Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa,karena atasbimbingan
dan petunjuk-Nya, serta berkat rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah Biologi yang
berjudul Sistem Koordinasi ini dapat diselesaikan.
Makalah inikami buat dengan menggunakan buku-buku panduan misalnya Bhumi Aksara dan
Erlangga serta bimbingan dari bapak Misbach guru biologi.
Makalah ini dibuat dengan sedemikian rupa dengan tujuan dapat berguna bagi para siswa-siswi
sendiri maupun menjadi tinjauan bagi para bapak ibu guru Biologi.
Pada dasarnya tiada gading yang tak retak maka begitu pula dengan penyusunan makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar yang dapat disampaikan, terima kasih.

Tondano, 5 Mei 2015

Penyusun
Kelompk XI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................
Bab I Pendahuluan .......................................................................................
A. Latar Belakang
B. Batasan Masalah..
C. Tujuan ..
.
Bab II Pembahasan..................................................
A. Pengertian Sistem Saraf..
B. Komponen Penyusun Sistem saraf.
C. Sistem Saraf pada Hewan Avertebrata..
D. Sistem Saraf pada Hewan Vertebrata.

Bab III Penutup..


A. Kesimpulan..
B. Kritik dan Saran..

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap
terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan
dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan
yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu
berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu
sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler, dapat berada
sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas satu sama
lain(koloni). Sebuah koloni hewan mungkin terdiri dari hewan uniseluler atau hewan
multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun
demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya
bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.

B. Batasan Masalah
Kami penulis membatasi masalah materi pembahasan makalah ini hanya pada
sistem sarafbeserta ruang lingkupnya yang berkaitan dengan hal tersebut agar sekiranya
dalam penyajian makalah ini tepat dan tidak menyimpang dari judul tersebut.

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mencari tahu
tentang sistem saraf dan cara kerja sistem saraf tersebut, dan juga sebagai bahan materi
memperluas wawasan pengetahuan kita dalam studi biologi baik bagi penulis maupun
pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Saraf


Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang
tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi,
aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai
proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena
terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa,
pikiran dan ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel
glia.

Sistem saraf memiliki 2 kategori atau jenis sel: neuron dan sel glia.

Neuron

Sel saraf didefinisikan oleh keberadaan sebuah jenis sel khusus neuron (kadang-kadang
disebut "neurone" atau "sel saraf").[2] Neuron dapat dibedakan dari sel lain dalam sejumlah cara,
tapi sifat yang paling mendasar adalah bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan sel lain
melalui sinaps, yaitu pertautan membran-ke-membran yang mengandung mesin molekular dan
mengizinkan transmisi sinyal cepat, baik elektrik maupun kimiawi.[2] Setiap neuron terdiri dari
satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua
macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan
sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain
atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron
hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann
yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer
yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan
memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang
dapat mempercepat penghantaran impuls.

Bahkan dalam sistem saraf spesies tunggal seperti manusia, terdapat beratus-ratus jenis neuron
yang berbeda, dengan bentuk, morfologi, dan fungsi yang beragam.[8] Ragam tersebut meliputi
neuron sensoris yang mentransmutasikan stimuli fisik seperti cahaya dan suara menjadi sinyal
saraf, dan neuron motorik yang mentransmutasikan sinyal saraf menjadi aktivasi otot atau
kelenjar; namun dalam kebanyakan spesies kebanyakan neuron menerima seluruh masukan
mereka dari neuron lain dan mengirim keluaran mereka pada neuron lain.[2]

Sel Glia

Sel glia (berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lem") adalah sel non-neuron yang
menyediakan dukungan dan nutrisi, mempertahankan homeostasis, membentuk mielin, dan
berpartisipasi dalam transmisi sinyal dalam sistem saraf.[9] Dalam otak manusia, diperkirakan
bahwa jumlah total glia kasarnya hampir setara dengan jumlah neuron, walaupun
perbandingannya bervariasi dalam daerah otak yang berbeda.[10] Di antara fungsi paling penting
dari sel glia adalah untuk mendukung neuron dan menahan mereka di tempatnya; untuk
menyediakan nutrisi ke neuron; untuk insulasi neuron secara elektrik; untuk menghancurkan
patogen dan menghilangkan neuron mati; dan untuk menyediakan petunjuk pengarahan akson
dari neuron ke sasarannya.[9] Sebuah jenis sel glia penting (oligodendrosit dalam susunan saraf
pusat, dan sel schwann dalam sistem saraf tepi) menggenerasikan lapisan sebuah substansi lemak
yang disebut mielin yang membungkus akson dan menyediakan insulasi elektrik yang
mengijinkan mereka untuk mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dan lebih efisien.

Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibagi tiga macam, yaitu: Neuron
motorik, Neuro sensorik, Neuron interneuron.

1. Neuron motorik
saraf yang membawa rangsagan dari pusat ke daerah tepi (perifer tubuh)

2. Neuro sensorik
Sel saraf yang berfungsi untuk membawa rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat
saraf (otak dan sumsum tulang belakang atau mendula spinalis )

3. Neuron interneuron atau sel penghubung


Sel saraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron motori dan
sensorik.
Ketiga neuron tersebut tersusun dengan khusus sehingga mampu menanggapi berbagai
perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan, baik lingkungan dalam maupun luar tubuh.
Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi. Berdasarkan bentuknya neuron
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron bipolar, neuron multipolar.

1. Neuron unipolar
Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya
cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf T. Satu
belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron unipolar ini
umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari
bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.

2. Neuron bipolar
Neuron bipolar, sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya
di sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain
berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron
bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai
fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan spinal
cord.

3. Neuron multipolar
Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui.
Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson. Karena
jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel
saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya
mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf
pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.

B. KOMPONEN PENYUSUN SISTEM SARAF

Berbagai bangunan yang dapat ditemukan sistem sarf hewan yaitu otak, serabut saraf,
pleksus, dan ganglia.
1. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh
serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas
sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
2. Pleksus merupakan jaringa serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat ditemukan adanya
badan sel saraf, meskipun tidak selalu. Pleksus dapat ditemukan pada coelenterata, stenopara,
dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem sistem
saraf pusat.
3. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas yang
jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.
Sistem Saraf di Bagi Menjadi dua (2):

1. Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
1. Otak (ensefalon)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks
serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.

b. Otak tengah (mesensefalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian
atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

c. Otak kecil (serebelum)


Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

e. Sumsum sambung (medulla oblongata)


Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain.

2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)


Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang
terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan
impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima
impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih
terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf
yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang
berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf
otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak
saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

1. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak,
dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensori
2. Lima pasang saraf motor
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12
pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf
ekor.

2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf
otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur
antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat
pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem
saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri
dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf
otak lain dan saraf sumsum sambung.
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung kemih memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
menghambat kontraksi kandung kemih
Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti
sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).Dendrit
berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut
saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia
yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann
disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls

C.SISTEM SARAF PADA AVERTEBRATA

1. Sistem saraf hewan bersel satu


Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong Protozoa dan
Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu
mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel
dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak
mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk
hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.

Hewan cacing (Vermes) memiliki sistem saraf berbentuk seperti tangga tali
yang memanjang dan arah kepala ke arah belakang atau ekor. Pada sistem saraf tangga tali
terdapat berkas saraf yang membentuk simpul-simpul saraf di bagian-bagian tertentu yang
disebut ganglion atau ganglia (jamak). Cacing pipih, misalnya planaria, memiliki susunan saraf
berupa dua buab ganglia di daerah kepala. Selanjutnya di setiap ganglion terdapat seberkas saraf
memanjang (longitudinal) ke bagian ekor. Tiap-tiap berkas saraf bercabang- cabang lagi
membentuk cabang-cabang yang lebih kecil sehingga dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.

Cacing tanah memiliki sistem saraf yang terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah
kerongkongan, dan ganglion ruas badan. Ganglion kepala merupakan kumpulan badan sel saraf,
terletak di ujung depan tubuh pada ruas ketiga. Ganglion kerongkongan dan ganglion ruas badan
terletak di bawah saluran pencernaan.

Di antara ganglion kepala dan ganglion bawah kerongkongan terdapat dua buah saraf
penghubung. Di antara ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas badan terdapat satu
buah saraf penghubung.

Selanjutnya, pada tiap-tiap ruas tubuh terdapat ganglion yang membentuk cabang-cabang halus.
Sistem saraf pada ruas tubuh dengan percabangannya berfungsi mengatur gerakan tubuh cacing
tanah.

b. Serangga
Salah satu contoh serangga adalah belalang. Hewan tersebut memiliki sistem saraf tangga tali
yang mirip dengan sistem saraf cacing tanah. Sistem saraf pada belalang terdiri atas ganglion
kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion ruas badan.

Ganglion kepala merupakan dua buah ganglion terbesar yang terletak di bagian kepala sebelah
atas. Di dalam ganglion kepala ini terdapat saraf penglihatan dan mata dan saraf peraba dan
antena. Ganglion bawah kerongkongan berhubungan dengan ganglion kepala melalui dua buah
serabut saraf yang masing-masing terdapat di sebelah kanan dan sebelah kiri kerongkongan.
Ganglion bawah kerongkongan dihubungkan dengan ganglion ruas badan oleh dua buah serabut
saraf.

Demikian juga, antara ganglion ruas badan yang satu dan ganglion ruas badan yang lain
dihubungkan oleh dua buah serabut saraf. Tiap-tiap ganglion ruas badan membentuk cabang-
cabang serabut saraf yang masing-masing bercabang lagi hingga ke bagian bawah tubuh yang
berdekatan. Dengan demikian, pada semua bagian tubuh terdapat ujung-ujung saraf.

c. Ubur-Ubur dan Hydra sp.

Ubur-ubur dan Hydra sp. belum memiliki sistem saraf. Sel- sel saraf ubur-ubur dan Hydra sp.
menyebar secara merata keseluruh tubuh dan berhubungan satu dengan yang lain membentuk
suatu anyaman.

Sel-sel saraf motorik berakhir pada serabut otot, sedangkan sel saraf sensorik berakhir pada
permukaan tubuh.
Hubungan sel-sel sarafdan otot memungkiiikan hewan tersebut memberikan reaksi terhadap
berbagai rangsangan dan luar tubuh, seperti sentuhan, cahaya, dan keberadaan makanan.

D. SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA

1. Sistem saraf Pisces


Ikan perak mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan diensefalon
kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf kranial. Korda saraf
tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf spinal berpasangan
pada tiap segmen tubuh.
Terdapat pada ikan bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang
sensitif terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut. Mata lebar
mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi benda-benda
yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya. Telinga dalam dengan 3 saluran
semisirkular, dan sebuah otolit untuk keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi
tidak ada gendang telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui
kepala atau tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk
mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu
diinervasi oleh saraf kranial ke X (N. vagus),oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat bahwa
telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral.

2. Sistem saraf Amphibi

Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10
saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus.
Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga
yang transparan (membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior,
inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 szlurzn semisirkular, yaitu
vertikal anterior, vertikal posterior, dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah,
tetapi tidak ada telinga luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga
tengah yang memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).

3. Sistem saraf Reptil

Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus,
serebellum, medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral
terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang
syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada rungga hidung.
Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah. Saluran auditori
eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi
sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada saluran eustachius dan bermuara dalam faring
di belakang hidung dalam.
3. Sistem saraf Aves

Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil, serebrum
besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus optikus.lubang
telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus kemembran tympani (gendang
telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi sirkulat terus ke koklea. Pendengaran
burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran eustachius menuju ke faring dan
bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah pada dorsal
paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah
membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut kedalam
humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata
dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada
berbagai jarak.

4. Sistem saraf Mammalia


Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga besar dan
berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur
transversal menjadi lobus anterior dan posterior.
Mempunyai telinga luar. Gelombang suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke
membran tympani. Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok.
Mata tidak mengandung pekten (seperti yang terdapat pada burung). Di banding dengan
vertebrata yang lebih rendah, maka pada kelinci membran olfaktori lebih luas, organ pembau
lebih efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan karena papan-papan
tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung membentuk kurva.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem saraf berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh aktivitas pada tubuh
hewan. Sel penyusun sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel saraf/neuron
dan sel glia. Sel neuron berfungsi untuk menerima dan meneruskan impuls, sedangkan sel
gliaberfungsi untuk mendukung struktur dan funsi sel neuron, tetapi tidak terlibat
secaralangsung dalam proses perjalanan impuls.
Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensi aksi).
Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi dapan menjalar ke sel lain dengan
melintasi senaps. Penjalaran ini dapat terjadi dengan cara transmisi elektron atau
transmisi kimiawi.

B. KRITIK DAN SARAN


Demikianlah makalah yang kami sampaikan tentunya ini semua jauh dari
kesempurnaan , kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi perbaikan makalah
agar lebih baik. Dan akhirnya , semoga semua apa yang kitapelajari bisa bermanfaat bagi
orang lain dan khususnya bagi diri kita dan terutama bagi perkuliahan psikologi islam
supaya kita bisa menambah khasanah ilmu dan menambah pengetahuan, amin.
Daftar Pustaka

http://ridwan-systemsarafhewan.blogspot.com/

http://www.sridianti.com/sistem-saraf-pada-hewan.html

http://www.artikelsiana.com/2014/10/Sistem-Saraf-Hewan-Vertebrata-Avertebarata.html

http://retnomayapada.blogspot.com/2014/12/makalah-sistem-koordinasi-hewan_22.html

http://www.academia.edu/9206051/Sistem_Saraf

http://cak-unyil.blogspot.com/2012/10/makalah-sistem-syaraf.html

https://zaifbio.wordpress.com/2009/06/20/sistem-koordinasi-pada-hewan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf

Anda mungkin juga menyukai