Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI PSTW KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

PRAKTIK KLINIK
GERONTIK SEMESTER V
T.A. 2023/ 2024

NAMA : SONYA DHIRA


AUDITA NIM : P032114401119

CLINICAL TEACHER CLINICAL INSTRUCTUR

( ) ( )

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
RIAU T. A. 2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan karunia-Nya Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan gerontik pada Pasien HIPERTENSI” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah untuk


memenuhi tugas mandiri pada Mata Kuliah Keperawatan gerontik. Selain itu
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Oleh
karna itu, sudah sepantasnyalah saya pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak terutama Dosen Mata Kuliah Keperawatan
gerontik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Pendahuluan ini masih belum


sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang bisa
membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebihbaik
lagi dimasa mendatang.

Pekanbaru, 06 November 2023

Hormat Penulis,

Sonya Dhira Audita

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

Daftar isi.......................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS..................................................................................3

A. Konsep Medik.....................................................................................................3

2.1 Definisi............................................................................................................3

2.2 Etiologi............................................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinik...........................................................................................5

2.4 Patofisiologi....................................................................................................5

2.5 Pathway..........................................................................................................7

2.6 Klasifikasi Kasus.............................................................................................7

2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................8

2.8 Pemeriksaaan Penunjang.................................................................................9

B. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................11

2.9 Pengkajian.....................................................................................................11

2.10 Diagnosa Keperawatan.................................................................................13

2.11 Intervensi Keperawatan.................................................................................15

2.12 Implementasi Keperawatan...........................................................................21

2.13 Evaluasi Keperawatan...................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana tekanan darah
seseorang bertambah di atas batas normal yang dapat mengakibatkan
peningkatan angka kematian. Sedangkan faktor-faktor yang sering
menyebabkan munculnya masalah kesehatan hipertensi dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu faktor tidak dapat diubah atau dikontrol seperti jenis
kelamin, usia, genetik dan faktor yang dapat dikontrol diantaranya pola
makan, kebiasaan merokok, kelebihan berat badan, kurang melakukan
aktivitas fisik seperti kebiasaan olahraga , mengkonsumsi garam dengan
jumlah berlebihan. (Imelda et al., 2020)
Pervalensi Peningkatan jumlah penderita hipertensi diseluruh dunia
menurut WHO dari sekitar 1.13 miliar orang pada tahun 2015 diperkirakan
menjadi 1.5 miliar orang pada tahun 2025, dan diperkirakan 9,4 juta orang
meninggal dunia karena penyakit hipertensi serta komplikasinya. Banyak
penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami
hipertensi sehingga tidak memperoleh penatalaksanaan dengan baik bahkan
penderita yang menyadari dirinya terkena hipertensi justru tidak rutin
mengonsumsi obat.

Dampak Hipertensi seperti nyeri ditengkuk, pusing, gangguan pola


tidur serta dapat terjadi komplikasi apabila tekanan darah tinggi tidak
mendapatkan pengobatan dan penatalaksanaan dengan baik karena
kurangnya tingkat pengetahuan, akibatnya dalam jangka panjang dapat
terjadi kerusakan arteri di dalam tubuh. Komplikasi hipertensi dapat terjadi
pada organ jantung yang mengakibatkan gagal jantung, penyakit hipertensi
diklaim sebagai salah satu faktor risiko munculnya stroke. Komplikasi pada
organ ginjal mampu mengakibatkan gagal ginjal sehingga ginjal tidak dapat
berfungsi secara efektif kembali. (Anshari, 2020)

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medik
2.1 Definisi
Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021)
adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih
pengukuran tekanan darah.
Pengertian hipertensi Menurut bruner & suddart dalam (Istichomah,
2020) hipertensi merupakan kondisi yang tidak normal dimana tekanan darah
meningkat melebihi batas normal yang dapat mengganggu kerja organ dan
dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke serta penyakit arteri
coroner. Hipertensi masuk dalam the silent killer dimana seseorang yang
mengalami hipertensi tidak menyadari bahwa tubuhnya terkena hipertensi
apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Menurut (Hariawan & Tatisina, 2020) hipertensi adalah kondisi
dimana peningkatan tekanan darah individu meningkat diatas normal dan
meningkatkan angka kematian. Penyakit hipertensi masih menjadi persoalan
besar masalah kesehatan yang apabila tidak diatasi dengan baik akan
mengakibatkan keparahan lainnya. Dibutuhkan penatalaksanaan hipertensi
yang tepat dan akurat.

2.2 Etiologi
Menurut (Purwono et al., 2020) penyebab hipertensi secara umum
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Faktor penyebab yang tidak dapat dikendalikan antara lain :

1) Usia

Dengan bertambahnya usia individu memiliki resiko hipertensi yang

4
lebih tinggi, terutama usia lanjut rentan terkena penyakit degeneratif
seperti hipertensi. Semakin bertambahnya usia jantung akanmengalami
penumpukan zat yang menyebabkan dinding arteri menebal. Sehingga
pembuluh darah akan kaku dan menyempit.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat menjadi salah satu faktor resiko hipertensi, wanita
akan lebih beresiko daripada laki laki ketika sudah melewati fase
monopause. Hal ini dikarenakan hormon ekstrogen pada wanita akan
berkurang secara perlahan. Namun laki laki juga beresiko jika terbiasa
melakukan pola hidup yang tidak sehat.
3) Genetik
Seseorang yang memiliki keturunan sebelumnya terkena hipertensi
akan mempunyai resiko lebih tinggi, di karenakan peningkatan kadar
sodium intraseluler yang mengakibatkan kadar potasium menurun
dalam tubuh.
b. Faktor yang bisa diubah

1) Pola hidup seperti merokok

Merokok dapat menyebabkan tekanan darah naik . karena adanya


kandungan nikotin yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit.

2) Kurang melakukan aktivitas fisik

Dengan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga teratur dapat


menyebabkan tekanan perifer menurun sehingga tekanan darah
menurun dan mengurangi resiko terjadinya hipertensi
3) Kelebihan berat badan
Ketika seseorang mengalami berat badan berlebih curang jantung dan
sirkulasi pembuluh darahnya akan meningkat hal ini dikarenakan
timbunan lemak yang mempersempit aliran pembuluh darah sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi,
4) Menggonsumsi garam berlebih

5
Garam yang dikonsumsi dengan berlebihan akan menyebabkan
natrium diserap oleh pembuluh darah sehingga terjadi retensi air yang
berakibat meningkatnya volume pembuluh darah

2.3 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis menurut (Nisa, 2017) yang sering terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :
a. Tekanan darah meningkat melebihi batas normal (140/90 mmHg)
b. Nyeri dibagian tengkuk seperti tertimpa beban yang berat
c. Mengalami gangguan pola tidur
d. Sakit kepala
e. Telinga berdering
f. Jantung berdebar debar
g. Penglihatan kabur

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah kekorda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotordihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang

6
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).

7
2.5 Pathway

Sumber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017).

2.6 Klasifikasi Kasus

Hipertensi dibedakan menjadi dua golongan jika dilihat dari


penyebabnya, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer atau hipertensi esensial adalah suatu kejadian dimana terjadi
peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Kurang

8
lebih 95% dari kasus hipertensi disebabkan oleh hipertensi primer atau
esensial. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial ini seperti,
lingkungan, sistem renin-angiotensin, genetik, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan
faktor-faktor yang berisiko meningkatkan tekanan darah seperti obesitas dan
merokok (Ayu, 2021)

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang


berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Sekitar 10%
dari kasus hipertensi termasuk hipertesni sekunder dan telah diketahui
sebabnya. Peyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, penggunaan estrogen, hiperaldosteronisme primer,
sindroma Cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Kebanyakan kasus hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
penatalaksanaan penyebabya secara tepat (Diartin et al., 2022)
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)
Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk mengontrol hipertensi secara umum dibagi


menjadi dua jenis manajemen penatalaksanaan yaitu sebagai berikut:

a. Penatalaksanaan keperawatan.

1. Diit yang terkontol

Dengan membatasi atau kurangi konsumsi garam yang berlebih.


Kemudian menurunkan berat badan dapat menyebabkan tekanan

9
darah menurun serta penurunan aktivitas renin dan aldosteron dalam
plasma.

2. Menerapkan pola hidup sehat

Terapkan pola hidup sehat seperti tidak merokok, istirahat cukup,


serta rutin berolahraga untuk membantu mengontrol tekanan darah
dalam batas normal

b. Penatalaksanaan medis.

Untuk memilih obat anti hipertensi terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya memiliki efektivitas yang tinggi, Memberikan
efek samping yang ringan, Mengutamakan obat oral, Harga obat relatif
murah sehingga memungkinkan dijangkau oleh klien tanpa mengurangi
kualitas obat, Memungkinkan untuk dikonsusi dalam jangka panjang.
Antara lain obat hipertensi yaitu obat obat golongan betablocker yang
berfungsi menghambat hormon adrenalin sehingga dapat mengontrol
tekanan darah misalnya atenol, bisoprolol, metoprolol. Selain itu
diuretik juga menjadi salah satu obat yang sering dianjurkan untuk
penderita hipertensi yang bekerja dengan cara mengeluarkan natrium
dan cairan dalam tumbuh yang berlebih (Setiani, 2018)

2.8 Pemeriksaaan Penunjang

1) Pemeriksaan tekanan darah

Untuk mengetahui hasil dari tekanan sistolik dan diastol dari penderita
hipertensi sehingga mengetahui peningkatan volume tekanan darah

2) Pemeriksaan fisik secara menyeluruh serta riwayat kesehatan

3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi organ seperti ginjal


dan jantung, kemampuan ginjal untuk mengeluarkan zat sisa
sertakelebihan natrium dan cairan kemudian pemeriksaan darah lengkap
seperti Hb, ht

1
serta kreatinin

4) Ultrasonografi. dapat memperoleh gambaran ginjal serta arterinya melalui


gelombang suara.

5) Elektrokardiogram. berfungsi mengetahui kelistrikan jantung serta


keefektifan kerja jantung, apabila ada kemungkinan bahwa gangguan
jantung merupakan penyebab hipertensi.

6) Photo dada : mengambarkan destruksi klasifikasi diarea katup, serta


pembesaran jantung (Nurhidayat, 2019)

1
B. Konsep Asuhan Keperawatan
2.9 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal yang dilakukan untuk menentukan


langkah langkah berikutnya. Data dari hasil pengkajian dapat diperoleh
dengan cara wawancara serta observasi terkait kondisi klien maupun
lingkungan sekitarnya. Data yang perlu dikaji dalam pengkajian keluarga
diantaranya :
a. Riwayat Penyakit
1) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, noregister, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klienApakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk
c) Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
3) Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit
tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkenaSelain itudengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D,
1995)
4) Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit
paget's yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itupenyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko
terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang.
1
5) dengan penyakit tulang merupakan salah faktor predisposisi terjadinya seperti
diabetesosteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik.
6) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari- harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital:
a) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, anxietas, atau
hipotensi
b) Tachikardi (respon stres, hipovolemi)
c) Penurunan tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian
2. Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
3. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
4.Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot
5. Kebas/ kesemutan (parastesis)
6. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
7. Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi
8. Agitasi, berhubungan dengan nyeri, anxietas atau trauma lain
9. Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)
10. Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
11. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap/ hati-hati)

(Maryam, dkk, 2008)

1
2.10 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan


masalah hipertensi berdasarkan standar diagnosa keperawatan Indonesia
(SDKI) (PPNI, 2017).
 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
 Resiko cidera dibuktikan dengan ketidak normalan profil darah
 Hipervolimia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
2.11 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Kode : 0011 Curah jantung : Perawatan jantung :
Resiko penurunan L.02008 I.02075 Observasi :
curah jantung
berhubungan Setelah dilakukan Observasi : 1. Mengetaahui
dengan tindakan keperawatan tanda dan gejala
diharapkan aktivitas 1. Identifikasi penurunan curah
peningkatan
meningkat dengan tanda/gejala primer jantung
afterload,
kriteria hasil: penurunan curah 2. Tekanan darah
vasokonstriksi,
jantung (meliputi pada pasien
hipertrofi/rigiditas
 Bradikardi dispnea, kelelaham, dengan curah
ventrikuler,
menurun (5) edema, ortopnea, jantung perlu
iskemia miokard.
 Takikardi paroxysmal nocturnal untuk dimonitor
menurun (5) dyspnea CPV) untuk penegakan
 Lelah menurun 2. Monitor tekanan diagnostik
(5) darah 3. Mengetahui
 Dispnea menurun 3. Monitor saturasi kadar oksigen
(5) oksigen dalam tubuh
 Sianosis menurun 4. Monitor keluhan pasien
(5) nyeri dada (misal. 4. Nyeri dada yang
Intensitas, lokasi, muncul pada
radiasi, durasi, pasien
presivitasi yang penurunan curah
mengurangi nyeri). jantung biasanya
5. Periksa tekanan darah memicu adanya
1
dan frekuensi nadi komplikasi atau
sebelum dan sesudah kelainan dengan
aktivitas sistem koroner
Terapeutik : 5. Mengetahui
perubahan
1. Posisikan pasien tekanan darah
semi-fowler dengan yang terjadi
kaki ke bawah atau sebelum dan
posisi nyaman sesudah aktivitas
2. Berikan oksigen Terapeutik :
untuk
mempertahankan 1. Posisi semi fowler
saturasi oksigen agar pasien lebih
>94% nyaman dan
Edukasi : membuat sirkulasi
darah mengalir
1. Anjurkan beraktivitas dengan baik
fisik sesuai toleransi 2. Mempertahan
2. Anjurkan aktivitas oksigen dalam tubuh
fisik secara bertahap agar >94%
Kolaborasi : Edukasi :
1. Kolaborasi 1. Agar menjangkau
pemberian kemampuan pasien
antiaritmia, jika ddalam beraktifitas
perlu 2. Mencegah
terjaadinya
kelelahan
Kolaborasi :
1. Antiaritmia dalah
obat yang digunakan
untuk menangani
kondisi aritmia atau
ketika denyut
jantung berdetak
terlalu cepat/terlalu
lambat dan tidak
teratur
Kode : D.0077 Tingkat nyeri : L.08066 Manajemen nyeri :
108238 Observasi :
Nyeri akut Setelah dilakukan
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : 1. Untuk mengetahui
dengan selama 3x24 jam karakteristik nyeri
peningkatan diharapkan skala nyeri 1. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengetahui
tekanan vaskuler dapat berkurang dengan karakteristik, durasi, skala nyeri yang
serebral. kriteria hasil: frekuensi, kualitas, dirasakan
intensitas nyeri

1
1
 Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala Terapeutik :
menurun (5) nyeri
 Meringis Terapeutik : 1. Tindakan ini
menurun (5) memungkinkan klien
 Frekuensi nadi 1. Berikan teknik non untuk mendapatkan
membaik (5) farmakologis untuk rasa kontrol terhadap
mengurangi nyeri ( nyeri.
relaksasi nafas dalam Edukasi :
Edukasi :
1. Pasien mengetahui
1. Jelaskan penyebab, penyebab nyeri
periode, dan pemicu 2. Pasien mengetahui
nyeri tindakan yang
2. Jelaskan strategi dilakukan saat nyeri
meredakan nyeri muncul
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Agen-agen ini secara
pemberian analgetik, sistematik
jika perlu menghasilkan
relaksasi umum dan
menurunkan
inflamasi sehingga
mengurangi rasa
nyeri
Kode : D.0056 Toleransi aktivitas Manajemen energi : I.
: L.05047 05178 Observasi :
Intoleransi
aktivitas Setelah dilakukan Observasi : 1. Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan penyebab kelelahan
dengan kelemahan, selama 3x24 1. Identifikasi gangguan 2. Mengobservasi
ketidakseimbangan jam diharapkan aktivitas fungsi tubuh yang kelelahan yang
suplai dan meningkat dengan mengakibatkan terjadi
kebutuhan oksigen kriteria hasil: kelelahan Terapeutik :
2. Monitor kelelahan
 Frekuensi nadi fisik 1. Melatih anggota
meningkat (5) Terapeutik : gerak
 Saturasi oksigen Edukasi :
meningkat (5) 1. lakukan latihan
 Keluhan lelah rentang gerak pasif 1. Mencegah terjadinya
menurun (5) dan/aktif kelelahan berlebih
 Dispnea saat Edukasi : 2. Aktivitas secara
aktivitas bertahap agar pasien
1. Anjurkan tirah dapat rerlatih
menurun (5)
baring Kolaborasi ;
 Dispnea setelah
2. Anjurkan melakukan
aktivitas 1. Agar nutrisi pasien
aktivitas secara
menurun (5) terpenuhi dan dapat
bertahap
menambah energi
1
1
Kolaborasi ; bagi pasien
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Kode : D.0136 Tingkat cedera : Pencegahan cedera :
L.14136 I.14537 Observasi :
Resiko cidera
dibuktikan dengan Setelah dilakukan Observasi : 1. Mengetahui adanya
ketidak normalan tindakan keperawatan bahaya pada area
profil darah selama 3x24 1. Identifikasi area lingkungan pasien
jam diharapkan tingkat lingkungan yang yang berpotensi
cidera pasien dapat berpotensi menyebabkan cidera
menurun dengan kriteria menyebabkan cedera 2. Mencegah adanya
hasil: 2. Identifikasi obat yang obat yang berpotensi
berpotensi menyebabkan cidera
 Tekanan darah menyebabkan cedera Terapeutik :
membaik (5) Terapeutik :
 Frekuensi nadi 1. Sosialisasikan pasien 1. Mengetahui
membaik (5) dan keluarga dengan bagaimana keadaan
lingkungan ruang lingkungan ruang
rawat ( mis , rawat
penggunaan telepon , 2. Agar pasien tidak
tempat tidur , jatuh atau cidera saat
penerangan dan lokasi perawatan
kamar mandi ) 3. Agar pasien tidak
jatuh atau cidera saat
2. Pastikan roda tempat tidur
tidur atau kursi roda 4. Mengetahui terapi
dalam kondisi fisik yang tepat
terkunci untuk pasien
3. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Diskusikan mengenal
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan -
5. Diskusikan bersama
anggota keluarga
yang dapat
mendampingi pasien

1
2
6. Tingkatan frekuensi Edukasi :
observasi dan
pengawasan pasien, 1. Mengetahui tujuan
sesuai kebutuhan dari intervensi yang
sedang dilakukan
Edukasi : 2. Agar pasien dapat
merasakan kondisi
1. Jelaskan alasan tubuhnya sebelum
intervensi bangkit dari tempat
pencegahan jatuh tidur
ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan
duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri
Kode : D.0022 Keseimbangan cairan : Pemantauan cairan :
L.05020 I.03121 Observasi :
Hipervolimia
berhubungan Setelah dilakukan Observasi : 1. Mengetahui
dengan kelebihan tindakan keperawatan perubahan
asupan cairan selama 3x24 1. Monitor frekuensi dan frekuensi dan
jam diharapkan kekuatan nadi kekuatan nadi
keseimbangan cairan pasien
2. Monitor tekanan
pasien dapat meningkat 2. Mengetahui
darah
dengan kriteria hasil: perubahan
3. Monitor intake dan - tekanan darah
 Tekanan darah pasien
output cairan
membaik (5) 3. Mengetahui
 Denyut nadi 4. Identifikasi tanda - perubahan Intek
radial membaik tanda hipervolemia ( dan output cairan
(5) mis dispnea , edema tubuh pasien
perifer , edema 4. Mengetahui
anasarka , JVP adanya tanda-
meningkat , CVP tanda
meningkat , refleks hipervolimia
hepatojugular positif , 5. Mengetahui apa
berat badan menurun saja faktor resiko
dalam waktu singkat ) ketidak
seimbangan
5. Identifikasi faktor
cairan pasien
risiko
ketidakseimbangan
cairan ( mis . prosedur
pembedahan mayor ,
trauma / perdarahan ,
2
2
luka bakar , aferesis ,
obstruksi intestinal ,
peradangan pankreas ,
penyakit ginjal dan Terapeutik :
kelenjar , disfungsi
1. Mengetahui
intestinal )
efektivitas
Terapeutik : tindakan yang
sudah dilakukan
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai 2. Mengetahui
dengan kondisi perkembangan
pasien kesehatan pasien

2. Dokumentasikan hasil Edukasi :


pemantauan 1. Mengetahui
Edukasi : tujuan dan
prosedur
1. Jelaskan tujuan pemantauan
dan prosedur yang dilakukan
pemantauan
2. Informasikan hasil 2. Agar pasien
pemantauan , jika mengetahui
perlu kondisi
kesehatannya
Kode : D.0111 Tingkat pengetahuan : Edukasi kesehatan :
L.12111 I.12383 Observasi :
Defisit
pengetahuan Setelah dilakukan Observasi : 1. Mengetahui siap
berhubungan tindakan keperawatan atau tidak pasien
dengan kurangnya selama 3x24 1. Identifikasi menerima
informasi tentang jam diharapkan kesiapan dan informasi
proses penyakit pengetahuan pasien kemampuan 2. Agar pasien
dapat meningkat dengan menerima lebih optimal
kriteria hasil: informasi dalam menerima
2. Identifikasi faktor- informasi dan
1. Kemampuan faktor yang dapat menerapkannya
menjelaskan meningkatkan dan Terapeutik :
pengetahuan menurunkan moti
tentang suatu vasi perilaku 1. Memudahkan
topik meningkat hidup bersih dan dalam
(5) sehat penyampaian
2. Perilaku sesuai Terapeutik : penkes
dengan 2. Agar penkes
pengetahuan 1. Sediakan materi berjalan secara
meningkat (5) dan media efektif
pendidikan 3. Dapat menggali

2
kesehatan seberapa tingkat
2. Jadwalkan keingintahuan
pendidikan keseh pasien
atan sesuai Edukasi :
kesepakatan
3. Berikan 1. Agar pasien
kesempatan untuk mengetahui
bertanya faktor apa saja
Edukasi : yang dapat
mempengaruhi
1. Jelaskan faktor 2. Pasien
resiko yang dapat mengetahui
mempengaruhi bagaimana
kesehatan perilaku hidup
2. Ajarkan perilaku bersih dan sehat
hidup bersih dan
sehat

2.2.4. Implementasi keperawatan

Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.
2.2.5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan.

2
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan materi mengenai konsep dasar hipertensi dan konsep asuhan
keperawatan teoritis pada klien dengan diagnosa medis hipertensi dapat disimpulkan bahwa, hipertensi
merupakan pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan
ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.
Diagnosa keperawatan yang didapat pada asuhan keperawatan teoritis hipertensi ini yaitu sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
4. Resiko cidera dibuktikan dengan ketidak normalan profil darah
5. Hipervolimia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


3.2 Saran
Hal yang biasa dilakukan untuk mencegah hipertensi:

 Jangan tambahkan garam di meja makan dan hindari makanan asin, makanan cepat
saji, makanan kaleng dan bumbu penyedap makanan/vetsin.
 Ukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur.
 Minumlah obat secara teratur, sesuai instruksi dokter

2
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Z. (2020). Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan
Pengetahuan Pasien Terhadap Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya.
Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(2),44–51.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM/article/view/289

Kholifah, Si. N., & Widagdo, W. (2016). KEPERAWATAN


KELUARGAN DAN KOMUNITAS. Kementerian kesehatan republik
indonesia.
Nurhidayat, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi.UNMUHPonorogoPress.
https://doi.org/10.31227/osf.io/y2qsv
PPNI, TIM POKJA SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus
PPNI.
PPNI, TIM POKJA SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan
Pengurus PPNI.
PPNI, TIM POKJA SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan
Pengurus PPNI.
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Wacana
Kesehatan, 5(1), 531–542.

Anda mungkin juga menyukai