Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF DAN KARDIOVASKULER

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

1. ANDRE TETTY
2. ANCELINA TALLAUT
3. APRILIA PICAULIMA
4. ANTHONETA SIWALETTE
5. AMANDUS NGAMEL

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Atas Hadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Melimpah, Sehingga Kami
Dapat Menyelesaikan Maklah Ini Tepat Waktu.

Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang
ada.

Akhirnya, semoga dengan membaca makalah ini, sedikit banyaknya akan menambah pengetahuan kita.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca Makalah ini hingga
akhir

AMBON, 18 MARET 2023

KELOMPOK 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu

sistem organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam

melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama

antara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem

organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka

diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut

sebagai sitem koordinasi.

Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem

endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya

perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia

dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur

kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang

dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan

selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls

saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem saraf
3. Apa yang dimaksud dengan sistem kardioviskuler
4. Untuk mengetahui fungsi dari sistem kardioviskuler
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTIM SARAF .

2.1 Pengertian Sistem Saraf

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan

saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan

dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh

yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya,

karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system

tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam

system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi

dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon

terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang

puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.

Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta

Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan

terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

2.2 Fungsi Sistem Saraf

Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf

mempunyai 3 fungsi utama yaitu :

1. Sebagai Alat Komunikasi

Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh

alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan
adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya

perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.

2. Sebagai Alat Pengendali

Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja

serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ

tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.

3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan

Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau

reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai

pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat

pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.

2.3 Struktur Sel Saraf

Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung

2.3.1 Neuron

Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan

perpanjangan sitoplasma.

a) Badan sel atau perikarion

Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.

Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

• Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti

kompleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol

dan tidak dapat bereplikasi.

• Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom

bebas serta berperan dalam sintesis protein.

• Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui


mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

b) Dendrit

Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi

untuk menghantar impuls ke sel tubuh.

c) Akson

Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian

ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau

kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

2.3.2 Klasifikasi Neuron

Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi

menjadi :

• Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada

organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).

• Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke

efektor /otot

• Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat)

Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan

informasi ke interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :

• Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu

cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang

berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron

sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis.

• Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis ini
banyak dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam telinga

dalam.

• Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis neuron

ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris pada cornu
anterior dan lateralis medulla spinalis, sel-sel ganglion

otonom).

2.3.3 Sel Pendukung ( sel Neuroglia dan sel Schwann )

• Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam sel yang

secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf

pusat pada otak dan medulla spinalis.

• Sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar

sistem saraf pusat.

Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan

sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil

diindentifikasi yaitu :

a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus

panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel

atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron

yang halus. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran

kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara

keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan potensial

bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.

b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah

prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang

bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini

mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau


sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.

c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya

memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi.

d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral

dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system

ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus

Coroideus ventrikel otak.

62.3.3 Sel Pendukung ( sel Neuroglia dan sel Schwann )

• Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam sel yang

secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf

pusat pada otak dan medulla spinalis.

• Sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar

sistem saraf pusat.

Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan

sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil

diindentifikasi yaitu :

a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus

panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel

atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron

yang halus. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran

kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara

keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan potensial

bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.


b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah

prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang

bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan
subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau

sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.

c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya

memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat

dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.

d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral

dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system

ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus

Coroideus ventrikel otak.

2.3.4 Selaput Myelin

Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang menyelimuti

akson. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celahselah yang tidak
memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier. Myelin ini berfungsi

dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang tak

bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus lain di

sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.

Tanpa selubung mielin, impuls akan bergerak seperti gelombang. Namun, impuls

akan bergerak melompat ketika melewati selubung mielin dengan kecepatan 120

meter/detik. Selubung mielin meningkatkan hambatan listrik. Dengan demikian,

mielinasi membantu mencegah impuls yang merupakan gelombang elektromagnetik

keluar meninggalkan akson.

Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di serabut saraf dapat

terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana.
Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi

serabut saraf menjadi hilang.

72.3.4 Selaput Myelin

Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang menyelimuti

akson. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celahselah yang tidak
memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier. Myelin ini berfungsi

dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang tak

bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus lain di

sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.

Tanpa selubung mielin, impuls akan bergerak seperti gelombang. Namun, impuls

akan bergerak melompat ketika melewati selubung mielin dengan kecepatan 120

meter/detik. Selubung mielin meningkatkan hambatan listrik. Dengan demikian,

mielinasi membantu mencegah impuls yang merupakan gelombang elektromagnetik

keluar meninggalkan akson.

Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di serabut saraf dapat

terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana.

Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi

serabut saraf menjadi hilang.

2.5 Neurotransmitter.

Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam

gelembung sinaptik pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson

terminal dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.

Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron

melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas

sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls.

Diketahui terdapat 30 macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin,


Acetylcholin, Dopamin, serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.

2.6 Synaps

Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ-
organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana

suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang

antara satu neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic

cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron

prasinaptik dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron

postsinaptik.

2.7 Impuls Saraf

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan

menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut

adalah sebagai berikut.

2.6.1 Gerak Sadar

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau

disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang

panjang. Bagannya adalah sebagai berikut2.7 Impuls Saraf

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan

menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut

adalah sebagai berikut.

2.6.1 Gerak Sadar

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau

disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang

panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.

2.6.2 Gerak Refleks


Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls

yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan

tidak melewati otak..

Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:

• Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.

• Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk

ke mata.

• Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.

• Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.

• Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

2.6.3 Perambatan Impuls Saraf

1. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan

kecepatan dan amplitude yang tetap.

2. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini

menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang

depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.

3. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam

sistem saraf sisi yang lain.

12.6.2 Gerak Refleks

Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls

yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan

tidak melewati otak..

Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:

• Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.

• Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk
ke mata.

• Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.

• Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.

• Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

2.6.3 Perambatan Impuls Saraf

1. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan

kecepatan dan amplitude yang tetap.

2. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini

menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang

depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.

3. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam

sistem saraf sisi yang lain.

2.9 Saraf Pusat Manusia

Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada

tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi

penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.

Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang

tengkorak. Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang

belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu

membran yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan

meninges.

Membrane meninges terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.

Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah..

b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.

c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di

antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut Cairan Serebrospinal.

Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan

dengan kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges,

baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.

2.8.1 Otak

Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total

otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan

mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada

bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan

otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di

dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya.

Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke

atas (gunungan) dinamakan girus.

Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf

kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak

manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak.

Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total

otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan

mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada

bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan

otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di

dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya.

Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke
atas (gunungan) dinamakan girus.

Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf

kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.

a) Otak depan

Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.

• Otak besar

Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh

bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam

penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian

tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan

otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh

yang berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer

otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian

kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan

seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian

kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa a) Otak depan

Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.

• Otak besar

Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh

bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam

penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian

tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan

otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh

yang berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer

otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian
kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan

seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif
pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi.

• Talamus

Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.

Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal

sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar

sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak

yang sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.

• Hipotalamus

Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.

Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa

haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan

karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti

amphetamin dan kokain.

b) Otak tengah

Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam

sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturanrefleks pupil pada
mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar

(cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur

gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang

mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan

mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak

menghasilkan neurotransmitter dopaminrefleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan
bawah otak besar

(cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur

gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang
mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit
parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak

menghasilkan neurotransmitter dopamin.

c) Otak belakang.

Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan

pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan

otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak

sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat

beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya,

seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga

keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh

yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf

yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan

antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata.

Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung,

pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara

medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula

oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

2.8.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari

sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh

tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas

tulang belakang. Sumsum tulang belakang memandang dari pangkal leher, hingga ke

selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,

maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan

kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf

yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang.

2.10 Saraf Tepi Manusial

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum

tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan

serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang.

pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung,

mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan

motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem

saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

1) Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika

Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini

mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari

sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12

pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar

dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Sarafsaraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas

pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.

202.10 Saraf Tepi Manusia

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum

tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan

serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap

pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung,

mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan
motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi
menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

1) Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika

Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini

mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari

sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12

pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar

dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Sarafsaraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas

pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.

a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf

sensori.

b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut

merupakan saraf motorik.

c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut

merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami

tentang jenis-jenis saraf kranial.

2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)

Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah

kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan

pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf

otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda

ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila

hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti

contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil
mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.

• Saraf Simpatik

Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama

untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat

kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,

memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,

antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan

menghambat kontraksi kantung seni.

• Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan

saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak

jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat a) Saraf olfaktori, saraf
optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf

sensori.

b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut

merupakan saraf motorik.

c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut

merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami

tentang jenis-jenis saraf kranial.

2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)

Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah

kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan

pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf

otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda

ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila


hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah
diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil

mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan

menjadi dua.

• Saraf Simpatik

Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama

untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat

kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,

memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,

antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan

menghambat kontraksi kantung seni.

• Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan

saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak

jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat .

pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara

kerja kedua saraf itu berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal.

2.11 Kelainan pada Sistem Saraf

a. Stroke

Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya

aliran darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darah

tinggi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak.selain itu,

atheroskeosis juga dapat menyebabkan penyumabatan pembuluh darah di

otak. Gejala penyakit ini bervariasi bergantung pada hebatnya stoke dan

daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing, sulit bicara, tidak melihat,

pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian


b. Tumor Otak

Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf,

maupun jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut 2.11 Kelainan pada Sistem Saraf

a. Stroke

Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya

aliran darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darah

tinggi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu,

atheroskeosis juga dapat menyebabkan penyumabatan pembuluh darah di

otak. Gejala penyakit ini bervariasi bergantung pada hebatnya stoke dan

daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing, sulit bicara, tidak melihat,

pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian

b. Tumor Otak

Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf,

maupun jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut .

c. Ayan (Epilepsi)

Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali.

Penderita epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang

berbahaya, seperti tepian sungai, sumur, dan telaga. Bila berada di lokasi

tersebut dan mengalami kekambuhan, dikawatirkan akan tenggelam karena

tidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya. Belum ada sebab yang jelas

mengapa penyakit ini bis timbul, namun melihat gejala kejang tersebut,

diduga ada gangguan pada otak daerah motorik yang mengatur gerakan tubuh.

d. Multiple Sclerosis

Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang


mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan
kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan

akhirnya tidak mampu sama sekali.

e. Meningitis

Infeksi pada lapisan meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya.

B. SISTEM KARDIOVASKULAR.

Pengertian.

Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi

transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan

darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh,

dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan

dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke

seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga

menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka,

baik karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk

mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.

Komponen Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi sistem ini dapat
dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung

berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya.

Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan darah dan zat yang dikandungnya

ke seluruh bagian tubuh manusia.

Untuk menjaga agar darah tetap mencapai seluruh bagian tubuh secara terus-menerus maka

jantung sebagai pompa harus berdenyut secara terus menerus pula. Denyutan jantung diatur

oleh sistem saraf otonom (SSO) yang berada di luar kesadaran atau kendali kita sehingga

kita tidak dapat mengatur denyutan jantung seperti kehendak kita.

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah yang ditransportasikan

akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan ke luar pembuluh darah.

Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh darah dapat dikelompokkan menjadi dua.

Pertama adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung (arteri) dan pembuluh darah

yang menuju jantung (vena). Berdasarkan ukuran penampangnya (diameter) maka

pembuluh darah (arteri dan vena) dapat dikelompokkan menjadi pembuluh darah besar,

sedang, dan kecil. Contoh pembuluh arteri besar adalah aorta, a. iliaca commonis;

pembuluh arteri sedang adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh vena besar adalah

v. cafa superior dan inferior. Diantara pembuluh darah arteri kecil (arteriole) dan vena

kecil (venule) akan terdapat saluran kecil yang disebut pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler

ini menghubungkan bagian pembuluh darah arteri dan vena. Pembuluh kapiler ini memiliki

struktur histologis tertentu.

Anatomi Sistem Kardiovaskuler

Jantung

Jantung terletak di rongga dada (thorax), dan cenderung terletak di sisi kiri. Pada kelainan

dekstrokardia jantung justru terletak di sisi sebelah kanan. Jantung dikelilingi oleh

pembuluh darah besar dan organ paru, dan timus di bagian depannya.
Jantung terdiri dari empat ruang jantung yang dipisahkan oleh sekat-sekat jantung. Empat

ruang jantung tersebut adalah :

1. Atrium kanan

2. Atrium kiri

3. Ventrikel kanan

4. Ventrikel kiri

Ruang jantung ini terbentuk karena adanya sekat interventrikuler dan sekat

atrioventrikuler. Pada sekat atrioventrikuler terdapat dua buah katup jantung, yaitu katup

trikuspidalis dan katup bicuspidalis. Disebut trikuspidalis karena terdiri dari tiga

lempengan katup, dan disebut bicuspidalis karena terdiri dari dua buah lempengan katup.

Atrium kanan dan kiri memiliki ukuran yang sama, demikian juga ventrikel kanan dan kiri.

Atrium dibatasi oleh otot jantung dan sekat yang tipis, sedangkan bagian ventrikel dibatasi

oleh otot jantung dan sekat interventrikuler yang tebal.

Empat ruang jantung ini dilapisi oleh lapisan endotel, endocardium, myocardium, dan dua

lapisan pericardium (bagian dalam = bagian visceral dan bagian luar = bagian parietal).

Katup jantung sesungguhnya merupakan perluasan cincin fibrosa atrioventrikuler, yang

terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang dilapisi endotel pada kedua sisi.

Darah mengalir di dalam jantung ke satu arah, dari sisi kanan ke sisi kiri. Hal ini

dimungkinkan karena adanya katup-katup jantung yang akan mencegah aliran darah balik.

Katup-katup ini hanya mengijinkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan;

dan dari atrium kiri ke ventrikel kiri.

Darah di dalam jantung mengalir dalam satu arah. Dari atrium kanan darah akan mengalir

ke ventrikel kanan, darah ini mengandung oksigen yang rendah, dan banyak mengandung

CO2. Kemudian darah dialirkan ke paru melalui arteri pulmonalis, untuk mendapatkan Oksigen
(oksigenasi). Dari paru-paru darah kembali ke atrium kiri jantung melalui vena
pulmonalis, darah ini kaya akan oksigen karena telah mengalami oksigenasi di paru. Dari atrium kiri
dialirkan ke ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

Fungsi Sistem Kardiovaskuler

Jantung Sebagai Pompa

Denyut Jantung

Jantung memiliki system yang memungkinkan mereka untuk berdenyut sendiri. System ini

disebut sistem penghantar yang terdiri dari simpul sinoatrial (SA node), lintasan antar

simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (AV node) dan berkas His (bundle of His) dan

cabangnya serta serabut Purkinje. Nodus SA letaknya pada muara dari vena cava inferior

dan nodus AV letaknya pada bagian posterior kanan septum antar atrium. Serabut antar

simpul atrium terdiri dari tiga berkas, yaitu bagian anterior (berkas Bachman), bagian

medial (Wenckebach), dan bagian posterior (Thorel).

Secara histologis sistem penghantar ini merupakan modifikasi otot jantung, dimana serat

lintangnya lebih sedikit dan batas selnya tidak tegas. Simpul SA dna AV mengandung sel

bulat kecil dengan sedikit organela di dalamnya.

Pada keadaan normal, SA node merupakan pencetus denyut jantung. Kecepatan cetusan

listriknya menentukan frekuensi jantung. Impuls tersebut kemudian berjalan melalui

lintasan antar simpul atrium menuju simpul AV, kemudian dari simpul ini menuju ke

berkas His. Akhirnya akan mencapai otot jantung melalui cabang berkas His dan serabut

Purkinje.

Depolarisasi dimulai dari nodus SA dan disebarkan secara radial ke seluruh atrium yang

kemudian seluruh impuls tersebut bertemu dengan nodus AV. Depolarisasi atrium

keseluruhan berlangsung selama 0,1 detik. Hantaran yang terjadi pada nodus AV lebih

lambat, sehingga terjadi perlambatan selama 0,1 detik sebelum impuls menyebar ke

ventrikel. Kemudian depolarisasi menyebar dengan cepat dalam serabut purkinje ke


seluruh ventrikel dalam waktu 0,08 – 0,1 detik. Pada manusia, depolarisasi otot ventrikel dimulai di pada
sisi kiri septum interventrikuler dan bergerak pertama-tama ke kanan

menyebrangi bagian tengah septum. Setelah itu menyebar ke bagian bawah septum menuju

puncak jantung. Kemudian menyebar di sepanjang dinding ventrikel kembali ke daerah

AV, berjalan terus dari bagian dalam jantung (endokardium) ke bagian luar (epikardium).

Bagian terakhir jantung yang mengalami depolarisasi adalah bagian posterobasal ventrikel

kiri. Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA sehingga irama

jantungnya disebut sebagai irama sinus. Pada keadaan istirahat, jantung berdenyut kirakira 70 kali per
menit. Frekuensi akan lebih lambat pada waktu tidur (bradikardia) dan

bertambah cepat (takikardia) selama olah raga, emosi, demam, dan sebab lainnya.

Siklus Jantung

Urutan proses depolarisasi seperti yang telah diuraikan di atas akan memicu gelombang

kontraksi yang menyebar ke seluruh bagian pada otot jantung. Kontraksi pada satu sel otot

jantung dimulai segera setelah depolarisasi dam berakhir kira-kira 50 milidetik setelah

repolarisasi lengkap. Kontraksi otot jantung terjadi dalam satu rangkaian tertentu, sesuai

dengan perjalanan depolarisasi. Sehingga mengakibatkan serangkaian perubahan tekanan

dan aliran dalam ruang jantung. Rangkaian perubahan yang terjadi disebut juga sebagai

siklus jantung, yang terdiri dari :

1. Akhir diastolik
Katup atrioventrikuler membuka dan katup pulmonal dan aorta menutup; darah
mengalir ke atrium dari sistem vena; darah mengalir secara pasif dari atrium ke
ventrikel; laju pengisian ventrikel menurun setelah ventrikel makin teregang.
2. Sistole atrium
Kontraksi atrium mendorong sejumlah kecil darah tambahan ke ventrikel. Sebagian
besar (70 %) pengisian darah ventrikel terjadi selama pengisian pasif sebelumnya.
Kontraksi atrium mengakibatkan muara vena cafa semakin mengecil.
3. Kontraksi isovolumetrik ventrikel
Kontraksi isovolumetrik (isovolumik dan isometric) mengakibatkan menutupnya
katup atrioventrikuler. Pada fase ini terjadi peningkatan tajam dari tekanan
intraventrikuler. Fase ini berlangsung kira-kira 0,05 detik, sampai tekanan dalam
ventrikel kiri dan kanan masing-masing melampaui tekanan dalam aorta (80
mmHg) dan arteri pulmonal (10 mmHg) dan katup aorta dan pulmonal membuka.
4. Ejeksi ventrikel
Dengan terbukanya katup aorta dan pulmonal, mulailan fase ejeksi ventrikel.
Puncak tekanan ventrikel kiri adalah sekitar 120 mmHg dan ventrikel kanan sekitar
25 mmHg.
5. Relaksasi isovolumetrik ventrikel
Setelah seluruh otot ventrikel berelaksasi yang diikuti penutupan katup aorta dan
pulmonal, tekanan ventrikel akan menurun dengan tajam. Periode ini berlangsung
selama 0,04 detik. Periode relaksasi isovolumetrik ini berakhir ketika tekanan
intraventrikuler turun di bawah tekanan atrium dan katup atrioventrikuler
membuka.

Bunyi Jantung,

Secara normal akan terdapat dua buah bunyi jantung pada tiap satu siklus jantung. Bunyi

jantung pertama dan kedua digambarkan sebagai bunyi “lubb” (bunyi pertama) dan “dup”

(bunyi kedua). Bunyi pertama memiliki sifat lebih rendah, lebih lembut, dan lebih panjang.

Bunyi pertama ditimbulkan oleh getaran yang terjadi akibat penutupan katup mitral dan

tricuspid pada permulaan systole ventrikel. Sedangkan bunyi kedua, sedikit lebih tinggi,

lebih tajam, dan lebih pendek. Bunyi ini ditimbulkan oleh getaran yang terjadi akibat

penutupan katup aorta dan pulmonal yang terjadi segera setelah akhir systole ventrikel.

Terdapat juga variasi bunyi jantung ketiga dan keempat, tetapi keduanya sulit untuk didengar. Bising
atau bruit adalah bunyi jantung abnormal yang terjadi akibat kelainan

pada sistem katup jantung. Berdasarkan waat terdengarnya dapat digolongkan bising

sistolik, yaitu yang terjadi pada saat sistolik; dan bising diastolik, yaitu yang terjadi pada

saat diastolik. Bising ini dapat dijadikan sebagai tanda dalam diagnosis kelainan katup

jantung.

Curah jantung (Cardiac Output)

Setiap kali jantung berdenyut akan dipompakan darah dari masing-masing ventrikel,

ventrikel kanan dan kiri. Jumlah darah yang dipompa keluar dari masing-masing ventrikel

per denyut disebut sebagai stroke volume. Pada keadaan istirahat stroke volume ini besarnya 80 ml.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh jantung per
satu satuan waktu, dalam hal ini per menit. Sehingga curah jantung adalah stroke volume

dikalikan frekuensi jantung per menit. Besarnya curah jantung pada keadaan istirahat

adalah 5,5 liter (80 ml x 69 denyut per menit). Terdapat hubungan antara curah jantung

istirahat dengan luas permukaan tubuh. Berbagai keadaan akan mempengaruhi curah

jantung, dapat meningkatkan atau menurunkannya. Keadaan dan pengaruhnya dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Efek berbagai keadaan terhadap curah jantung

Keadaan atau factor

Curah Jantung

Tidur

Perubahan temperature

Tidak berubah

Gelisah, gembira (50 – 100 %)

Makan (30 %)

Kerja (sampai 700 %)

Temperatur tinggi

Perubahan-perubahan pada stroke volume dan frekuensi jantung akhirnya akan

mempengaruhi curah jantung. Frekuensi jantung diatur oleh persarafan otonom (simpatis

dan parasimpatis). Rangsangan oleh saraf simpatis akan meningkatkan frekuensi denyut

jantung (efek chronotropik positif) sedangkan rangsangan oleh parasimpatis akan

mengakibatkan perlambatan denyut jantung (efek chronotropic negative). Stroke volume

juga dipengaruhi oleh persarafan otonom. Rangsangan simpatis akan mengakibatkan

peningkatan stroke volume karena peningkatan kekuatan kontraksi otot jantung (efek

inotropik positif) dan perangsangan parasimpatis mengakibatkan akan mengakibatkan

penurunan stroke volume akibat penurunan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik
negative)

Selain itu isi sekuncup juga akan tergantung pada panjang serabut miokardium (peregangan

otot jantung), dan tidak tergantung dari persarafan. Kekuatan kontraksi adalah sebanding

dengan panjang awal serabut otot jantung pada batas-batas tertentu (Hukum Starling =

Starling Law). Banyak factor yang dapat mengakibatkan terjadinya regangan, seperti daya

pompa otot rangka, tonus vena, tekanan intratorak, posisi tubuh, volume darah total, dan

pengisian ventrikel.

Sirkulasi Arteri

Denyut arteri

Darah yang didorong ke dalam aorta tidak hanya bergerak maju tetapi akan mengakibatkan

peregangan pembuluh darah. Peregangan ini menimbulkan gelombang bertekanan yang

akan berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan yang meregangkan dinding arteri di

sepanjang perjalanannya kita kenal sebagai denyut.

Kecepatan perjalanan gelombang ini tidak tergantung pada kecepatan aliran darah dan

memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kecepatan aliran

darah. Kecepatannya kira-kira 4 m per detik di aorta, 8 m per detik pada arteri besar, dan

16 m per detik pada arteri kecil. Sehingga denyut yang teraba pada arteri radialis terjadi

dalam waktu 0,1 detik setelah ejeksi ventrikel.

Kekuatan denyut yang kita rasakan ditentukan oleh tekanan denyut dan memiliki sedikit

hubungan dengan tekanan rata-rata. Tekanan lemah dapat dijumpai pada keadaan syok,

dan tekanan kuat bila isi skuncup besar seperti pada keadaan berolah raga.

Tekanan dan kecepatan aliran darah arteri Takanan dan kecepatan darah di berbagai bagian sirkulasi
sistemik dapat dilihat pada

gambar 11. dapat dilihat bahwa tedapat perbedaan tekanan dan kecepatan aliran darah pada

tiap bagian pembuluh darah, baik pada sirkulasi arteri ataupun sirkulasi vena dan kapiler.

Kecepatan aliran darah berbeda-beda pada tiap fase, tinggi pada saat sistolik dan mencapai
kecepatan paling rendah pada saat diastolic. Peregangan dari dinding pembuluh darah

sewaktu sistolik akan membantu mempertahankan aliran darah tetap maju pada saat

diastolik. Kecepatan di bagian aorta tertinggi adalah 120 cm per detik hingga kecepatan

negatif pada saat diastolic. Rerata kecepatannya adalah 40 cm per detik.

Tekanan pada aorta dan arteri besar lainnya meningkat pada saat sistolik hingga 120 mmHg

dan turun hingga 70 mmHg pada saat diastolic. Secara umum tekanan arteri akan ditulis

sebagai tekanan sistolik / tekanan diastolic, missal 120 / 70 mmHg. Tekanan nadi adalah selisih dari
tekanan sistolik dan tekanan diastolic, normal sekitar 50 mmHg. Tekanan ratarata adalah tekanan rata-
rata sepanjang siklus jantung, tekanan ini sedikit lebih rendah dari

nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolic.

Gravitasi akan memberikan pengaruh terhadap tekanan darah arteri, tekanan di atas jantung

akan menurun dan tekanan di setiap bagian di bawah jantung akan meningkat. Besar

pengaruh gravitasi ini adalah sebesar 0,77 mmHg per cm. Contohnya bila pada posisi

berdiri tekanan setinggi jantung adalah sebesar 100 mmHg, maka tekanan pada kepala (50

cm di atas jantung) adalah sebesar 62 mmHg. Sedangkan, pada bagian kaki 105 cm di

bawah jantung adalah 180 mmHg. Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena adalah

sama.

Cara mengukur tekanan darah

Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan kanula (alat ukur)

langsung ke dalam arteri, dan dengan mempergunakan manometer air raksa dapat diketahui

tekanan darah arteri.

Umumnya tekanan darah arteri (tekanan darah) pada manusia diukur secara rutin dengan

cara tidak langsung (auskultasi). Cara ini mempergunakan manset yang dihubungkan

dengan manometer air raksa (sfigmomanometer). Manset dililitkan di lengan bagian atas

dan stetoskop diletakkan di atas arteria brachialis pada daerah siku.

Manset dengan cepat dikembangkan sampai tekanannya di atas tekanan sistolik arteri
brachialis yang diperiksa. Akibatnya arteri akan terbendung oleh tekanan manset, dan tidak ada suara
yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan

perlahan-lahan, sehingga pada titik dimana tekanan sistolik dalam arteri tepat melebihi

tekanan manset akan terjadi semburan darah berjalan melalui daerah bendungan pada tiaptiap denyut
(Gambar 11). Akan terdengar bunyi ketukan di bawah manset, dan tekanan

manset di mana bunyi pertama kali terdengar adalah tekanan sistolik. Bila tekanan manset

diturunkan lebih lanjut, bunyi akan menjadi lebih keras, memudar dan kemudian

menghilang. Tekanan dimana bunyi ini menghilang adalah tekanan diastolic. Bunyi yang terdengar di
bawah manset disebut sebagai bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul

sebagai akibat dari aliran turbulen yang terjadi dalam arteria brachialis. Aliran turbulen

terjadi karena arteri menjadi sempit akibat tekanan manset pada lengan atas.

Manset harus terletak setinggi jantung sehingga diperoleh tekanan yang tidak dipengaruhi

oleh gravitasi. Pada keadaan gemuk hendaknya dipergunakan manset yang lebih lebar,

demikian pula sebaliknya.

Tekanan darah arteri juga dapat dilakukan dengan cara palpasi. Pada cara ini tekanan darah

diperoleh dengan cara mengembangkan manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan

manset menurun. Kemudian ditentukan tekanan pada saat denyut arteri radialis pertama

kali teraba. Karena kesulitan dalam menentukan denagn tepat kapan denyut pertama terasa,

tekanan darah yang diperoleh dengan cara ini bniasanya 2 – 5 mmHg lebih rendah daripada

tekanan yang diperoleh dengan cara auskultasi.

Tekanan darah arteri normal

Tekanan darah dalam arteri brachialis dewasa dalam keadaan istirahat pada posisi duduk

atau berbaring adalah kira-kira 120 / 70 mmHg. Tekanan arteri adalah hasil interaksi antara

curah jantung dan resistensi perifer (tahanan perifer). Sehingga, besarnya tekanan darah

tergantung oleh faktor-faktor yang mempengarui curah jantung dan atau tahanan perifer.

Umumnya peningkatan curah jantung akan mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik

dan resistensi perifer akan meningkatkan tekanan diastolic.


Emosi akan meningkatkan curah jantung sebagai akibat rangsang simpatis dengan efek

inotropik dan kronotropik positif. Sehingga, sulit untuk diperoleh tekanan darah

sesungguhnya pada individu yang dalam keadaan tegang atau emosi. Peningkatan

kekakuan arteri dengan akibat penurunan kemampuan regang arteri akan meningkatkan

tekanan darah seseorang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia seseorang.

Sirkulasi Kapiler

Bunyi yang terdengar di bawah manset disebut sebagai bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul

sebagai akibat dari aliran turbulen yang terjadi dalam arteria brachialis. Aliran turbulen

terjadi karena arteri menjadi sempit akibat tekanan manset pada lengan atas.

Manset harus terletak setinggi jantung sehingga diperoleh tekanan yang tidak dipengaruhi

oleh gravitasi. Pada keadaan gemuk hendaknya dipergunakan manset yang lebih lebar,

demikian pula sebaliknya.

Tekanan darah arteri juga dapat dilakukan dengan cara palpasi. Pada cara ini tekanan darah

diperoleh dengan cara mengembangkan manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan

manset menurun. Kemudian ditentukan tekanan pada saat denyut arteri radialis pertama

kali teraba. Karena kesulitan dalam menentukan denagn tepat kapan denyut pertama terasa,

tekanan darah yang diperoleh dengan cara ini bniasanya 2 – 5 mmHg lebih rendah daripada

tekanan yang diperoleh dengan cara auskultasi.

Tekanan darah arteri normal

Tekanan darah dalam arteri brachialis dewasa dalam keadaan istirahat pada posisi duduk

atau berbaring adalah kira-kira 120 / 70 mmHg. Tekanan arteri adalah hasil interaksi antara

curah jantung dan resistensi perifer (tahanan perifer). Sehingga, besarnya tekanan darah

tergantung oleh faktor-faktor yang mempengarui curah jantung dan atau tahanan perifer.

Umumnya peningkatan curah jantung akan mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik

dan resistensi perifer akan meningkatkan tekanan diastolic.


Emosi akan meningkatkan curah jantung sebagai akibat rangsang simpatis dengan efek

inotropik dan kronotropik positif. Sehingga, sulit untuk diperoleh tekanan darah

sesungguhnya pada individu yang dalam keadaan tegang atau emosi. Peningkatan

kekakuan arteri dengan akibat penurunan kemampuan regang arteri akan meningkatkan

tekanan darah seseorang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia seseorang.

Sirkulasi Kapiler

Jumlah darah yang terdapat pada system kapiler hanya 5 % dari keseluruhan jumlah darah.

Namun demikian, jumlah ini menjadi sangat penting karena bagian inilah yang mengalami

pertukaran dimana O2 dan zat makanan menembus dinding kapiler menuju interstisial dan

CO2 dan zat sisa metabolisme akan menuju ke dalam kapiler.

Tekanan dalam kapiler sangat bervariasi, pada kapiler kuku manusia tekanan arteriole

adalah 32 mmHg dan 15 mmHg pada ujung vena. Tekanan nadi kira-kira 5 mmHg.

Kecepatan darah pada kapiler adalah sangat rendah yaitu sekitar 0,07 cm per detik. Waktu

transit dari ujung arteriole ke ujung venule adalah sekitar 1 – 2 detik.

Sirkulasi Vena

Aliran darah melalui pembuluh darah vena terutama terjadi karena kerja jantung (pompa

jantung), walaupun terdapat pengaruh dari tekanan negatif intratorakal saat inspirasi

(pompa respirasi), dan adanya kontraksi otot rangka yang menekan vena (pompa otot).

Pompa respirasi

Waktu inspiasi tekanan intrapleura turun dari - 2,5 mmHg menjadi - 6 mmHg. Tekanan

negatif ini diteruskan ke vena besar sehingga tekanan vena besar bervariasi dari 6 mmHg

waktu ekspirasi menjadi 2 mmHg pada saat inspirasi tenang. Penurunan tekanan saat

inspirasi membantu venus return ke jantung.

Pergerakan diafragma juga membantu aliran darah vena kembali ke jantung. Tekanan

diafragma ke daerah abdominal, yang terjadi saat inspirasi, akan meningkatkan tekanan
abdomen yang akhirnya menekan darah di vena-vena abdomen ke arah jantung.

Pompa Jantung

Sisa-sisa tekanan darah arterial membantu “mendorong” darah ke arah jantung. Penurunan

tekanan atrium juga meningkatkan kemampuan jantung untuk menghisap darah masuk ke

dalam atrium waktu sistolik.

Pompa otot

Pada daerah tungkai, vena dikelilingi oleh otot rangka. Kontraksi otot pada saat bekerja

akan “memeras” vena di daerah tungkai. Kontraksi ritmis otot tungkai pada orang berdiri

akan membantu mendorong darah ke arah jantung. Hal ini mencegah pengumpulan darah

di tungkai yang dapat mengakibatkan pingsan.

Pada vena terdapat katup-katup yang berfungsi mencegah aliran balik darah akibat

gravitasi. Tekanan vena perifer dipengaruhi oleh gravitasi, dengan variasi + 0,77 mmHg

per cm di atas dan dibawah jantung.

Mekanisme Pengaturan Sistem Kardiovaskuler

Mekanisme Pengaturan Jantung

Walaupun jantung dapat memulai kontraksinya sendiri, aktivitasnya sangat dipengaruhi

oleh sistem saraf. Sehingga, aktivitas jantung tetap sesuai dengan kebutuhan tubuh. Impuls

pengaturan dilepaskan oleh pusat pengatur di otak dan sumsum tulang belakang yang

disalurkan melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dan parasimpatis

memiliki efek yang berlawanan satu sama lain. Nervus vagus adalah serabut saraf

parasimpatis yang melayani jantung.

Pusat Pengaturan Jantung

Pusat tertinggi terletak di kortek cerebri sehingga faktor fisik dan emosi dapat

mempengaruhi aktivitas jantung. Pusat berikutnya di bawah korteks adalah hipotalamus

bagian posterior yang mengirim impuls ke pusat eksitasi di medulla oblongata dan
hipotalamus bagian medial yang mengirim impuls ke pusat inhibisi di medulla oblongata.

Pusat eksitasi meneruskan impulsnya ke saraf simpatis dan pusat inhibisi meneruskan

impulsnya ke saraf parasimpatis.

Parasimpatis

Impuls yang disalurkan oleh sistem parasimpatis cenderung untuk mengurangi aktivitas jantung :
menurunkan di denyut jantung, menurunkan kemampuan konduksi, menurunkan

kontraktilitas, dan menurunkan kepekaan otot jantung. Variasi tonus vagus merupakan

faktor utama dalam perubahan denyut jantung.

Simpatis

Secara konstan mengeluarkan impuls yang cenderung untuk mengakselerasi aktivitas

jantung, diantaranya : meningkatkan frekuensi denyut jantung, meningkatkan konduktivitas,


meningkatkan kontraktilitas, dan meningkatkan kepekaan otot jantung.

Refleks Jantung.

Terdapat dua buah refleks yang melibatkan jantung, yaitu refleks eksitasi dan refleks

inhibisi jantung. Refleks ini terdiri dari lima komponen yaitu : reseptor, serabut aferen

(yang membawa impuls ke pusat refleks), pusat refleks di medulla oblongata, serabut

eferen (yang membawa impuls dari pusat refleks ke jantung), dan organ efektor yaitu

jantung.

1. Refleks Eksitasi

Stimulusnya adalah peningkatan venous return yang menuju atrium kanan.

Stimulus akan merangsang reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di dekat

muara vena cava. Baroreseptor peka terhadap perubahan tekanan. Baroreseptor

mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus vagus, ke pusat

refleks otonom di medulla oblongata. Kemudian pusat refleks mengurangi impuls

parasimpatis dan meningkatkan impuls simpatis, disalurkan melalui serabut eferen

ke jantung. Efeknya terjadi peningkatan frekuensi dan kekuatan kontraksi, dan


akhirnya peningkatan curah jantung.

2. Refleks Inhibisi

Stimulusnya adalah peningkatan tekanan arterial. Stimulasi lain seperti berasal dari

daerah abdomen dan stimulasi nyeri juga dapat menimbulkan refleks ini. Stimulus akan merangsang
reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di arcus aorta dan sinus caroticus. Baroreseptor peka
terhadap perubahan tekanan. Baroreseptor

mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus glossofaringeal

dan nervus vagus menuju ke pusat refleks otonom di medulla oblongata. Akibatnya

pusat refleks meningkatkan impuls parasimpatis dan mengurangi impuls simpatis.

Impuls ini disalurkan melalui serabut eferen ke jantung dengan akibat terjadi

penurunan frekuensi jantung dan pengurangan kekuatan kontraksi sehingga curah

jantung menurun dan akhirnya terjadi penurunan tekanan darah.

Mekanisme pengaturan vaskuler

Pengaturan pembuluh darah terutama terjadi pada arteriole sehingga memungkinkan

terjadi pengaturan distribusi darah sesuai kebutuhan tubuh dan juga untuk membantu

mengatur tekanan darah. Otot dalam arteriole dapat mengalami kontraksi untuk mengatur

diameternya. Pusat pengaturan pembuluh darah (pusat vasomotor) terletak di medulla

oblongata, pusat di atasnya diperkirakan di korteks cerebri, dan hipotalamus. Selanjutnya

impuls dari pusat vasomotor ini disalurkan melalui serabut simpatis (T1 – L2) dan

parasimpatis (S2 – S4).

Berbeda dengan jantung, dimana faktor yang penting adalah sistem parasimpatis, faktor

penting dalam pengaturan pembuluh darah adalah sistem simpatis. Sistem simpatis akan

mengakibatkan vasokonstriksi pada arteriole organ-organ dalam dan kulit, vasodilatasi

pada arteriole ini terjadi secara pasif akibat tekanan darah. Sedangkan pada arteriole otot

rangka simpatis mengakibatkan vasodilatasi. Serabut parasimpatis hanya mengatur

arteriole pada kelenjar ludah dan genital. Stimulasi parasimpatis pada kedua organ ini akan
mengakibatkan vasodilatasi. Terhadap sistem vena terjadi aktivitas kontrol yang sama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan

saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan

dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf terdiri

atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan fungsinya,

neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan

bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.

Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada

sistem saraf yakni :

a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.

Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.

b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan

duramater.

c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di

antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal.

Fungsi dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja

seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan

mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit.

Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada

tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi

penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut
saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut

saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang

serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata,

telinga, dan sebagainya.

* Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi

transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan

darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh,

dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan

dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke

seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga

menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka,

baik karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk

mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.

Komponen Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi sistem ini

dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung

berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya.

Sistem ini bertanggung jawab untuk entransportasikan darah dan zat yang dikandungnya

ke seluruh bagian tubuh manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler. . Jakarta. Penerbit: Salemba Medika

Sloane , E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

http://nissanew.blogspot.com/p/blog-page.

http://kaiean.blogspot.com/2013/05/makalah-sistem-kardiovaskuler-jantung.

Anda mungkin juga menyukai