E DENGAN
GANGGUAN SYSTEM CARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI
PUSKESMAS LAGUBOTI
Oleh:
DEBORA ANZELINA SIRAIT 160204020
ELIS MELINA BR MANULLANG 160204019
ENDANG ROTUA PAKPAHAN 160204049
ERMA FITRI SAMOSIR 160204051
ASANIAMAN ZEGA 150206008
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah memberi
segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul : “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. E Dengan Gangguan
System Cardiovaskuler : Hipertensi Di Puskesmas Laguboti ”
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS, sebagai Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan
5. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, sebagai dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas
Akhir ini.
6. Dosen dan seleruh staff pegawai Pendidikan D-III Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua penulis yang sangat penulis cintai
(Lilik Darmadi & Basiah), abang (Deni Irawan), kakak (Pungut Indah
Sari), dan kekasih (Andre Irawan) dan semua keluarga yang banyak
memberikan doa, dukungan, motivasi maupun materi kepada penulis
untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman mahasiswa/i D-III Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah mendukung dan
berpartisipasi dalam penyusun Laporan Tugas Akhir ini.
Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.
Halaman
LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................
1.3.1 Akademis .........................................................................
1.3.2 Secara Praktis ..................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan hipertensi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi.
c. Membuat intervensi yang tepat pada pasien dengan hipertensi.
d. Melakuan implementasi pada pasien dengan hipertensi.
e. Melakukan evaluasi pada pasien hipertensi.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasa pasien hipertensi.
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1.3.1 Akademis
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan pada pasien dengan hipertensi.
1.3.2 Secara Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Hasil studi ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan
keperawatan di rumah sakit agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi.
c. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan
memberikan pemahaman yang lebih tentang asuhan
keperawatan pada paien hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2. Hipertensi sekunder
1. Hipertensi dimana tekanan sitolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2.3 Epidemiologi
b. Lemas, kelelahan.
c. Sesak nafas.
d. Gelisah.
e. Mual.
f. Muntah.
g. Epistaksis.
h. Kesadaran menurun.
2.5 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada
medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,sodium, dan air
(Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).
1. Pemeriksaan laboratorium
2.7 Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan rendah
lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat
mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung menurunkan
resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu
mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk dan sebagainya
yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan awetan dalam
kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam makanan (Vitahealth,
2005).
c. Menejemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya komplikasi
hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan
mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk relaksasi, dan
istrirahat (Lumbantobing, 2003). Olahraga teratur dapat mengurangi stres
dimana dengan olahraga teratur membuat badan lebih rileks dan sering
melakukan relaksasi (Muawanah, 2012). Ada 8 tehnik yang dapat
digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah terjadinya
kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi yaitu dengan cara :
scantubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran, hipnotis atau
visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif, olahraga dan
terapi musik (Sutaryo, 2011).
d. Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan darah.
Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru menyadari
saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi dianjurkan untuk
rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Obat
antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan pengendalian
tekanan darah(Sudoyo, 2010).
Keteraturan berobat sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien
dalam batas normal dan untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi
akibat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol (Annisa, 2013).
e. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan
kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksut adalah
latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh seperti gerak jalan,
berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahragasecara teratur
dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin,
2009).Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan
kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan
bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksudyaitu latihan ringan
seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).
2.8 Pengkajian
1. Anamnese
a. Aktifitas/istirahat Gejala:
b. Sirkulasi
c. Intregitas ego
Gejala:
4) Ansietas, depresi
d. Pernapasan
sputum
e. Keamanan
f. Seksualitas
Penurunan libido (Andra & Yessie 2013)
- Perhatikan
adanya dan
kualitas nadi
sentral dan
perifer,
- Auskultasi tonus
jantung dan suara
nafas.
- Observasi warna
kulit,
kelembaban, suhu
tubuh, dan waktu
pengisian kapiler
- Perhatikan edema
dependen dan
edema umum.
- Beri lingkungan
yang tenang dan
damai,
minimalkan
aktivitas dan
bising
dilingkungan.
Pertimbangkan
membatasi
jumlah
pengunjung atau
lama waktu
kunjungan.
- Pertahankan
pembatasan
aktivitas selama
situasi krisis
seperti tirah
baring atau
istirahat dikursi
dan jadwalkan
periode isitrahat
tanpa gangguan ;
bantu klien
melaksanakan
aktivitas
perawatan diri
sesuai kebutuhan.
- Beri tindakan
kenyamanan,
seperti massase
punggung dan
leher atau
tinggikan kepala.
- Instruksikan atau
ajarkan teknik
relaksasi,
imajinasi
terbimbing, dan
distraksi.
- Pantau respon
terhadap
medikasi
pengendali
tekanan darah.
Kolaboratif
- Beri medikasi,
sesuai indikasi :
diuretic,
betableker,
inhibitor,
anggiotensi-
konverting enzim
(ACE) deker
reseptor
anggiotensi II,
kalsium channel
bloker, obat-obat
kombinasi
(amlodipin dan
hidroklotiazid,
nadolol dan
bendroflometiadi
d, hidralazin dan
hidroklotiazid),
vasodilator
parenteral kerja
langsung
- Implementasikan
pembatasan diet
sesuai indikasi,
seperti
mengurangi
kalori dna
menghindari
karbohidrat
murni, natrium,
lemak, dan
kolestrol.
- Persiapkam
pembedahan jika
diindikasikan.
Intoleransi aktivitas Edurence : Manajemen energi :
Yang berhubungan dengan : - Berpartisipasi dalam Independen
- Kelemahan umum aktivitas yang - Kaji respon klien
- Ketidakseimbangan diperlukan dan terhadap
antara suplai dan diinginkan. aktivitas, catat
kebutuhan oksigen - Melaporkan frekuensi nadi
Definisi : peningkatan yang yang lebih cepat
Ketidakcukupan energi dapat teruput dalam 20x /I dari
psikologis atau fisiologis toleransi aktivitas frekuensi saat
untuk mempertahankan atau - Mendemonstrasikan istirahat ;
menyelesaikan aktivitas penurunan tanda- peningkatan TD
kehidupan sehari-hari yang tanda fisiologis (sistolik
baru atau yang ingin intoleransi. meningkat 20
dilakukan. Manajemen energi : mmHg) selama
dan setelah
Independen aktivitas, dispnea
- Kaji respon klien ata nyeri dada,
terhadap aktivitas, keletihan dan
catat frekuensi nadi kelemahan dan
yang lebih cepat 20x diavoresis,
/I dari frekuensi saat pening, sinkop.
istirahat ; - Ajari klien teknik
peningkatan TD penghematan
(sistolik meningkat energi, seperti
20 mmHg) selama menggunakan
dan setelah kursi saat mandi
aktivitas, dispnea sower, duduk saat
ata nyeri dada, menyikat gigi
keletihan dan atau menyisir
kelemahan dan rambut, dan
diavoresis, pening, melaksanakan
sinkop. aktivitas dengan
- Ajari klien teknik kecepatan yang
penghematan energi, lebih lambat.
seperti - Dorong aktivitas
menggunakan kursi progresif dan
saat mandi sower, perawatan diri
duduk saat menyikat jika ditoleransi.
gigi atau menyisir Beri bantuan
rambut, dan sesuai kebutuhan.
melaksanakan
aktivitas dengan
kecepatan yang
lebih lambat.
Nyeri akut Kontrol Nyeri : Manejemen Nyeri :
Yang berhubungan dengan : - Laporan nyeri atau - Tentukan
Agens fisik (peningkat tindakan spesifikasi nyeri
tekanan vascular serebral) ketidaknyamanan – Lokasi
merendah atau (misalnya., area
Definisi : terkontrol. suboksepital),
Pengalaman sensorik dan - Mengatakan metode karakteristik
emosi tidak menyenangkan yang meredekan (misalnya.,
yang muncul akibat nyeri seperti tertusuk-
kerusakan jaringan actual - Mematuhi regimen tusuk, kaku leher,
atau potensial atau yang farmakologis yang pandangan
digambarkan sebagai diresepkan. kabut), intensitas
kerusakan (Internasional (0-10, atau skala
Association for the study of lain), awitan
pain) ; awitan yang tiba-tiba (misalnya., terjadi
atau lambat dari intensitas saat bangun
ringan hingga berat dengan tidur), dan durasi
akhir yang dapat (misalnya.,
diantisipasi atau diprediksi. menghilangkan
secara spontan,
setelah terbangun
dan berjalan-
jalan. Perhatikan
petunjuk
nonverbal
(misalnya., ragu
untuk
menggerakkan
kepala,
menggosokkan
kepala,
menghindari sinar
terang/bising).
- Dorong dan
pertahankan tirah
baring selama
fase akut, jika di
indikasikan.
- Beri atau
indikasikan
nonfarmakologis
untuk meredakan
sakit kepala,
seperti
menempelkan
washlap dingin
dahi ; menggosok
punggung dan
leher ; ruangan
tenang, bercahaya
redup ; teknik
relaksasi, seperti
imajinasi
terbimbing dan
distraksi ; dan
aktivitas
penggali.
- Hilangkan atau
minimalkan
aktivitas yang
membuat
vasokontriksi
yang dapat
memperburuk
sakit kepala,
seperti
menggendan saat
defikasi, batuk
lama, dan
membungkuk.
- Bantu klien
berjalan, sesuai
kebutuhan.
Kolaboratif :
- Beri analgesik,
jika
diindikasikan.
- Masukkan klien
dalam
merencanakan
asuhan dan
dorong partisipasi
maksimal dalam
rencana terapi
dan dengan tim
multidisiplin.
- Dorong klien
untuk
mengevaluasi
prioritas tujuan
personal dalam
hidup. Ajukan
pertanyaan
seperti, “Apakah
yang anda
lakukan membuat
anda
mendapatkan apa
yang anda
inginkan ?”
- Bantu klien
mengidentifikasi
dan memulai
membuat rencana
untuk mengubah
gaya hidup yang
diperlukan. Bantu
menyesuaikan
dan bukan
mengabaikan,
tujuan personal
dan keluarga.
- Diskusikan
pentingnya
menghentikan
merokok, dan
bantu klien
merumuskan
rencana berhenti
merokok. Tunjuk
keprogram
berhenti merokok
atau kepenyedia
asuhan kesehatan
untuk mendapat
medikasi yang
bermanfaat.
- Tekanan
pentingnya
mematuhi
regimen terapi
dan kontrol
pemeriksaan
tindak lanjut.
- Instruksikan dan
demonstrasikan
teknik
pemantauan
tekanan darah
sendiri. Evaluasi
pendengaran
klien, akuitas
visual, deksteritas
manual, dan
koordinasi klien.
- Bantu klien
membuat jadwal
sederhana dan
nyaman untuk
meminum obat.
- Jelaskan obat
yang diresepkan
bersama dengan
rasional, dosis,
efek samping
yang diperkirakan
dan merugikan,
dan sifat tertentu,
seperti : Diuretik
: Konsumensi
dosis harian atau
dosis yang lebih
besar diawal pagi
hari. Timbang
berat badan pada
jadwal teratur dan
catat.
Hindari atau
batasi asupan
alkohol. Beritahu
dokter jika tidak
mampu
menoleransi
makanan atau
minuman.
Antihipertnsi :
Konsumsi dosis yang
diresepkan dalam jadwal
teratur; hidari
melewatkan, mengubah,
atau menaikkan dosis;
dan jangan berhenti tanpa
berhenti memberitahu
pemberi asuhan
kesehatan. Tunjauan
kemungkinan efek
samping dan interaksi
obat , dan diskusikan
perlunya
menginformasikan media
suhan kesehatan tentang
awitan efek yang
merugikan seperti
disfungsi erektil.
Bangun secara perlahan
dari posisi berbaring
keposisi berdiri, duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri. Tidur
dengan kepala sedikit
ditinggikan. Anjurkan
perubahan posisi yang
sering dan latihan tungkai
ketika berbaring.
Rekomendasikan
menghindari mandi air
panas, ruangan beruap,
dan sauna, terutama jika
mengkonsumsi minuman
beralkohol secara
bersamaan.
- Instruksikan klien
untuk
berkonsultasi
dengan pemberi
asuhan kesehatan
sebelum minum
obat resep lain
atau obat yang
dijual bebas.
- Instruksikan
klien, sesuai yang
diindikasikan,
mengenai
meningkatkan
asupan makanan
dan minuman
tinggi kalium,
seperti jeruk,
pisang, ara,
kurma, tomat,
kentang, kismis,
apricot, dan jus
buah. Dan
makanan,
minuman tinggi
kalsium, seperti
susu rendah
lemak, yogurt,
atau suplemen
kalsium.
(Yasmara,2016)
METODOLOGI PENELITIAN