Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.

E DENGAN
GANGGUAN SYSTEM CARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI
PUSKESMAS LAGUBOTI

Laporan Tugas Akhir (LTA)


Disusun dan Rangka Menyelesaikan
Program Studi S1 Keperawatan

Oleh:
DEBORA ANZELINA SIRAIT 160204020
ELIS MELINA BR MANULLANG 160204019
ENDANG ROTUA PAKPAHAN 160204049
ERMA FITRI SAMOSIR 160204051
ASANIAMAN ZEGA 150206008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah memberi
segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul : “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. E Dengan Gangguan
System Cardiovaskuler : Hipertensi Di Puskesmas Laguboti ”
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS, sebagai Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan
5. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, sebagai dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas
Akhir ini.
6. Dosen dan seleruh staff pegawai Pendidikan D-III Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua penulis yang sangat penulis cintai
(Lilik Darmadi & Basiah), abang (Deni Irawan), kakak (Pungut Indah
Sari), dan kekasih (Andre Irawan) dan semua keluarga yang banyak
memberikan doa, dukungan, motivasi maupun materi kepada penulis
untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman mahasiswa/i D-III Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah mendukung dan
berpartisipasi dalam penyusun Laporan Tugas Akhir ini.
Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.

Medan, April 2018

(ELIS, ENDANG, ERMA, DEBORA, ASANIAMAN)


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................
1.3.1 Akademis .........................................................................
1.3.2 Secara Praktis ..................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian .................................................................................
2.2 Etiologi .....................................................................................
2.3 Epidemiologi ............................................................................
2.4 Manifestasi Klinis .....................................................................
2.5 Patofisiologi ..............................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................
2.8 Pengkajian ................................................................................
2.9 Diagnosa Keperawatan .............................................................

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Studi Kasus ......................................................................
3.2 Lokasi Studi Kasus ...................................................................
3.3 Subjek Studi Kasus ...................................................................
3.4 Waktu Studi Kasus ...................................................................
3.5 Instrumen Studi Kasus ..............................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (silvya A. Price). Hipertensi merupakan suatu keadaan
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan
diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah
(Nurarif & Kusuma, 2015).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan hipertensi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi.
c. Membuat intervensi yang tepat pada pasien dengan hipertensi.
d. Melakuan implementasi pada pasien dengan hipertensi.
e. Melakukan evaluasi pada pasien hipertensi.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasa pasien hipertensi.
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1.3.1 Akademis
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan pada pasien dengan hipertensi.
1.3.2 Secara Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Hasil studi ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan
keperawatan di rumah sakit agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi.
c. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan
memberikan pemahaman yang lebih tentang asuhan
keperawatan pada paien hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya


140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (silvya A. Price) (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

1. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.


Faktor yang mempengaruhinya yaitugenetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
interaseluler. Faktor – faktor yang meningkatkan resiko obesitas,
merokok, alkohol, dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu : pengguna esterogen, penyakit ginjal, sindrom cushing


dan hipertensi yang berhungan dengan kehamilan. Hipertensi pada usia
lanjut dibedakan atas :

1. Hipertensi dimana tekanan sitolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.

2. Hipertensi sitolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari


110 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :

1. Elastisitas dinding – dinding aorta menurun.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 100 % setiap tahun


sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena


kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik


(mmHg)
1. Optimal < 120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100– 119
Grade 4 (sangat berat) > 210 < 120

2.3 Epidemiologi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang


cukup banyak menggangu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada
manusia yang sudah berusia setengah umur ( usia lebih dari 40 tahun). Namun,
banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini
disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan
gangguan yang serius pada kesehatannya. Di Amerika, data statistik pada tahun
1980 menunjukkan bahwa sekitar 20 % penduduk menderita hipertensi. Di
Indonesia belum ada penelitian nasional yang menyeluruh, namun diperkirakan
angka statistik di Indonesia tidak jauh berbeda dengan Amerika.

2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibagi menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak berukur.

b. Gejala yang lajim

Sering dikatakan bahwa gejala terlajim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlajim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu

a. Mengekuh sakit kepala, pusing.

b. Lemas, kelelahan.

c. Sesak nafas.

d. Gelisah.

e. Mual.

f. Muntah.

g. Epistaksis.

h. Kesadaran menurun.
2.5 Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada
medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,sodium, dan air
(Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume


cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN/kreatinin :memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi


ginjal.

c. Glokosa : hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat


diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisaratkan disfungsi ginjal


dan ada DM.

2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan dimana luas, peninggian


gelompang P adalah salah satu tanda dini penyakit hipertensi.

4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,


perbaikan ginjal.

5. Foto dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,


pembesaran jantung .

2.7 Penatalaksanaan

a. Pengaturan diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan rendah
lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat
mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung menurunkan
resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu
mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk dan sebagainya
yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan awetan dalam
kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam makanan (Vitahealth,
2005).

Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit


kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya dengan
lemak polyunsaturatedatau monounsaturateddapat menurunkan resiko
tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama ikan yang masih segar
yang belum diawetkan dan tidak diberi kandungan garam yang berlebih
(Syamsudin, 2011).

b. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat


Gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko
komplikasi hipertensiseperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum
kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas berolahraga
(Junaidi, 2002), makanan yang diawetkan didalam kaleng memiliki kadar
natrium yang tinggi didalamnya. Gaya hidup itulah yang meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi hipertensikarena jika pasien memiliki tekanan
darah tinggi tetapi tidak mengontrol dan merubah gaya hidup menjadi
lebih baik maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi (Vitahealth,
2005).Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya hidup yang baik
bagipenderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat badan hingga berat
badan ideal dengan munggurangi asupan lemak berlebih atau kalori total.
Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian juga dapat mengontrol
tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah dan sayuran yang
masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin, 2011).

c. Menejemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya komplikasi
hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan
mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk relaksasi, dan
istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat mengurangi stres
dimana dengan olahraga teratur membuat badan lebih rileks dan sering
melakukan relaksasi (Muawanah, 2012). Ada 8 tehnik yang dapat
digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah terjadinya
kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi yaitu dengan cara :
scantubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran, hipnotis atau
visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif, olahraga dan
terapi musik (Sutaryo, 2011).

d. Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan darah.
Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru menyadari
saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi dianjurkan untuk
rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Obat
antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan pengendalian
tekanan darah(Sudoyo, 2010).
Keteraturan berobat sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien
dalam batas normal dan untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi
akibat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol (Annisa, 2013).

e. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan
kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut adalah
latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak jalan,
berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahragasecara teratur
dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin,
2009).Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan
kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan
bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksudyaitu latihan ringan
seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).

f. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi)


1) Prinsip pengobatan dengan antihipertensi adalah sebagai berikut:
a) Tujuan pengobatan hipertensi yaitu untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi.
b) Manfaat terapi hipertensi menurunkan tekanan darah dengan
antihipertensi yang telah terbukti menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, yaitu stroke, iskemia jantung, gagal
jantung kongestif, dan memberatnya hipertensi.
c) Memutuskan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak hanya
ditentukan dengan tingginya tekanan darah tetapi adanya faktor
rsiko penyakit kardiovaskuler lainnya.
d) Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika tekanan
darah tidak dikendalikan) (Syamsudin, 2011).

2.8 Pengkajian

1. Anamnese

a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, suku, agama,

pendidikan, status perkawinan, alamat.

b. Informasi dan diagnosa medik yang penting.

c. Data riwayat kesehatan.

d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit hipertensi

sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan hipertensi.

e. Riwayat keseharan sekarang

1) Biasanya klien pusing, demam

2) Sakit kepala saat melakukan aktivitas


f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat keluarga (-) hipertensi

2) Riwayat keluarga (-) menderita penyakit hipertensi, dan lain-lain

(Andre & Yessie 2013, h. 193).

2. Data dasar pengkajian klien

a. Aktifitas/istirahat Gejala:

1) Kelelahan, keletihan, malaise.

2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena

flu, demam, sakit kepala.

3) Ketidakmampuan untuk tidur.

b. Sirkulasi

Gejala: sakit kepala.

c. Intregitas ego

Gejala:

1) Peningkatan faktor resiko

2) Perubahan pola hidup

3) Perasaan takut akan kehilangan suara

4) Ansietas, depresi

d. Pernapasan

Gejala: riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa

sputum

e. Keamanan

Gejala: Perubahan pendengaran.

f. Seksualitas
Penurunan libido (Andra & Yessie 2013)

2.9 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hasil yang dicapai Intervensi


NANDA (NOC) (NIC)
Resiko penurunan curah Status sirkulasi : Regulasi hemodinamik :
jantung - Berpartisipasi dalam Independen
Faktor resiko : aktivitas yang - Ukur TD dikedua
- Perubahan afterload mengurangi tekanan lengan atau paha.
(mis,. darah (TD) dan Lakukan 3 kali
Peningkatan beban kerja jantung. pemeriksaan,
resitensi vascular dengan jarak 3-5
sistemik, - Mempertahankan menit sambil
vasontriksi) TD dalam kisaran klien beristirahat,
- Perubahan normal individu. duduk, dan
kontraktilitas kemudian berdiri
(misalnya hipertropi - Mendemonstrasikan untuk evaluasi
ventrikel atau irama dan frekuensi awal. Gunakan
regiditas iskemia jantung stabil dalam ukuran manset
miokardium) kisaran normal. yang tepat dan
teknik yang
Definisi : akurat.
Ketidakadekuatan darah Perhatikan
yang dipompa oleh jantung terjadinya
untuk memenuhi kebutuhan peningkatan
metabolic tubuh. tekanan sistolik
dan diastoli.

- Perhatikan
adanya dan
kualitas nadi
sentral dan
perifer,
- Auskultasi tonus
jantung dan suara
nafas.

- Observasi warna
kulit,
kelembaban, suhu
tubuh, dan waktu
pengisian kapiler

- Perhatikan edema
dependen dan
edema umum.

- Beri lingkungan
yang tenang dan
damai,
minimalkan
aktivitas dan
bising
dilingkungan.
Pertimbangkan
membatasi
jumlah
pengunjung atau
lama waktu
kunjungan.

- Pertahankan
pembatasan
aktivitas selama
situasi krisis
seperti tirah
baring atau
istirahat dikursi
dan jadwalkan
periode isitrahat
tanpa gangguan ;
bantu klien
melaksanakan
aktivitas
perawatan diri
sesuai kebutuhan.

- Beri tindakan
kenyamanan,
seperti massase
punggung dan
leher atau
tinggikan kepala.

- Instruksikan atau
ajarkan teknik
relaksasi,
imajinasi
terbimbing, dan
distraksi.

- Pantau respon
terhadap
medikasi
pengendali
tekanan darah.

Kolaboratif
- Beri medikasi,
sesuai indikasi :
diuretic,
betableker,
inhibitor,
anggiotensi-
konverting enzim
(ACE) deker
reseptor
anggiotensi II,
kalsium channel
bloker, obat-obat
kombinasi
(amlodipin dan
hidroklotiazid,
nadolol dan
bendroflometiadi
d, hidralazin dan
hidroklotiazid),
vasodilator
parenteral kerja
langsung

- Implementasikan
pembatasan diet
sesuai indikasi,
seperti
mengurangi
kalori dna
menghindari
karbohidrat
murni, natrium,
lemak, dan
kolestrol.

- Persiapkam
pembedahan jika
diindikasikan.
Intoleransi aktivitas Edurence : Manajemen energi :
Yang berhubungan dengan : - Berpartisipasi dalam Independen
- Kelemahan umum aktivitas yang - Kaji respon klien
- Ketidakseimbangan diperlukan dan terhadap
antara suplai dan diinginkan. aktivitas, catat
kebutuhan oksigen - Melaporkan frekuensi nadi
Definisi : peningkatan yang yang lebih cepat
Ketidakcukupan energi dapat teruput dalam 20x /I dari
psikologis atau fisiologis toleransi aktivitas frekuensi saat
untuk mempertahankan atau - Mendemonstrasikan istirahat ;
menyelesaikan aktivitas penurunan tanda- peningkatan TD
kehidupan sehari-hari yang tanda fisiologis (sistolik
baru atau yang ingin intoleransi. meningkat 20
dilakukan. Manajemen energi : mmHg) selama
dan setelah
Independen aktivitas, dispnea
- Kaji respon klien ata nyeri dada,
terhadap aktivitas, keletihan dan
catat frekuensi nadi kelemahan dan
yang lebih cepat 20x diavoresis,
/I dari frekuensi saat pening, sinkop.
istirahat ; - Ajari klien teknik
peningkatan TD penghematan
(sistolik meningkat energi, seperti
20 mmHg) selama menggunakan
dan setelah kursi saat mandi
aktivitas, dispnea sower, duduk saat
ata nyeri dada, menyikat gigi
keletihan dan atau menyisir
kelemahan dan rambut, dan
diavoresis, pening, melaksanakan
sinkop. aktivitas dengan
- Ajari klien teknik kecepatan yang
penghematan energi, lebih lambat.
seperti - Dorong aktivitas
menggunakan kursi progresif dan
saat mandi sower, perawatan diri
duduk saat menyikat jika ditoleransi.
gigi atau menyisir Beri bantuan
rambut, dan sesuai kebutuhan.
melaksanakan
aktivitas dengan
kecepatan yang
lebih lambat.
Nyeri akut Kontrol Nyeri : Manejemen Nyeri :
Yang berhubungan dengan : - Laporan nyeri atau - Tentukan
Agens fisik (peningkat tindakan spesifikasi nyeri
tekanan vascular serebral) ketidaknyamanan – Lokasi
merendah atau (misalnya., area
Definisi : terkontrol. suboksepital),
Pengalaman sensorik dan - Mengatakan metode karakteristik
emosi tidak menyenangkan yang meredekan (misalnya.,
yang muncul akibat nyeri seperti tertusuk-
kerusakan jaringan actual - Mematuhi regimen tusuk, kaku leher,
atau potensial atau yang farmakologis yang pandangan
digambarkan sebagai diresepkan. kabut), intensitas
kerusakan (Internasional (0-10, atau skala
Association for the study of lain), awitan
pain) ; awitan yang tiba-tiba (misalnya., terjadi
atau lambat dari intensitas saat bangun
ringan hingga berat dengan tidur), dan durasi
akhir yang dapat (misalnya.,
diantisipasi atau diprediksi. menghilangkan
secara spontan,
setelah terbangun
dan berjalan-
jalan. Perhatikan
petunjuk
nonverbal
(misalnya., ragu
untuk
menggerakkan
kepala,
menggosokkan
kepala,
menghindari sinar
terang/bising).

- Dorong dan
pertahankan tirah
baring selama
fase akut, jika di
indikasikan.

- Beri atau
indikasikan
nonfarmakologis
untuk meredakan
sakit kepala,
seperti
menempelkan
washlap dingin
dahi ; menggosok
punggung dan
leher ; ruangan
tenang, bercahaya
redup ; teknik
relaksasi, seperti
imajinasi
terbimbing dan
distraksi ; dan
aktivitas
penggali.

- Hilangkan atau
minimalkan
aktivitas yang
membuat
vasokontriksi
yang dapat
memperburuk
sakit kepala,
seperti
menggendan saat
defikasi, batuk
lama, dan
membungkuk.

- Bantu klien
berjalan, sesuai
kebutuhan.
Kolaboratif :
- Beri analgesik,
jika
diindikasikan.

- Beri agens anti –


ansietas, seperti
Larazepam,
aprazolam, dan
diazepam.
Ketidakefektifan koping Koping : Peningkatan koping :
Yang berhubungan dengan : - Mengidentifikasi Independen
- Ketidakadekuatan perilaku koping - Kaji efektivitas
sumber yang yang tidak efektif strategi koping
tersedia dan akibatnya. dengan
- Ketidakadekuatan - Mengungkapkan mengobservasi
tingkat kepercayaan kesadaran tentang perilaku, seperti
dalam kemampuan kemampuan dan kemampuan
untuk koping kekuatan kopingnya mengungkapkan
- Ketidakadekuatan sendiri. perasaan dan
tingkat persepsi - Mengidentifikasi kekhawatiran,
kontrol situasi yang dan keinginan
- Krisis situasi berpotensi berpartisipasi
menyebabkan stress dalam rencana
Definisi : dan melangkah terapi.
Ketidakmampuan untuk untuk menghindari
membentuk penilaian valid atau memodifikasi - Catat laporan
tentang stressor, situasi stress gangguan tidur,
ketidakadekuatan pilihan tersebut. peningkatan
respon yang dilakukan, dan - Mendemonstrasikan keletihan,
/atau ketidakmampuan penggunaan gangguan
untuk menggunakan sumber keterampilan koping konsentrasi,
daya yang tersedia yang efektif. iritabilitas,
penurunan
toleransi terhadap
sakit kepala, dan
ketidakmampuan
melakukan
koping atau
menyelesaikan
masalah.
- Bantu klien
mengidentifikasi
stressor spesifik
dan kemungkinan
strategi mengatasi
stressor tersebut.

- Masukkan klien
dalam
merencanakan
asuhan dan
dorong partisipasi
maksimal dalam
rencana terapi
dan dengan tim
multidisiplin.

- Dorong klien
untuk
mengevaluasi
prioritas tujuan
personal dalam
hidup. Ajukan
pertanyaan
seperti, “Apakah
yang anda
lakukan membuat
anda
mendapatkan apa
yang anda
inginkan ?”

- Bantu klien
mengidentifikasi
dan memulai
membuat rencana
untuk mengubah
gaya hidup yang
diperlukan. Bantu
menyesuaikan
dan bukan
mengabaikan,
tujuan personal
dan keluarga.

Ketidakefektifan Manajemen Diri : Penyuluhan : Proses


Manajemen Kesehatan Hipertensi Penyakit
Yang berhubungan dengan : - Mengungkapkan Independen
- Defisiensi pemahaman tentang - Bantu klien
pengetahuan proses penyakit dan mengidentifikasi
- Kesulitan ekonomi regimen terapi. faktor resiko
- Kompleksitas yang dapat
regimen terapeutik - Mengidentifikasi diubah, seperti
- Persepsi keseriusan. efek samping obat obesitas ; diet
dan kemungkinan tinddi natrium,
Definisi : komplikasi yang lemak jenuh, dan
Pola pengaturan dan memerlukan kolestrol ; gaya
pengintegrasian kedalam perhatian medis hidup kurang
kebiasaan terapeutik hidup gerak ; merokok,
sehari-hari untuk - Mempertahankan asupan alkohol
pengobatan penyakit dan TD dalam parameter lebi dari 200
sekuelangnya yang tidak yang dapat diterima mil/hari secara
memuaskan untuk secara individual. teratur ; dan gaya
memenuhu tujuan kesehatan hidup penuh
yang spesifik. - Mendeskripsikan stress.
alasan untuk
tindakan terapeutik - Selesaikan
dan regimen terapi. masalah bersama
klien untuk
mengidentifikasi
secara membuat
perubahan gaya
hidup yang tepat
guna mengurangi
faktor resiko
yang dapat
diubah.

- Diskusikan
pentingnya
menghentikan
merokok, dan
bantu klien
merumuskan
rencana berhenti
merokok. Tunjuk
keprogram
berhenti merokok
atau kepenyedia
asuhan kesehatan
untuk mendapat
medikasi yang
bermanfaat.

- Tekanan
pentingnya
mematuhi
regimen terapi
dan kontrol
pemeriksaan
tindak lanjut.

- Instruksikan dan
demonstrasikan
teknik
pemantauan
tekanan darah
sendiri. Evaluasi
pendengaran
klien, akuitas
visual, deksteritas
manual, dan
koordinasi klien.

- Bantu klien
membuat jadwal
sederhana dan
nyaman untuk
meminum obat.

- Jelaskan obat
yang diresepkan
bersama dengan
rasional, dosis,
efek samping
yang diperkirakan
dan merugikan,
dan sifat tertentu,
seperti : Diuretik
: Konsumensi
dosis harian atau
dosis yang lebih
besar diawal pagi
hari. Timbang
berat badan pada
jadwal teratur dan
catat.

Hindari atau
batasi asupan
alkohol. Beritahu
dokter jika tidak
mampu
menoleransi
makanan atau
minuman.

Antihipertnsi :
Konsumsi dosis yang
diresepkan dalam jadwal
teratur; hidari
melewatkan, mengubah,
atau menaikkan dosis;
dan jangan berhenti tanpa
berhenti memberitahu
pemberi asuhan
kesehatan. Tunjauan
kemungkinan efek
samping dan interaksi
obat , dan diskusikan
perlunya
menginformasikan media
suhan kesehatan tentang
awitan efek yang
merugikan seperti
disfungsi erektil.
Bangun secara perlahan
dari posisi berbaring
keposisi berdiri, duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri. Tidur
dengan kepala sedikit
ditinggikan. Anjurkan
perubahan posisi yang
sering dan latihan tungkai
ketika berbaring.
Rekomendasikan
menghindari mandi air
panas, ruangan beruap,
dan sauna, terutama jika
mengkonsumsi minuman
beralkohol secara
bersamaan.

- Instruksikan klien
untuk
berkonsultasi
dengan pemberi
asuhan kesehatan
sebelum minum
obat resep lain
atau obat yang
dijual bebas.

- Instruksikan
klien, sesuai yang
diindikasikan,
mengenai
meningkatkan
asupan makanan
dan minuman
tinggi kalium,
seperti jeruk,
pisang, ara,
kurma, tomat,
kentang, kismis,
apricot, dan jus
buah. Dan
makanan,
minuman tinggi
kalsium, seperti
susu rendah
lemak, yogurt,
atau suplemen
kalsium.

(Yasmara,2016)

Tinjau tanda dan gejala


mengharuskan klien
memberitahu penyedia
asuhan kesehatan, seperti
sakit kepala yang terjadi
saat bangun yang tidak
reda ; peningkatan
tekanan darah secara
mendadak dan kontineu ;
nyeri dada ; sesak nafas ;
frekuensi nadi tidak
teratur atau meningkat ;
pertambahan berat badan
yang signifikan (1 kg/hari
atau 2,5 kg/minggu) ;
pembengkakan perifer
atau abdomen.; gangguan
visual ; pendarahan
hidung yang sering terjadi
dan tidak dapat
dikendalikan ; depresi
atau kelabilan emosi ;
pening hebat atau pingsan
; kelemahan otot atau
keram ; mual atau muntah
; atau haus berlebihan.
(Yasmara,2016)
-
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penggunakan metode studi


kasus instrinsik. Responden penelitian ini adalah dewasa penderita akhir
hipertensi. Teknik pengambilan partisipasi berdasarkan teori atau konstruk
operasional. Metode utama yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
pengambilan data adalah wawancara dan observasi. Keseluruhan proses
penelitian dilakukan di kota Medan. (Riri Amaliah dan Indri Kemala Nasution,
2014)
3.1 Jenis Studi Kasus
Jenis studi kasus dalam laporan ini adalah studi kasus observasi.
3.2 Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus Asuhan Keperawatan dengan gangguan pernapasan;
sinusitis pada dewasa usia pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi dilakukan di puskesmas laguboti.
3.3 Subjek Studi kasus
Subjek dari studi kasus yang dilakukan adalah dewasa yang bersedia
diteliti yaitu Tn. E mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
3.4 Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilaksnakan pada bulan Februari 2018 sampai April 2018.
3.5 Instrument Studi Kasus
Instrumen yang dipakai dalam penulisan laporan studi kasus ini dengan
menggunakan lembar format pengkajian sesuai manajemen alat-alat yang
digunakan pada pemeriksaan fisik pada lansia dengan thermometer, pen
light, stetoscope.
3.6 Tehnik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari data primer dan tehnik pengumpulan data dari
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Pengumpulan data melalui:
1. Data primer
a. Wawancara : Tanya jawab antara perawat dengan klien.
b. Observasi : Menilai keadaan umum, suhu, respirasi, nadi,
dan kenaikan berat badan.
c. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan Head to toe Inspeksi, Auskultasi,
Palpasi, dan Perkusi.
2. Data Sekunder
Diperoleh dari puskesmas laguboti, 2018
DAFTAR PUSTAKA

Deni, dkk. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta

Nurarif, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA,NIC,NOC JILID 2. Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai