran yang tipis. Inti sel (nucleus) mengandung satu anak inti (nucleolus) dan
sitoplasma yang disebut neuroplasma. Serabut sel saraf terdiri atas dua macam, yaitu dendrite
dan akson (neurit).
Dendrit merupakan serabut saraf yang pendek, umumnya bercabang-cabang seperti pohon
dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Dendrit berfungsi menerima impuls yang dating dari
ujung akson sel saraf lain ke badan sel saraf, sedangkan akson merupakan serabut saraf yang
panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke
kelenjar dan serabut otot. Akson biasanya sangat panjang, bisa mencapai ratusan sentimeter.
Sebaliknya, dendrit pendek.
Menurut struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sel saraf
sensoris, sel saraf penghubung dan sel saraf motoris. Struktur dan fungsi sel terangkum dalam
tabel berikut (Jati, 2007: 180) Nama Struktur Fungsi Sel saraf sensoris Badan sel bergelombang
membentuk ganglia Akson pendek sedangkan dendritnya panjang Dendrit berfungsi menerima
rangsang dari reseptor, sedangkan aksomn mengirimkan rangsang ke sel saraf lain atau sistem
saraf pusat Sel saraf penghubung Dendrit pendek dan aksonnya ada yang pendek dan ada yang
panjang Menghubungkan sel saraf sensoris dan sel saraf motoris di sistem saraf pusat Sel saraf
motoris Dendrit pendek dan aksonnya panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari sel
saraf lain sedangkan akson mengirim rangsang ke efektor berupa otot atau kelenjar Setiap
neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut
mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan
sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi
mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus
mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat penghantaran impuls.
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya bervariasi.Sistem ini terdiri dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang
berfungsi untuk menyampaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam secara cepat.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron . berfungsi dalam
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan ataupun tanggapan. Untuk menanggapi
rangsangan tersebut, ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, antara lain :
1. Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransangan terhadap lingkungan
eksternal maupun internal kemudian reseptor akan mengubah rangsangan yang diterima
menjadi suatu impuls saraf yang akan di teruskan melalui neuron. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah alat indera.
2. Penghantar Impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa bantuan organ – organ lain. Saraf
tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel
khusus yang memanjang dan meluas.
3. Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi terhadap rangsangan baik dari
dalam maupun dari luar tubuh dapat diartikan sebagai bagian yang menanggapi rangsangan
yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Bagian utama efektor pada manusia adalah otot
dan kelenjar.

B. Penyusun Sistem Saraf


Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron merupakan unit struktural
dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan mersepon rangsangan yang
cukup kuat. Neuron tidak bisa mengalami pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah
rusak. Neuron bersatu membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).
1. Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, satu sel saraf terdiri dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan Sel
Badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf. Badan sel dapat berfungsi sebagai
penerima rangsangan dari dendrit dan kemudian diteruskannya menuju ke akson. Pada badan
sel saraf terdapar inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel.
b. Dendrit
Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-cabang dan perluasan dari badan sel.
Dendrit memiliki fungsi sebagai penerima dan pengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit
mengandung badan Nissl dan organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrite.
Dendrit tidak mengandung selubung myelin maupun neurolema.
c. Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan
berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson
memiliki bagian-bagian yang spesifik ,yaitu sebagai berikut :
1) Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-serabut halus.Bagian-
bagian inilah yang memilik tugas pokok untuk meneruskan impuls.
2) Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut schwan. Selubung mielin merupakan bagian
paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang
memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari
akson.

3) Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi selubung mielin.
Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbuku-
buku. Agar lebih dapat memahami tentang struktur dan bentuk neuron.
4) Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan
membentuk urat saraf.Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul
saraf.

2. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu sel saraf
sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1) Sel saraf sensori
Sel saraf sensori merupakan neuron yang badan selnya bergerombol membentuk ganglia,
aksonnya pendek tetapi dendritnya panjang. Neuron sensorik berhubungan dengan alat indra
untuk menerima rangsangan. Fungsi sel saraf sensori sebagai penghantar impuls dari reseptor
ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung
akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2) Sel saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang pendek dan akson yang
panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain, sedangkan akson berhubungan dengan
efektor yang berupa otot atau kelenjar. Fungsi sel saraf motor sebagai pengirim impuls dari
sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan dari tubuh terhadap
rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek
berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3) Sel saraf intermediet (neuron konektor)
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem
saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya

C. Fungsi Sistem Saraf


Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan dan
memikirkannya.
3. Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
4. Mengekspresikan emosi.
5. Mengirimkan pesan untuk bagian sistem saraf lain, untuk otot, kelenjar endokrin dan
organ lain.
6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau menghadapi
bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.

D. Klasifikasi Sistem Saraf


Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri
atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan dari rangka.
a. otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan, belahan kanan
mengendalikan belahan kiri.Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas
permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf.Otak juga sebagai pusat penglihatan,
pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kemauan.Bagian dalamnya berwarna putih
berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri
dari 3 bagian, yaitu:
1) Otak depan (Prosoncephalon)
Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon. Telencephalon berkembang
menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (cerembum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar
merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar
atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor
dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.
Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat penerimaan untuk
sementara” sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata
dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan
biologis lainnya.
2) Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.Otak tengah tidak berkembang dan tetap
menjadi otak tengah.
3) Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan mielencephalon.Metencephalon
berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli.Sedangkan mielencephalon berkembang
menjadi medulla oblongata. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak.Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
b. sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu.Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari
sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf
sensorik dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
1. Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum
ulang belakang). Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian
tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar,
saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi
tulang.Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang.
2. Saraf Volunter/Somatik (disadari)
Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah
koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi
dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
3. Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari,
seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur
dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion.Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion
menempel pada organ yang dibantu.Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai
efek yang berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatetik : memperlambat denyut
jantung, menurunkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta sekresi
kelenjar. Sementara sistem saraf simpatetik kebalikannya.
Parasimpatik
- mengecilkan pupil
- menstimulasi aliran ludah
- memperlambat denyut jantung
- membesarkan bronkus
- menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
- mengerutkan kantung kemih
Simpatik
- memperbesar pupil
- menghambat aliran ludah
- mempercepat denyut jantung
- mengecilkan bronkus
- menghambat sekresi kelenjar pencernaan
- menghambat kontraksi kandung kemih
4. Saraf kranial
Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori
(saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan
(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai dengan urutan dari depan
hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi.
Saraf-saraf ini terutama terhubung dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia
seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik)
Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan)
seperti : kopi, teh dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya
penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil
pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.
Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu
lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan
beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.
Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik
(normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali
disebut anosmi.
2. Nervus Optikus/N II (sensorik)
Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan
dipakai.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat
melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan
klien, catat jarak baca klien tersebut.
Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk
atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata
diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan
diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien
berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang
tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.
3. Nervus Okulomotorius/N III (motorik)
Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora dan
konstriktor pupil.
Cara pemeriksaan :Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus),
dan bola mata menonjol (exophthalmus).
4. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik)
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah
ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan
ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap
cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga
apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).
5. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorik)
Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah . Alat yang
digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.
Sensibilitas wajah.
Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan
menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien
apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air
panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin
yang dirasakan
Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area
wajah yang disentuh (atas atau bawah)
Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan
ke wajah pasien.
a. Otot mengyunyah
Cara periksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot
pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak
ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.
6. Nervus Abdusens/N VI (motorik)
Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas,
medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan
yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat
mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena
kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.
7. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti
gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama
menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.
8. Nervus Akustikus/N VIII (sensorik)
Pendengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga
diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik
arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan
pendengaran.
Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan
hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat
berdiri/berjalan dengan seimbang.
9. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya
reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.
10. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik)
Cara pemeriksaan : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’
kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien
apakah ada takikardi atau brakardi.
11. Nervus Aksesorius/N XI (motorik)
Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa
sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke
bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya
dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.
12. Nervus Hipglosus (motorik)
Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali, dilakukan
berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat
lesi pada hipoglosus.

E. Mekanisme Penghantar Impuls


Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut :
c. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut
saraf bermuatan negatif, kira-kira –60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan
positif. Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membran
serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat melalui sebuah akson,
dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di
sebelah luar menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan
impuls disebut potensial kerja.
Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi merambat
sepanjang serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di
sebelah luar membran merambat sepanjang serabut saraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls
karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi
kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.
Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per detik
sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5 meter per detik. Ada dua
faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu selaput myelin dan
diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya terjadi pada
nodus ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya implus saraf lebih cepat
merambat. Semakin besar diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.
d. impuls melalui sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruron dengan ujung dendrit dari
neuron lainnya. Setiap ujung neurit membengkak membentuk bonggol yang disebut bonggol
sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung
sinapsis. Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter yang
berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. Ada berbagai macam
neurotransmitter, antara lain asetilkolin yang terdapat pada sinapsis di seluruh tubuh,
noradrenalin yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang
terdapat di otak.
Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat celah sinapsis
yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran postsinapsis dari sel saraf berikutnya
atau membran efektor. Apabila impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-
gelembung sinapsis akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu
neurotransmitter, ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter ini.
Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran postsinapsis.
Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran postsinapsis
dan terjadilah potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya.
Dengan demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan zat-zat
kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf berikutnya dengan cara rambatan potensial
kerja.
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron.Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik
yang menjalari serabut saraf.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya
gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak Sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang, yaitu dari reseptor, ke
saraf sensori, dibawa ke otak, untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan
oleh efektor.
b. Gerak Refleks
Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari
terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan.
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yaitu
terdiri dari 5 komponen dasar: (1) reseptor, (2) jalur aferen sensorik, (3) pusat pengintegrasi, (4)
jalur aferen motorik, (5) efektor. Respon merespon stimulus yang merupakan suatu perubahan
atau kimia dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor mengubah energi
stimulus menjadi energi bioelektrik disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial
bertingkat. Potensial reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-refleks dasar,
sedangkan bagian otak yang lebih tinggi memproses refleks yang dipelajari.
Pusat pengintegrasian memproses semua informasi yang dapat diperoleh dari reseptor
tersebut termasuk semua informasi dari input lain, kemudian membuat suatu keputusan tentan
respon yang sesuai. Instruksi dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke
efektor (suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan. Berikut adalah
macam-macam gerak refleks berdasarkan pengklasifikasiannya, antara lain:
a. Gerak Refleks Berdasarkan prosesnya (di pelajari/tidak di pelajari)
Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar: refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti
mengedipkan mata pada saat ada benda yang menuju ke arahnya.
2. Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang dihasilkan dari berbuat dan belajar,
seperti membelokkan mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan hal tersebut secara
otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar.
b. Gerak Refleks Berdasarkan Pengintregrasinya
Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
1. Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang diperlukan
untuk menyambung input aferen ke respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan
mata.
2. Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang, semua
komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen berada dalam
sumsum tulang belakang.
c. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleksnya.
Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
1. Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu sinaps. Contoh: refleks regangan pada
patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari reseptor
regangan dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang
sama. Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika kaki kita meregang.
Mekanisme Gerak Refleks Monosinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
2. Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak sinaps. Contoh: refleks menarik
tangan ketika terkena api.
Mekanisme Gerak Refleks Polisinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut: Stimulus panas yang mengenai jari, oleh
reseptor panas akan diubah menjadi potensial aksi yang akan dirambatkan melalui saraf aferen
masuk ke sumsum tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron dan
akan terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini:
1) Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf interneuron yang pada gilirannya
menstimulus saraf eferen motorik yang menginervasi triseps, suatu oto ekstensor pada
persendian siku. Akibat dari konstraksi triseps maka tangan tertarik dari benda panas tersebut.
2) Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus interneuron lain, yang pada
gilirannya menghambat neuron eferen yang menginervasi biseps, sehingga biseps tidak
berkontraksi. Biseps adalah otot-otot pada lengan atas yang menggerakkan lengan bawah
sehingga siku lebih menekuk (menutup). Jika triseps sedang berkontaksi membuka lengan
bawah, ini akan diimbangi oleh relaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibatkan
stimulasi saraf yang menginervasi satu otot dan secara bersama-sama melakukan
penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal.
3) Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi yang membawa sinyal ke atas ke
otak melalui jalur naik. Pada impuls mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang yang
bersangkutan merasa sakit dan menyadari apa yang sedang terjadi. Juga bila impuls mencapai
otak, maka informasi dapat disimpan sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir
tentang situasi yang terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian yang sama.

E. Penyakit dan Kelainan pada Sistem Saraf


1. Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah kerusakan otak
akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
2. Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron
motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV).
3. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat
adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan
mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada
dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang
sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah
bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis. Misalnya karena
jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang belakang.
6. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, terlalu berat
penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracunan.
7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang, tekanan
pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin B1, B6, B12.
8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian
yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin
atau cidera otak.
9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi,
stres, atau bingung.
10. Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom
dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak
mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang
tua.
11. Bell’s palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan
kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis).
Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan
sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli
menyatakan penyebab Bell’s Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak
akibat infeksi.
12. Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang
yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan
menulis. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang
tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.
Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik.
13. Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls ) pada
neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan
dengan perasaan penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
14. Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot untuk satu atau banyak otot.
Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan atau hilangnya mobilitas di wilayah yang
terpengaruh. Kelumpuhan sering disebabkan akibat kerusakan pada otak.
15. Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White matter changes, WMC) adalah
perubahan pada bagian ganglia basal dari otak besar. WMC dapat disebabkan oleh hipoperfusi
atau iskemia pada otak, khususnya pada area sub-cortical dari ganglia basal.
16. Leukoensefalopati multifokal progresif atau progressive multifocal leukoencephalopathy
(PML), adalah penyakit yang jarang dan fatal yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini
dikarakterisasikan sebagai kerusakan progresif atau peradangan pada massa putih otak pada
dua lokasi. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang,
contohnya pasien yang terinfeksi HIV.
17. Lumpuh otak (Inggris: cerebral palsy, spastic paralysis, spastic hemiplegia, spastic diplegia,
spastic quadriplegia, CP) adalah suatu kondisi terganggunya fungsi otak dan jaringan saraf yang
mengendalikan gerakan, laju belajar, pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir.
18. Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini
dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
19. Penyakit Huntington, chorea Hunting atau chore mairo adalah penyakit yang menyerang
saraf. penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika, sehingga dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya.
20. Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
21. Sklerosis multipel, merupakan suatu kelainan peradangan yang terjadi pada otak dan
sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh banyak faktor, terutama focal lymphocytic
infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan
seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi) dan berakibat pada kerusakan mielin dan akson.
22. Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) adalah penyakit syaraf
yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur
selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung
pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.
23. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
24. Radang otak (bahasa Inggris: encephalitis) adalah peradangan akut otak yang disebabkan
oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri).
25. Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang dikerenakan kerusakan pada
serat pascaganglionik pada sistem saraf parasimpatik pada mata dan ditandai dengan pupil
yang terdilatasi atau midriasis.
26. Sindrom Alice di Wonderland atau mikropsia adalah keadaan disorientasi saraf yang
memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia, penderita sindrom ini akan merasa melihat
rekannya, bagian tubuh dari manusia, hewan, objek tak bergerak menjadi lebih kecil dari
kenyataan. Secara umum, objek yang dipersepsi muncul sangat jauh atau sangat dekat pada
waktu bersamaan. Sindrom Alice di Wonderland ini dapat merupakan gejala utama dari
mononukleosis atau dapat menyebabkan epilepsi sebagian kompleks. dan akibat obat
psikoaktif.
27. Tumor otak, adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di dalam dan di
sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari semua jenis kanker dan dapat
terjadi pada semua usia. Tumor otak dinamai menurut jaringan otak yang terkena, antara lain:
Glioma: pada sel-sel glia atau neuroglia, tisu yang mengelilingi dan mendukung neuron atau sel-
sel saraf otak. Glioma adalah yang paling umum, meliputi 50% tumor otak primer.
Astrocytoma: pada sel-sel neuroglia astrosit yang berbentuk bintang.
Ependymoma: pada ependyma atau membran epitel yang melapisi ventrikel otak dan kanal
tulang belakang.
Glioma batang otak: pada bagian otak yang berisi medula oblongata, pons varolii, dan otak
tengah, bagian otak yang menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak.
Medulloblastoma: pada otak kecil dan menyebar dengan cepat ke jaringan sekitarnya, terutama
di cairan serebrospinal dan batang otak. Medulloblastoma adalah tumor ganas yang paling
sering terjadi pada anak.
Meningioma: pada meninges atau membran otak dan sumsum tulang belakang. Meningioma
biasanya jinak, tumbuh lambat sehingga sering terlambat terdeteksi.
Neurinoma: biasanya terjadi pada fosa posterior. Saraf kranial kedelapan, yang menyampaikan
indera pendengaran dan keseimbangan paling sering terpengaruh. Neurinoma tidak
membentuk metastasis.
Limfoma: pada limfosit (sel yang bertanggung jawab untuk pertahanan tubuh). Ini adalah tumor
ganas, yang berasal dari jaringan limfoid. Tumor ini sering terjadi pada pasien dengan AIDS dan
pasien imunosupresi.
Adenoma hipofisis: pada kelenjar hipofisis dan dasar otak. Ini adalah jenis tumor otak yang
jinak.
28. Optic neuritis, peradangan pada saraf optik. Saraf optik merupakan bundel serat saraf yang
mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. Rasa sakit dan kehilangan penglihatan
sementara adalah gejala umum dari optic neuritis.
29. Hidrosefalus (kepala air) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya
pusat-pusat saraf yang vital.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media
komunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem
organ lain serta dapat pula memproduksi hormon.
Penyusun sistem saraf yaitu terdiri dari dua yaitu berdasarkan bentuknya serta berdasarkan
struktur dan fungsinya, berdasarkan bentuknya penyusun sistem saraf terdiri dari badan sel,
dendrit, dan akson,sedangkan berdasarkan struktur dan fungsinya penyusun sistem saraf terdiri
dari sel saraf sensorik,sel saraf motorik,dan sel saraf intermediet (asosiasi).
Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut: menerima
berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh,bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya
secara otomatis atau merasakan dan memikirkannya,menyimpan memori dan melepaskannya
bila dibutuhkan,
mengekspresikan emosi,mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf lain, untuk otot, kelenjar
endokrin dan organ lain, serta mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan,
menghindari atau menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri
atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf ,
yaitu impuls dihantarkan melalui sel saraf dan impuls dihantarkan lewat sinaps. Adapun
penyakit dan kelainan pada sistem saraf yaitu stroke
,poliomielitis,migran,parlinso,amnesia,cutter,epilepsi.

B. Saran
1. Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-materi dari
sumber keilmuan yang ada di buku, internet dan lain-lain, kita harus mengkiatkan materi-materi
tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan slalu diingat.
2. Bagi mahasiswa makalah ini dapat dijadikan referensidalam pembelajaran. Dengan
membuat makalah ini mahasiswa dapat mempunyai wawasan yang luas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2014. Fungsi sistem saraf. http://www.sridianti.com.


Anonim,2014. Sistem saraf. http://id.wikipedia.org.
Anonim,2014.Sistem saraf. http://kamuskesehatan.com.
Asrijal, 2011. Anatomi dan fisiologi manusia

https://irenekurniati95.wordpress.com/2014/12/29/makalah-sistem-saraf-pada-manusia/

http://ners-yoedhistira.blogspot.co.id/2010/05/pengkajian-syaraf-syaraf-kranial.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai