Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MINGGU KE-3

SISTEM SARAF (OTAK/PUSAT DAN TEPI)

DI SUSUN OLEH :

SULAIMAN

8883230036

ILMU KEOLAHRAGAAN

DOSEN PENGAMPU:

Ayu Rahayu, Mpd., AIFO

PRODI ILMU KEOLAHRAGGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN 2023/2024

1
DAFTAR ISI

TUGAS MINGGU KE-3...............................................................................................1


SISTEM SARAF (OTAK/PUSAT DAN TEPI)...................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................3
BAB II........................................................................................................................4
URAIAN MATERI.......................................................................................................4
A. Sistem Saraf.....................................................................................................4
B. Elemen Selular Di SSP.......................................................................................4
C. Neuron.............................................................................................................5
C. Transpor Diakson..............................................................................................5
D. Sifat Saraf Campuran........................................................................................7
E. Jenis & Fungsi Serat Saraf.................................................................................7
F. Neurotofin........................................................................................................8
G. Fungsi Neurotrofim..........................................................................................8
H. Faktor Lain Yang Memengaruhi Pertumbuhan Neuron....................................9
BAB III.....................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem saraf adalah sistem organ yang tersusun atas sel-sel saraf (neuron)
yang saling terhubung. Sistem saraf berfungsi untuk menerima, memproses,
dan merespons rangsangan dari lingkungan. Sistem saraf dibagi menjadi
dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
adalah organ yang paling penting dalam sistem saraf. Otak bertanggung
jawab untuk mengendalikan semua aktivitas tubuh, termasuk berpikir,
berbahasa, dan bergerak. Sumsum tulang belakang adalah bagian dari sistem
saraf pusat yang terletak di dalam tulang belakang. Sumsum tulang belakang
berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dari dan ke otak.

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal. Saraf kranial
adalah saraf yang keluar dari otak. Saraf spinal adalah saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi berfungsi untuk menghubungkan
sistem saraf pusat dengan organ dan jaringan tubuh lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur dan fungsi otak?


2. Apa saja gangguan sistem saraf pusat?
3. Bagaimana perkembangan sistem saraf?
4. Apa peran sistem saraf dalam penyakit tertentu?
5. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap sistem saraf?
6. Apa saja teknologi yang berkaitan dengan sistem saraf?
C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan informasi yang komprehensif tentang struktur dan


fungsi otak besar.
2. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang stroke.
3. Meneliti peran sistem saraf dalam penyakit Alzheimer.
4. Menganalisis pengaruh polusi terhadap sistem saraf.

3
BAB II

URAIAN MATERI
A. Sistem Saraf
Sistem saraf pusat (SSP) mengandung sekitar (100 miliar) neuron SSP juga
mengandung sel glia yang jumlah nya 10-50 kali lipat dari jumlah tersebut.
SSP adalah suatu organ kompleks yang diperkirakan bahwa 40% dari gen
manusia ikkut serta. Paling tidak dalam tingkatan tertentu, dalam
pembentukan nya. Neuron, komponen pembangun dasar sistem saraf,
berkembang dari sel neuroefektor primitif yang berespons terhadap berbagai
rangsangan dengan kontraksi. Pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi
menjadi fungsi khusus sel otot, sementara integritasi dan penyaluran
immpuls saraf menjadi fungsi khusus neuron. Neuron dan sel glia bersama
kapiler otak membentuk suatu unit fungsuional yang di perlukan untuk
fungsi normal otak, termasuk aktivitas sinaps, homeostasis cairan ekstrasel,
metabolisme energi, dan proteksi saraf. Gangguan dalam interaksi berbagai
elemen ini merupakan dasar patofologis banyak kelainan neurologis (mis.

Iskemia otak, kejang,penyakit neurodegeneratif, dan edema serebrum).

B. Elemen Selular Di SSP


Selama bertahun-tahun setelah di temukannya sel glia dipandang sebagai
jaringan ikat SSP. Pada kenyataannya, kata glia adalah bahasa yunani untuk
lem. Namun saat ini sel-sel nini diakui peranannya dalam komunikasi di
dalam SSP bekerja sama dengan neuron. Tidak seperti neuron, sel glia terus
mengalami pembelahan sel pada masa dewasa dan kemampuannya untuk
berproliferasi terutama terlihat setelah cedera (mis. Stroke). Terdapat dual
sel glia pada sistem saraf vertebrata: mikroglia dan makroglia. Mikroglia
adalah sel pembersih (scavenger cell) yang mirip makrofag jaringan dan
membersihkan kotoran sisa cedera, infeksi, dan penyakit (mis. Skelerosis
multipel demensia terkait-AIDS, penyakit Parkinson, dan penyakit

4
Alzheimer). Mikroglia berasal dari makrofag di luar sistem saraf dan secara
fisiologis dan embriologis tidak berkaitan dengan jenis sel saraf lainnya.

C. Neuron
Neuron pada SSP mamalia memiliki beragam dengan bentuk dan ukura.
Sebagian besar memiliki bagian-bagian yang sama dengan neuron motorik
spinal. Badan sel (soma) menganduk nukleus dan merupakan pusat
metabolik neuron. Neuron memiliki beberapak tonjolan (proseus) yang
dinamai dendrit yaang terbentang keluar dari badan sel dan bercabang-
cabang secara ekstendif. Dendrit, terutama di korteks selebri dan korteks
sere-beli, memiliki tonjolan-tonjolan seperti tombol yang disebut spina
dendritik (dendritik spines). Sebuah neuron tipikal juga memiliki sebuah
akson fibrosa panjang yang berawal dari suatu daerah yang agak menebal
di badan sel, axon hillock. Bagian pertama akson disebut segmen awal
(initial segment). Akson dibagi menjadi terminal prasinaps.

sebuah neuron motorik yang terdiri dari sebuah badan sel (soma) dengan
sebuah nukleus, beberapa tonjolan yang dinamai dendrit, dan sebuah akson
fibrosa panjang yang berpangkal di axon.

C. Transpor Diakson
Neuron adalah sel sekretorik, tetapi sel-sel ini berbeda dari sel-sel sekretorik
lain yaitu bahwa zona sekresi umumnya terletak di ujung akson, jauh dari
badan sel. Perangkakat untuk membentuk protein sebagian besar berada di
badan sel, dan protein dan polipeptida diangkut ke ujung akson oleh aliran

5
aksonplasmik karena itu, badan sel mempertahankan integritas dan
fungsional akson.

Tranpor diakson di sepanjang mikrotubulus oleh dinein dan kinesin transpor


ortigrad akson cepat (400mm/hari) dan lambat (0,5-10 mm/hari)
berlangsung di sepanjang mikrotubulus yang terbentang di keseluruhan
panjang akson dari badan sel hingga terminal. Transpor retrograd (200
mm/hari) terjadi dari terminal ke badan sel.

Transpor ortograd terjadi di sepanjang mikrotubulus yang berjalan di


sepanjang akson dan memerlukan dua motor molekul, dinein dan kinesin
(Gambar 4–4). Transpor ortograd bergerak dari badan sel ke arah ujung
akson. Transpor ini memiliki komponen cepat dan lambat; transpor akson
cepat berlangsung dengan kecepatan sekitar 400 mm/ hari, dan transpor
akson lambat terjadi dengan kecepatan 0,5 sampai 10 mm/hari. Transpor
retrograd, yang memiliki arah sebaliknya (dari ujung saraf ke badan saraf)
berlangsung di sepanjang mikrotubulus dengan kecepatan sekitar 200 mm/
hari. Vesikel sinaps mengalami daur ulang di membran, tetapi sebagian dari
vesikel yang telah terpakai dibawa kembali ke badan sel dan diendapkan di
lisosom. Beberapa bahan yang diserap di ujung oleh endositosis, termasuk
faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor, NGF) dan beberapa virus,
juga diangkut kembali ke badan sel. Satu pengecualian yang penting untuk
prinsip ini tampaknya terjadi di beberapa dendrit. Pada dendrit-dendrit ini,
untai-untai tunggal mRNA yang diangkut dari badan sel berkontak dengan

6
ribosom yang sesuai dan terjadi sintesis protein yang menghasilkan ranah
protein lokal.

D. Sifat Saraf Campuran


Saraf tepi (perifer) pada mamalia terdiri dari banyak akson yang disatukan
dalam suatu selubung fibrosa yang dinamai epineurium. Karenanya,
perubahan potensial yang diukur ekstrasel dari saraf semacam ini
mencerminkan jumlah aljabar dari potensial aksi tuntas-atau-gagal banyak
akson. Ambang masing-masing akson di saraf serta jaraknya dari elektroda
perangsang bervariasi. Pada rangsangan subambang, tidak ada akson yang
terangsang dan tidak terjadi respons. Jika rangsangannya mencapai
intensitas ambang, akson dengan ambang rendah tereksitasi dan timbul
perubahan potensial yang ringan. Jika intensitas rangsangan ditingkatkan,
akson dengan ambang yang lebih tinggi juga membentuk potensial aksi.
Respons listrik meningkat secara proporsional sampai rangsangan cukup
kuat untuk mengeksitasi semua akson di saraf. Rangsangan yang
menghasilkan eksitasi semua akson disebut rangsangan maksimal, dan
aplikasi rangsangan supramaksimal yang lebih besar tidak meningkatkan
ukuran potensial yang diamati. Setelah rangsangan diberikan ke suatu saraf,
terdapat suatu periode laten sebelum dimulainya potensial aksi. Interval ini
sesuai dengan waktu yang diperlukan impuls untuk berjalan di sepanjang
akson dari tempat perangsangan ke elektroda perekam. Durasinya sebanding
dengan jarak antara elektroda stimulatorik dan elektroda perekam dan
berbanding terbalik dengan kecepatan hantaran. Jika durasi periode laten
dan jarak antara elektroda stimulatorik dan perekam diketahui, kecepatan
hantaran akson dapat dihitung.

E. Jenis & Fungsi Serat Saraf


Dengan membandingkan defisit neurologis yang ditimbulkan oleh
pemotongan akar dorsal secara hatihati dan berbagai eksperimen pemutusan
saraf lainnya dengan karakteristik histologis di saraf, fungsi dan
karakteristik histologis tiap-tiap famili akson yang berperan dalam potensial
aksi dapat diketahui. Secara umum, semakin besar garis tengah suatu serat
saraf, semakin besar kecepatan hantarannya. Akson besar terutama berkaitan

7
dengan sensasi propriosepsi, fungsi motorik somatik, sentuhan sadar, dan
tekanan, sementara akson yang lebih kecil melayani sensasi nyeri dan suhu
serta fungsi otonom. Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa tidak
semua komponen-komponen yang dijabarkan secara klasik dengan sistem
huruf tersebut bersifat homogen, dan sebagian ahli fisiologi menggunakan
sistem angka (Ia, Ib, II, III, dan IV) untuk mengklasifikasikan serat sensorik.
Sayangnya, hal ini menimbulkan kebingungan.

F. Neurotofin
Sejumlah protein yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan neuron telah berhasil diisolasi dan diteliti. Sebagian dari
neurotrofin ini adalah produk dari otot atau struktur lain yang disarafi oleh
neuron, tetapi banyak di SSP yang dihasilkan oleh astrosit. Protein-protein
ini berikatan dengan reseptor di ujung sebuah neuron. Neurotrofin
mengalami internalisasi lalu diangkut oleh transpor retrograd ke badan sel
neuron, tempat proteinprotein ini mendorong produksi protein-protein yang
berkaitan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan kesintasan neuron.
Neurotrofin lain diproduksi di neuron dan diangkut secara anterograd ke
ujung saraf, tempat protein-protein ini mempertahankan integritas neuron
pascasinaps.

G. Fungsi Neurotrofim
Neurotrofin pertama yang diketahui adalah NGF, suatu faktor pertumbuhan
protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan neuron
simpatis dan beberapa neuron sensorik. Bahan ini terdapat di berbagai
spesies hewan, termasuk manusia, dan dijumpai di banyak jaringan berbeda.
Pada mencit jantan, konsentrasinya sangat tinggi di kelenjar liur
submandibula, dan kadar ini berkurang oleh kastrasi hingga setara dengan
yang dijumpai pada mencit betina. Faktor ini terdiri dari dua subunit a, dua
b, dan dua g. Subunit b, masing-masing memiliki massa molekular 13,200
Da, memiliki semua aktivitas mendorong pertumbuhan saraf, subunit a
memiliki aktivitas mirip-tripsin, dan subunit g adalah serin protease. Fungsi
protease belum diketahui. Struktur subunit b pada NGF mirip dengan pada
insulin. NGF diserap oleh neuron dan diangkut secara retrograd dari ujung

8
neuron ke badan sel. NGF juga terdapat di otak dan tampaknya berperan
dalam pertumbuhan dan pemeliharaan neuron kolinergik di otak depan basal
dan striatum. Penyuntikan antiserum terhadap NGF pada bayi hewan baru
lahir menyebabkan kerusakan hampir total ganglion simpatis; karena itu
bahan ini menyebabkan imunosimpatek-tomi. Terdapat bukti bahwa
pemeliharaan neuron oleh NGF disebabkan oleh berkurangnya apoptosis.
Brain-derived nenrotrophic factor (BDNF), neurotrofin 3 (NT-3), NT-4/5,
dan NGF masing-masing mempertahankan pola neuron yang berbeda,
meskipun terdapat tumpang-tindih. Gangguan pada NT-3 melalui knockout
gen menyebabkan kehilangan mencolok mekanoreseptor kulit, bahkan pada
heterozigot. BDNF bekerja cepat dan dapat menyebabkan depolarisasi
neuron. Mencit defisien BDNF kehilangan neuron sensorik perifer dan
mengalami degenerasi berat ganglion vestibuläre dan menumpulnya
potensiasi jangka-panjang.

H. Faktor Lain Yang Memengaruhi Pertumbuhan Neuron


Regulasi pertumbuhan neuron merupakan suatu proses yang rumit. Sel
Schwann dan astrosit menghasilkan ciliary neurotrophic factor (CNTF,
faktor neurotrofik silia). Faktor ini mendorong kesintasan neuron medula
spinalis mudigah dan yang rusak serta mungkin berguna dalam mengobati
penyakit manusia yang ditandai dengan adanya degenerasi neuron motorik.
Secara in vitro, glial cell line-derived neurotrophic factor (GDNF)
mempertahankan neuron dopaminergik otak-tengah. Namun, knockout
GDNF memiliki neuron dopaminergik yang tampaknya normal tetapi tidak
memiliki ginjal dan gagal mengembangkan sistem saraf enterik. Faktor lain
yang meningkatkan pertumbuhan neuron adalah leukemia inhibitory factor
(LIF, faktor inhi-bitorik leukemia). Selain itu, neuron serta sel lain
berespons terhadap insulin-like growth factor I {IGF-I) dan berbagai bentuk
transforming growth factor (TGF), fibroblas growth factor (FGF, faktor
pertumbuhan fibroblas), dan platelet-derived growth factor (PDGF).

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem yang sangat kompleks dan penting bagi
kehidupan. Gangguan pada sistem saraf dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan
sistem saraf dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara
teratur, dan menghindari stres.

1. Terdapat dua jenis sel glia: mikroglia dan makroglia. Mikroglia adalah
sel pembersih. Makroglia mencakup oligodendrosit, sel Schwann, dan
astrosit. Dua yang pertama berperan dalam pembentukan mielin; astrosit
menghasilkan bahan-bahan yang bersifat trofik bagi neuron, dan membantu
mempertahankan ketepatan konsentrasi ion dan neurotransmiter.

2. Neuron terdiri dari satu badan sel (soma) yang merupakan pusat
metabolik neuron, dendrit-dendrit yang memanjang keluar dari badan sel
dan bercabang secara ekstensif, dan sebuah akson fibrosa panjang yang
berpangkal dari suatu bagian yang menebal di badan sel, axon hillock.

3. Akson dari banyak neuron memiliki suatu selubung mielin, suatu


kompleks lipid-protein yang melingkari dan membungkus akson. Mielin
adalah insulator efektif, dan depolarisasi di akson bermielin merambat dari
satu nodus Ranvier ke nodus berikutnya, dengan current sink di nodus aktif
berfungsi untuk mendepolarisasi ke firing level secara elektrotonis nodus di
depan potensial aksi

4. Transpor ortograd terjadi di sepanjang mikrotubulus yang terbentang di


sepanjang akson dan memerlukan dua motor molekul: dinein dan kinesin.
Transpor bergerak dari badan sel ke terminal akson dan memiliki komponen
cepat (400 mm/ hari) dan lambat (0,5-10 mm/hari). Transpor retrograd, yang
memiliki arah berlawanan (dari ujung saraf ke badan sel), terjadi di
sepanjang mikrotubulus dengan kecepatan sekitar 200 mm/hari

5. Sebagai respons terhadap rangsangan depolarisasi, kanal Na+ berpintu


voltase menjadi aktif, dan ketika potensial ambang tercapai, terbentuklah

10
potensial aksi. Potensial membran bergerak ke arah potensial keseimbangan
untuk Na+ . Kanal Na + cepat masuk ke keadaan tertutup (keadaan inaktif)
sebelum kembali ke keadaan istirahat. Arah gradien listrik untuk Na+
berbalik selama overshoot karena potensial membran terbalik, dan hal ini
membatasi influks Na+ . Kanal K+ berpintu voltase membuka dan terjadi
perpindahan netto muatan positif keluar sel yang membantu menuntaskan
proses repolarisasi. Pulihnya secara lambat kanal K+ ke keadaan tertutup
menjelaskan terjadinya after-hyperpolarization (hiperpolarisasi ikutan),
diikuti oleh pemulihan ke potensial membran istirahat

6. Serat saraf dibagi menjadi berbagai kategori (A, B, dan C) berdasarkan


garis tengah akson, kecepatan hantaran, dan fungsi. Klasifikasi angka (Ia, lb,
II, III, dan IV) juga digunakan untuk serat aferen sensorik.

7. Neurotrofin seperti NGF diangkut secara retrograd ke badan sel neuron,


tempat neurotrofin mendorong produksi protein-protein yang berkaitan
dengan perkembangan, pertumbuhan, dan kesintasan neuron.

11
DAFTAR PUSTAKA

kim E. Barrett, S. M. (2012). Ganong Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. McgrawHill


Medical.

12

Anda mungkin juga menyukai