DI SUSUN OLEH :
SULAIMAN
8883230036
ILMU KEOLAHRAGAAN
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2023/2024
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah sistem organ yang tersusun atas sel-sel saraf (neuron)
yang saling terhubung. Sistem saraf berfungsi untuk menerima, memproses,
dan merespons rangsangan dari lingkungan. Sistem saraf dibagi menjadi
dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
adalah organ yang paling penting dalam sistem saraf. Otak bertanggung
jawab untuk mengendalikan semua aktivitas tubuh, termasuk berpikir,
berbahasa, dan bergerak. Sumsum tulang belakang adalah bagian dari sistem
saraf pusat yang terletak di dalam tulang belakang. Sumsum tulang belakang
berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dari dan ke otak.
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal. Saraf kranial
adalah saraf yang keluar dari otak. Saraf spinal adalah saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi berfungsi untuk menghubungkan
sistem saraf pusat dengan organ dan jaringan tubuh lainnya.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
URAIAN MATERI
A. Sistem Saraf
Sistem saraf pusat (SSP) mengandung sekitar (100 miliar) neuron SSP juga
mengandung sel glia yang jumlah nya 10-50 kali lipat dari jumlah tersebut.
SSP adalah suatu organ kompleks yang diperkirakan bahwa 40% dari gen
manusia ikkut serta. Paling tidak dalam tingkatan tertentu, dalam
pembentukan nya. Neuron, komponen pembangun dasar sistem saraf,
berkembang dari sel neuroefektor primitif yang berespons terhadap berbagai
rangsangan dengan kontraksi. Pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi
menjadi fungsi khusus sel otot, sementara integritasi dan penyaluran
immpuls saraf menjadi fungsi khusus neuron. Neuron dan sel glia bersama
kapiler otak membentuk suatu unit fungsuional yang di perlukan untuk
fungsi normal otak, termasuk aktivitas sinaps, homeostasis cairan ekstrasel,
metabolisme energi, dan proteksi saraf. Gangguan dalam interaksi berbagai
elemen ini merupakan dasar patofologis banyak kelainan neurologis (mis.
4
Alzheimer). Mikroglia berasal dari makrofag di luar sistem saraf dan secara
fisiologis dan embriologis tidak berkaitan dengan jenis sel saraf lainnya.
C. Neuron
Neuron pada SSP mamalia memiliki beragam dengan bentuk dan ukura.
Sebagian besar memiliki bagian-bagian yang sama dengan neuron motorik
spinal. Badan sel (soma) menganduk nukleus dan merupakan pusat
metabolik neuron. Neuron memiliki beberapak tonjolan (proseus) yang
dinamai dendrit yaang terbentang keluar dari badan sel dan bercabang-
cabang secara ekstendif. Dendrit, terutama di korteks selebri dan korteks
sere-beli, memiliki tonjolan-tonjolan seperti tombol yang disebut spina
dendritik (dendritik spines). Sebuah neuron tipikal juga memiliki sebuah
akson fibrosa panjang yang berawal dari suatu daerah yang agak menebal
di badan sel, axon hillock. Bagian pertama akson disebut segmen awal
(initial segment). Akson dibagi menjadi terminal prasinaps.
sebuah neuron motorik yang terdiri dari sebuah badan sel (soma) dengan
sebuah nukleus, beberapa tonjolan yang dinamai dendrit, dan sebuah akson
fibrosa panjang yang berpangkal di axon.
C. Transpor Diakson
Neuron adalah sel sekretorik, tetapi sel-sel ini berbeda dari sel-sel sekretorik
lain yaitu bahwa zona sekresi umumnya terletak di ujung akson, jauh dari
badan sel. Perangkakat untuk membentuk protein sebagian besar berada di
badan sel, dan protein dan polipeptida diangkut ke ujung akson oleh aliran
5
aksonplasmik karena itu, badan sel mempertahankan integritas dan
fungsional akson.
6
ribosom yang sesuai dan terjadi sintesis protein yang menghasilkan ranah
protein lokal.
7
dengan sensasi propriosepsi, fungsi motorik somatik, sentuhan sadar, dan
tekanan, sementara akson yang lebih kecil melayani sensasi nyeri dan suhu
serta fungsi otonom. Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa tidak
semua komponen-komponen yang dijabarkan secara klasik dengan sistem
huruf tersebut bersifat homogen, dan sebagian ahli fisiologi menggunakan
sistem angka (Ia, Ib, II, III, dan IV) untuk mengklasifikasikan serat sensorik.
Sayangnya, hal ini menimbulkan kebingungan.
F. Neurotofin
Sejumlah protein yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan neuron telah berhasil diisolasi dan diteliti. Sebagian dari
neurotrofin ini adalah produk dari otot atau struktur lain yang disarafi oleh
neuron, tetapi banyak di SSP yang dihasilkan oleh astrosit. Protein-protein
ini berikatan dengan reseptor di ujung sebuah neuron. Neurotrofin
mengalami internalisasi lalu diangkut oleh transpor retrograd ke badan sel
neuron, tempat proteinprotein ini mendorong produksi protein-protein yang
berkaitan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan kesintasan neuron.
Neurotrofin lain diproduksi di neuron dan diangkut secara anterograd ke
ujung saraf, tempat protein-protein ini mempertahankan integritas neuron
pascasinaps.
G. Fungsi Neurotrofim
Neurotrofin pertama yang diketahui adalah NGF, suatu faktor pertumbuhan
protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan neuron
simpatis dan beberapa neuron sensorik. Bahan ini terdapat di berbagai
spesies hewan, termasuk manusia, dan dijumpai di banyak jaringan berbeda.
Pada mencit jantan, konsentrasinya sangat tinggi di kelenjar liur
submandibula, dan kadar ini berkurang oleh kastrasi hingga setara dengan
yang dijumpai pada mencit betina. Faktor ini terdiri dari dua subunit a, dua
b, dan dua g. Subunit b, masing-masing memiliki massa molekular 13,200
Da, memiliki semua aktivitas mendorong pertumbuhan saraf, subunit a
memiliki aktivitas mirip-tripsin, dan subunit g adalah serin protease. Fungsi
protease belum diketahui. Struktur subunit b pada NGF mirip dengan pada
insulin. NGF diserap oleh neuron dan diangkut secara retrograd dari ujung
8
neuron ke badan sel. NGF juga terdapat di otak dan tampaknya berperan
dalam pertumbuhan dan pemeliharaan neuron kolinergik di otak depan basal
dan striatum. Penyuntikan antiserum terhadap NGF pada bayi hewan baru
lahir menyebabkan kerusakan hampir total ganglion simpatis; karena itu
bahan ini menyebabkan imunosimpatek-tomi. Terdapat bukti bahwa
pemeliharaan neuron oleh NGF disebabkan oleh berkurangnya apoptosis.
Brain-derived nenrotrophic factor (BDNF), neurotrofin 3 (NT-3), NT-4/5,
dan NGF masing-masing mempertahankan pola neuron yang berbeda,
meskipun terdapat tumpang-tindih. Gangguan pada NT-3 melalui knockout
gen menyebabkan kehilangan mencolok mekanoreseptor kulit, bahkan pada
heterozigot. BDNF bekerja cepat dan dapat menyebabkan depolarisasi
neuron. Mencit defisien BDNF kehilangan neuron sensorik perifer dan
mengalami degenerasi berat ganglion vestibuläre dan menumpulnya
potensiasi jangka-panjang.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem yang sangat kompleks dan penting bagi
kehidupan. Gangguan pada sistem saraf dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan
sistem saraf dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara
teratur, dan menghindari stres.
1. Terdapat dua jenis sel glia: mikroglia dan makroglia. Mikroglia adalah
sel pembersih. Makroglia mencakup oligodendrosit, sel Schwann, dan
astrosit. Dua yang pertama berperan dalam pembentukan mielin; astrosit
menghasilkan bahan-bahan yang bersifat trofik bagi neuron, dan membantu
mempertahankan ketepatan konsentrasi ion dan neurotransmiter.
2. Neuron terdiri dari satu badan sel (soma) yang merupakan pusat
metabolik neuron, dendrit-dendrit yang memanjang keluar dari badan sel
dan bercabang secara ekstensif, dan sebuah akson fibrosa panjang yang
berpangkal dari suatu bagian yang menebal di badan sel, axon hillock.
10
potensial aksi. Potensial membran bergerak ke arah potensial keseimbangan
untuk Na+ . Kanal Na + cepat masuk ke keadaan tertutup (keadaan inaktif)
sebelum kembali ke keadaan istirahat. Arah gradien listrik untuk Na+
berbalik selama overshoot karena potensial membran terbalik, dan hal ini
membatasi influks Na+ . Kanal K+ berpintu voltase membuka dan terjadi
perpindahan netto muatan positif keluar sel yang membantu menuntaskan
proses repolarisasi. Pulihnya secara lambat kanal K+ ke keadaan tertutup
menjelaskan terjadinya after-hyperpolarization (hiperpolarisasi ikutan),
diikuti oleh pemulihan ke potensial membran istirahat
11
DAFTAR PUSTAKA
12