Anda di halaman 1dari 18

SISTEM SARAF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Anatomi Manusia

Dosen Pengampu : Asnilawati, M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok IV

1. Dimas Siyamto (2020207042)


2. Lantiur Batu Bara (2020207045)
3. Diah Nawang Wulan (2020207046)
4. Muhammad Toyyib Akbar (2020207048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sistem Saraf” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Asnilawati, M.Kes pada mata kuliah
anatomi manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sistem saraf pada manusia bagi para pembaca dan juga bagi
kami tim penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Asnilawati, M.Kes selaku


dosen pada mata kuliah ekologi tumbuhan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang
ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama
teman-teman kelompok IV yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat membantu demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 9 Maret 2023

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pengertian Sistem Saraf ....................................................................................... 2
B. Fungsi Sistem Saraf .............................................................................................. 2
C. Penyusun Sistem Saraf ......................................................................................... 3
D. Klasifikasi Sistem Saraf ........................................................................................ 5
E. Proses Mekanisme Penghantar Impuls ............................................................. 10
F. Kelainan Sistem Saraf ........................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf
tersebut makan terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Semua kegiatan
tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat
pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai
kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau
impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan
atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh
serabut-serabut saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf?
2. Apa fungsi sistem saraf?
3. Apa saja penyusun sistem saraf?
4. Apa saja klasifikasi sistem saraf?
5. Bagaimana proses mekanisme penghantar impuls?
6. Apa saja kelainan pada sistem saraf?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf
2. Untuk mengetahui fungsi sistem saraf
3. Untuk mengetahui penyusun sistem saraf
4. Untuk mengetahui klasifikasi sistem saraf
5. Untuk mengetahui proses mekanisme penghantar impuls
6. Untuk mengetahui kelainan pada sistem saraf

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantar impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemprosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil
dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan
kecepatan pemprosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik
(impuls saraf).
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya, karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem
tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk memahami, belajar dan
memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi
dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
B. Fungsi Sistem Saraf
Menurut Campbell, sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh
maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama, yaitu:
1. Input sensoris (alat komunikasi), input ialah penghantaran atau konduksi
sinyal dari reseptor sensoris. Contoh: alat komunikasi antara tubuh dengan
dunia luar, dilakukan oleh alat indera.
2. Integrasi (alat pengendali), integrasi adalah proses penerjemahan informasi
yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian
dihubungkan dengan respon yang sesuai. Komunikasi
3. Output monorik (pusat pengendali tanggapan), output adalah penghantaran
sinyal dari pusat integrasi, yaitu sistem saraf pusat ke sel-sel efektor, sel-

2
sel otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap
stimulus tersebut.

C. Penyusun Sistem Saraf


Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki
kemampuan merespon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa
mengalami pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika suda rusak. Neuron
bersatu membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).
a. Berdasarkan bentuknya

Gambar 7. Berdasarkan bentuk


1) Badan sel: badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf.
Badan sel dapat berfungsi sebagai penerima rangsangan dari dendrit
dan kemudian diteruskannya menuju akson. Pada badan sel saraf
terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi,
lisosom, dab badan nisei.
2) Dendrit: dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-
cabang dan perluasan dari badan sel. Dendrit memiliki fungsi sebagai
penerima dan penghantar rangsangan ke badan sel
3) Akson: akson dikenal sebagai neurit. Neurit merupakan serabut sel
saraf yang panjang dan merupakan perjuluran dari sitoplasma pada
badan sel. Benang-benang halus yang terdapat dalam neurit dikenal
sebagai neurofibril yang dibungkus oleh beberapa lapis selaput meilin

3
yang banyak mengandung zat lemak dan dapat mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput meilin tersebut dibungkus oleh sel-sel schawann
yang dapat membentuk suatu jaringan yang menyediakan makanan
untuk neurit dan juga membantu pembentukan neurit. Lapisan meilin
sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari resiko
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak terbungkus oleh lapisan
myelin dapat disebut dengan nodus ranvier, yang berfungsi sebagai
mempercepat jalannya rangsangan. Kelompok-kelompok serabut saraf,
akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat
saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau
simpul saraf.
b. Berdasarkan Struktur dan Fungsinya

Gambar 7. Sel saraf


1) Sel saraf sensori
Sel saraf sensori merupakan neuron yang badan selnya bergerombol
membentuk ganglia, aksonnya pendek tetapi dendritnya panjang.
Neuron sensorik berhubungan dengan alat indera untuk menerima
rangsangan. Fungsi sel saraf sensori sebagai penghantar impuls dari
reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum
belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2) Sel saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang
pendek dan akson yang panjang. Dendrit berhubungan dengan akson
lain, sedangkan akson berhubungan dengan efektor yang berupa otot

4
atau kelenjar. Funngsi sel saraf motorik sebagai pengirim impuls dari
sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan dari tubuh terhadap rangsangan.
3) Sel saraf intermediet (neuron konektor)
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam ssitem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan
sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel
saraf lainnya yang ada di dalam sel saraf pusat.
D. Klasifikasi Sistem Saraf
a. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Struktur
sistem saraf pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum)
dan medula spinalis yang terletak di dalam rongga kranium dan kanalis
vertebralis (rimbun, dkk. 2012).
1) Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam
tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput
meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan
keluar yang melekat pada tulang (durameter), lapisan tengah yang
berbentuk saraf laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat
pada permukaan otak (plamater).
a) Otak besar (serebrum)

Gambar 4. Otak besar (serebrum)


Histologist, serebrum terdiri atas lapisan:

5
1. Lapisan molecular, terutama terdiri atas serat-serat saraf yang
beasal dari sel-sel saraf yang terdapat lapisan dibawahnya.
Lapisan ini mengandung sel horizontal (canal). Sel ini
berukuran kecil dengan bentuk pipih (gepeng) dengan akson
dan dendritnya berjalan sejajar permukaan.
2. Lapisan granular luar, terdiri atas sel pyramid yang
merupakan sel saraf dengan badan sel berbentuk
segitiga/piramid.
3. Lapisan piramid luar, terdiri atas sel-sel piramid yang
ukurannya makin ke dalam semakin bertambah besar.
4. Lapisan granular dalam, terdiri atas sel stelata (sel granular)
halus dan sel-sel pyramid berukuran sedang.
5. Lapisan pyramid dalam atau lapisan ganglion, terdiri atas sel-
sel pyramid berukuran besar yang dikenal sebagai sel Batz
dan sel pyramid berukuran sedang.
6. Lapisan multiform, terdiri atas sel-sel dengan macam-macam
bentuk. Kebanyakan sel yang terdapat pada lapisan ini adalah
sel fusifom dengan dendritnya yang panjang yang mengarah
ke arah lapisan di atasnya.
b) Otak kecil (Serebellum)

Gambar 5. Otak kecil (serebelum)

6
Otak kecil terdiri dari korteks atau subtansia grisea di sebelah luar
dan medulla atau substansia alba disebelah dalam. Secara
histologis korteks serebelum terdiri atas 3 lapisan:
1. Lapisan molecular, tersusun ata sel-sel saraf berukuran kecil
dengan jumlah yang sedikit dan serat saraf tidak bermielin.
2. Lapisan purkinje, terletak diantara lapisan molecular dan
lapisan granular. Lapisan ini disusun oleh sel-sel saraf
berukuran besar dengan cabang-cabang yang jelas yang
disebut sel purkinje.
3. Lapisan granular, Tampa padat disusun oleh sel-sel saraf
berukuran kecil dengan dendrit mengarah ke lapisan
molecular (Mescher, 2016).
2) Medulla Spinalis

Gambar 5. Medulla spinalis


Sumsum tulang belakang (Medula spinalis) merupakan bagian dari
sistem saraf pusat yang berada di dalam ruas-ruas tulang belakang
(Muttaqin, 2008). Medula spinalis terdiri atas substansia grisea yang
terdapat pada daerah berbentuk kupu-kupu (huruf H) dan sustansia
alba yang terdapat dişisi luarnya. Substansia grisea mengandung
sejumlah besar astrosit dan badan sel neuronal besar, terutama badan
sel neuron motorik (N) di kornu anterior. Mikrograf neuron motorik
besar dikornu anterior memperlihatkan inti yang besar nucleoli yang
mencolok, dan sitoplasma yang kaya akan substansia kromatofilik
(substansia nissl). Substansia Alba mengelilingi substansia grisea dan

7
terutama mengandung oligodendrosit dan jaras akson bermielin yang
berjalan disepanjang bagian medulla. Kornu anterior medula spinalis
tampak sebagai bagian sayap yang gemuk yang merupakan daerah
yang banyak mengandung neuron. Sel saraf yang terletak pada daerah
ini disebut sel saraf motoric. Sel ini mempunyai badan sel berbentuk
polygonal. Inti sel besar berbentuk bulat atau lonjong dengan anak inti
yang jelas. Sitoplasmanya bercabang-cabang terdiri atas satu cabang
akson dan beberapa cabang dendrit. Badan sel dan dendrit biasanya
terlihat mengandung substansia nissl. Sedangkan akson tidak
(Mescher, 2016).
b. Sistem saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem sadar (somatik) dan sistem saraf tidak
sadar (sistem saraf otonom).
1) Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh
otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat
diatur otak antara laindenyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan
seres keringat. Sistem saraf sadar (somatik) disusun oleh saraf otak
(saraf kranial), yaitu saraf -saraf yang keluar dari otak, dan saraf
sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang kelar dari sumsum
tulang belakang.
2) Sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom) terdiri dari neuron sensori
dan neuron motor yang terdapat di antara sistem saraf pusat
(khususnya hipotalamus) dan berbagai organ dalam jantung, jeroan,
dan banyak kelenjar, baik eksokrin maupun endokrin.
c. Sistem saraf Perifer
Sistem saraf perifer merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua
bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem ini terdiri dari jaringan
saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis (sumsum tulang
belakang) seperti daerah kulit, dan indra lainnya. Sistem ini juga
mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal yang berasal
dari medulla spinalis, ganglia, reseptor sensorik yang berhubungan, dan

8
sistem saraf otonom yang mempunyai dua divisi utama: sistem saraf
simpatis (torakolumnar) dan parasimpatis (kraniosakral) (Sloan, 2003).
Sistem saraf perifer terdiri atas sel-sel saraf yang berkelompok
membentuk ganglion, serabut saraf, dan badan akhir saraf (Eroschenko,
2008). Saraf disusunan saraf perifer mengandung akson motorik dan
sensorik atau reseptor terletak pada organ, yang bertugas mendeteksi
perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh, serta
mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat melalui saraf sensorik
aferen (Eroschenko, 2008).

Gambar 6. Sel ganglion


Ganglion adalah kumpulan sel saraf (neuron) yang terletak diluar
susunan saraf pusat. Ganglion merupakan akumulasi kecil neuron dan sel
glia penunjang yang dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat. Ada dua macam
ganglion yaitu ganglion sensorik dan ganglion otonom. Ganglion otonom
terdiri atas ganglion simpatis dan parasimpatis. Ganglion sensorik
menerima impuls aferen yang menuju SSP. Neuron kedua rantai simpatis
berada diganglion kecil di sepanjang columna vertebralis, sedangkan
neuron kedua rantai parasimpatis ditemukan dalam ganglion yang sangat
kecil yang selalu berada dekat atau di dalam organ efektor. Pada ganglion,
terdapat sel ganglion yang umunya berbentuk poligonal. Inti sel bulat atau
lonjong dengan anak inti yang jelas. Sitoplasma biasanya tidak terlihat
jelas, disekitar sel gaglion, dapat dijumpai sel satelit yang berbentuk

9
gepeng atau kuboid. Sel-sel ini merupakan sel penyokong serupa dengan
sel neuroglia disusunan saraf pusat (Mescher, 2018) dalam (Meutia, 2021).
Pada serabut saraf perifer, akson diselubungi oleh sel Schwann. Terdapat
dua jenis serabut saraf yaitu serabut saraf tak bermielin dan serabut saraf
bermielin. Perbedaannya adalah pada serabut saraf bermielin terdapat
lapisan konsentris dari membrane plasma sel Schwann yang mengelilingi
akson. Diantara sel-sel Schwann yang berdekatan, selubung myelin
memperlihatkan celah kecil disepanjang akson yang disebut nodus Ranvier
(Mescher, 2018).

Gambar 7. Diagram akson bermielin

Gambar 8. Diagram akson bermielin

E. Proses Mekanisme Penghantar Impuls


1) Impuls dihantarkan melalui sel saraf
Impuls dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang disebabkan
adanya perbedaan potensial listrik yang dinamakan polarisasi. Muatan

10
listrik di luar membrane sel saraf adalah postif sedang muatan yang diluar
adalah negative. Apbila sel saraf diberi dengan rangsangan akan
mengakibatkan polarisasi membrane berubah, sehingga polarisasi akan
mengalami pembalikan.
2) Impuls dihantarkan lewat sinapsis
Apabila impuls mengenai tombol sinapsis, maka permeabilitas membrane
prasinapsis terhadap ion kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium
kemudian akan masuk, sedangkan gelembung sinapsis akan melepaskan
neutransmitter dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh membrane
prasinapsis.
F. Kelainan Sistem Saraf
Kelainan sistem saraf dapat terjadi pada berbagai tingkat, dari kelainan seluler
hingga kelainan struktural dan fungsional yang lebih besar. Berikut beberapa
contoh kelainan sistem saraf yang umum terjadi:
1. Stroke: Terjadi ketika pasokan darah ke otak terhenti atau berkurang tiba-
tiba, menyebabkan kematian sel-sel otak. Ini dapat menyebabkan
gangguan motorik, gangguan bicara, kehilangan penglihatan, dan masalah
kognitif.
2. Alzheimer: Merupakan kelainan neurodegeneratif yang menyebabkan
kerusakan sel-sel saraf di otak. Ini menyebabkan penurunan kognitif dan
gangguan ingatan, serta masalah dalam pemrosesan informasi.
3. Parkinson: Merupakan kelainan neurodegeneratif yang menyebabkan
kerusakan pada sel-sel saraf di otak yang mengontrol gerakan. Ini
menyebabkan tremor, kekakuan otot, dan masalah keseimbangan.
4. Epilepsi: Merupakan gangguan di mana otak mengalami aktivitas listrik
yang tidak normal, yang menyebabkan kejang dan seringkali disertai
dengan hilang kesadaran.
5. Sklerosis Multipel: Merupakan kelainan autoimun di mana sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang
belakang, menyebabkan kerusakan saraf dan mengganggu fungsi motorik
dan sensorik.

11
6. Depresi dan Kecemasan: Merupakan gangguan mental yang memengaruhi
kesehatan mental dan fisik, serta kualitas hidup seseorang. Ini dapat
disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia di otak atau faktor lingkungan.
7. Gangguan Spektrum Autisme: Merupakan kelainan neurologis yang
memengaruhi perkembangan otak dan fungsi sosial dan komunikasi.
8. Cerebral Palsy: Merupakan kelainan motorik yang disebabkan oleh
kerusakan pada otak atau sistem saraf pusat, yang menyebabkan kesulitan
dalam gerakan dan koordinasi motorik.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantar impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemprosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya,
karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai
sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis.
B. Saran
Dari pemaparan materi diatas perlu kita perkaya lagi karena masih banyak
hal-hal yang belum dibahas secara spesifik. Saran-saran yang bersifat
membangun sangat diperlukan agar pada penulis makalah selanjutnya menjadi
lebih baik

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V.P. Atlas histology difiore. Edisi ke-9. 2008.

Mescher, A.L., Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. Edisi ke-14. EGC.
2016.

Mescher, AL. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. Edisi ke-15. New
York: McGrawHill. 2018.

Meutia, S. M. S., & Himayani, R. (2021). Sistem Saraf Pusat dan Perifer. Medical
Profession Journal of Lampung, 11(3), 306-311.

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Rimbun, V.P.K. Tehnik Pewarnaan Neuron dan Neuroglia Pada Sistem Saraf
Pusat. Volume 25 No. 2. 2012.

Sloan, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. 2003.

15

Anda mungkin juga menyukai