Anda di halaman 1dari 45

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Membran Plasma dan
Permeabilitas” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan
salam, kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah
ilmu kepada umat manusia berupa agama Islam.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah


mendukung dan menyelesaikan makalah ini:

1. Desi Kartikasari, M.Si.. selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan
yang telah memberikan arahan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Serta teman-teman Tadris Biologi 5A dan semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan semangat.

Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini belum sempurna, baik dari
segi penulisannya maupun dari segi makalah itu sendiri. Oleh karena itu, kami
menerima saran dan kritikan dari pembaca makalah ini untuk masa mendatang.

Tulungagung, 12 September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................... II

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... IV

BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Perkembangan Sistem Saraf Pada Hewan Simetri Bilateral Mulai dari


Cacing Pipih Sampai Serangga ......................................................... 3
B. Mekanisme Penyebaran Impuls Saraf pada Sistem Saraf Difusi ........ 5
C. Adanya Pusat Saraf Gerakan Hewan Menjadi Fleksibel ..................... 7
D. Organisasi Sistem saraf pada Hewan Vertebrata ............................... 8
E. Klasifikasi Sel Saraf Berdasarkan Struktur dan Fungsinya ................ 13
F. Hubungan Fungsional Antara Neuron Aferen , Penghubung, dan
Eferen ............................................................................................... 17
G. Struktur dan Fungsi Antara Sel Saraf dan Sel Glia ............................. 18
H. Sistem Pelindung Sistem Saraf Pusat ................................................ 21
I. Macam-Macam Hubungan Antar Neuron .......................................... 23
J. Sistem Saraf Otonom........................................................................ 24
K. Struktur dan Fungsi Sistem Saraf Somatik dengan Sistem Saraf
Otonom ............................................................................................. 27
L. Perbedaan antara Refleks Monosinaptik dengan Refleks Polisinaptik
M. Merancang Model atau Mencari Analogi Alat Menggambarkan
Mekanisme ........................................................................................ 32

II
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 38

A. Kesimpulan ....................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 39

III
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Saraf Cacing Pipih............................................................ 3

Gambar 2. Crustacea ..................................................................................... 4

Gambar 3. Pusat Saraf / Sistem Saraf Pusat Hewan ....................................... 7

Gambar 4. Skema Organisasi Vertebrata ....................................................... 8

Gambar 5. Anatomi System Saraf Pusat Vertebrata ....................................... 10

Gambar 6. Saraf Simpatik dan Parasimpatik Pada Vertebrata ........................ 11

Gambar 7. Struktur Utama Neuron ................................................................ 13

Gambar 8. Tipe-tipe Neuron Pada Beberapa Hewan ...................................... 16

Gambar 9. Sel Glia Vertebrata ...................................................................... 16

Gambar 10. Hubungan Fungsional Antara Neuron Eferen, Penghubung dan


Aferen........................................................................................................... 18

Gambar 11. Struktur Neuron ......................................................................... 21

Gambar 12. Selaput Pelindung Otak.............................................................. 24

Gambar 13. Sistem Saraf Otonom ................................................................. 24

Gambar 14. Refleks Monosinaptik ................................................................ 39

Gambar 15. Refleks Polisinaptik ................................................................... 30

Gambar 16. Representasi skematis sistem saraf otonom ................................ 32

Gambar 17. Diagram Skematis Sistem Saraf Otonom Tepi............................ 33

Gambar 18. Penggambaran Skematis Ujung Saraf Simpatetik Pascaganglionik34

Gambar 19. Biosintesis Norepinefrin dan Epinefrin Pada Terminal Saraf


Simpatetik dan Medula Adrenal .................................................................... 34

Gambar 20. Pelepasan dan Penyerapan Kembali Norepinefrin Pada Terminal


Saraf Simpatetik ........................................................................................... 36

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem koordinasi pada hewan yakni meliputi sistem saraf beserta indera
dan sistem endokrin hormon) dan sistem saraf bersama-sama dengan sistem
hormonal memegang peranan penting dalam koordinasi dan pengaturan semua
aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Sistem saraf merupakan sistem yang khas
bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang
dimiliki oleh hewan berbeda - beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin
komplek sistem sarafnya. Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impuls
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan,
karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki
oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks
sistem sarafnya. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai
bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai


(berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel
saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal
dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan
tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls)
yang berupa rangsang atau tanggapan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sistem saraf pada hewan simetri bilateral, mulai
daric acing pipih hingga serangga ?
2. Bagaimana mekanisme penyebaran impuls saraf pada sistem saraf difus ?
3. Apa dengan adanya pusat sistem saraf gerakan hewan akan menjadi fleksibel ?
4. Bagaimana skema pembagian organisasi sistem saraf pada Vertebrata ?

1
5. Bagaimana klasifikasi sel saraf berdasarkan berdasarkan strukturnya dan
fungsinya.?
6. Bagaimana gambar skematis yang menunjukkan letak dan hubungan
fungsional antara neuron aferen, penghubung dan eferen ?

7. Apa saja perbedaan struktur dan fungsi antara sel saraf dan sel glial ?
8. Sebutkan sistem pelindung sistem saraf pusat ?
9. Sebutkan bermacam-macam hubungan antar neuron ?

10. Apa perbedaan struktur dan fungsi sistem saraf somatik dengan sistem saraf
otonom ?
11. Bagaimana skematis perbedaan antara refleks monosinaptik dengan refleks
polisinaptik ?
12. Bagaimana mekanisme kerja sistem saraf otonom ?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan saraf pada hewan simetri bilateral, mulai dari
cacing pipih sampai serangga.
2. Mengetahui mekanisme penyebaran impuls saraf pada saraf difus.
3. Mengetahui adanya pusat sistem saraf, gerakan hewan menjadi fleksibel.
4. Mengetahui skema pembagian organisasi sistem saraf pada vertebrata.
5. Mengetahui klasifikasi sel saraf berdasarkan berdasarkan strukturnya dan
fungsinya.
6. Mengetahui skematis yang menunjukkan letak dan hubungan fungsional antara
neuron aferen, penghubung dan eferen.
7. Mengetahui perbedaan struktur dan fungsi antara sel saraf dan sel glial.
8. Mengetahui sistem pelindung sistem saraf pusat.
9. Mengetahui bermacam-macam hubungan antar neuron.
10. Mengetahui perbedaan struktur dan fungsi sistem saraf somatik dengan sistem
saraf otonom.
11. Mengetahui skematis perbedaan antara refleks monosinaptik dengan refleks
polisinaptik.
12. Mengetahui mekanisme kerja sistem saraf otonom.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sistem Saraf Pada Hewan Simetri Bilateral Mulai Dari
Cacing Pipih Sampai Serangga

a). Sistem Saraf Cacing Pipih ( Platyhelminthes )

Sistem saraf platyhelminthes disebut sistem saraf tangga tali. Pada sistem
saraf ini sendiri terdiri atas sepasang ganglion otak dan serabut-serabut saraf.
Ganglion otak akan memanjang mulai dari bagian anterior sampai kebagian
posterior. Serabut-serabut saraf yang keluar dari ganglion otak akan saling
berhubungan dan membentuk seperti anak tangga. Berikut gambar dari sistem saraf
cacing pipih.

Gambar 1. Sistem saraf cacing pipih.

Ada beberapa macam sistem saraf pada cacing pipih sebagai berikut :

 Sistem saraf tangga tali merupakan sistem saraf yang paling sederhana. Pada
sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion
otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion
otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan
tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.

 Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat
tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori

3
(sel pembawa sinyal dari indra ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari
otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).1

b). Sistem Saraf Pada Lobster / Udang ( Crustacea )

Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali,


dengan ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba),
mata (indra penglihatan), dan statokista (indra keseimbangan). Pada udang
atau lobster terdapat “otak” di sebelah dorsal, dengan dua buah penghubung
sirkumesofageal, dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral.
Ganglion ventral pertama besar, berhubungan dengan beberapa persatuan
ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral. 2

Gambar 2. Crustacea

c). Sistem Saraf Serangga

Jaringan sistem saraf pada serangga dibagi menjadi, jaringan saraf


pusat (central nervous system) dan jaringan saraf dalam (stomatodeal
nervous system). Pada dasarnya jaringan saraf pusat terdiri atas Serangga
merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata) yang
tergolong dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia. ebuah otak
(Supraeo\sophageal ganglion) yang terletak di bagian kepala, otak dan tali
saraf ventral yang berpangkal di otak terus ke sepanjang abdomen di bagian

1
Rahmadina. Modul Ajar Taksanomi Invertebrata. Fakultas Sains Dan Teknologi UINSU Medan.
2019. Hal 63.
2
Syafrudin. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan Kota
Palangakaraya Provinsi Kalimantan Tengah. 2016. Hal 7.

4
ventral rongga tubuh. Pada setiap segmen terjadi pengumpulan sel saraf
yang kemudian dinamakan ganglion. Sistem saraf pusat tersebut mengawasi
dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas tubuh serangga. Sistem saraf pusat
pada dasarnya, sistem saraf pusat dibentuk dari otak, terletak di kepala dan
cord saraf ventral yang memanjang dari otak ke abomen sepanjang dasar
rongga tubuh. Sistem saraf pusat mengkoordinir aktivitas tubuh serangga
dan pada jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system) atau sistem
saraf visceral adalah sistem stomodeal yang berfungsi untuk mengontrol
aktivitas usus anterior dan pembuluh dorsal.

Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang terhubung ke otak dan
ganglia kecil lainnya. Sistem saraf stomodeal (stomodeal nervous system)
mengatur aktivitas dari usus bagian depan dan pembuluh bagian punggung.
Sistem saraf ini terdiri atas saraf frontal (frontal ganglion) yang
dihubungkan ke otakdan saraf lain yang lebih kecil. Saraf-saraf ini
mengawali terbentuknya pasangan saraf yang mencakup sistem pencernaan
dan dua pasang kelenjar endokrin (korpora kardiaka dan korpora alata).
Kelenjar ini berperan dalam pertumbuhan serangga. Bagian lain dari sistem
saraf stomodeal adalah sistem perasa ventral yang meliputi spirakel dan
sistem perasa kandel yang berperan dalam aktivitas reproduksi.3

2.2 Mekanisme Penyebaran Impuls Saraf Pada Sistem Saraf Difus

Penyebaran impuls saraf pada sistem saraf difus ada 2 mekanisme


penyebaran yaitu, sebagai berikut :

a. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan


melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat,
kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam
sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan

3
Imran, Ainun, dkk. FISIOLOGI SERANGGA ( Sistem Saraf dan Organ Perasa/Indera, Sistem Endokrin
dan Sistem Reproduksi Serangga). FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN ALAUDDIN MAKASSAR.
2021.

5
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui
oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula
(potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500
sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel
yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat
merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls
akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat
menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu
daripada impuls yang lemah. 4

b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis

Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan
sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran
ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis.
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur
dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf

4
Purnamasari, Risa, dkk. Fisiologi Hewan. (Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel :
Surabaya). 2017. Hal 26.

6
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan
oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran
prasinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang
mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. 5

2.3 Adanya pusat saraf Gerakan Hewan Menjadi Fleksibel

Pusat saraf atau sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medula
spinalis. Tidak ada bagian otak yang bekerja sendiri dan terpisah dari bagian-bagian
otak lain karena anyaman neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps,
dan neuron-neuron di seluruh otak berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain
dengan cara listrik atau kimiawi. Akan tetapi, neuron-neuron yang bekerja sama
untuk melaksanakan fungsi tertentu cenderung tersusun dalam lokasi yang terpisah.
Karena itu, meskipun merupakan suatu keseluruhan yang fungsional, otak tersusun
menjadi bagian-bagian yang berbeda. Bagian-bagian otak dapat dikelompokkan
dalam berbagai cara bergantung pada perbedaan anatomik, spesialisasi fungsi, dan
perkembangan evolusi.

Gambar 3. Pusat saraf/Sistem saraf pusat hewan.

System saraf pusat dan fungsinya Medula spinalis memiliki lokasi strategis
antara otak dan serat aferen dan eferen susunan saraf tepi. Lokasi ini
memungkinkan medula spinalis memenuhi dua fungsi primernya, yaitu sebagai
penghubung untuk transmisi informasi antara otak dan bagian tubuh lainnya dan

5
Ibid., Hal 27.

7
mengintegrasikan aktivitas refleks antara masukan aferen dan keluaran eferen tanpa
6
melibatkan otak dan itu akan menyebabkan gerakan hewan menjadi fleksibel.

2.4 Organisasi Sistem Saraf pada Hewan Vertebrata

Sistem saraf vertebrata secara struktural dan fungsional beragam. semua


sistem saraf vertebrata mempunyai beberapa kemiripan mendasar, yaitu adanya
unsur pusat dan tepi yang jelas dan sepalisasi yang tinggi. Pada system saraf pusat
terdapat Otak dan sumsum tulang belakang. Otak menyediakan kemampuan
integratif yang mendasari. Sumsum tulang belakang yang membentang sepanjang
tulang belakang atau spinal, mengintegrasikan respons yang sederhana terhadap
jenis stimulus tertentu dan mengirimkan informasi ke dan dari otak. Sedangka pada
saraf tepi tersusun atas saraf kranial dan saraf spinal yang berpasangan.

Gambar 4. Skema organisasi Vertebrata (Rina Delfita, 2019)

6
Purnamasari, Risa, dkk. Fisiologi Hewan. (Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel :
Surabaya). 2017. Hal 15-16.

8
1. Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf
Otak vertebrata berkembang dari tiga perbesaran anterior sum-sum
tulang belakang, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak
depan vertebrata memiliki dua bagian, yaitu diensefalon dan telensefalon.
Diensefalon terdiri atas talamus, hipotalamus dan pituitary posterior,
berfungsi sebagai pusat pengaturan. Talamus berfungsi sebagai pusat
integrasi untuk input dari semua sistem sensori, sebagai “stasiun relay”
untuk saluran informasi sensori ke serebral bagian korteks yang tepat, dan
sebagai saluran informasi motor kearah korda spinalis. Bagian depan
diensefalon adalah hipotalamus, yang banyak terlibat dalam pengaturan
tubuh. Hipotalamus banyak mengandung neurosekretori yang memproduksi
hormon-hormon yang dibebaskan ke pituitari anterior. Fungsi hipotalamus
adalah
a) Mengatur suhu tubuh dalam;
b) Mengontrol osmoregulasi;
c) Mengontrol fungsi viseral dan reaksi emosional, misalnya ingin
makan, minum, marah, nafsu seksual dan sebagainya;
d) Mengontrol tingkah laku instingtif.

Telensefalon terdiri atas serebrum (belahan serebral, korteks


serebral, bahan putih dan nukleus basal). Korteks serebral adalah bagian
otak manusia yang paling besar dan sangat kompleks. Khususnya pada
mamalia, perilaku yang canggih dan rumit sering dikaitkan dengan ukuran
relatif korteks serebral dan adanya pelekukan yang meningkatkan luas
permukaannya. Meskipun tebalnya kurang dari 5 mm, korteks serebral
manusia mempunyai luas permukaan sekitar 0,5 m2 dan menempati sekitar
80% dari total masa otak. Nukleus basal/ganglia basal merupakan pusat
motoris yang bertindak sebagai saklar untuk impuls dari sistem motoris lain.
Telensefalon pada ikan dan amfibi berfungsi sebagai pusat
penciuman/olfaktori dan menerima input dari bulbus olfaktori. Pada reptil
dan burung bagian ini berfungsi sebagai suatu lobus olfaktori. Bahan putih
mempunyai badan sel saraf, dendrit dan akson yang tidak bermielin.

9
Gambar 5. Anaomi system saraf pusat vertebrata (Rina Delfita, 2019)

Otak tengah atau bagian batang otak vertebrata hanya mengalami


perubahan ukuran sedikit saja, tetapi dalam fungsi mengalami perubahan
yang besar. Pada ikan dan amfibi berfungsi sebagai pusat pengontrol
tingkah laku. Pada mamalia berfungsi dalam kontrol homeostasis,
koordinasi pergerakan, penghantaran dan pengiriman informasi ke pusat
otak yang lebih tinggi, yaitu medula oblongata dan pons. Sedangkan Otak
belakang terbagi menjadi dua yaitu pons dan medula oblongata. Medula
olongata dan pons berfungsi sebagai pusat yang mengatur beberapa fungsi
viseral (otonom dan homeostasis), yang meliputi pernapasan, jantung,
aktivitas pembuluh darah, penelanan, muntah dan pencernaan.

2. Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi vertebrata mempunyai beberapa komponen yang
berbeda dalam hal organisasi dan fungsi. Secara structural sistem saraf tepi
vertebrata terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal yang berpasangan. Saraf
kranial berasal dari otak yang menginervasi organ kepala dan tubuh bagian

10
atas. Saraf spinal berasal dari sum-sum tulang belakang dan menginervasi
keseluruhan tubuh. Mamalia mempunyai 12 pasang saraf kranial dan 31
pasang saraf spinal. Sebagian besar saraf kranial dan semua saraf spinal
mengandung neuron sensoris maupun neuron motoris; beberapa saraf
kranial hanya memiliki neuron sensoris (saraf olfaktoris dan optik).
Divisi sensoris sistem saraf tepi tersusun atas neuron sensoris/eferen
yang mengirimkan informasi dari reseptor sensoris kesistem saraf pusat yang
memonitor lingkungan eksternal dan internal. Divisi motoris tersusun atas
neuron eferen yang mengirimkan informasi dari sistem saraf pusat ke sel
efektor. Sistem saraf somatik pada divisi motoris membawa sinyal ke otot
rangka terutama sebagai respons terhadap stimulus eksternal. Sistem saraf
somatic sering disebut saraf sadar karena mengikuti kontrol sadar, akan
tetapi sebagian besar pergerakan otot rangka sebenarnya ditentukan oleh
gerak refleks yang diperantarai oleh sum-sum tulang belakang atau otak
bagian bawah. Sistem saraf otonum pada divisi motoris mengirimkan sinyal
yang mengatur lingkungan internal dengan mengontrol otot polos dan otot
jantung serta organ-organ
sistem pencernaan, kardivaskular, ekskresi, dan endokrin. Kontrol ini
umumnya di bawah kesadaran.

Gambar 6. Saraf simpatik dan parasimpatik pada vertebrata (Rina


Delfita, 2019)

11
Sistem saraf otonom terdiri atas saraf simpatetik dan
parasimpatetik. Ketika kedua saraf ini menginversi organ yang sama,
keduanya sering mempunyai pengaruh yang berlawanan. Umumnya sinyal
yang dibawa melalui saraf parasimpatetik meningkatkan aktivitas,
sebaliknya saraf simpatetik menurunkan aktivitas. Sistem saraf otonom
sering bekerja sama dengan saraf somatis. Sebagai contoh, apabila terjadi
penurunan suhu lingkungan, maka hipotalamus akan mengirim sinyal sistem
saraf otonom untuk menyempitkan pembuluh darah permukaan, yang akan
mengurangin kehilangan panas; pada saat yang sama hipotalamus akan
mengirim sinyal kesistem saraf somatik dan menyebabkan respons
menggigil7.

2.5 Klasifikasi Sel Saraf Berdasarkan Struktur dan Fungsinya


1. Neuron (sel saraf)
Neuron merupakan sel fungsional pada system saraf. Neuron
bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan menjalarkan impuls
dari satu sel kesel berikutnya. Pembentukan potensial aksi merupakan cara
yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi. Pembentukan
potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oeleh system saraf
dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh8.
Struktur mikroskopis neuron terdiri dari badan sel utama (soma),
dendrit, dan akson. Dendrit merupakan pemanjangan dari soma atau badan
sel neuron. Fungsinya untuk menerima informasi dari neuron-neuron
lainnya dan dari reseptor sensoris, dan untuk memberikan informasi
berkenaan dengan apa yang terjadi di lingkungan luar tempat hewan
tersebut hidup. Informasi-informasi yang diterima oleh dendrit akan
dikonversi ke dalam bentuk potensial membran yang ditransmisikan ke
badan sel (soma). Informasi dari neuron lain biasanya ditransmisikan ke
dendrit dan soma neuron, sehingga neuron dengan pohon dendritik yang
luas dan kompleks biasanya menerima banyak input. Dendrit umumnya

7
Rina Delfita, FISIOLOGI HEWAN KOMPARATIF, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP),
2019, hlm 90-95.
8
Wiwi Isnaeni, FISIOLOGI HEWAN Edisi Revisi, (Yogyakarta : PT KANISIUS), 2019, hlm 70.

12
bercabang, memanjang dari soma, lokasi dan pola percabangan dendrit
dapat mengungkapkan dari mana masing-masing neuron mendapatkan
informasinya.

Gambar 7. Struktur utama neuron (Rina Delfita, 2019)


Soma memiliki semua organel sel yang umumnya ada (misalnya
nukleus dan mitokondria). Di sini berbagai neurotransmitter khususnya
neuropeptida disintesis dan ditransportasikan ke terminal akson yang
kemudian akan dilepaskan selama proses transmisi sinaptik. Soma terutama
diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Jika akson
terputus dari soma, maka akan diregenerasi. Jika soma rusak, maka akson
tidak bisa diregenerasi.
Akson atau serat saraf adalah silinder berongga yang diisi oleh
sitoplasma yang berbeda dalam komposisi kimianya dari fluida di
sekitarnya. Akson berperan dalam pembentukan saraf. Akson adalah
penjuluran dari badan sel. Penghubung antara badan sel dan akson disebut
hillok akson. Tempat tersebut sangat penting sebagai tempat asal dari
potensial aksi saraf. Fungsi akson adalah untuk mentransmisikan potensial

13
aksi yang menjalar sepanjang badan akson hingga ke terminal akson
tersebut. Terminal akson berhubungan dengan berbagai struktur termasuk
dendrit, badan sel, akson dari neuron lainnya, dan juga dengan jaringan
nonneural seperti otot atau jaringan glandular. Antara terminal akson
dengan struktur lainnya ada celah yang disebut dengan sinapsis.
Kebanyakan dari akson diselubungi oleh selubung mielin yang terbentuk
dari sel-sel glia yang dikenal dengan sel schwann. Selubung tersebut bersifat
diskontinu karena di beberapa tempat akan ada pembatas atau celah yang
disebut dengan nodus ranvier. Fungsi mielin adalah untuk meningkatkan
kecepatan transmisi potensial aksi di sepanjang akson. Dalam kondisi biasa,
arah penjalaran potensial aksi hanya berlangsung satu arah yaitu dari badan
sel ke terminal akson.

Gambar 8. Tipe-tipe neuron pada beberapa hewan (Rina Delfita, 2019)

Neuron dapat juga diklasifikasikan ke dalam empat kelompok


berdasarkan fungsinya yaitu neuron motoris (neuron eferen), neuron
sensoris (neuron eferen), dan neuron penghubung atau interneuron (neuron
internuncial) dan neuron sekretori. Neuron juga diklasifikasikan kepada

14
neuron yang bermielin dan tidak bermielin. Neuron yang bermielin tertutup
dalam selubung yang terdiri dari satu hingga beberapa lapisan membran
yang berasal dari sel schwann. Membran mengandung kolesterol dan
fosfolipid.
Neuron motorik yang menyampaikan informasi dari system saraf
pusat ke organ efektor, seperti otot, kelenjar, dan lain-lain. Neuron sensorik,
yang mengirimkan informasi sensorik dari bagian tubuh ke sistem saraf
pusat. Neuron internuncial yang terletak di antara motor (eferen) dan neuron
sensorik (eferen), mentransmisikan sinyal dalam beberapa arah dengan
memodifikasi mereka dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan
hewan. Neuron sekretori adalah neuron yang dikhususkan untuk produksi
hormon.
2. Sel Glia
Jumlah sel glia sekitar 90% dari system saraf. Meskipun jumlahnya
besar, tetapi sel glia hanya menempati separuh dari volume otak, karena sel
glia ini tidak bercabang-cabang. Sel glia ini berhubungan erat dengan
neuron meskipun tidak terlibat dalam mengantarkan potensial aksi saraf.
Terdapat empat tipe sel glia yaitu astosit, oligodendrosit, sel ependimal,
dan mikroglia. Astrosit mempunyai fungsinya sendiri, berikut adalah
fungsiu dar astosit :
a) Sebagai “perekat” utama dari sistem saraf pusat, yaitu
merekatkan neuron-neuron;
b) Sebagai perbaikan kerusakan otak dan neuron;
c) Sebagai menunjang neuron secara metabolik;
d) Untuk menghilangkan pengaruh ion K+ dari cairan ekstraseluler
otak pada saat potensial aksi tinggi.
Oligodendrosit berfungsi membentuk insulasi sarung mielin akson
dalam sistem saraf pusat. Sel ependimal berfungsi melapisi ruang-ruang
dalam sistem saraf pusat. Mikroglia berfungsi sebagai pembersih sistem
saraf pusat. Mikroglia dalam kondisi normal bersifat pasif, dan akan
menjadi aktif apabila terjadi infeksi atau luka pada sistem saraf pusat.

15
Gambar 9. Sel Gia vertebrata (Rina Delfita, 2019)

Sel glia mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Oleh karena


itu, kebanyakan tumor otak berasal dari sel glia. Sel saraf tidak
mempunyai kemampuan untuk membelah diri. 9
2.6 Hubungan Fungsional Antara Neuron Aferen, Penghubung dan Eferen

Gambar 10. Hubungan fungsional antara neuron eferen, penghubung


dan aferen (Wiwi Isnaeni, 2019)

Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi tiga


macam yaitu neuron motoris (Eferen), neuron sensorik (Aferen) dan neuron

9
Rina Delfita, FISIOLOGI HEWAN KOMPARATIF, .hlm 69-74

16
interneuron (Penghubung). Neuron Eferen adalah sel saraf yang berfungsu
untuk membawa rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf
(otak dan sumsum tulang belakang). Sedangak neuron aferen adalah sel
saraf yang berfungsi membawa rangsang dari pusat saraf kedaerah tepi
saraf. Kemudian untuk interneuron atau neuron penghubung adalah sel saraf
yang terdapat dipusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron eferen
dan neuron aferen. Ketiga jenis neuron tersebut tersusun secara khusus
sehingga mempu menanggapi berbagai perubahan yang terjadu pada
lingkungan hewan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh.
Dalam hal ini, tangapan tubuh disebut sebagai respon, sedangkan perubahan
lingkungan yang menyebabkan timbulnya tanggapan dari tubuh disebut
dengan rangsang atau stimulus. Dengan ini, dapat dikatakan bahwa proses
timbulnya tanggapan tubuh terhadap perubahan lingkungan yang terjadi
memperlihatkan adanya hubungan stimulus-respon, sebagai hubungan
fungsional antara neuron eferen, penghubung dan eferen. 10

2.7 Struktur dan Fungsi Antara Sel Saraf dan Sel Glia
A. Neuron (Sel Saraf)
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang
kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem
tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Dalam sistem inilah berasal sagala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil
kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian
dan tingkah laku individu.

10
Wiwi Isnaeni, FISIOLOGI HEWAN. Edisi Revisi. hlm 71

17
Gambar 11. Struktur Neuron

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bagian yang terdapat pada


struktur jaringan saraf:

a) Badan Sel.
Badan sel adalah bagian dari jaringan yang terbesar. Didalam badan
sel terdapat nucleus yaitu inti sel jaringan saraf. Bagian ini berfungsi sebagai
penerima impus atau rangsangan dari sitoplasma bercabang menuju akson.
b) Inti Sel (Nukleus).
Bagian jaringan safar inti sel atau biasa di sebut dengan nucleus
berfungsi sebagai regulator dari seluruh aktivitas sel saraf. Inti sel berada di
dalam badan sel, dan mengambang di antara sitoplasma.
c) Sitoplasma.
Bagian jaringan sitoplasma ini adalah cairan yang memiliki protein
yang tinggi. Sitoplasma di bungkus oleh sel neurologia yang membantu sel
dalam memperoleh suplai makanan.
d) Dendrit.
Dendrit adalah bagian saraf yang sekumpulan serabut sel saraf
pendek yang bercabang-cabang halus dan merupakan perluasan dari badan
sel. Bagian ini berfungsi sebagai penerima impuls dan menyampaikan
impuls yang diterimanya menuju badan sel.
e) Neurit (Akson).

18
Bagian saraf neurit atau akson adalah selaput sel saraf yang Panjang
perluasan dari badan sel. Neurit berfungsi sebagai pengirim impus yang
diperoleh badan sel menuju sel saraf melalui sinapsis. Akson dilindung oleh
selubung meilin. Selubung ini berupa selaput berbahan lemak yang
berfungsi melindungi akson dari kerusakan.
f) Sel Schwann.
Sel schwann adalah sel penyokong akson yang berfungsi
menyediakan suplai makanan bagi metabolisme akson dan membantu
regenerasi akson
g) Sinapsis.
Bagian sel saraf sinapsis adalah ujung akson berfungsi untuk
meneruskan impuls menuju ke neuron lainnya. Sinapsis dari satu neuron
akan terhubung dengan dendrit dari neuron lainnya.11
B. Glia

Sel non-neuronal didalam sel saraf pusat adalah Glia yang terdiri
dari tipe tipe sel astrosit, oligondendrosit, sel ependimel dan makroglia. Sel
glia mengandung reseptor untuk banyak neurotransmitter. Perbandingan
antara jumlah sel glia dan neuron adalah 10:1, sehingga jumlah sel glia jauh
lebih besar dari pada jumlah neuron. Sel glia berfungsi untuk menjamin
kondusifitas lingkungan ionic di sekitar neuron agar selalu tepat. Selain itu,
sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron. Salah
satu sel glia yang sangat dikenal ialah sel schwan, yang berfungsi sebagai
pembungkus akson dan membentuk selubung mielin. Mielin berperan dalam
memelihara neuron.

Proses fagositosis di sistim saraf pusat melibatkan astrosit dan


oligodendrosit. Sel ependimal melapisi ventrikel otak dan kanalis sentralis
medula spinalis, permukaan ependima biasannya dilapisi oleh silia. Silia
berfungsi mempermudah pergerakan cairanserebrospinalis.

11
https://warstek.com/sistem-saraf diakses pada tanggal 13 september 2021 pada pukul 13.44
wib

19
Selain neuron dan glia , terdapat pula Blood Brain Barrier ( Sawar
Darah Otak). Lapisan ini bersifat semi permeabel, yang menapis sehingga
beberapa material dapat menembusnya , seraya menghalangi material-
material lainnya. Selain keterangan anatomis tersebut di atas, secara fisiologis
sistem saraf mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Menerima informasi dari dalam maupun dari luar melalui afferent sensory
pathway.
2. Komunikasi informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima, baik ditingkat saraf (refleks) maupun di
otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang dihadapi.
4. Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent motoric pathway ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi tindakan, yang terbagi
menjadi dua kelompok :
a. Sistem pyramidal
b. Sistem extrapyramidal12

2.8 Sistem Pelindung Sistem Saraf Pusat

Otak adalah organ vital dalam sistem saraf manusia. Kerusakan otak
termasuk secara mekanis akan mematikan sistem dalam tubuh manusia. Oleh
sebab itu, sebelum sampai ke otak ada sistem Pelindung pada sistem saraf pusat
yaitu meliputi :

12
Endy Muhammad Astiwara, Fikih Kedokteran Kontemporer (Jakarta : Anggota Ikapi DKI, 2018)
hal 247-248

20
Gambar 12. Selaput Pelindung Otak

a) Meninges
Meninges adalah unit berlapis membran jaringan ikat yang menutupi
otak dan sum-sum tulang belakang. Penutup ini membungkus sistem saraf
pusat struktur sehingga mereka tidak bersentuhan langsung dengan tulang
dari tulang belakang atau tengkorak. Meninges terdiri dari tiga lapisan
membran yang dikenal sebagai duramater, materarachnoid, dan pia mater.
Setiap lapisan dari meninges melayani peran penting dalam perawatan yang
tepat dan fungsi sistem saraf pusat. Fungsi meninges terutama untuk
melindungi dan mendukung sistem saraf pusat dan menghubungkan otak
dan sum-sum tulang belakang. Meninges membentuk penghalang pelindung
yang melindungi organ-organ sensitif dari CNS terhadap trauma.
b) Cairan Serebrospinal
Pane (2019) menjelaskan bahwa cairan serebrospinal mengalir
dalam Ventrikel otak, batang otak, dan sekitar saraf tulang belakang. Cairan
ini memiliki sifat anti bakteri yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Komposisi cairan serebrospinal yang normal adalah
99 % air, sisanya terdiri dari protein, glukosa sel monuclear, elektrolit,
enzim, dan sel darah putih (leukosit). Karena sebagian besarnya adalah air,
cairan ini memiliki warna yang jernih atau bening. Produksi cairan
cerebrospinal orang dewasa sekitar 500 ml per hari. Adapun pada anak-anak

21
berusia 4-13 tahun, produksinya sekitar 65-150 ml per hari. Cairan ini akan
diserap dan digantikan dengan cairan yang baru setiap 6-8 jam. Cairan
serebrospinal memiliki tiga fungsi utama yaitu menjaga jaringan otak tetap
berada di posisinya dan sebagai bantalan untuk melindungi otak dari cidera,
sebagai media untuk mengantar nutrisi ke jaringan otak dan membuang zat
sisa dan menjaga keseimbangan tekanan intrakranial, bersama dengan darah
dan jaringan otak.13

2.9 Macam – macam Hubungan Antar Neuron

Neuron adalah sel saraf yang sangat terspesialisasi menghasilkan dan


mengolah informasi pada hewan termasuk manusia, memampukan berfikir,
persepsi, dan mengendalikan pergerakan. Satu neuron dapat terhubung dengan
banyak neuron lain melalui area penghubung yang dinamakan sinaps. Sel-sel
neuron membentuk jaringan neuron yang tersebar di seluruh tubuh, dan dapat
mentransmisikan sinyal dengan kecepatan sekitar 100 meter per detik.
Kemampuan ini memungkinkan terjadinya pengolahan dan respons terhadap
setiap peristiwa dengan cepat. Misal informasi sensoris dari telinga ke otak, dan
kemudian perintah untuk melakukan pergerakan tertentu dari otot ke otot kaki.
Setiap suatu sel neuron, sinyal ditransmisikan oleh perubahan voltasi membran
– suatu variasi dalam perbedaan, dalam muatan elektrik antara bagian dalam
dan bagian luar sel. Gerakan elektrik ini bergerak sepanjang sel saraf sebagai
denyut elektrik (electric pulse) (aksi potensial). 14

Berikut ini 3 macam neuron yaitu :

1) Neuron sensorik berawal dari reseptor, yang merupakan ujung dari dendrit
selanjutnya menuju dendrit, lalu badan sel, kemydian akson, dan akhirnya
bersinapsis (hubungan antar neuron) dengan dendrit dari neuron
penghubung.
2) Neuron penghubung berawal dari sinapsis dengan neuron sensorik,
berlanjut ke dendrid lalu badan sel, kemudian akson dan berakhir pada

13
Muhammad Akil Musi dan Nurjannah, Neurosains (Jakarta : Kencana, 2021) hal 75-76
14
Kris H. Timotius, Otak & Perilaku (Yogyakarta : Andi Anggota IKAPI, 2018) hal 11 – 12

22
sinapsis dengan neuron motorik. Umumnya neuron ini terdapat pada sistem
saraf pusat.
3) Neuron motorik berawal dari sinapsis dengan neuron penghubung, pada
neuronyal junction (yang berhubungan dengan sel otot) atau
neuroglandular junction (yang berhubungan dengan kelenjar). Kedua
junction tersebut merupakan jenis neuroeffector junction. Berakhir pada
neuronyal junction jika efectornya berupa jaringan otot, sedangkan berakhir
pada neuroglandular junction jika efektornya berupa kelenjar (misalnya
kelenjar saliva, kelenjar keringat, dan lain-lain). Neuronyal junction adalah
hubungan antara sel saraf dengan sel otot. Seperti hal nya pada sinapsis,
neuronyal junction memiliki kemampuan meneruskan gelombang
depolarisasi dengan cara meloncat dari sel satu ke sel berikutnya.
Gelombang depolarisasi ini penting pada membran sel otot karena pada saat
terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan bergetar dan
menyebabkan kontraksi otot yang akhirnya dilanjutkan dengan
repolarisasi. 15

Jaringan saraf terdiri dari beberapa neuron, dan antar neuron saling
berhubungan. Neuron-neuron tersebut mentransformasikan informasi yang
diterima melalui sambungan keluarnya, menuju neuron-neuron lain.

2.10 Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disebut juga sistem saraf visceral atau sistem
motorik visceral. Sistem saraf otonom terdiri dari serabut-serabut saraf motorik
yang menstimulasi otot polos, otot jantung, dan sel sekretori kelenjar yang
bersifat involunter. Serabut efferent visceral dari sistem saraf otonom berjalan
bersama serabut afferent visceral. Serabut saraf efferen visceral dan ganglia dari
sistem saraf otonom terbagi emnjadi 2 sistem, yaitu sistem saraf simpatis dan
parasismpatis. Pada sistem saraf otonom, konduksi impuls dari sistem saraf
pusat menuju organ efektor melibatkan rangkaian dua neron multipolar. Badan
sel dari neuron preganglionik (presinaps) dari sistem saraf otonom terletak di
dalam substantia grisea medulla spinalis. Serabut saraf dari neuron

15
Nana, Fisika Kesehatan (Jawa Tengah : Lakeisha Anggota Ikapi, 2019) hal 62

23
preganglionik akan bersinaps hanya dengan badan sel neuron postganglionik.
Badan sel neuron postganglionic terletak di ganglia otonom di luar sistem saraf
postganglionic ke organ efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar).

Gambar 13. Sistem Saraf Otonom

1. Divisi Simpatis
Badan sel dari neuron postganglionik simpatis berada di dua lokasi,
yaitu ganglion paravertable dan ganglion prevertable. Ganglion
paravertable saling terhubung untuk membentuk sepasang truncus
sympathic pada sisi kanan dan kiri dari columna vertebralis. Truncus
symphatic terdiri atas beberapa kelompok ganglia paravertable, yaitu
ganglia cervicales (ganglion cervicale superius, medium, dan inferius/
stella), ganglia thoracica, ganglia lumbales, ganglia sacrales, dan ganglion
impar. Truncus sympathicus memungkinkan impuls eferen simpatis hanya
keluar dari segmen thoracolumbal medulla spinalis untuk mencapai daerah-
daerah lain tubuh. Sebagai contoh, inervasi simpatis kepala dan leher yang

24
berasal dari nuclei intermediolaterals T1-T3 dihantarkan oleh ganglion
cervicale superius, medium, dan inferius.
Ganglion prevertebrale berada di dalam plexus saraf yang
mengelilingi bagian awal cabang-cabang utama aorta abdominalis.
Ganglion pevertebrale terdiri atas ganglion coeliacum, ganglion
mesentericum superius, dan ganglion mesentericum inferius. Ganglion
coeliaum terletak di sekitar bagian proximal truncus coeliacus. Ganglion
mesentericum superius berada di sekitar bagian awal arteri mesenterica
superior, sedangkan ganglion mesentericum inferius berada di sekitar awal
bagian arteri mesenterica inferior.
2. Divisi Parasimpatis
Badan sel neuron peganglionik parasimpatis berada pada dua lokasi
yang berada di dalam sistem saraf pusat. Serabut preganglionik parasimpatis
juga menempuh dua rute yang berbeda. Cranial outflow menyediakan
invervasi parasimpatis ke viscera pelvis. Namun, dalam hal inervasi viscera
thorax dan abdomen, cranial outflow melalui nervus vagus yang memegang
peranan penting. Nervus vagus menyediakan inervasi parasimpatis ke
semua viscera thorax dan viscera abdomen seperti ren, ureter, serta tractus
digestivus turunan foregut dan midgut (dari esophagus sampai colon
transversum sebelah proximal flexura coli sinistra). Sacral outflow ke
tractus digestivus menyediakan inervasi parasimpatis ke calon descendens,
colon sigmoidum dan rectum.
Empat pasang dari ganglia parasimpatis terletak di kepala, yaitu
sepsang ganglion ciliare, ganglion sphenoplatinum ( pterygopalatinum),
ganglion submandibulare, dan ganglion oticum. Serabut saraf preganglionik
parasimpatis akan bersinaps dengan badan sel postganglionik parasimpatis
yang terletak di dekat atau di dalam dinding organ target ( ganglia intrinsik).
Sebagai akibatnya, pada divisi parasimpatis, kebanyakan serabut saraf
peganglionik parasimpatis akan menempuh perjalanan yang panjang dari
sistem saraf pusat hingga ke badan sel postganglionik yang terletak dekat
dengan organ efektor.

25
3. Sistem saraf enterik
Dianggap sebagai divisi otonom ketiga oleh beberapa literatur.
Sistem saraf ini terdiri dari plexus submucocus (meissner) dan plexus
myentericus (Auerbach). Sistem saraf enterik memiliki peranan penting
dalam peristaltik dan sekresi gastrointestinal. Sistem saraf enterik mendapat
kontrol dari sisem saraf simpatis dan parasimpatis.16

2.11 Sistem Saraf Somatik


Pada divisi motoris membawa sinyal ke otot rangka terutama sebagai
respon terhadap rangsangan eksternal . sistem saraf somatik seringkali dianggap
sebagai saraf sadar karena sistem ini mengikuti kontrol sadar, akan tetapi sebagian
besar pergerakan otot rangka sebenarnya ditentukan oleh refleks yang diperantarai
17
oleh sumsum tulang belakang atau otak bagian bawah.

PERBEDAAN SISTEM SARAF OTONOM DAN SOMATIK


Titik Perbedaan Sistem Saraf otonom Sistem Saraf
Somatik
Fungsi Utama Fungsi utamanya adalah Ini adalah bagian dari
untuk melaksanakan sistem saraf perifer
fungsi-fungsi yang yang berhubungan
sebagian besar di bawah dengan gerakan sadar
tingkat kesadaran normal, dari tubuh yang berada
fungsi viskeral merupakan dalam kendali kita,
contoh tepat yang sama. yaitu, dengan bantuan
Singkatnya, ini adalah otot rangka. Ini pada
sistem yang menyesuaikan dasarnya adalah
dan mempertahankan sistem yang
lingkungan internal tubuh. membantu tubuh
untuk menyesuaikan

16
Ajib Diptyanusa, dkk., 2020. Sistem Saraf, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
17
Neil A. Campbell dkk., 2004. Biologi, jl.3, Ed.5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

26
diri dengan
lingkungan eksternal.
Jumlah Neuron Dari Ada dua neuron yang Sistem saraf somatik
SSP ke organ efektor berbeda yang membentuk memiliki neuron
jalur dari sistem saraf tunggal berjalan dari
otonom, dari sumsum sumsum tulang
tulang belakang ke target belakang, dan
organ atau jaringan. langsung berakhir dan
Neuron pertama, yang innervating otot
merupakan neuron rangka.
preganglionik, berjalan dari
sumsum tulang belakang
atau otak dan berakhir pada
neuron postganglionik.
Neuron kedua, di sisi lain,
berjalan dari ganglion
otonom ke efektor atau
jaringan target.
Pembagian lebih lanjut Hal ini selanjutnya dibagi Tidak ada subdivisi
menjadi dua divisi lagi – lebih lanjut dari sistem
sistem saraf simpatik dan saraf somatik.
sistem saraf parasimpatik.
Pada saat ini, sistem saraf
enterik juga dikatakan
menjadi bagian dari sistem
saraf otonom.
Target Organ Sebagai sistem saraf Sistem saraf somatik
otonom dibagi lagi menjadi hanya innervates
begitu banyak bagian yang sadar, yaitu otot
berbeda, itu tapi jelas rangka.
bahwa organ target sistem
ini banyak. Pada dasarnya,

27
saraf dari sistem saraf
otonom yang terkait dengan
fungsi organ dalam seperti
jantung, paru-paru, jeroan
dan berbagai kelenjar.
Pengaruh Stimulasi Stimulasi sistem saraf Sistem saraf somatik,
otonom dapat karena hanya
menyebabkan berbagai innervates otot
efek. Sistem saraf simpatis rangka, bertanggung
dan parasimpatis memiliki jawab untuk
efek berlawanan, dan membawa tentang
membantu tubuh kontraksi otot rangka,
menyesuaikan seketika biasanya dalam
terhadap situasi. Sistem bentuk refleks.
saraf simpatik – juga
disebut sebagai fight or
flight respon tubuh,
meningkatkan aliran darah
ke otot rangka dan paru-
paru, meningkatkan denyut
jantung, melebarkan pupil,
menghambat peristaltik dan
merangsang orgasme.
Sistem saraf parasimpatis
meningkatkan aliran darah
ke saluran pencernaan,
mengkonstriksi pupil,
merangsang sekresi dan
peristaltik dan juga
merangsang gairah
generatif.

28
Jumlah Ganglia Sistem saraf otonom Tidak ada ganglia
memiliki rantai ganglia sepanjang jalur
hadir sepanjang jalur tersebut.
tersebut.
Neurotransmitter Neurotransmitter hadir Satu-satunya
sepanjang jalur sistem saraf neurotransmitter yang
otonom termasuk bertindak di sepanjang
asetilkolin, adrenalin dan sistem saraf somatik
noradrenalin. adalah asetilkolin. 18

a) Gerak Refleks

Refleks merupakan respon respon involunter terhadap adanya stimulus.


Sirkuit lengkung refleks dikelompokkan menjadi :

1. Refleks Monosinaptik (1 sinap dengan 2 neuron)


contoh : refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinap, yaitu
antara neuron aferen yang berasal dari reseptor regangan dalam otot
kerangka yang bersinapsis dengan neuron aferen untuk otot rangka yang
sama.

Gambar 14. Refleks Monosinaptik

18
Ibid 1

29
2. refleks Polisinaptik (mengandung 1 atau lebih sinap interneuron).
Contoh : reflek menarik tangan ketika terkena api.

Gambar 15. Refleks Polisinaptik

Beberapa lengkung refleks antara lain :


a) Refleks regang (stretch/ myotatic reflex) yang merupakan lengkung refleks
monosinaptik yang berfungsi untuk memelihara postur berdiri dan
ketegakan tubuh melalui eksitas otot-otot tungkai bawah, punggung, leher,
dan kepala. Contoh refleks ini adalah refleks patela yang merupakan refleks
ipsilateral yang reseptornya adalah neuromuscular spindle.
b) Refleks neuron motor gamma yang merupakan refleks regang yang
dibangkitkan oleh serabut tipis bermielin ( neuron motorik gamma) untuk
menghaluskan dan mempertahankan kontraksi otot)
c) Refleks menarik (withdrawal Reflex) yang merupakan refleks proteksi atau
pelindung yang merupakan lengkung polisinaptik. Sirkuitnya terdiri dari
reseptor sensorik, neuron aferen, interneuron spinal,neuron motor alfa, otot
volunter.19

19
Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, Jakarta.

30
2.12 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.
Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna
memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf
simpatis maupun parasimpatis. Sistem saraf simpatis dimulai dari medula
spinalis segmen torakolumbal.
Sistem Saraf Simpatetik Serabut preganglionik SNS berasal dari
wilayah torakolumbalis spinalis. Badan sel neuron ini diketahui terletak
pada materi abu-abu (gray matter) tulang belakang, dan serabut saraf
memanjang ke ganglia berpasangan di sepanjang rantai simpatik, mengarah
langsung secara lateral ke kolumna vertebral, atau ke pleksus distal yang
tidak berpasangan (contohnya:Pleksus celiaca atau pleksus mesenterik).
Serabut simpatetik preganglionik tidak hanya bersinapsis pada ganglion di
tingkat asalnya pada korda spinalis, namun juga dapat menaiki dan
menuruni ganglia berpasangan sehingga timbul respons simpatetik yang
tidak hanya terbatas pada satu segmen saja. Neuron pascaganglionik SNS
kemudian mengarah ke organ target. Dengan demikian, serabut praganglion
simpatetik biasanya secara relatif pendek, hal ini karena ganglia simpatetik
biasanya berposisi dekat dengan sistem saraf pusat (SSP), dan serabut
pascaganglionik memanjang sebelum menginervasi organ-organ efektor.

31
Gamabar 16. Representasi skematis sistem saraf otonom yang
menggambarkan inervasi fungsional organorgan efektor tepi dan asal
anatomik saraf otonom tepi dari tulang belakang.

Pada gambar sebelah kanan, ditampilkan inervasi persarafan


simpatetik dari paravertebral ke organ efektor. Pada gambar sebelah kiri,
ditampilkan invervasi persarafan parasimpatetik dari paravertebral ke organ
efektor.Angka romawi pada saraf yang berasal dari daerah tektum batang
otak adalah mengacu pada saraf-saraf kranial yang memberikan aliran
parasimpatetik ke organ-organ efektor kepala, leher, dan trunkus/ batang
tubuh.

32
Gambar 17. Diagram skematis sistem saraf otonom tepi.

Serabut praganglionik dan serabut pascaganglionik dari sistem saraf


parasimpatetik melepaskan asetilkolin (ACh) sebagai neurotransmiter.
Sedangkan untuk sistem saraf simpatetik, neurotransmitter yang dilepaskan
diujung terminal preganglionik dari sistem saraf simpatetik adalah
asetilkolin (ACh), dan neurotransmitter yang dilepas di serabut
pascaganglionik adalah norepinefrin (NE) (kecuali serabut pascaganglionik
untuk kelenjar keringat, yang melepaskan ACh).
Norepinefrin adalah neurotransmiter utama yang dilepaskan di ujung
terminal neuron pascaganglionik pada sinaps dengan organ target .
Neurotransmiter sistem saraf pusat primer lainnya adalah mencakup
epinefrin dan dopamin. Selain itu, kotransmiter, seperti adenosin trifosfat
(ATP) dan neuropeptida Y juga dapat memodulasi aktivitas simpatetik.
Norepinefrin dan epinefrin dapat mengikat secara pascasinaptik dengan
reseptor adrenergik, yang meliputi reseptor α1-, β1-, β2-, dan β3. Ketika
norepinefrin berikatan dengan reseptor α2, yang berlokasi secara
prasinapstik pada terminal simpatetik pascaganglionik, pelepasan
norepinefrin berikutnya pun menurun (umpan balik negatif). Dopamin (D)
berikatan dengan reseptor D1 secara pascasinaptik atau dengan reseptor-
reseptor D2 secara prasinaptik.

33
Gambar 18.Penggambaran skematis ujung saraf simpatetik
pascaganglionik

Pelepasan neurotransmiter norepinefrin (NE) dari ujung saraf yang


membangkitkan stimulasi reseptor-reseptor pascasinaptik menjadi 3 yaitu
α1, β1, dan β2. Stimulasi reseptor α2- prasinaptik dapat menghasilkan
penghambatan pelepasan norepinefrin dari ujung saraf.

Gambar 19. Biosintesis norepinefrin dan epinefrin pada terminal saraf


simpatetik (dan medula adrenal).

Tampilan perspektif molekul. B, Proses enzimatik. (Dari Tollenaere


JP. Atlas Struktur Tiga Dimensi Obat. Amsterdam, Elsevier North-Holland,
1979, sebagaimana yang dimodifikasi oleh Vanhoutte PM. Interaksi
neuroefektor adrenergik pada dinding pembuluh darah. Fed Proc 37: 181,
1978.) Neurotransmitter simpatetik disintesis dari tirosin pada ujung saraf

34
simpatetik pascaganglionik. Langkah pembatas laju adalah transformasi
tirosin menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA), yang dikatalisis oleh enzim
tirosin hidroksilase. DOPA kemudian dikonversi menjadi dopamine, lalu
ketika sudah masuk ke vesikel penyimpanan pada terminal saraf, maka oleh
beta-hidroksilasi akan dikonversi menjadi norepinefrin. Pada medula
adrenal, norepinefrin dimetilasi menjadi epinefrin. Neurotransmiter
disimpan pada vesikula sampai saraf pascaganglionik terstimulasi.
Kemudian vesikula menyatu dengan membran sel dan melepaskan
kandungannya ke dalam sinaps .Secara umum, 1% dari total norepinefrin
yang disimpan akan dilepaskan dengan tiap depolarisasi, sehingga akan
terdapat banyak cadangan fungsional. Norepinefrin kemudian berikatan
dengan reseptor adrenergik prasinaps dan pascasinaps. Reseptor
pascasinaptik kemudian mengaktifkan sistem ‘post mesengger’ melalui
aktivitas yang berkaitan dengan protein G. Setelah norepinefrin dilepaskan
dari reseptor, sebagian besar norepinefrin akan secara aktif diambil kembali
(reuptake) di terminal saraf prasinaptik dan diangkut ke vesikula
penyimpanan. Norepinefrin yang lolos dari proses reuptake (penyerapan
kembali) dan masuk ke sirkulasi akan termetabolisasi baik oleh enzim
monoamine oksidase (MAO) atau enzim catechol-O-methyltransferase
(COMT) di dalam darah, liver, atau ginjal. Sistem Saraf Parasimpatik PNS
muncul dari saraf kranial III, VII, IX, dan X, serta dari segmen sacrum.
Tidak seperti ganglia SNS, ganglia PNS berlokasi di dekat organ-organ
target nya (atau bahkan di dalam organ-organ tersebut). Seperti halnya SNS,
terminal saraf praganglionik dapat melepaskan ACh ke dalam sinaps, dan
sel postganglionik akan mengikat ACh melalui reseptor nikotinik. Terminal
saraf pascaganglionik kemudian akan melepaskan ACh ke dalam sinapsis
yang dimiliki oleh sel organ target. Reseptor ACh pada organ target adalah
reseptor muskarinik. Seperti halnya reseptor adrenergik, reseptor
muskarinik bergabung dengan protein G dan sistem kurir kedua. ACh pun
secara cepat dinonaktifkan di dalam sinaps oleh enzim cholinesterase.

35
Gambar 20. Pelepasan dan penyerapan kembali norepinefrin pada
terminal saraf simpatetik.

Pelepasan dan penyerapan kembali norepinefrin pada terminal saraf


simpatetik. aad = L-amino dekarboksilase aromatik; DβH: dopamin β-
hidroksilase; dopa, Ldihidroksifenialanin; NE, norepinefrin; tyr hyd: tirosin
hidroksilase; tanda lingkaran tebal/utuh: pembawa aktif. Norepinefrin,
adalah satu neurotransmiter adrenergik primer yang dapat berikatan dengan
reseptor α dan β. Norepinefrin utamanya digunakan untuk meningkatkan
resistensi vaskular sistemik melalui efek α1-adrenergik nya. Seperti semua
katekolamin endogen, waktu paruh yang dimiliki norepinefrin cukuplah
pendek (2,5 menit), sehingga neorepinefrin biasanya diberikan melalui infus
kontinyu dengan laju 3 mg/menit atau lebih dan dititrasi untuk mencapai
efek yang diinginkan. Peningkatan resistensi sistemik diketahui dapat
memicu reflex bradikardi. Selain itu, karena norepinefrin dapat membatasi
sirkulasi paru-paru, ginjal, dan mesenterik, dengan demikian pemberiannya
melalui infus haruslah terus dimonitor untuk mencegah terjadinya organ
injury. Infus norepinefrin yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan
iskemia pada jemari karena sifatnya yang adalah vasokonstriktor perifer.20

20
Dr. dr. Robert Hotman Sirait, SpAn, 2018. Departemen Anestesiologi Fakultas Kedokteran, UKI
JAKARTA.

36
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disumpulkan Perkembangan Sistem Saraf


Pada Hewan Simetri Bilateral Cacing Pipih ( Platyhelminthes ) terdiri atas
sepasang ganglion otak dan serabut-serabut saraf. Sistem saraf Crustacea
disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dengan ganglion kepala (otak)
terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan
statokista (indra keseimbangan). Sedangkan sistem saraf pada serangga dibagi
menjadi, jaringan saraf pusat (central nervous system) dan jaringan saraf dalam
(stomatodeal nervous system). Kemudian untuk organisasi Sistem saraf
vertebrata secara struktural dan fungsional beragam. semua sistem saraf
vertebrata terdiri atas system sarap pusan dan system saraf tepi. Klasifikasi
system saraf berdasarkan struktur dan fungsinya terdiri atas Neuron (sel saraf)
dan sel glia. Sistem pelindung saraf pusat meliputi meninges dan cairan
serebrospinal. Neuron dibagi menjadi 3 yaitu neuron sensorik, penghubung dan
motoric, yang ketiganya memiliki hubungan keterkaitan.

Sistem saraf otonom disebut juga sistem saraf visceral atau sistem
motorik visceral. Sistem saraf otonom terdiri dari serabut-serabut saraf motorik
yang menstimulasi otot polos, otot jantung, dan sel sekretori kelenjar yang
bersifat involunter. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem
saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan
Sedangkan sistem saraf somatik seringkali dianggap sebagai saraf sadar karena
sistem ini mengikuti kontrol sadar, akan tetapi sebagian besar pergerakan otot
rangka sebenarnya ditentukan oleh refleks yang diperantarai oleh sumsum
tulang belakang atau otak bagian bawah.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dan untuk
kedepanya penulis akan mencoba lebih baik dan fokus dalam menjelaskan

37
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang relevan. Semoga makalah
ini dapat dijadikan sebagai ajang pembelajaran untuk penulis dan para pembaca.

38
DAFTAR PUSTAKA

Delfita, Rina. 2019. FISIOLOGI HEWAN KOMPARATIF. (Jakarta :


PRENADAMEDIA GROUP).
Dr. dr. Robert Hotman Sirait, SpAn, 2018. Departemen Anestesiologi Fakultas
Kedokteran, UKI JAKARTA
Endy Muhammad Astiwara, Fikih Kedokteran Kontemporer. 2018. (Jakarta :
Anggota Ikapi DKI) hal 247-248
https://warstek.com/sistem-saraf diakses pada tanggal 13 september 2021 pada
pukul 13.44 wib
Imran, Ainun, dkk. 2021. FISIOLOGI SERANGGA ( Sistem Saraf dan Organ
Perasa/Indera, Sistem Endokrin dan Sistem Reproduksi Serangga).
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN ALAUDDIN MAKASSAR.

Isnaeni,Wiwi. 2019. FISIOLOGI HEWAN Edisi Revisi, (Yogyakarta : PT


KANISIUS).
Kris H. Timotius. 2018. Otak & Perilaku (Yogyakarta : Andi Anggota IKAPI) hal
11 – 12
Muhammad Akil Musi dan Nurjannah. 2021. Neurosains (Jakarta : Kencana) hal
75-76
Nana. 2019. Fisika Kesehatan (Jawa Tengah : Lakeisha Anggota Ikapi) hal 62
Ajib Diptyanusa, dkk., 2020. Sistem Saraf, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Neil A. Campbell dkk., 2004. Biologi, jl.3, Ed.5, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Purnamasari, Risa, dkk. 2017. Fisiologi Hewan. (Program Studi Arsitektur UIN
Sunan Ampel : Surabaya).

Rahmadina. 2019. Modul Ajar Taksanomi Invertebrata. Fakultas Sains Dan


Teknologi UINSU Medan.

Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf, PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota


IKAPI, Jakarta.
Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) Di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kahayan Kota Palangakaraya Provinsi Kalimantan Tengah.

39
40

Anda mungkin juga menyukai