Anda di halaman 1dari 26

SISTEM SARAF

MAKALAH

disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Kelompok 2

Kelas PB-3D

Rusydan Fikry Illiyin (200808608)

Silvia Rahmawati (200808609)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2021

0 0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................


iii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................
iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................


5

B. TUJUAN .................................................................................................................
5

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM SARAF ..........................................................................


6

B. FUNGSI SISTEM SARAF .....................................................................................


6

C. STRUKTUR SISTEM SARAF ..............................................................................


6

D. KLASIFIKASI SISTEM SARAF...........................................................................


11

E. HUBUNGAN ANTAR SEL SARAF .....................................................................


15

F. MEKANISME PENGHANTAR IMPLUS .............................................................


15

G. POTENSIAL AKSI..................................................................................................
17

H. GANGGUAN PADA SISTEM SARAF..................................................................


18

BAB III PENUTUP

ii

0 0
A. KESIMPULAN ......................................................................................................
20

B. SARAN ...................................................................................................................
20

C. EVALUASI..............................................................................................................
20

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


22

iii

0 0
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Neuron.............................................................................................................


7

Gambar 1.2 Klasifikasi saraf...............................................................................................


8

Gambar 1.3 Bentuk beberapa sel glia..................................................................................


9

Gambar 1.4 Bagaimana asterosit menyingkronkan akson terkait.......................................


10

Gambar 1.5 Sistem saraf pusat............................................................................................


11

Gambar 1.6 Sumsum tulang belakang.................................................................................


13

Gambar 1.7 Saraf kranial.....................................................................................................


14

Gambar 1.8 Sistem saraf simpatik dan parasimpatik...........................................................


15

Gambar 1.9 (A) Elemen potensial aksi (B) potensial transmembran dan durasi
potensial

aksi pada bebagai jaringan tubuh.........................................................................................


17

iv

0 0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Sistem Saraf” dengan hadirnya makalah ini
dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang demokrasi. Selawat dan
salam tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabat dan pengikutnya.

Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah


ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Arifah Purnamaningrum, M.Sc. selaku dosen mata kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia dan teman-teman semuanya yang telah memberikan
motivasinya serta semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun
makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki.
Oleh karena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

Semarang, 28 Agustus 2021

Penyusun

0 0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia dilengkapi dengan banyak sistem yang berbeda untuk


mengatur gerakan sehari-hari. Ketika kita jatuh, sensasi mengumpulkan semua
rangsangan, menyebabkan rasa sakit, dan rangsangan itu ditransmisikan ke otak.

Tubuh manusia dilengkapi dengan tiga perangkat yang mengatur aktivitas


tubuh seperti sistem saraf, endokrin (hormonal) dan sensorik. Semua aktivitas tubuh
manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf mengontrol tubuh
manusia. Denyut jantung, pernapasan, pencernaan, dan buang air kecil dikendalikan
oleh sistem saraf. Sistem saraf juga mengatur aliran darah dan osmolalitas darah.

Sistem saraf bertindak cepat sebagai respons terhadap perubahan lingkungan


yang merangsangnya. Pengaturan sistem disediakan oleh serabut saraf, sistem
hormonal yang mengatur pertumbuhan, keseimbangan internal, reproduksi dan
perilaku. Hormon bekerja jauh lebih lambat, tetapi mereka bekerja dengan mantap
dan mantap dalam jangka waktu yang lama. Indra adalah organ yang menerima
rangsangan dari luar, yang terjadi melalui pembuluh darah selama pengangkutan
hormon. Sistem koordinasi adalah sistem yang mengoordinasikan kerja semua sistem
organ sehingga dapat bekerja secara harmonis. Sistem koordinasi bekerja untuk
menerima, memproses, dan mengirim rangsangan sebagai tanggapan terhadap
rangsangan. Semua rangsangan yang kita terima melalui indera diproses oleh otak.
Otak kemudian mentransmisikan stimulus ke organ terkait.

B. Tujuan

Adapun tujuan dibuatkannya makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf
2. Untuk mengetahui fungsi sistem saraf
3. Untuk mengetahui struktur sistem saraf
4. Untuk mengetahui klasifikasi sistem saraf
5. Untuk mengetahui hubungan antar sel saraf
6. Untuk mengetahui mekanisme penghantar impuls
7. Untuk mengetahui potensial aksi
8. Untuk mengetahui gangguan pada sistem saraf

0 0
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Saraf

Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks


dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk
akibat adanya suatu stimulus. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf
tersusun oleh berjuta-juta sel saraf (neuron) yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh
sistem saraf, yaitu:
a. Reseptor adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c. Efektor adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.
B. Fungsi Sistem Saraf
Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktivitas tubuh manusia
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi, pengendali atau
pengatur kerja, dan pusat pengendali tanggapan.
a. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh. Hal ini
dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit.
Karena ada indera, dengan mudah kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi
di luar tubuh kita.
b. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga dapat bekerja
serasi sesuai dengan fungsi masing-masing.
c. Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap perubahan
keadaan di sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka
jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh.
C. Struktur Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas dua jenis sel, yaitu neuron dan glia. Neuron menerima
informasi dan mengirimkannya ke sel-sel yang lain. Sementara glia melayani banyak
fungsi yang sulit untuk dijelaskan secara singkat. Otak manusia dewasa rata-rata
mengandung sekitar 86 miliar neuron. (Herculano-Houzel, Catania, Manger, dan
Kaas, 2015; l). Jumlah pastinya bervariasi pada tiap-tiap orang.

0 0
Kita menerima begitu saja bahwa otak tersusun atas sel-sel individu. Namun,
gagasan tersebut akhir-akhir ini diragukan, sama seperti sejak awal tahun 1900-an.
Sampai kemudian, gambar mikroskopis terbaik mengungkap perincian detail
mengenai otak. Pengamat menyoroti serabut yang panjang, tipis di antara satu badan
sel dengan badan sel lain, tetapi mereka tidak bisa melihat apakah serabut itu muncul
pada sel berikutnya atau berhenti sebelum sel berikutnya. Pada akhir tahun 1800-an,
Santiago Ramón y Cajal menggunakan teknik pewarnaan yang sedang dikembangkan
untuk menunjukkan bahwa ada celah kecil yang memisahkan ujung serabut neuron
dari permukaan neuron berikutnya. Otak, seperti bagian tubuh lainnya, terdiri atas sel-
sel individu.
a. Neuron

Gambar 1.1 Neuron


Sumber: gurupendidikan.com
Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
sitoplasma, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan
menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun
dari badan sel, dendrit, dan akson.
➢ Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf.
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
➢ Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
➢ Akson (Neurit)
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat
benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann yang
akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk

0 0
neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar
disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit
ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan
nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Terdapat juga terminal akson, yaitu tempat bertemunya sel saraf
dengan sel saraf lainnya. Pada terminal akson ini terdapat sinaps, yaitu
pertemuan antara dua terminal akson. Di sinaps ada cairan yang disebut
neurotransmitter. Neurotransmitter berfungsi menghantarkan sinyal dari
terminal akson yang satu ke terminal akson lainnya.
Klasifikasi neuron berdasarkan prosesnya (melibatkan jumlah soma)
1. Unipolar (pseudounipolar)
Merupakan proses pada soma sel yang dilakukan oleh
satu dendrit dan satu neurit (axon) yang pangkalnya bersatu
sehingga seolah-olah hanya ada saty lanjutan/sambungan
yang pada ujungnya bercabang dua. Pada saraf perifer bisa
sangat panjang dan mencapai satu meter. Contohnya adalah
saraf-saraf sensorik propiosepsi (posisi tubuh). Contoh lain
saraf sensorik yang tidak panjang adalah yang ke organ
dalam (visceral) dan cita rasa.
2. Bipolar
Proses pada soma sel yang melibatkan satu dendrit dan
satu neurit yang masing-masing berproses pada kedua
ujung sel soma. Contohnya, saraf sensorik yang membawa
informasi penglihatan, penciuman, keseimbangan dan
pendengaran. Saraf di retina membawa informasi dari retina
ke sel ganglion, telinga sebelah dalam membentuk saraf no
VII di koklea dan vestibular. Saraf penciuman juga bipolar,
berangkat dari lubang hidung menuju ke saraf kranial satu.
3. Multipolar
Proses pada soma sel yang melibatkan satu neurit dan
banyak dendrit (seperti anatomi neuron pada umumnya).
Contohnya saraf pada otak sebelah atas turun ke tulang
belakang kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
4. Multipolar interneuron
Soma sel pada interneuron yang prosesnya melibatkan
banyak dendrit.

Gambar 1.2 Klasifikasi saraf


Sumber: edubio.info

0 0
Kalsifikasi neuron berdasarkan struktur dan fungsinya, dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu:
1. Sel Saraf Sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari
reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan
sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari
saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi
(intermediet).
2. Sel Saraf Motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari
sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya
berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel
saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat
pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel Saraf Intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel
ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan
berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf
sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada
di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima
impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
b. Glia
Glia (atau neuroglia) adalah komponen lain dari sistem saraf dan melakukan
banyak fungsi (lihat Gambar 1.3). Istilah glia berasal dari kata dalam bahasa
Yunani yang berarti “glue (lem)”. Hal ini mencerminkan gagasan awal dari
peneliti bahwa glia adalah seperti lem yang menahan neuron bersama. Meski
konsep ini sudah usang, tetapi istilah tersebut masih ada. Jumlah glia melebihi
jumlah neuron pada korteks otak, tetapi jumlah neuron melebihi jumlah glia pada
beberapa bagian, terutama otak kecil (Herculano-Houzel dkk., 2015; Khakh dan
Sofroniew, 2015). Secara keseluruhan, jumlahnya hampir sama. Otak memiliki
beberapa jenis glia. Atrosit bentuk-bintang membungkus sinapsis akson yang
terkait secara fungsional seperti yang ditunjukkan pada (Gambar 1.4). Dengan
mengelilingi koneksi di antara neuron, astrosit melindunginya dari sirkulasi bahan
kimia di sekitarnya (Nedergaard dan Verkhatsky, 2012). Dengan mengambil ion
dan pemancar yang dilepaskan oleh akson dan kemudian melepaskannya kembali,
astrosit juga membantu menyinkronka neuron-neuron yang terhubung dengan
erat, ini memungkinkan akson untuk mengirim pesan dalam gelombang (Martín,
Bajo-Grañeras, Moratalla, Perea, dan Araque, 2015). Astrosit penting untuk
menghasilkan ritme seperti ritme pernapasan Anda (Morquette dkk., 2015).

10

0 0
Gambar 1.3 Bentuk beberapa sel glia
Sumber: J. W. Kalat. 2020
Oligodendrosit menghasilkan selubung mielin yang melindungi akson
vertebrata tertentu dalam sistem saraf pusat; Sel Schwann memiliki fungsi serupa
di pinggiran. Oligodendrosit yang ditunjukkan di sini membentuk segmen
selubung mielin untuk dua akson; faktanya, setiap oligodendrosit membentuk
segmen-segmen seperti itu selama 30 hingga 50 akson. Astrosit melewati bahan
kimia bolak-balik antara neuron dan darah dan di antara neuron sekitar. Mikroglia
berkembang biak di berbagai daerah kerusakan otak dan menghilangkan bahan
beracun. Glia radial (tidak ditampilkan di sini) memandu migrasi neuron selama
embriologi. Glia juga punya fungsi yang lain.

Gambar 1.4 Bagaimana astrosit menyinkronkan akson terkait


Sumber: J. W. Kalat. 2020
Cabang-cabang astrosit (di tengah) mengelilingi terminal presinaptik akson
terkait. Jika beberapa dari cabang-cabang astrosit tersebut aktif sekaligus, astrosit
itu menyerap beberapa bahan kimia yang dilepaskan. Kemudian untuk sementara
menghambat semua akson yang terhubung. Ketika penghambatan berhenti maka
semua akson siap untuk merespons lagi dalam sinkronisasi. (Sumber: Berdasarkan
Antanitus, 1998)
Astrosit melebarkan pembuluh darah untuk membawa lebih banyak nutrisi ke
area otak yang memiliki aktivitas tinggi (Filosa dkk., 2006; Takano dkk., 2006).
Ini biasanya terkait dengan pemrosesan informasi, tetapi belum dapat dipastikan.
Menurut sebuah hipotesis yang populer dikenal sebagai sinaps tripartit, ujung
akson melepaskan bahan kimia yang menyebabkan astrosit di dekatnya

11

0 0
melepaskan bahan kimianya sendiri, sehingga memperbesar atau memodifikasi
pesan ke neuron berikutnya (Ben Achour dan Pascual, 2012). Proses inilah yang
menjadi latar belakang dalam pembelajaran dan memori (De Pitta, Brunel, dan
Volterra, 2016). Pada beberapa area otak, astrosit juga merespons hormon,
sehingga memengaruhi neuron (Kim dkk., 2014). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
astrosit adalah mitra aktif neuron dalam banyak hal.
Sel-sel kecil yang disebut mikroglia bertindak sebagai bagian dari sistem
kekebalan, yaitu menghilangkan virus dan jamur dari otak. Mikroglia berkembang
biak setelah adanya kerusakan otak dengan memindahkan neuron yang mati atau
rusak (Brown dan Neher, 2014). Mikroglia juga berkontribusi dalam belajar
dengan menghilangkan sinapsis terlemah (Zhan dkk., 2014). Oligodendrocytes
atau oligodendrosit di otak dan sumsum tulang belakang dan sel Schwann di
pinggiran tubuh membangun selubung mielin yang mengelilingi dan melindungi
akson vertebrata tertentu. Oligodendrosit juga memasok akson dengan nutrisi
yang diperlukan untuk fungsi yang tepat (Y. Lee dkk., 2012). Glia radial memandu
migrasi neuron dan akson dengan dendritnya selama perkembangan embrio.
Ketika perkembangan embriologis selesai maka sebagian besar radial glia
berdiferensiasi ke dalam neuron dan jumlah yang lebih kecil berdiferensiasi
menjadi astrosit dan oligodendrosit (Pinto dan Götz, 2007).
D. Klasifikasi Sistem Saraf
Sistem saraf bekerja berdasarkan impuls elektrokimia, untuk melayani tubuh
dengan berbagai macam cara. Sistem saraf berfungsi sebagai peninjau bagi tubuh dan
pengumpul informasi tentang dunia diluar maupun didalam tubuh kita. Selain itu juga
berfungsi sebagai pusat komunikasi umu, pusat pemetaan strategi, dan sebagai
pembuat keputusan dalam segala sesuatu yang dilakukan tubuh.
a. Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat merupakan bagian sistem saraf yang
mengkoodinasikan semua fungsi saraf.

Gambar 1.5 Sistem saraf pusat


Sumber: hellosehat.com
Sistem saraf pusat berfungsi menerima semua rangsangsaraf dari luar
tubuh (eketroseptor) dan dari dalam tubuh (interoseptor). Sistem saraf pusat
juga bertindak sebagai pusat integrasi dan komunikasi.

12

0 0
Sistem saraf pusat terdiri atas:
5. Otak
Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri
dan kanan. Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan.
Sebaliknya, otak kanan mengendalikan tubuh bagian kiri.
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar
(cerebrum), otak tengah, otak kecil (cerebellum), dan
sumsum lanjutan.
✓ Otak Besar (cerebrum)
Merupakan bagian terbesar otak dengan
permukaan berlipat-lipat. Diduga, semakin
banyak lipatannya semakin cerdas seseorang.
Serebrum terdiri atas 2 belahan (hemisfer) yang
dipisahkan oleh fisura longitudinal. Kedua
hemisfer dihubungkan oleh sejumlah serabut
saraf yang disebut korpus kalosum. Melalui
serabut ini, impuls diteruskan dari satu hemisfer
ke hemisfer lain. Otak besar terdiri atas: (a) Otak
depan (lobus frontalis), merupakan pengendali
gerakan otot. (b) Otak belakang (lobus
oksipitalis), merupakan pusat penglihatan. (c)
Otak samping (lobus temporalis), merupakan
pusat pendengaran.
✓ Otak Tengah
Terletak di depan otak kecil. Bagian otak
tengah adalah lobus optikus yang berhubungan
dengan gerak refleks mata. Pada dasar otak
tengah terdapat kumpulan badan sel saraf
(ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol
gerakan dan kedudukan tubuh.
✓ Otak Depan
Terdiri atas talamus dan hipotalamus.
Talamus berfungsi menerima semua rangsang
dari reseptor, kecuali bau-bauan, dan
meneruskannya ke area sensorik. Hipotalamus
berperan dalam pengaturan suhu tubuh, pengatur
nutrisi, pengaturan agar tetap sadar, dan
penumbuhan sikap agresif. Hipotalamus juga
merupakan tempat sekresi hormon yang
mempengaruhi pengeluaran hormon pada
hipofisis.
✓ Otak Kecil (Cerebellum)
Terletak di depan sumsum lanjutan
(medula oblongata). Otak kecil merupakan pusat

13

0 0
keseimbangan gerak dan koordinasi gerak otot
serta posisi tubuh. Tepat di bagian bawah
serebelum terdapat jembatan varol yang
berfungsi menghantarkan impuls otot-otot
bagian kiri dan kanan tubuh. Jembatan varol ini
juga menghubungkan otak besar dengan otak
kecil.
✓ Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata)
Disebut juga batang otak, merupakan
lanjutan otak yang menghubungkan otak dengan
sumsum tulang belakang. Fungsinya untuk
mengatur denyut jantung, pelebaran dan
penyempitan pembuluh darah, gerak menelan,
bersin, bersendawa, batuk, dan muntah. Di
sumsum lanjutan terdapat bagian yang
menghubungkan otak dan sumsum tulang
belakang yang dinamakan Pons.
6. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Terdapat di dalam rongga tulang belakang. Fungsinya
sebagai penghubung impuls dari dan ke otak, memberi
kemungkinan gerak refleks. Medula spinalis bagian luar
berwarna putih dan bagian dalam kelabu.

Gambar 1.6 Sumsum tulang belakang


Sumber: psychologymania.com
b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi merupakan saraf-saraf yang membawa impuls dari
dan ke sistem saraf pusat. sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar
dan sistem saraf tidak sadar.
1. Sistem Saraf Sadar (Saraf Somatis)
Saraf sadar adalah saraf yang rangsangannya
disampaikan ke pusat reseptor yaitu kepusat motoris pada
serebrum. Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi
atas saraf kranial dan saraf spinal yang masing-masing

14

0 0
berpasangan, serta ganglia (tunggal: ganglion). Saraf
kranial merupakan semua saraf yang keluar dari permukaan
dorsal otak. Saraf spinal ialah semua saraf yang keluar dari
kedua sisi tulang belakang. Masing-masing saraf ini
mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang
berbeda. Sementara itu, ganglia merupakan kumpul an
badan sel saraf yang membentuk simpu simpul saraf dan di
luar sistem saraf pusat.
Saraf somatis terdiri dari dua macam saraf, yaitu:
✓ Afferent Nerves (saraf aferen), yang membawa
input sensoris dari reseptor di seluruh bagian
tubuh, seperti kulit, kuping, mata, yang
kemudian akan diteruskan ke CNS.
✓ Efferent Nerves (saraf eferen), yang membawa
sinyal dari CNS menuju otot dan kelenjar

Gambar 1.7 Saraf kranial


Sumber: bangsalsehat.com
2. Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)
Saraf otonom adalah saraf yang rangsangannya tidak
disampaikan ke otak. Sistem saraf otonom mengontrol
kegiatan organ-organ dalam. Berdasarkan sifat kerjanya,
saraf otoom dibedakan menjadi dua, yakni:
✓ Sympathetic Nerves (saraf simpatetik), yang
menstimulasi, mengorganisasi, dan memobilisasi
sumber-sumber energi dalam tubuh untuk
menghadapi situasi yang menakutkan atau tidak
menyenangkan.
✓ Parasymphatetic Nerves (saraf parasimpatetik),
yang menyimpan energi dalam tubuh dan bereaksi
dalam menghadapi situasi yang menyenangkan.

15

0 0
Gambar 1.8 Sistem saraf simpatik dan parasimpatik

Sumber: pojokcerdas.com

E. Hubungan Antar Sel Saraf


Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel
saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan
sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan
sel saraf motorik. Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan.
Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit
dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat
kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan
dalam mentransfer impuls pada sinapsis.
F. Mekanisme Penghantar Impuls
Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik yang
menjalari serabut saraf. Impuls ini akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerakan
dibedakan menjadi dua yaitu gerak sadar dan gerak refleks. Gerak sadar merpakan
gerakan yang terjadi karena disengaja atau disadari, sedangkan gerak refleks adalah
gerakan yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls akan menyebabkan
terjadinya gerakan.
a. Gerak sadar (disengaja/disadari): impuls  reseptor/indra  saraf sensoris
 otak  saraf motor  efektor/otot

16

0 0
b. Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari): Impuls  reseptor/indra 
saraf sensoris  sumsum tulang belakang  saraf motor  efektor/otot.
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui sel saraf
dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1) Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.
Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar
dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan
bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan
perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara satu
sampai dengan 1—120 m/s, tergantung pada diameter akson dan ada
atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk
sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk
dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang
kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan
impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di
atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2) Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan
neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak
membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis
terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter;
yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan
sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel
berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila
impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan
melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang
terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak.
Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan
menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.

17

0 0
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka
akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh
membran post-sinapsis.

G. Potensial Aksi

Potensial aksi sesungguhnya tejadi di seluruh membran sel, hal ini didasarkan
oleh adanya perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium antara intra-seluler dan
ekstra-seluler. Perbedaan gradien konsentrasi ion tersebut dipertahankan oleh adanya
suatu enzim pada membran sel yang disebut dengan enzim Na-K ATPase atau dalam
istilah lainnya disebut pompa Na-K. Pompa Na K ini bekerja dengan cara mentranfer
tiga ion Natrium keluar sel serta 2 ion Kalium ke dalam sel. Gradien konsentrasi ini
menyebabkan adanya potensial positif di luar membran sel dan potensial negatif di
dalam sel. Perbedaan potensial membran ini disebut sebagai Resting Membrane
Potential. Sitoplasma sel memiliki potensial listrik sebesar -60 hingga -80 mV
diabandingkan dengan cairan ekstraseluler.

Ketika suatu saluran ion tertentu terbuka maka akan terjadi perpindahan ion
menuruni gradien konsentrasinya. Potensial aksi merupakan suatu perubahan yang
cepat pada membran sel saraf akibat terbukanya saluran ion Natrium dan terjadi
influks Natrium menuruni gradien konsentrasinya. Akibatnya meningkatnya jumlah
Natrium di dalam sel, sedangkan jumlah Kalium tetap maka terjadi perubahan
potensial listrik membran dimana potensial listrik intraseluler menjadi lebih positif
dibandingkan ektraseluler. Setelah terjadi depolarisasi maka resting membrane
potential akan dikembalikan lagi melalui suatu proses yang disebut dengan
repolarisasi. Pada proses ini saluran Natrium yang tadi terbuka akan menutup dan
diikuti dengan terbukanya saluran Kalium. Kalium akan berpindah keluar sel
menuruni gradien konsentrasinya dan mengembalikan potensial membran dalam sel
menjadi negatif.

Gambar 1.9
(A) Elemen Potensial Aksi (B) Potensial Transmembran dan Durasi Potensial Aksi

18

0 0
pada Bebagai Jaringan Tubuh
Sumber: N. P. W. Pradnyawati, 2017

a. Penyebaran potensial aksi

Potensial Aksi menyebar di sepanjang serabut saraf dan hal ini


merupakan dasar mekanisme transmisi sinyal pada sistem saraf. Potensial aksi
menyebar disepanjang perjalanan serabut saraf melalui mekanisme
depolarisasi sistem saraf. Depolarisasi di sepanjang serabut saraf inilah yang
kita kenal dengan istilah impuls saraf. Biasanya keseluruhan potensial aksi
akan berlangsung selama kurang dari 1 millisecond.

Selama terjadinya potensial aksi, membran sel saraf berada dalam


keadaan sulit untuk mengalami stimulasi lanjutan. Kondisi ini disebut sebagai
suatu kondisi absolute refractory period. Kondisi ini terjadi karena
keberadaan saluran ion Natrium yang berada dalam kondisi inaktif dalam
jumlah yang besar selama periode tersebut. Namun pada akhir periode
potensial aksi, stimulus yang lebih kuat dari normal dapat menimbulkan
munculnya potensial aksi sekunder. Kondisi ini dinamakan sebagai relative
refractory period. Kondisi ini menandakan bahwa perlunya untuk
mengaktivasi beberapa saluran ion Natrium untuk memicu munculnya
potensial aksi.

b. Potensial aksi abnormal

Defisiensi kalsium pada cairan ekstraseluler (hipokalsemia) akan


mencegah penutupan saluran ion natrium diantara potensial aksi. Kondisi ini
akan menyebabkan masuknya natrium secara terus-menerus ke dalam sel
sehingga sel mengalami depolarisasi yang berkepanjangan atau mengalami
potensial aksi yang berulang. Suatu kondisi yang kita kenal dengan istilah
tetani. Begitu pula sebaliknya, dimana tingginya kadar ion kalsium di dalam
darah akan mengurangi permeabilitas membran sel terhadap natrium. Hal ini
akan mengurangi eksitabilitas sel saraf untuk mengalami depolarisasi.

Rendahnya konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluelr akan


meningkatkan potensial negatif membran di dalam sel saraf. Akibatnya akan
terjadi hiperpolarisasi sel saraf dan penurunan eksitabilitas membran sel saraf
karena sulit untuk mencapai nilai ambang untuk terjadi potensial aksi.

19

0 0
Kelemahan otot skeletal yang terjadi setelah seseorang mengalami
hipokalemia merupakan hasil dari terjadinya hiperpolarisasi dari membran sel
otot skeleton tersebut. Obat anestesi lokal akan menurunkan permeabilitas
membran sel saraf terhadap ion natrium, mencegah tercapainya nilai ambang
untuk memunculkan suatu potensial aksi. Blokade saluran ion sodium pada
jantung menggunakan obat anestesi lokal akan menimbulkan gangguan
konduksi impuls dan menurunkan kontraktilitas otot jantung.

H. Gangguan pada Sistem Saraf

Sistem saraf pada manusia dapat mengalami kelainan atau penyakit.


Penyebabnya dapat berasal dari lingkungan (luar) atau dari dalam tubuh, antara lain
sebagai berikut:

1) Epilepsi, yaitu suatu keadaan, bukan suatu penyakit, serangan muncul jika otak,
atau bagian dari otak tiba-tiba berhenti bekerja sebagaimana mestinya selama
beberapa saat.

2) Meningitis merupakan radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.

3) Ensefalitis merupakan peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.

4) Neuritis merupakan gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau


tekanan.

5) Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan
metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1,
B6, dan B12).

6) Epilepsi (ayan) merupakan penyakit serangan mendadak karena trauma kepala,


tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.

7) Alzheimer merupakan sindrom kematian sel otak secara bersamaan.

8) Gegar otak merupakan bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan


perubahan fungsi mental atau kesadaran.

20

0 0
9) Stroke, merupakan penyakit yang timbul karena pembuluh darah di otak
tersumbat atau pecah sehingga otak menjadi rusak. Penyebab penyumbatan ini
ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga
karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita stroke
misalnya wajah yang tak simetris.

10) Amnesia, merupakan gangguan yang terjadi pada otak karena disebabkan
goncangan batin atau cidera. Ciri gangguan ini yakni hilangnya kemampuan
seseorang mengenali dan mengingat kejadian masa lampau dalam kurun waktu
tertentu.

11) Parkinson, merupakan penyakit yang terjadi karena kekurangan neurotransmiter


dopamine pada dasar ganglion. Secara fi sik, penderita ini memiliki ciri tangan
gemetaran saat istirahat, gerak susah, mata sulit berkedip, dan otot kaku sehingga
salah satu cirinya adalah langkah kaki menjadi kaku.

12) Poliomielitis, ialah penyakit yang menyerang neuron-neuron motorik sistem saraf
pusat terutama otak dan medula spinalis oleh infeksi virus. Penderitanya
mengalami berbagai gejala seperti panas, sakit kepala, kaki duduk, sakit otot, dan
kelumpuhan.

21

0 0
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

Meskipun makalah ini telah di usahakan penyusun sedetail dan secermat mungkin,
namun tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
segi penjelasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif serta koreksi dari pembaca. Dan
semoga makalah ini bisa membawa manfaat

C. Evaluasi

1) Manakah bagian neuron yang memiliki gen sendiri, yang terpisah dari inti?

A. Ribosom

22

0 0
B. Mitokondria

C. Akson

D. Dendrit

2) Di bawah yang bukan merupakan fungsi sitem saraf adalah …

A. Alat mencari uang

B. Alat komunikasi

C. Pengatur kerja organ

D. Pengendali tanggapan

3) Apa yang dilakukan oleh akson efferent?

A. Mengontrol perilaku tak disengaja

B. Mengontrol perilaku disengaja

C. Membawa output dari suatu struktur

D. Membawa informasi ke dalam struktur

4) Perjalanan impuls melintasi sinapsis melibatkan zat yang dinamakan …

A. Ganglio

B. Neurotransmitter

23

0 0
C. Akson

D. Dendrit

5) Bagian otak yang mempunyai fungsi untuk mengatur penglihatan yaitu …

A. cerebellum

B. Lobus parientalis

C. Lobus frontalis

D. Lobus oksipitalis

Kunci jawaban

1) B

2) A

3) C

4) B

5) D

24

0 0
25

0 0
DAFTAR PUSTAKA

Bauman, R. and Steve, D. 1991. Human dan Anatomy and Physiology, Laboratory. Whittier
Publications Inc, United States of America.

Ichsan, I. Z., Rusdi, R., &Sartono, N. 2017. Hasil Belajar Sistem Saraf Menggunakan Film
Pendek. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 10(2): 49-59.

Kalat, J.W. 2020. Biological Psychology, 13th ed. Penerjemah: Fatmah Nurjanti. Penerbit
Salemba Humanika: Jakarta selatan

Kusuma, Risnawati Nur. 2020. Sistem Koordinasi Biologi Kelas XI. Direktorat SMA,
Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN: Makassar

Lestari, Hana. 2019. Jaringan Hewan. Pustekkom Kemdikbud. Diakases pada 28 Agustus
2021 https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Biologi%20Jaringan
%20hewan-BB/Topik-4.html

Nugraeni. 2017. Pend. Biologi-S1. Jurnal Student UNY, 6(4): 50-57.

Pradnyawati, N. P. W dan Made Agus K. S. 2017.Neurofisiologi. Bagian Anestesi Dan Terapi


Intensif Rsup Sanglah Denpasar/ Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Rae-Dupree, J. and Pat. 2007. Anatomy and Physiology for Dummies. Wiley Publishing Inc.,
Indiana.

26

0 0

Anda mungkin juga menyukai