Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas


limpahan rahmat berupa kekuatan dan kesehatan-Nya, penulis (penyusun) dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Koordinasi Hewan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas di matakuliah Biologi Dasar.
Selesainya makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah
ini dan terkhususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dan
memberikan kemudahan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang sistem koordinasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 Agustus 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
1. Pengertian Sistem Saraf........................................................................4
2. Sistem Saraf pada Hewan......................................................................5
2.1..........................................................Sistem Saraf pada Invertebrata
........................................................................................................5
2.2.............................................................Sistem Saraf pada Vertebrata
......................................................................................................12
3. Pengertian Sistem Endokrin................................................................14
4. Sistem Endokrin pada Hewan.............................................................15
4.1............................................................Sistem Endokrin Invertebrata
......................................................................................................15
4.2...............................................................Sistem Endokrin Vertebrata
......................................................................................................17
5. Sistem Indra pada Hewan....................................................................21
5.1................................................................. Sistem Indra Invertebrata
......................................................................................................21
5.2............................................................ Sistem Indra pada Vertebrata
......................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................27

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal,
tumbuh mencapai besar tertentu, serta memerlukan makanan dalam bentuk kompleks.
Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang
multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan berorganisasi, artinya setiap bagian dari
tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai
bagian satu sel maupun seluruh sel. Suatu organisme hidup baik yang uniseluler
maupun yang multiseluler dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai
suatu agregat/kumpulan yang bebas satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan
dapat terdiri dari hewan uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan
multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga
sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan
suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua
sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk
menerima

rangsangan,

mengolahnya

dan

kemudian

meneruskannya

untuk

menanggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima melalui


indra, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke
organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang
sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan
sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan meliputi
sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf yang dimiliki
oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem
sarafnya.
1

Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam
mengatur fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan
reseptor rangsang dari luar. Namun meskipun terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi, sistem saraf dan sistem endokrin sedikit berbeda mengenai pengaturan
waktunya dalam menjalankan fungsi koordinasi. Sebagai contoh, dengan kerumitan
strukturnya, saraf dikhususkan untuk transmisi impuls dengan cepat (sekitar
150m/detik) dan akibatnya, informasi dapat merambat dari otak manusia ke alat
pengindraan atau sebaliknya hanya dalam tempo beberapa milidetik. Sebaliknya,
sistem endokrin memerlukan waktu beberapa menit, jam, atau bahkan hari untuk
bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya waktu untuk sintesis dan pengangkutan
hormon dalam darah ke organ targetnya.
Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon
dengan cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu,
secara garis besar di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem
saraf memerantarai interaksi hewan dengan lingkungannya seraya bekerja sama
dengan sistem endokrin dan melihat bagaimana kerja alat indra yang merupakan
reseptor rangsang eksternal.
I.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa
masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian sistem saraf?
2. Bagaimanakah sistem saraf pada hewan invertebrata dan hewan
vertebrata?
3. Apa pengertian dari sistem endokrin?

4. Bagaimanakah sistem endokrin pada hewan invertebrata dan hewan


vertebrata?
5. Apa pengertian dari sistem indra dan bagaimanakah klasifikasi sistem

indra pada hewan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Sistem Saraf


Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua
kegiatan

aktivitas tubuh. Sistem saraf juga adalah bagian dari tubuh yang

berfungsi melakukan pengaturan kegiatan tubuh dengan cara mengirimkan pesanpesan rangsang atau impuls saraf dan tanggapan atau reaksi dalam bentuk pulsa
elektrik. Sistem saraf disebut juga sistem pengatur tubuh.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahanperubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang
berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf terdiri dari jutaan sel
saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa
rangsang atau tanggapan.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki
oleh sistem saraf, yaitu:
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh
kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indra.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah


diantarkan oleh penghantar impuls.
2. Sistem Saraf pada Hewan
Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas selsel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi,
aktivitas motorik volunteer dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan
homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan
paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron)yang
saling terhubung.
Adapun komponen-komponen yang umumnya dapat ditemukan pada
sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia. Serabut saraf
merupakan kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak.
Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut
campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik. Adapun
pleksus ialah ialah jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus terkadang
dapat ditemukan adanya badan sel saraf. Pleksus dapat ditemukan pada
coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus
biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat. Komponen lainnya yakni
ganglia, yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan
memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel
saraf serta serabut saraf. Berikut ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi sistem
saraf pada hewan tingkat rendah (invertebrata) hingga tingkat tinggi (vertebrata).
2.1 Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Rendah (Invertebrata)
1. Sistem Saraf Hewan Bersel Satu
Tidak semua avertebrata (invertebrata) memiliki sistem saraf. Hewan
yang tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap

sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap


stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel
tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium
meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat
melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas,
bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.
1. Sistem Saraf pada Coelenterata
Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut
pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan
gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf
masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang
disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu,
berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling
berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel
yang lainnya lewat melalui sinaps.
2. Sistem Saraf pada Echinodermata

Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf


primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf
sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi
susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum ada
pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi)
dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

Gambar 2.1 Echinodermata dan Bagian-bagiannya


Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada
Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai struktur tertentu
dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf
sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat cincin
saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial
pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap
saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
3. Sistem Saraf pada Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion
dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala
atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang
ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf
tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara
transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan sarafsaraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh.
Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima
11

impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala
tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.

Gambar 2.2 Platyhelmintes dan Bagian-bagiannya

4. Sistem saraf pada Arthropoda

Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti


pada cacing tanah. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda
sangat berbeda dari spesies ke spesies. Namun pada dasarnya mempunyai
tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada
arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai
pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti
pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan
pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral
bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang

13

ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal


itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata
sederhana.

Gambar 2.3 Arthropoda dan Bagian-bagiannya


Pada udang (kelas Crustaceae) terdapat otak di sebuah dorsal,
dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglionganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan
dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda
ventral. Adapun belalang (kelas Insecta) mempunyai sebuah otak dorsal
atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan
dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda
ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis.
Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
5. Sistem saraf Annelida

15

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion


supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah
dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion
subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion
subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap
metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai
segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf
dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah.
Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog
dengan mata pada vertebrata.
Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral,
tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping itu ada
ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam
segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak dengan
ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang
berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat
organ-organ sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf
yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang
tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya
masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka
terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh
disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas
tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf
ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima
impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain

17

itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot


longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.

Gambar 2.4 Annelida dan Bagian-bagiannya


6. Sistem saraf Mollusca
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai
saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Sarafsaraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.

Gambar 2.5 Gastropoda dan Bagian-bagiannya

19

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai


peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau
gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu
ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumucumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan
berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya
mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian
suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi.
Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial
yang

mengontrol

lengan

dan

tentakel.

Sedangkan

bagian

otak

supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa


lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
2.2. Klasifikasi Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Tinggi (Vertebrata)
Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan
sistem saraf pusat berupa otak dan susunan tulang belakang. Adapun susunan
saraf tepi merupakan benang-benang saraf penghubung antara susunan saraf
pusat dan bagian-bagian tubuhnya. Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu
otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum pengubung atau sumsum
lanjutan. Ukuran bagian otak vertebrata bervariasi karena pertumbuhan setiap
bagian otak antara jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut ini
klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.
1. Sistem Saraf pada Pisces
Ikan (pisces) mempunyai susunan pusat saraf berupa otak dan
sumsum tulang belakang otak terdiri atas 3 bagian, yaitu otak besar, otak
kecil dan otak tengah. Saraf yang berkembang baik adalah saraf yang
berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan misalnya ikan hiu,
saraf pembau juga berkembang dengan baik. Dengan demikian, hiu dapat
21

mencium dar'ah mangsa yang terluka, walaupun jaraknya agak jauh. Otak
kecil ikan berukuran lebih besar daripada ukuran otak besarnya. Pusat
koordinasi otot ikan dan pusat keseimbangan terletak pada otak kecil.
2. Sistem Saraf pada Amphibia
Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang paling
berkembang adalah penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara
keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya tidak
begitu berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua bagian yaitu
sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak
amphibia tersusun secara memanjang. Sistem saraf amphibi disesuaikan
dengan tempat hidupnya, dilingkungan darat dan lingkungan air. Otak
tengah

Amphibia

yang

tumbuh

menggelembung

menjadi

pusat

penglihatan, sedangkan otak kecilnya tidak berkembang dengan baik.


3. Sistem Saraf pada Reptilia
Sistem saraf pada reptilia terdiri atas sistem saraf pusat yang
berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak terbagi menjadi
empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah, sumsum
penghubung atau lanjutan. Bangsa reptilia umumnya memiliki daya
penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian otak yang merupakan
pusat penciumannya lebih berkembang dan bentuknya lebih besar
dan memanjang kearah depan.
4. Sistem Saraf pada Aves
Burung (aves) merupakan hewan aktif yang banyak melakukan
pergerakan serta memiliki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang.
Beberapa burung juga memiliki ketajaman penglihatan yang bagus.Karena
itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung berkembang baik hal
ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil burung yang

23

menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar. Seluruh kegiatan


dan aktivitas tubuh diatur oleh saraf pusat berupa otak dan sumsum tulang
belakang. Otak burung terdiri atas empat bagian yaitu otak besar, otak
kecil, otak tengah dan sumsum penghubung atau sumsum lanjutan. Otak
besar dan otak kecil berkembang dengan baik. Sementara itu, otak tengah
berkembang membentuk dua gelembung yang behubungan dengan pusat
penglihatan.
5. Sistem Saraf pada Mamalia
Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan
hal ini terbukti dari perkembangan otaknyapun dapat jelas terlihat dimana
otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik dan ini jelas sesuai
dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan mamalia.

3. Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu
kelenjar

yang

tidak

mempunyai

saluran

khusus

untuk

mengeluarkan sekretnya. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam


suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi
kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar endokrin berasal dari jaringan epitel, hanya
pada proses pembentukannya pada kelenjar endokrin sel-sel yang berdiferensiasi
menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai
saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu.
Getah yang dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang
didistribusikan melalui sistem peredaran. Hormon berasal dari kata
hormaein yang artinya membangkitkan. Hormon berperan
dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara
lain

aktivitas

pertumbuhan,
25

reproduksi,

osmoregulasi,

pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Dalam beberapa


hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap
fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat dibandingkan
dengan cara kerja sistem hormonal yang lebih lambat, namun berkesinambungan.
4. Sistem Endokrin pada Hewan
4.1 Sistem Endokrin pada Hewan Invertebrata
Sejumlah

hewan

invertebrata

tidak

mempunyai

organ

khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan


oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada
invertebrata. Pada Coelenterata dan annelida tidak terdapat kelenjar endokrin
tapi mekanisme neurosekresi mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian
juga pada cacing pipih dan nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi.
Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda,
Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.
1. Coelenterata
Contoh hewan coelenterata ialah
mempunyai

sejumlah

sel

yang

Hydra

dapat

s.p.

yang

menghasilkan

senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi,


pertumbuhan,
dipotong,

sisa

dan

regenerasi.

tubuhnya

akan

Apabila

kepala

mengeluarkan

Hydra
molekul

peptida yang disebut aktivator kepala. Zat tersebut akan


menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat embentuk mulut dan
tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan
penting dalam proses regenerasi. Hormon yang dihasilkan
tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan
dalam proses reproduksi.
3. Nematoda

27

Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga empat kali


dalam siklus hidupnya, serta mempunyai struktur khusus
yang berfungsi untuk sekresi neurohormon yang berkaitan
erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat
pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada daerah
korda saraf.
4. Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus,
ganglion suboesufagus dan ganglion ventral. Cacing polychaeta
dewasa dapat mengalami epitoki yakni perubahan sejumlah
ruas

tubuh

menjadi

struktur

reproduktif.

Epitoki

ini

dikendalikan oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang


dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki akan
berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangat rendah.
Adapun neuro hormon pada cacing tanah (Oligochaeta) banyak diselidiki
peran neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:
Tumbuh dan regenerasi
Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
Penyembuhan luka
5. Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak mollusca. Pada mollusca
terdapat pula kelenjar endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut
misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada sejenis siput jika tentakel
dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika ekstrak
tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak
merangsang produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik
otak maupun tentakel berisi sel-sel neurosekresi yang menghasilkan hormon
(neurohormon). Neurohormon dari tentakel merangsang produksi sperma

29

sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus proses


kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi
pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar
optikgonade

pada

octopus

sama

seperti

hubungan

hipotalamus-

hipofisisgonade pada vertebrata.


6. Arthropoda
Pada kelas Crustaceae memiliki sejumlah sel kecil sel
endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula.
Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di
daerah toraks tepatnya pada ruas maksila atau antena.
Hormon

mempengaruhi

proses

molting.

Kelenjar

mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi


endokrin juga. Crustaceae juga memiliki kelenjar androgenic
yang berperan dalam perkembangan testis dan produksi
sperma. Adapun pada Insecta Terdapat 3 kelompok sel
neuroendokrin yang utama, yaitu.
a. Sel neurosekretori medialis:

memiliki

akson

yang

membentang hingga ke korpora kardiaka, yakni sepasang


orggan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan
pelepasan neurohormon,
b. Sel neurosekretori lateralis:

memiliki

akson

yang

membentang hingga ke korpora kardiaka,


c. Sel neurosekretori subesofageal: terdapat di bawah
kerongkongan dan memiliki akson yang membentang ke
korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai
aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan rangka luar (kulit
luar).
4.2. Sistem Endokrin pada Hewan Vertebrata

31

Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata dapat


dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau
pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Pada vertebrata, sistem saraf memberikan
pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem endokrin. Berbagai organ endokrin tepi
pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan (anterior)
yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior bekerja
dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh saraf.
1. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang
dimiliki hewan vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata
yang terletak di bawah talamus dan berperan dalam mempertemukan sistem
saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan sel syaraf yang terletak di
bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan
kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar
endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar
induk. Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari
ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang dilepaskan ke
pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang. Hormon yang
dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang
membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut .
Kelenjar pituitari belakang disebut daerah neurondokrinal karena
pada daerah ini banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang
badan selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang
disebut juga neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari hipotalamus
akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung akson. Hormon
hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan
oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di
saluran ginjal sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos
33

pada dinding rahim dan kelenjar susu. ADH dan oksitosin merupakan
hormon dari golongan peptida.
Pada semua vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek
hayati serupa dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya
berbeda. Hormon penting lain yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu
hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan hormon penghambat (Release
inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut dilepas dari ujung
akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di dekatnya. Dari
hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang juga
disebut adenohipofisis. RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon
dari pituitari depan.
Hormon dari pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi
pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang merupakan kelenjat tepi,
sebaliknya RIH menghambat pelepasan hormon dari pituitari depan.
Hormon-hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan pituitari beserta
fungsinya masing-masing dapat dipelajari dari Hormon pertumbuhan
merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan berpengaruh pada
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga merangsang
hati untuk melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis dalam
jaringan tulang. TRH merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan
hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju
metabolisme pada mamalia dan metamorfosis pada Amphibia.
2. Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus
dan pituitari. Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru
pada vertebrata. Saat ini banyak diketahui jantung juga mampu
menghasilkan hormon yang disebut ANP. Hormon tersebut berkaitan erat
dengan pengaturan ion natrium diginjal. Hampir semua aktivitas dalam

35

tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses


pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi. Dalam mengatur
aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem saraf .
Contoh hewan vertebrata adalah katak (Amphibia) dan burung (aves).
Berikut akan dijeaskan sistem endokrin pada Amphibia dan aves.
1. Sistem Endokrin pada Amphibia
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi
intern disebut hormon. Fungsi mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh,
merangsang, baik yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan,
mengaktifkan bermacam-macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah
laku makhluk hidup. Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula
hypophysa. Bagian anterior kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan.
Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama pada panjang tulang. Juga
merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Bagian tengah g.pituitaria
menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan
cromatophora dalam kulit. Bagian posterior g. Pituitaria menghasilkan hormon
yang mengatur pengambilan air. Hormon tiroid yang mengatur metabolisme.
Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak.
Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur
meteabolisme zat gula.
2. Sistem endokrin pada Aves
Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa
terletak di dasar otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang
terletak di bawah pena jugularis dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis.
Glandulae pancreatucus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis
atau glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae
37

sexualis menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder


terutama terletak pada warna bulu.
5. Sistem Indra pada Hewan
Sistem indra merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf,
dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indra. Umumnya, sistem indra
yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan
peraba.
A. Sistem Indra Hewan Invertebrata
Sistem indra invetebrata masih sangat sederhana. Berikut ini dijelaskan
sistem indra protozoa. Coelenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan
serangga.
1. Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indra, tetapi peka terhadap rangsangan
cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh.
Englena hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata
berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut.
2. Sistem Indra pada Coelenterata
Hewan berongga seperti ubur- ubur memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori
yang peka tehadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba.
3. Sistem Indra pada Mollusca
Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antena yang panjang,
diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang
antena yang pendek berfungsi sebagai indra peraba.
4. Sistem Indra pada Platyhelminthes
Planaria memiliki sepasang bintik mata pada bagian interior tubuhnya.
Bintik mata tersebut sangat peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria
cenderung bergerak menjahui cahaya. Adapun pada cacing tanah memiliki
indra penerima rangsangan yang cukup baik. Indra tersebut berada di
39

permukaan tubuhnya dan hanya mampu membedakan gelap terang. Sel- sel
yang sesitif terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit bagian
dorsal,(atas), terutama pada bagian anterior (depan). Cacing tanah cenderung
bergerak menjauhi cahaya. Cacing tanah juga peka terhadap rangsanganrangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.
5. Sistem Indra pada Arthropoda
Pada kelas insecta, misalnya serangga memiliki indra penglihatan berupa mata
tunggal (oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki
keduanya. Mata tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri
dari ribuan alat penerima rangsangan cahaya yang disebut Omatidium. Setiap
omatidiun terdiri dari lensa, sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan jatuh
tegak lurus pada lensa.
B. Sistem Indra Hewan Vertebrata
Veterbrata memiliki sistem indra yang lebih berkembang dari hewan
invetebrata. Berikut ini penjelasan indra pada ikan, katak, burung dan mamalia.
1. Sistem Indra pada Pisces
Ikan memiliki indra yang disebut gurat sisi, mata, alat pedengaran dan alat
pencium. Gurat sisi berfungsi mengetahui perubahan air. Sehingga ikan
mengetahui kedudukannya didalam air. Indra yang berkembang baik pada
ikan adalah indra pecium dan indra penglihat. Indra penglihatan pada ikan
berupa sepasang mata yang dilindungi selaput yang tembus cahaya. Indra
pencium pada ikan terdapat didekat mulutnya. Indra pendengar ikan hanya
terdiri dari atas telinga dalam saja yang berfungsi sebagai organ pendengar
dan alat keseimbangan indra pendengar ini kurang berkembang dengan baik.
2. Sistem Indra pada Amphibia
Pada katak, indra penglihatan dan indra pencium berkembang lebih baik dari
pada organ indra lainnya. Indra penglihatan pada katak berupa mata yang
dilindungi kelopak dan membran tembus cahaya yang disebut membran
niktitans. Membran ini berfungsi menjaga kelembaban mata selama didarat
41

dan menghindari gesekan selama di air. Indra pendengar pada katak hanya
terdiri dari telinga bagian tengaj dan telinga bagian dalam. Bagian telinga
paling luar berupa selaput gendang telingan (Membran timpani) yng
berfungsi menangkap getaran suara.
3. Sistem Indra pada Reptil
Indra reptil yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Pada kadal
dan ular, indra penciumnya terletak di langit- langit rongga mulutnya, berupa
lubang- lubang kecil yang tepinya mengandung sel- sel saraf pencium.
4. Sistem Indra pada Aves
Indra pada burung (aves) yang berkembang dengan baik adalah indra
penglihatan yaitu mata. Mata burung dapat berakomodasi dengan baik.
Burung yang hiduo dan mencari makanan pada malam hari pada retinanya
banyak mengandung sel batang. Sedangkan burung yang hidup dan mencari
makanan pada retinanya banyak mengandung sel kerucut. Umumnya burung
memiliki daya akomodasi yang sangat baik sehingga dapat melihat
mangsanya dari jauh.
4. Sistem Indra pada Mamalia
Indra mamalia umumnya berkembang dengan baik. Kepekaan indra pada
masing-masing mamalia berbeda- beda misalnya anjing mempunyai indra
pendengaran yang istimewa. Selain indra pendengaran, anjing memiliki indra
pencium yang sangat tajam. Menangkap getaran bunyi setinggo 150.000 Hz.

43

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah yang telah dijelaskan


pada Bab II Tinjauan Pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua
kegiatan aktivitas tubuh.
2. Sistem saraf pada hewan invertebrata dan vertebrata memiliki
perbedaan. Tidak semua invertebrata memiliki sistem saraf misalnya
protozoa dan porifera, namun setiap sel penyusun tubuhnya mampu
mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Adapun
invertebrata yang lebih kompleks telah memiliki sistem saraf tetapi
lebih sederhana dibandingkan sistem saraf vertebrata yang telah
memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
3. Sistem endokrin (sistem hormon) merupakan suatu senyawa kimiawi
yang berperan dalam mengatur berbagai aktivitas internal hewan yang
bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap fungsi
organ-organ tubuh.
4. Sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar
endokrin tepi. Berbeda dengan vertebrata, sejumlah hewan
invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk
sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel
neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada invertebrata.
5. Sistem indera merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi
untuk proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor
indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan
indra. Pada hewan invertebrata seperti, coelenterata menggunakan
tentakel sebagai alat peraba dan pada cacing tanah memiliki indra yang
berada dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Akan
tetapi, tidak semua makhluk hidup memiliki alat indra. Contohnya
45

pada hewan invetebrata seperti protozoa, tidak memiliki indra, akan


tetapi peka terhadap rangsangan. Adapun veterbrata memiliki sistem
indra yang lebih berkembang dari hewan invetebrata. Hewan- hewan
ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi sebagai
indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang
berfungsi sebagai indra pendengar.

47

DAFTAR PUSTAKA

Abot, Liye. 2011. Sistem Koordinasi pada Hewan. [ditemukan pada http://biologiliyeabot.blogspot.com/2011/11/sistem-koordinasi-pada-hewan.html. Diakses
pada tanggal 26 Agustus 2014]
Anonim. 2014. Macam-macam Sistem Saraf pada Hewan. [ditemukan pada
http://tepus.org/2014/01/macam-macam-sistem-saraf-pada-hewan/. Diakses
pada 27 Agustus 2014]
Anonim.

2012.

Struktur

Hewan

Sistem

Saraf.

[ditemukan

pada

http://qienanz.blogspot.com/2012/03/struktur-hewan-sistem-saraf.html.
Diakses pada tanggal 26 Agustus 2014]
Campbell, N.A. Dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima - Jilid 3.Erlangga: Jakarta.
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa.Alfabeta: Bandung.
Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Ridwan.

2011.

Sistem

Saraf

Hewan.

[ditemukan

pada

http://ridwan-

systemsarafhewan.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014]


Syahraini. 2012. Sistem Endokrin pada Hewan. [ditemukan pada http://syahrainiritz.blogspot.com/2012/07/sistem-endokrin-pada-hewan.html. Diakses pada
tanggal 26 Agustus 2014]

49

Anda mungkin juga menyukai