Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEWASA DENGAN GANGGUGAN SISTEM

KARDIOVASKULER HIPERTENSI DAN PENYAKIT KATUP JANTUNG


Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Klien Dewasa
Dosen Pembimbing : Rifky Oktavia Pradipta, S.Kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh: Kelompok 9


Yustina Maria Ohe Koban 132225058
Jefri Alexander Ch. Lase 132225060
Maria Regina Leto 132225075
Nahason Nggaba Walang 132225081

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Pembuatan makalah

Asuhan Keperawatan pada Klien Dewasa dengan Hipertensi dan Penyakit Jantung ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Klien Dewasa (KKD). Sebagai

mahasiswa adalah suatu keharusan memahami konsep asuhan keperawatan pada klien

dewasa. Selain dituntut untuk mampu memahami konsep asuhan keperawatan, mahasiswa

juga harus menguasai tahap-tahap dan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan

tahap evaluasi, yang oleh makalah ini difokuskan kepada klien dewasa.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan

ketidaksempurnaan baik dalam pemaparan materi ataupun proses asuhan keperawatan.

Kami dalam kelompok selalu berusaha membuat makalah dengan sebaik mungkin, akan

tetapi kami tetapi kritik, dan saran serta masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki

makalah ini, sehingga dapat menjadi sempurna dalam pembuatan makalah berikutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

terlibat dalam pembuatan makalah ini, terutama pembimbing kami yang telah memberikan

saran perbaikan sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Semoga makalah ini dapat

membawa manfaat bagi kami semua.

Surabaya, 05 Mey 2023


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6

1.3 Tujuan.......................................................................................................................7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8

2.1 Hipertensi.................................................................................................................8

2.2.1 Pengertian..........................................................................................................8

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi........................................................................................8

2.2.3 Penyebab Hipertensi.........................................................................................9

2.2.4 Tanda dan Gejala............................................................................................13

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi...................................................................................14

2.2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................20

2.2.7 Pemeriksaan penunjang...................................................................................22

2.2.8 Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................23

2.2 Gangguan Katup Jantung.......................................................................................31

2.2.1 Anatomi dan fisiologi katup jantung...............................................................31

2.2.2 Manifestasi klinisnya meliputi:.......................................................................35

2.2.3 Penyakit Katup Aorta......................................................................................38

2.2.4 Penatalaksanaan Gangguan Katup Jantung.....................................................43

BAB 3. TINJAUAN KASUS..........................................................................................45


3.1 Asuhan Keperawatan Klien Dewasa Dengan Hipertensi.......................................45

BAB 4. PENUTUP..........................................................................................................67

4.1 Simpulan.................................................................................................................67

4.2 Saran.......................................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................69
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, dan tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki tingkat mortalitas
cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Setiawani, et al,
2018). Penyakit ini sering dijumpai di masyarakat maju, baik pria ataupun wanita, tua
ataupun muda, dan gejalanya tidak terasa. Penyakit ini disebut sebagai silent diseases dan
merupakan faktor risiko utama dari perkembangan atau penyebab penyakit jantung dan
stroke. Karena tidak dapat dilihat tanda-tanda gejala dari luar. Perkembangan hipertensi
berjalan secara perlahan tetapi secara potensial sangat berbahaya, bila tidak terkontrol akan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan
kelumpuhan organ-organ gerak (Wahdah N,2018).

Angka kejadian hipertensi meningkat dari 7,75% pada tahun 1980 menjadi 25,5 %,
berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 angka kejadian hipertensi di Indonesia yaitu
34,1%, dari data tersebut terdapat 14,8% mengalami krisis hipertensi (RISKESDAS, 2018).
Hipertensi merupakan faktor utama dalam penyakit kardiovaskuler,dimana akan
menyebabkan kematian mendadak, stroke, dan gagal jantung. Beberapa tanda dan gejala
yang sering muncul pada pada hipertensi yaitu sakit kepala saat terjaga, penglihatan kabur
akibat kerusakan pada retina dan cara berjalan mulai terganggu (Solikhati, 2023).
Menghindari kebiasaan makan yang tidak sehat sangat penting untuk manajemen
hipertensi. Selain itu mengurangi asupan natrium, meningkatkan asupan kalium juga dapat
mencegah terjadinya hipertensi.

Penyakit katup jantung merupakan penyakit yang masih cukup tinggi insidennya,
terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan penelitian yang
ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, penyakit katup jantung menduduki urutan ke-2
atau ke-3 setelah penyakit jantung coroner dari seluruh jenis penyakit jantung. Penyakit
katup jantung dahulu di anggap sebagai penyakit yang hampir pasti di sebabkan oleh
reumatik. Demam reumatik hanya timbul bila terjadi respon anti bodi atau imunologi yang
bermakna terhadap infeksi streptokokus sebelumnya. Sekitar 3% infeksi streptokok pada
faring dalam waktu 2-4 minggu akan diikuti oleh serangan demam reumatik.serangan
awalnya sering ditemukan pada masa kanak-kanak dan awal masa remaja.

Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis diikuti katup aorta.
Kecenderungan menyerang katup-katup jantung kiri dikaitkan dengan tekanan
hemodinamik yang relatif lebih besar pada katup-katup ini. Dikatakan bahwa tekanan
hemodinamik akan meningkatkan derajat perubahan bentuk yang dialami oleh katup
tersebut, insiden penyakit trikuspidalis lebih rendah, penyakit katup pulmonalis jarang
terjadi. Penyakit pada katup trikuspidalis atau pulmonalis biasanya disertai lesi pada katup
lainnya, sedangkan pada katup aorta atau mitralis sering didapatkan sebagai lesi tersendiri.

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis membuat makalah tentang asuhan


keperawatan pada system kardiovaskuler : hipertensi dan gangguan katup jantung.
Diharapkan dari asuhan keperawatan yang sesuai, maka penatalaksaan penyakit system
kardiovaskuler dapat diberikan dengan tepat dan pencegahan dapat diterapkan agar
kejadian dapat diminimalisir.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar hipertensi dan gangguan katup jantung ?


2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan klien dewasa dengan masalah
hipertensi dan gangguan katup jantung ?
3. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan klien dewawa dengan masalah
hipertensi?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar hipertensi dan gangguan katup jantung


2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan klien dewasa dengan masalah
hipertensi dan gangguan katup jantung
3. Menerapkan dan melakukan asuhan keperawatan klien dewasa dengan masalah
hipertensi.
BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.2.1 Pengertian

Hipertensi adalah keadaan darah tinggi apabila dalam keadaan istrirahat tekanan

darah sistolik berada pada posisi 140 mmHg ke atas atau tekanan darah diastolik pada

posisi 90 mmHg keatas setelah pengukuran berulang (Woro Riyadina, 2019). Hipertensi

atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terlambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkan (Apriyani Puji,2021).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan berdasarkan penyebab dan derajat tekanan darah.

1. Berdasarkan penyebab

1) Hipertensi primer

Hipertensi primer atau easensial adalah hipertensi yang paling umum dari semua

hipertensi. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Hipertensi

primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan terapi yang tepat

seperti modifikasi gaya hidup dan obat-obatan. Faktor genetik dapat memainkan

peran penting dalam pengembangan hipertensi primer (Kayce Bell, 2018)


2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh

kondisi medis pengobatan yang mendasari, misalnya penyakit ginjal, tiroid,

dekongestan dan lainnya( Kayce Bell, 2018).

2. Berdasarkan derajat tekanan darah

Klasifikasi menurut Join National Commite 8 (JNC8)

Tekana sistolik Tekanan Diastolik


Klasifikasi
(mmHg) (mm Hg)
Normal < 120 < 80

Pre Hipertensi 120_139 89-90

Stadium I 140-159 90-99


Stadium II ≥160 ≥ 100

Klasifikasi menurut Perhimpunan dokter spesialis cardiovaskuler Indonesia

Klasifikasi Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)


Optimal < 120 <80
Normal 120- 129 80-84
Normal tinggi 130 – 139 84-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III >180 < 110
Hipertensi systole
>140 < 90
terisolisasi

2.2.3 Penyebab Hipertensi

1. Penyebab hipertensi primer yaitu:


1) Faktor genetik atau riwayat keluarga

Berbagai studi menunjukan hubungan genetik hingga 40% orang penderita

hipertensi primer( Priscilla,2015) Hipertensi sering turun temurun dalam satu

keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetic memegang

peranan penting pada patogesis hipertensi primer. Banyak karakteristik genetic

dari gen-gen yang mempengaruhi keseimbangan natrium,tetapi juga

didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetic yang merubah ekskresi

kallikrein urine,pellepasan nitric oxide, ekskresi aldosterone, steroid adrenal, dan

angiotensionogen (Yulanda et al,2017)

2) Usia

Kejadian hipertensi naik seiring peningkatan usia. Penuaan mempengaruhi

baroresptor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah serta kelenturan arteri.

Ketika arteri menjadi kuarang lentur, tekanan dalam pembuluh meningkat dan

seringkali tampak jelas sebagai peningkatan bertahap tekanan darah sistolik

seiring penuaan.

3) Ras

Hipertensi primer lebih sering dan lebih berat pada orang kulit hitam

dibandingkan orang berlatar belakang etnik lain.. lebih banyak orang Afro

Amerika penserita hipertensi mempunyai kadar renin rendah dan perubahan

ekskresi ntrium ginjal pada kadar tekanan darah normal.

4) Kegemukan atau obesitas


Kegemukan sentral (deposit sel lemak di abdomen) ditentukan oleh peningkatan

perbandingan pinggang ke panggul, mempunyai korelasi lebih kuat dengan

hipertensi dibandingkan indeks masa atau ketebalan lipatan kulit. Terdapat

korelasi jelas antara kegemukan dan hipertensi.faktor genetic tampak berperan

penting dalam trias umum keemukan,hipertensi dan resistensi insulin.

2. Penyebab hipertensi sekunder

1) Asupan mineral tinggi (natrium tinggi, asupan kalium, kalsium dan magnesium

rendah)

Asupan natrium tinggi seringkali dikaitkan dengan retensi cairan. Hipertensi

yang dikaitkan dengan dengan asupan natrium melibatkan berbagai mekanisme

fisiologi yang berbeda, termsasuk sistem renin-angiotensin-aldosteron,nitrat

oksida, katekolamin,endotelin,dan peptida natriuretic atrium. Asupan

kalium,kalsium,magnesium yang rendah juga berperan pada hipertensi yang

tidak diketahui mekanismenya.

2) Resistensi insulin

Resistensi insulin dengan hyperinsulinemia akibatnya dikaitkan dengan

hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis,otot polos vaskuler,

pengaturan natriumdan air ginjal,dan perubahan transport ion melewati

membrane sel.

3) Konsumsi alcohol berlebihan


Konsumsi teratur tiga kali alkohol atau lebih dalam sehari meningkatkan resiko

hipertensi. Faktor gaya hidup yang terkait dengan asupan alcohol berlebihan

( kegemukan dan kurang latihan fisik) juga dapat menjadi penyebab hipertensi.

4) Stres

Stress fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara tekanan

darah,tetapi peran stress pada hipertensi primer kurang jelas. Stress yang sering

atau terus menerus dapat menyebabkan hipertrofi otot polos vaskuler atau

mempengaruhi jalur integratif sentral otak.

5) Penyakit ginjal.

Setiap penyakit yang mempengaruhi aliran darah ginjal(stenosis arteri renalis),

atau fungsi ginjal (glomurulonefritis, gagal ginjal), dapat menyebabkan

hipertensi. Gangguan persediaan darah menstimulasi sistem renin- angiotensin-

aldosteron, menyebabkan vasokontriksi dan retensi natrium dan air. Perubahan

fungsi ginjal mempengaruhi eliminasi air dan elektrolit, menyebabkan hipertensi.

6) Koarktasi aorta

Koartasi aorta adalah penyempitan aorta, biasanya tepat di distal arteri subklavia.

Penurunan aliran darah ginjal dan perifer menstimulasi sistem renin-angiotensin-

aldosteron dan respon vasokontriksi local, menaikan tekanan darah.

7) Gangguan endokrin
Gangguan kelenjar adrenal seperti sindrom cushing dan aldosteronin primer

dapat menyebabkan hipertensi. Tumor jarang pada medula adrenal,

feokromositoma, menyebabkan hipertensi persisten atau intermiten. Gangguan

endokrin lain seperti hipertiroidisme dan gangguan hipofisis juga dapat

menyebabkan hipertensi.

8) Gangguan neurologis

Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan kenaikan tenanan darah saat

tubuh berupaya untuk mempertahankan aliran darah celebral.

9) Pemakaian obat

Pemakaian kontrasepsi estrogen dan oral dapat menyebabkan hipertensi,

kemungkinan dengan meningkatnya retensi natrium dan air dan mempengaruhi

sistem renin- angiotensin-aldosteron. Obat-obatan stimulan, seperti kokain dan

metamfetamin, meningkatkan resistensi vaskuler dan curah dan curah jantung

meningkatkan hipertensi.

10) Kehamilan

Sekitar 10% wanita hamil menderita hipertensi. Hipertensi dapat ada sebelum

kehamilan atau terjadi sebagai respon langsung terhadap kehamilan. Mekanisme

hipertensi akibat kehamilan ini tidak jelas.


2.2.4 Tanda dan Gejala

Pada dasarnya hipertensi tidak memberikan gejala spesifik.umumnya gejala yang

dikeluhkan berkaitan dengan:

1. Peningkatan tekanan darah : sakit kepala (pada hipertensi berat), paling sering di

daerah oksipital dan dikeluhkan pada saat bangun pagi, selanjutnya berkurang

secara spontan setelah beberapa jam, dizziness (pusing), palpitasi, mudah lelah.

2. Gangguan vaskuler : epistaksis, hematuria, penglihattan kabur karena perubahan

di retina, episode kelemahan atau dizziness oleh karena transient cerebral

eschenia, angina pectoris, sesak karena gagal jantung

3. Penyakit yang mendasari : pada hiperaldosteronisme primer didapatkan

polyuria, polidipsi, kelamahan otot karena hypokalemia, pada sindrom cushing

didapatkan peningkatan berat badan dan emosi labil, pada pheochromocytoma

bisa didapatkan sakit kepala episodeik, palpitasi, diaphoresis, postural dizziness.

Sedangkan menurut Manjoer (2000) gejala-gejala hipertensi meliputi : rasa berat di

tengkuk, sukar tidur, cepat marah, mata berkunang-kunang dan pusing.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara :

jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga arteri tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu

darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana

dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioklerosis. Dengan cara yang sama,

tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil

(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di

dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal, sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga

tekanan darah juga meningkat.sebaliknya, jika aktifitas memompa jantung darah berkurang

arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di

dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom.

Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara

yaitu jika tekanan darah meningkat ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga

volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga meningkatkan

tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin yang memicu pembentukan

hormon angiotensin yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosterone. Ginjal

merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah karena itu berbagai penyakit
dan kelaian pada ginjal bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, misalnya penyempitan

arteri yang menuju ke salah satu ginjal bisa menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal yang bisa menyebabkan

naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonomi

yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight or

flight tubuh terhadap ancaman dari luar. Meningkatnya kecepatan dan kekuatan denyut

jantung, juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di

daerah tertentu misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan, mengurangi pembuangan

air dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh,

melepasakan hormon epinephrine (adrenalin ) dan norepinephrine yang merangsang

jantung dan pembuluh darah. Faktor stress juga merupakan pencetus terjadinya tekanan

darah dengan proses pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahan perifer. Berikut ini adalah Web Of Caution dari

Hipertensi
WOC HIPERTENSI

FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor genetik atau riwayat keluarga
Usia
Ras HIPERTENSI
Kegemukan atau obesitas
Asupan mineral tinggi (natrium tinggi, asupan kalium,
kalsium dan magnesium rendah)
Otak Retina Ginjal
Resistensi insulin Pembuluh darah Hipertrofi
Konsumsi alcohol berlebihan sistemik ventrikel kiri
Stres
Koarktasi Spasmus
aorta arteriole Vasokontriksi pemb.
Vasokontriksi pemb.
Penyakit ginjal. darah
darah
Gangguan endokrin
Gangguan neurologis
Diplopia
Pemakaian obat Blood flow menurun Supali O2 ke jaringan Sirkulasi darah ke perifer
Kehamilan
menurun menurun
Penglihatan terganggu
Meningkatnya hormon
aldosteron
Mekanisme anaerob
Gangguan sensori
persepsi penglihatan Ketidakefektifan perfusi
Retensi Na
(D.0085) Penurunan ATP jaringan Kurang pengetahuan
perifer (D.0009)
HIPERTENSI Kurang pajanan informasi (D.0111)
Edema
Keterbatasan energi
untuk beraktifitas

Hipervolemia (D.0022)
Fatigue Intoleransi Aktivitas
(D.0056)
Otak
Hipertrofi
ventrikel kiri

Retensi pemb. Suplai O2 Resiko ketidakefektifan


Darah di otak menurun perfusi jaringan di otak
meningkat Beban kerja jantung
(D.0009)
meningkat

Merangsang Tekanan pemb.


Darah di otak Hipoksia Aliran darah koroner tidak adekuat
pusat mual
meningkat
dan muntah di
hipotalamus
Hipertrofi kompensasi jantung
Merangsang terlampaui
reseptor nyeri Mekanisme
Nause anaerob
(D.0076) Gagal jantung

Penimbunan
Suplai O2
Adanya asam laktat ke jaringan Curah jantung menurun
gangguan rasa
nyaman
menurun

Dispnea
Nyeri akut
Sering (D.0077) Merangsang Penurunan curah jantung
terbangun saat reseptor nyeri Penurunan (D.0008)
tidur Pola napas energi
tidak efektif
(D.0005)
Penurunan
Gangguan pola tidur kewaspadaan Kelelahan
(D.0055) lingkungan sekitar

Intoleransi
Resiko jatuh (D.0143) aktivitas (D.0056)
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan Hipertensi

Perkiraan
penurunan
Modifikasi Rekomendasi
Tekanan Darah
Sistolik (TDS)
Menurunkan BB Memelihara BB normal (IMT, 5 – 20 mmHg/10 kg
18,5 – 24,5 kg/m2 penurunan BB
Melakukan pola Mengkonsumsi makanan yang Perkiraan penurunan
diet berdasarkan kaya dengan buah-buahan, 8-14 mm Hg
DASH sayuran, produk makanan yang
rendah lemak dengan kadar
lemak total dan saturasi yang
rendah.
Diet rendah Menurunkan asupan garam Perkiraan penurunan
Natrium sebesar tidak lebih dari 100 2-8 mmHg
mmol/hari ( 2,4 gram Na atau
6 gram)
Olah raga Melakukan kegiatan aerobic Perkiraan penurunan
fisik secara teratur, seperti 4 – 9 mmHg
jalan cepat, paling tidak 30
menit perhari, minimal 5 x
dalam seminggu.
Batasi alcohol Laki – laki : 2 unit Perkiraan
minimal/hari penurunan 2-4
Perempuan : 1 unit minuman mmHg
perhari

2. Tatalaksana medikamentosa

Obat-obat anti hipertensi direkomendasikan sebagai pengobatan awal hipertensi

dan terbukti secara signifikan menurunkan tekanan darah : diuretic, ACE

inhibitors (ACEI), antagonis kalsium, angiotensin receptor blocker (ARB), beta

blocker (BB). Inisiasi pengobatan hipertensi dengan pengubahan gaya hidup dan

obat anti hipertensi


Faktor resiko TDS tinggi Hipertensi tk Hipertensi Tk Hipertensi Tk
lain, kerusakan normal I 2 TDS 140 – 3 TDS ≥ 180
organ (130-139) TDS (140- 159 atau TDD atau TDD ≥
asimptomatik atau TDD 159) atau (100-109) 110
atau penyakit tinggi TDD (90 –
normal (85- 99)
89)
Tidak ada Tidak ada Perubahan Perubahan Perubahan
faktor resiko intervensi gaya hidup gaya hidup gaya hidup
lain Tekanan untuk untuk dan Segera
darah beberapa beberapa komsumsi
bulan dan minggu dan obat dengan
kemudian kemudian target
konsumsi konsumsi TD<140/90
obat dengan obat dengan mmHg
target TD < target
140/90 TD<140/90
mmhg mmHg
1 – 2 faktor Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan
resiko gaya hidup gaya hidup gaya hidup gaya hidup
dan tidak untuk untuk dan segera
intervensi beberapa beberapa konsumsi
TD minggu minggu dan obat dengan
dan kemudian target TD <
kemudian konsumsi 140/90
konsumsi obat dengan mmHg
obat dengan target TD
target TD < <140/90
140/90 mmHg
mmHg
≥ 3 faktor Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan
resiko gaya hidup gaya hidup gaya hidup gaya hidup
dan tidak untuk dan segera
ada beberapa konsumsi konsumsi
intervensi minggu dan obat dengan obat dengan
TD kemudian target TD < target TD
konsumsi 140/90 <140/90
obat dengan mmHg mmHg
target TD
<140/90
mmHg
Kerusakan Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan
organ,penyakit gaya hidup gaya hidup gaya hidup gaya hidup
ginjal kronis dan tidak dan dan segera
tingkat 3,atau ada konsumsi konsumsi konsumsi
diabetes intervensiobat dengan obat dengan obat dengan
target TD < target TD < target TD
140/90 140/90 <140/90
mmHg mmHg mmHg
Penyakit Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan
kardiovaskular gaya hidup gaya hidup gaya hidup gaya hidup
simptomatik, dan tidak dan dan segera
penyakit ginjal ada konsumsi konsumsi konsumsi
kronis tingkat intervensi obat dengan obat dengan obat dengan
≥4,atau target TD < target TD < target TD
diabetes 140/90 140/90 <140/90
disertai mmHg mmHg mmHg
kerusakan
organ/faktor
resiko lain
2.2.7 Pemeriksaan penunjang

1. Tes rutine

1) Hemoglobin dan atau hematocrit

2) Glukosa puasa

3) Kolesterol total

4) Kolesterol LDL

5) Kolesterol HDL

6) Trigliserida

7) Kalium dan natrium

8) Asam urat

9) Kreatinine (dengan estimasi GFR)

10) Analisis urine : pemeriksaan mikroskopik

11) Protein urin dengan tes dipstik

12) Uji untuk mikro albuminuria


2. Tes tambahan berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik dan temuan hasil

laboratorium urine.

1) HBA1c (Jika glukosa plasma puasa lebih dari 102 mg/dl atau diagnosis

diabetes sebelumnya)

2) Proteinuria kuantitatif (jika uji dipstik menunjukan hasil positif);

konstrensasi urine kalium dan natrium dan perbandingannya.

3) Pengamatan TD di rumah atau 24 jam rawat inap

4) Pengamatan holter pada kasus aritmia

5) Ultrasonografi karotis

6) Ultrasonografi arteri perifer/perut

7) Pulse wave velocity

8) Indeks ankle-brachial

9) Funduskopi pemeriksaan kognitif

3. Penilaian lanjut (ranah dokter spesialis)

1) Penilaian lebih lanjut pada kerusakan otak, jantung, ginjal dan vascular,

wajib dalam hipertensi resisten dan rumit

2) Penilaian hipertensi sekunder berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisisk, uji

rutin dan tambahan.

2.2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Biodata
a. Data lengkap dari pasien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,

kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dan alamat

b. Identitas penanggung meliputi: nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku

bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan pasien dan

alamat.

2) Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

3) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan Sekarang

Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung

kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina

(hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan : Hipertensi

esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak

faktor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas,

susunan saraf simpatis dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko

seperti : obesitas, alcohol, merokok, serta polisetemia. Hipertensi sekunder

atau hipertensi renal, penyebabnya seperti: penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vascular, dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita dari pada pria dan

penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua

mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi

menderita penyakit seperti orang tuanya. Tergambar lewat genogram

d. Riwayat psikososial

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,

factor stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,

tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,

pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.

e. Riwayat spiritual

Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum

dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-

masing individu.

f. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Pasien nampak lemah

Tanda-tanda vital: Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan

nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di

atas 90 mmHg.

g. Review of sistem / pemeriksaan persistem (B1 – B6)

1. B1 Breachting
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,

ortopnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan

sputum, riwayat merokok.

Tanda: Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi

nafas tambahan, sianosis.

2. B2 Blood

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/

katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda: Kenaikan tekanan darah

Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.

Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungkin bergeser atau

sangat kuat.

Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi

jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular. Distensi

vena jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak terdengar di atas

karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).

3. B3 Brain / Neurosensori

Gejala: Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital..

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis. Perubahan retinal

optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar, edema,

papiladema, exudat, hemoragi. Nyeri/ketidaknyamanan


Tanda: Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara,

afek, proses fikir atau memori.

4. B4 Bowel

Gejala: Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak,

kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti

vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria

5. B5 Bladder

Gejala: Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi

atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

6. B6 Bone

Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler

mungkin lambat atau tertunda.

a) Respon motorik : penurunan kekuatan, genggaman tangan

Gejala: nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi, episode bebas atau

kelemahan pada satu sisi tubuh, nyeri abdomen/massa.

b) Keamanan Keluhan:

Gangguan koordinasi / cara berjalan. Gejala: Episode parastesia

unilateral transien, hypotensi postural.

c) Aktivitas sehari-hari

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.

4) Pemeriksaan diagnostic

a. BUN/ kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi /fungsi ginjal.


b. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening- katkan

hipertensi.

c. Urinalisa: Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan atau adanya diabetes.

d. EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, komunitas pada masalah kesehatan, diagnosis

keperawataan juga adalah bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan.

Pada pasien dengan kasus hipertensi dapat diangkat beberapa diagnosis

keperawatan dan diurutkan sesuai prioritas yang paling mengancam yaitu

sebagai berikut :

1) Pola napas tidak efektif (D.0005)

2) Penurunan curah jantung (D.0008)

3) Ketidakefektifan perfusi jarngan perifer (D.0009)

4) Resiko penurunan curah jantung (D.0011)

5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan di otak (D.0017)

6) Hipervolemia cairan (D.0036)

7) Gangguan Pola Tidur (D. 0055)

8) Intoleransi aktivitas (D.0056)

9) Nausea (D.0076)
10) Nyeri (akut) (D.0077)

11) Gangguan sensori persepsi penglihatan (D.0085)

12) Resiko Jatuh (D. 0143)

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis keperawatan Intervensi keperawatan

1 Pola napas tidak efektif Manajemen jalan napas (I. 01011)


(D.0005) - Monitor pola napas (frekuensi, kedalamn dan
usaha napas)
- Berikan Oksigen sesuai kebutuhan
2 Penurunan curah jantung Perawatan jantung (I. 02075)
(D.0008) - Identifikasi tanda dan gejala primer
penurunan curah jantung (dyspnea, kelelahan,
edema, )
- Monitor tekanan darah
- Monitor input dan output cairan
- Monitor saturasi O2
- Posisikan pasien semi-fowler
3 Perfusi perifer tidak efektif Perawatan sirkulasi (I.02079)
(D.0009) - Periksa sirkulasi perifer
- Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada
ektremitas dengan keterbatasan perfusi
4 Resiko penurunan curah Perawatan jantung (I. 02075)
jantung (D.0011) - Identifikasi tanda dan gejala primer
penurunan curah jantung (dyspnea, kelelahan,
edema, )
- Monitor tekanan darah
- Monitor input dan output cairan
- Monitor saturasi O2
- Posisikan pasien semi-fowler
5 Resiko perfusi serebral Pemantauan tekanan intrakranial (I.06198)
tidak efektif (D.0017) - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
- Monitor peningatan TD
- Monitor pelebaran nadi (selisih TDS dan
TDD)
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
6 Kelebihan volume cairan Manajemen cairan (I.03098)
(D.0036) - Monitor hasil laboratorium (mis : Na)
- Catat input output dan hitung balance selama
24 jam
Pemantauan cairan (I.03121)
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor tekanan darah
- Monitor hasil laboratorium (mis : hematokrit,
Na)
- Monitor input dan output
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (edema
perifer, edema anasarka)
- Atur interval waktu pemantauan
7 Gangguan Pola Tidur (D. Manajemen nyeri (I.08238)
0055) - Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istrahat dan tidur
- Kolaborasi pemberian analgetik
8 Intoleransi aktivitas Rehabilitasi jantung (I.02081)
(D.0056) - Monitor tingkat toleransi aktivitas
- Periksa kontraindikasi latihan
- Fasilitasi pasien menjalani fase 1 (inpatient)
- Anjurkan menjalani latihan sesuai toleransi
- Anjurkan pasien dan keluarha untuk
mematuhi jadwal kontrol kesehatan
9 Nausea (D.0076) Manajemen mual (I.03117)
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi dampak mual
- Monitor mual (durasi, frekuensidan
keparahan)
- Anjurkan untuk istrahat dan tidur yang cukup
- Kolaborasi pemberian anti emetik
10 Nyeri (akut) (D.0077) Manajemen nyeri (I.08238)
- Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istrahat dan tidur
- Kolaborasi pemberian analgetik
11 Gangguan sensori persepsi Minimalisasi rangsangan (I.08241)
penglihatan (D.0085 - Periksa status mental, sensori dan tingkat
kenyamanan (mis : nyeri, kelelahan)
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
sensori (mis : terlalu terang)
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istrahat
- Ajarkan cara meminimalkan stimulus (mis :
mengatur pencahayaan ruangan)
12 Resiko Jatuh (D. 0143) Pencegahan jatuh (I.14540)
- Identifikasi resiko jatuh
- Orientasikan ruangan kepada pasien dan
keluarga
- Anjurkan memanggil perawat bila
membuthkan bantuan untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan bel untuk memanggil
perawat

4. Implementasi

Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat

yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan

anggota keluarga. Faktor penghambat adalah kondisi pasien yang sulit untuk

dikaji dikarenakan usia klien sudah tua sehingga penulis dalam melakukan

pemeriksaan fisik tidak secara optimal.

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

keluarga agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tujuan

evaluasi ini yaitu untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.

2.2 Gangguan Katup Jantung

2.2.1 Anatomi dan fisiologi katup jantung


1. Katup Atroventrikuler

Katup atroventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel. Katup ini sebagai

jalan darah dari atrium ke ventrikel. Jika katup ini membuka akan membiarkan

arah mengalir dari atrium ke dalam ventrikal selama fase diastole. Terdapat dua

katup atrioventrikuler dikanan dan kiri, yaitu :

1) Katup Trikuspidalis (Katup Atrioventrikal kanan)


Terdiri dari tiga cuspis, yaitu cuspis anterior yang melekat pada dinding

depan daerah conus arteriosus, cuspis posterior atau cuspis marginalis,

dan cuspis medialis yang melekat pada dinding septum ventrikel.

2) Katup Bikuspid (Katup atrioventrikuler kiri atau katup Mitral)

Terdiri dari 2 cuspis yang ukurannya tidak sama besar. Cuspis yang

besar terletak di ventral dan kanan berbatasan dengan ostium aorticum

yang biasa disebut cuspis anterior dan cuspis yang kecil terletak di dorsal

yang disebut cuspis posterior tepi-tepi cuspis katup atrioventrikuler

diikat oleh chorda tendinea yaitu jaringan ikat tipis kuat, yang melekat

pada otot papillaris yang menonjol dari permukaan dalam ventrikel.

Ketika ventrikel berkontraksi menyebabkan otot-otot papillaris

berkontraksi sehingga menarik chorda tendinea. Tarikan ini menjaga

katup tertutup rapat ketika ventrikel berkontraksi sehingga tidak ada

darah yang mengalir kembali ke atrium.

2. Katup Semikular

Katup semilunar memiliki 3 cuspis yang mirip bulan sabit. Terdapat dua

jenis katup semilunar yaitu katup aorta dan katup pulmonalis. Katup aorta

memiliki ukuran yang lebih besar, lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan katup

pulmonalis. Selain itu lunulanya lebih tegas serta nodulusnya lebih tebal dan

menonjol.

Katup semi lunar membuka ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan masing-

masing melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis. Penutupan terjadi ketika

ventrikel relaksasi dan tekanan ventrikel di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Katup yang tertutup berguna untuk mencegah darah mengalir

kembali ke dalam ventrikel.

3. Gangguan- gangguan di katup

1) Penyakit Katup Mitral

a. Sindrom Prolaps Katup Mitral

Prolaps katup mitral (PKM) adalah suatu sindrom klinik yang

disebabkan oleh berbaliknya satu atau lebih apparatus katup mitral, daun

katup, korda tendinea, muskulus papilaris, dan anulus katup dengan atau

tanpa regurgitasi mitral (RM). Nama lain dari Prolaps Katup Mitral

adalah sindrom murmur klik sistolik, sindrom barlow, katup mitral

miksomatosa, billowing mitral cusp syndrome, dan redundant cusp

syndrome.

Sindrom prolaps katup mitralis adalah disfungsi bilah-bilah katup

mitralis yang tidak dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan

regurgitasi, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri.

Banyak orang yang mempunyai sindrom ini tapi tidak menunjukkan

gejala. Terkadang gejala pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan

fisik jantung, dengan ditemukannya bunyi jantung tambahan yang

dikenal sebagai mitral click. Adanya klik merupakan tanda awal bahwa

jaringan katup menggelembung ke atrium kiri dan telah terjadi gangguan

aliran darah. Mitral click dapat berubah menjadi murmur seiring dengan

semakin tidak berfungsinya bilah-bilah katup. Dengan berkembangnya

proses penyakit, bunyi murmur menjadi tanda terjadinya regurgitasi


mitral (aliran balik darah). Prolaps katup mitral terjadi lebih sering pada

wanita dibanding pria.

b. Stenosis Mitral

Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah

katup mitral yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan

progresif aliran darah. Kelainan katup mitral ini menyebabkan gangguan

pembukaannya sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada

saat diastol. Volume dan tekanan darah di atrium kiri meningkat

sehingga menyebabkan pembesaran atrium kiri dan penumpukan cairan

di paru-paru sehingga biasanya keluhan utama berupa sesak napas, dapat

juga berupa kelelahan akibat kurangnya darah yang beredar di tubuh.

Selain itu terdapat pula gejala berupa fibrilasi atrial dan emboli yang

kerap menjadi gejala penyerta.

Derajat berat ringannya stenosis mitral dapat dilihat melalui

luasnya area mitral dan gradien trasmitral, yaitu sebagai berikut :

Derajat stenosis Area Gradien


Ringan >1,5 cm 2
< 5 mmHg
Sedang >1 cm2 dan <1,5 cm2 5-10 mmHg
Berat < 1 cm2 >10 mmHg

Penyebab tersering stenosis mitral adalah penyakit rematik jantung,

dapat juga disebabkan oleh stenosis mitral kongenital, deformitas parasut

mitral, systemic lupus erythematosus, karsinosis sistemik, deposit

amiloid, akibat obat fenfluramin atau phentermin, rhematoid arthritis,


maupun kalsifikasi annulus atau cuspis pada usia lanjut akibat proses

degeneratif.

Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan

berkurangnya daya alir katup mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan

di ruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium

kiri dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini tidak

berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan

selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler paru.

Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstisial

kemudian mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis

akan menyebabkan hemoptisis. Pada tahap selanjutnya tekanan arteri

pulmonal akan meningkat, kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan

dan insufisiensi pada katup trikuspid atau pulmonal. Akhirnya vena-vena

sistemik akan mengalami bendungan pula. Bendungan hati yang

berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi hati. Kompensasi

pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah takikardi. Tetapi

kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karena pada

tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian diastolik. Regangan

pada otot-otot atrium dapat menyebabkan gangguan elektris sehingga

terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel dari

atrium dan memudahkan pembentukan trombus di atrium kiri.


2.2.2 Manifestasi klinisnya meliputi:

Gambaran klinis mungkin tidak ada atau sebaliknya parah, bergantung pada

tingkat stenosis.

1. Dapat terjadi kongesti paru, dengan tanda-tanda dispnu (sesak napas) dan

hipertensi paru.

2. Dapat terjadi rasa bergoyang dan kelelahan akibat penurunan pengeluaran

ventrikel kiri. Kecepatan denyut jantung mungkin meningkat akibat rangsangan

simpatis.

3. Dapat terjadi hipertrofi atrium kiri sehingga timbul disritmia atrium dan gagal

jantung kanan.

Pemeriksaan yang menunjang yakni terdapat suara murmur jantung sistolik

sewaktu darah masuk melalui orifisium yang menyempit dan dilakukan

ekokardiografi untuk mendiagnosis struktur dan gerakan katup yang abnormal.

Penatalaksanaan untuk stenosis mitral yakni dapat diberikan terapi antibiotik

untuk mencegah berulangnya infeksi, penatalaksanaan gagal jantung kongesti

dengan memberikan kardiotonikum dan diuretic, intervensi bedah meliputi

komisurotomi untuk membuka atau ‘menyobek’ komisura katup mitral yang

lengket atau mengganti katup mitral dengan katup protesa. Pada beberapa kasus

dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu

menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti

transluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala.

4. Regurgitasi Mitral (Insufisiensi Katup Mitral)


Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup mitral menutup

dengan sempurna sehingga menyebabkan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke

dalam atrium kiri pada saat sistol. Gejala-gejala jarang dirasakan penderita,

hanya rasa lelah dan sesak napas ringan pada saat beraktivitas yang akan hilang

apabila beristirahat. Regurgitasi mitral terjadi akibat katup mitralis yang

inkompeten. Katup mitralis gagal menutup sempurna sewaktu sistol ventrikel

dimulai. Etiologi regurgitasi mitral berkaitan dengan klinisnya akut atau kronik.

Regurgitasi mitral akut terdapat tiga bentuk etiologi yaitu regurgitasi mitral

primer akut non iskemik, regurgitasi mitral karena iskemia akut, dan regurgitasi

mitral akut pada kardiomiopati. Sementara itu regurgitasi mitral kronik dapat

terjadi pada penyakit jantung rematik. Dapat juga terjadi pada perforasi katup

atau ruptur chorda. Selama fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi ke atrium kiri,

mengakibatkan gelombang V yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke

aorta berkurang. Pada saat diastolik, darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel.

Darah tersebut selain yang berasal dari paru-paru melalui vena pulmonalis, juga

terdapat darah regurgitan dari ventrikel kiri waktu sistolik sebelumnya. Ventrikel

kiri cepat distensi, apeks bergerak ke bawah secara mendadak, menarik katup,

korda, dan otot papilaris. Hal ini menimbulkan vibrasi membentuk bunyi

jantung ketiga. Pada insufisiensi mitral kronik, regurgitasi sistolik ke atrium kiri

dan vena-vena pulmonalis dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan baji

dan aorta pulmonal.

Berikut merupakan derajat keparahan regurgitasi mitral :

Fraksi Regurgitasi Luas atrium


Derajat
regurgitasi volume kiri
Ringan <30% <30 ml <20%
Sedang 30-50% 30-60 ml 20-40%
Berat >50% >60 ml >40%

Manifestasi klinis yang timbul pada kelainan regurgitasi mitral meliputi:

1) Gambaran klinis mungkin tidak ada atau sebaliknya parah, bergantung pada

tingkat regurgitasi.

2) Dapat terjadi kongesti paru, dengan tanda-tanda dispnu dan hipertensi

pulmonaris, apabila darah kembali ke sistem vaskular paru.

3) Penurunan curah jantung akibat penurunan volume sekuncup dapat

menyebabkan rasa bergoyang dan kelelahan. Kecepatan denyut jantung

mungkin meningkat akibat perangsangan simpatis.

4) Hipertrofi ventrikel kiri dan atrium kiri dapat terjadi, sehingga timbul gagal

jantung kongestif.

Penatalaksanaan regurgitasi mitral yakni dengan pemberian antibiotik untuk

pencegahan reaktivasi reumatik dan timbulnya endocarditis inefektif atau

dengan intervensi pembedahan yakni dengan penggantian katup mitral.

2.2.3 Penyakit Katup Aorta

1. Stenosis Aorta

Stenosis aorta ditandai dengan menyempitnya pembukaan dari katup aorta,

menyebabkan aliran darah menurun dari ventrikel kiri ke aorta dan dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri. Penderita dapat mengalami

asimptomatik maupun merasakan salah satu dari gejala yaitu angina, sinkop,

atau gagal jantung. Tanda yang khas pada stenosis aorta ini didapatkan adanya

murmur sistolik pada daerah SIC 2 kanan.


Stenosis dapat disebabkan kelainan kongenital seperti aorta bikuspid dengan

lubang kecil dan katup aorta unikuspid, yang biasanya menimbulkan gejala dini.

Pada orang tua, penyakit jantung reumatik dan perkapuran merupakan penyebab

tersering. Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan

tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta.

Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan beban tekanan yang berlebihan

pada ventrikel kiri, yang diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding

ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai

kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri

meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.

Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel

kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan

menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat kurangnya

aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.

Manifestasi klinis dari stenosis aorta bisa digambarkan sebagai berikut:

1) Gambaran klinis dapat parah atau tidak muncul sama sekali, tergantung dari

derajat stenosis.

2) Kongesti paru, disertai tanda-tanda dispnea dan hipertensi pulmonal, dapat

terjadi jika aliran balik darah mencapai sistem vaskular paru.

3) Pusing dan kelemahan dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung dan

isi sekuncup. Frekuensi jantung meningkat melalui rangsangan simpatis.

4) Hipertrofi ventrikel kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kongestif.


Penatalaksanaan stenosis aorta yakni dengan penggantian katup aorta secara

bedah. Terdapat risiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa

tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal

jantung permanen yang tidak berespons terhadap terapi medis.

2. Regurgitasi Aorta

Regurgitasi aorta terjadi ketika adanya malfungsi dari aorta yang tidak dapat

menutup saat fase diastolik sehingga darah dari aorta kembali lagi menuju

ventrikel kiri. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran dan peningkatan tekanan

pada ventrikel kiri. Gejala klinis yang sering dikeluhkan yaitu sesak napas.

Etiologi dari penyakit ini bermacam-macam mulai dari diakibatkan oleh dilatasi

pangkal aorta, penyakit katup artifisial, dan genetik.

Insufisiensi kronik mengakibatkan peningkatan secara bertahap dari volume

akhir diastolik ventrikel kiri. Akibat beban volume ini, jantung melakukan

penyesuaian dengan mengadakan pelebaran dinding ventrikel kiri. Curah

sekuncup ventrikel kiri juga meningkat. Kompensasi yang terjadi berupa

hipertrofi ventrikel kiri yang bisa menormalkan tekanan dinding sistolik. Pada

tahap kronik, faktor miokard primer atau lesi sekunder seperti penyakit koroner

dapat menurunkan kontraktilitas miokard ventrikel kiri dan menimbulkan

peningkatan volume diastolik akhir serta penurunan fraksi ejeksi. Selanjutnya

dapat meningkatkan tekanan atrium kiri dan hipertensi vena pulmonal.

Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.

Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya.

Ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi
aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa

timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.

Manifestasi Klinik yang dapat ditemukan:

1) Dapat diukur melebarnya tekanan paru.

2) Biasanya terdapat denyut karotis dan perifer yang hiperkinetik (sangat kuat).

3) Dapat timbul gejala-gejala gagal jantung

Penatalaksanaan dari insufisiensi aorta adalah dengan penggantian katup aorta,

tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup masih kontroversial.

Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa

memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain.

Pathway of Caution
2.2.4 Penatalaksanaan Gangguan Katup Jantung

1. Terapi medis

1) Diuretik, untuk mengurangi kongesti

2) Digoksin, meningkatkan daya kontraksi bila terdapat regurgitasi mitral, atau

mengurangi respon ventrikel pada fibrilsai atrium.

3) Antiaritmia, jika terjadi fibrilsai atrium.

4) Terapi vasodilator, bila ada regurgitasi mitral untuk mengurangi afterload,

dengan demikian mengurangi mengurangi aliran balik dan menmabah aliran

ke depan.

5) Antikoagulan, jika ada embolisasi sistemik.

2. Pembedahan

1) Pada gangguan katup mitral, dilakukan pembedahan valvulotomi mitral

yakni membuka katup mitral dengan pendekatan perkutan atau

transventrikuler. Tindakan operasi trans ventrikuler memisahkan daun katup

tepat pada tempat di mana daun-daun tersebut menyatu di sepanjang

komisura. Dilakukan dengan memasukkan sebuah dilator melalui apeks

ventrikel kiri, dituntun oleh jari menembus ke atrium kiri melaui orifisium

mitralis. Komisura-komisura kemudian dipisahkan dengan memakai tekanan

benda tumpul. Prosedur ini akan memisahkan daun-daun katup yang

menyatu dan mendilatasi orifisium mitralis.


2) Penggantian katup aorta pada kelainan aorta akibat kalsifikasi. Valvulotomi

aorta perkutan dapat dipertimbangkan pada stenosis aorta yang beresiko

tinggi yang berusia tua, atau penderita yang lebih muda dengan stenosis

aorta yang tidak mengalami kalsifikasi.

3) Valvuloplasti balon transluminal per kutan. Teknik ini sebagai pengobatan

paliatif bagi stenosis katup yaitu dengan memasukkan ke dalam jantung

sebuah balon di ujung kateter. Balon dimasukkan melalui pembuluh darah

perifer, di bawah tuntunan fluroskopi hingga balon menetap pada orifisium

katup. Mekanisme bagaimana dilatasi dapat mengurangi derajat obstruksi

adalah dengan pemisahan komisura yang menyatu, dilatasi anulus katup.

BAB 3.

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Klien Dewasa Dengan Hipertensi

Tn. M.H umur 50 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 10 April 2023, jam 06.30,

diantar oleh keluarganya ke UGD dengan keluhan : Nyeri kepala hebat, pusing, tengkuk

tegang, dasn jantung berdebar saat pasien bangun pagi jam 05.00. pasien mengatakan

sudah beristrahat tetapi nyerinya tidak berkurang. Pasien mengatakan keluhan ini baru

pertama kali merasakan keluhan seperti ini. Di UGD dilakukan pengukuran TTV : TD :

170/100 mmHg. Nadi : 102 x/mnt, S: 36,5 0c, RR : 20 x/mnt. Pasien mengatakan tidak

pernah melakukan pengontrolan tekanan darah sebelumnya.


1. Pengkajian

Tanggal MRS : 10-04-2023 Jam Masuk :06.30

Tanggal Pengkajian :10-04-2023 No. RM :123xxx

Jam Pengkajian : 07.00 Diagnosa Masuk: Hipertensi

stadium II

Hari rawat ke :1

1) Identitas

1. Nama Pasien : Tn.MH

2. Umur : 50 Th

3. Suku/ Bangsa : Jawa

4. Agama : Muslim

5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Jl.Semanggi

8. Sumber Biaya : BPJS

2) Keluhan Utama

Tn.M.H mengeluh nyeri kepala hebat disertai pusing dan tengkuk tegang

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pukul 05.00 WIB pasien bangun pagi dan mengeluh nyeri kepala hebat,

pusing, tengkuk tegang, dan jantung berdebar-debar, pasien sudah mencoba

untuk beristirahat kembali tetapi tidak ada perubahan nyeri kepalanya. Pukul

06.25 pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RS Y untuk mendapatkn

pertolongan. Saat dikaji pasien mengatatakan nyeri kepala dirasakan tiba – tiba,
dan sangat mengganggu. Nyeri tidak menghilang saat pasien kembali istrirahat.

Nyeri dirasakan seperti ditimpa beban berat, nyeri menjalar dari kepala bagian

atas sampai tengkuk, dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bangun tidur.

Pasien mengatakan ini adalah kejadian pertama yang dialaminya.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

1. Pernah dirawat : obatan £Ya RTidak

Bulan/Tahun : -

Diagnosa : -

2. Riwayat penyakit kronik dan menular : obatan £Ya RTidak

Jenis :

Riwayat kontrol : Pasien mengatakan tidak pernah kontrol di puskesmas atau

fasilitas kesehatan lainnya.

Riwayat penggunaan obat : pasien tidak ada riwayat penggunaan obat rutin,

bila sakit seperti deman atau pilek, pasien hanya membeli obat bebas di

warung terdekat.

5) Riwayat alergi:
R Obat-obatan £Ya RTidak
R Makanan £Ya RTidak
R Lain-lain
6) Riwayat operasi: £Ya RTidak
- Kapan :
- Jenis operasi :
7) Lain-lain:
...............................................................................................................................
.........................................… Riwayat Penyakit Keluarga
RYa tidak
- Jenis : ibu dari pasien mengalami stroke
- Genogram :
Ket :

: pasien

: meninggal

: laki-laki

: Perempuan

: Garis keturunan
8) Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Masalah: tinggal
Keperawatan
serumah :
Alkohol £ ya R tidak Perilaku kesehatan cendrung
Merokok £ ya R tidak berisiko
Keterangan : Pasien punya kebiasaan merokok sejak usia muda menghabiskan 1
bungkus rokok sehari
Obat £ ya R tidak
Keterangan : Pasien jarang mengkonsumsi obat sendiri
Olahraga £ ya R tidak
Keterangan : Pasien jarang berolahraga
9) Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital
S : 36,50c N : 102 x mt T : 170/100 mmHg (MAP =123) RR : 20 x/mt
Kesadaran : Compos Mentis £ Apatis £ Somnolen £ Sopor £
Koma £
b. Sistem Pernafasan
a. RR: 20 x/mt
b. Keluhan : £ sesak £nyeri waktu bernafas
£ Batuk £Produktif £ Tidak produktif
£ sekret £ Konsistensi
£ Warna £ Bau
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak ada
d. PCH : ya £ R tidak
e. Irama nafas teratur : ya R tidak teratur £
f. Friction rub : ya £ tidakR Lokasi :
g. Pola nafas : Dispnoe £ Kusmaul £ Cheyne StokesBiot £
h. Suara nafas : RVesikuler £ Bronko
£Ronki £ Bronkhial Masalah Keperawatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan
£Wheezing £ Crackles
£Tracheal £ Bronkhia
i. Alat bantu napas ya £ tidak R Jenis................................... Flow lpm
j. Penggunaan WSD:
- Jenis :
- Jumlah cairan :
- Undulasi :
- Tekanan : Masalah Keperawatan :
g. Tracheostomy : ya £ tidakR
h. Lain-lain:
c. Sistem Kardio vaskuler
 TD: 170/100 mmHg
 N: 102 x/mt
 HR: 20 x/mt
 Keluhan nyeri dada: ya R tidak £
 P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
a. Irama jantung : R reguler £ ireguler
b. Suara jantung : Rnormal £ (S1/S2 tunggal) £murmur
£gallop £lain-lain..…
g. Ictus Cordis :
h. CRT < 2 detik
i. Akral : R Hangat £ kering RMerah £basah
............................£ Pucat £ Panas £Dingin
j. Sikulasi perifer:
JVP : .
CVP :
CTR :
ECG & Interpretasinya: R Normal £Menurun. Masalah Keperawatan :
k. Lain-lain : Nyeri akut (D.0077)
d. Sistem Persyarafan
1) S : 36.50C
2) GCS :4, 5, 6
3) Refleks fisiologis £patella £triceps £biceps
4) Refleks patologis £babinsky £brudzinsky £kernig
5) Keluhan pusing Rya £tidak
P : Non Trauma
Q : Nyeri dirasakan seperti tertimpa beban berat
R : Dari kepala menjalar ke tengkuk
S : Skala 7
T : Dirasakan tiba-tiba dan tidak menghilang saat pasien kembali istirahat

6) Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : £normal £tidak Ket.:
N2 : £normal £tidak Ket.:
N3 : £normal £tidak Ket.:
N4 : £normal £tidak Ket.:
N5 : £normal £tidak Ket.:
N6 : £normal £tidak Ket.:
N7 : £normal £tidak Ket.:
N8 : £normal £tidak Ket.:
N9 : £normal £tidak Ket.:
N10 : £normal £tidak Ket.:
N11 : £normal £tidak Ket.:
N12 : £normal £tidak Ket.:
7) Pupil £anisokor Risokor diameter :
8) Sclera Ranikterus £ikterus
9) Konjunctiva Rananemis £anemis
10) Isitrahat/Tidur : 6 Jam/Hari Gangguan tidur :
Masalah Keperawatan
11) IVD :
12) EVD :
13) ICP :
14) Lain-lain:

e. Sistem perkemihan
a. Kebersihan genetalia : RBersih £Kotor
b. Sekret : £Ada Rtidak
c. Ulkus : £Ada Rtidak
d. Kebersihan meatus uretra: RBersih £Kotor
e. Keluhan kencing : £Ada R tidak
Bila ada, jelaskan :
f. Kemampuan berkemih: RSpontan £Alat bantu, sebutkan:
g. Produksi urine : ml/ jam
h. Kandung kemih : Membesar £ya Rtidak
i. Nyeri tekan : £ya Rtidak
j. Intake cairan oral : 2000 cc/hari parenteral 1000 cc/hari
Balance cairan:.
Lain-lain:
f. Sistem pencernaan

a. TB : 170 Cm
Masalah Keperawatan :
b. BB : 78 Kg
Obesitas ringan
d. IMT : 27 Interprestasi : Obesitas
e. Mulut : Rbersih Rlembab
f. Membran mukosa : £kotor £ kering £ berbau stomatitis
g. Tenggorokan : £sakit menelan £pembesaran tonsil £kesulitan menelan
£nyeri tekan
h. Abdomen: £tegang Rtidak
i. Nyeri tekan : £ya R tidak
j. Luka operasi : £ ya £ tidak
k. Peristaltik : 6 x/menit
k. BAB : 1.x/hari BAB terakhir tanggal : 09/04/2023
Konsistensi : £padat Rlembek £lendir/darah
£keras Rlunak £cair lendir/darah
l. Diet : padat
m. Diet Khusus : Pasien belum mendapatkan diet khusus Hipertensi
n. Nafsu makan : Rbaik £menurun Frekuensi : 3 x/hari
o. Porsi makan : £habis £tidak Keterangan:
p. Lain-lain:

g. Sistem penglihatan
1) Pengkajian segmen anterior dan posterior:
Visus Palpebra Conjunctiva Kornea BMD OD OS
Pupil Iris Lensa TIO Masalah Keperawatan :
2) Keluhan nyeri: £ya Rtidak
Tidak ada masalah
P: keperawatan
Q:
R:
S :.
3) Luka operasi : £ya Rtidak Tanggal operasi :
Jenis operasi :
Lokasi :
Keadaan :
4) Pemeriksaan penunjang lain:.
5) Lain-lain:
Masalah Keperawatan :
h. Sistem pendengaran
1) Pengkajian segmen anterior dan posterior : OD OS Tidak ada masalah
keperawatan
Aurcicula MAE
Membran Tymhani
Rinne Weber
Swabach
2) Tes Audiometri :
3) Keluhan nyeri : £ya Rtidak
P : Q : R : S : T:
Luka operasi: ada Rtidak
4) Alat bantu Dengar.
5) Lain-lain:
Masalah Keperawatan :
i. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada masalah
c. Pergerakan sendi : Rbebas £terbatas
keperawatan
d. Kekuatan otot :
e. Kelainan ekstremitas : £ya Rtidak
f. Kelainan tulang belakang : £ya Rtidak
g. Fraktur: £ya Rtidak
h. Traksi: £ya Rtidak
i. Penggunaan spalk/gips: £ya Rtidak
j. Keluhan nyeri: £ya Rtidak P : Q : R : S : T :
i. Sirkulasi perifer: ........
j. Kompartemen syndrome : £ya Rtidak
k. Kulit : £ikterik £sianosis Rkemerahan £hiperpigmentasi
l. Turgor : Rbaik £kurang £jelek
Luka operasi: £ada Rtidak
n. ROM :
o. POD
p. Cardinal Sign
q. Lain-lain:
j. Sistem integumen
k. Penilaian risiko dekubitus :
ASPEK KRITERIA PENILAIAN
YANG NILAI
DINILAI 1 2 3 4
PERSEPSI TERBATAS SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA
4
SENSORI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN GANGGUAN
TERUS
KELEMBABA MENERUS SANGAT 4
LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH
N BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 3
JALAN
MOBILISASI IMMOBILE SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA 4
SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN KETERBATASA
N
SANGA KEMUNGKIN 4
NUTRISI ADEKUAT SANGAT BAIK
T AN TIDAK
BURU ADEKUAT
K
TIDAK 3
GESEKAN POTENSIAL
BERMASALA MENIMBULKA
& BERMASALA
H N MASALAH
PERGESERA H
N
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien 22
berisiko mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)

b. Warna: Masalah Keperawatan :


c. Pitting edema : - grade - Tidak ada masalah
keperawatan
d. Ekskoriasis : £ya Rtidak
e. Psoriasis: £ya Rtidak
f. Pruritus: £ya Rtidak
g. Urtikaria: £ya Rtidak
h. Lain-lain:
k. Sistem Endokrin Masalah Keperawatan : tidak
a. Pembesaran tyroid: ya Rtidak ada masalah keperawatan
b.Pembesaran kelenjar getah bening: ya Rtidak
c. Hipoglikemia: ya Rtidak
d. Hiperglikemia: ya Rtidak
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya Rtidak
Jenis..................................................................
- Lama luka :...................
- Warna :...................
- Luas luka :...................
- Kedalaman :...................
- Kulit kaki :...................
- Kuku kaki :...................
- Telapak kaki :...................
- Jari kaki :...................
- Infeksi : £ya Rtidak
- Riwayat luka sebelumnya : £ya Rtidak Jika ya:
- Tahun :...................................
- Jenis Luka :...................................
- Lokasi :...................................
- Riwayat amputasi sebelumnya
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI: (nilai normal 0.9 - 1,4)
g. Lain-lain:
Masalah keperawatan :
Kurang pengetahuan
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Klien merasa kuatir dengan serangan sakit kepala berat yang tiba-tiba ia
rasakan.
Dan klien mengatakan sakitnya ini karena kesalahan dari dirinya sendiri,
dimana
Dimana klien tidak pernah control, dan klien berharap ia cepat pulih dari
sakitnya

Ekspresi klien terhadap penyakitnya :


£ Murung/diam £gelisah Rtegang £marah/menangis
b. Reaksi saat interaksi Rkooperatif £tidak kooperatif £curiga
c. Gangguan konsep diri:
Tidak ada
d. Lain-lain:
Pasien sering bertanya tentang tentang sakitnya, apakah bisa disembuhkan
atau tidak
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan :

a. Tidak personal
Kebersihan diri: klien mempunyai kebiasaan yang baik untuk ada masalh
keperawatan
hygene,
Klien mengatakan biasanya mandi 2 x sehari pagi dan sore, dan untuk saat ini
Klien mengatakan belum mandi
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan
- Mandi: dibantu seluruhnya dibantu sebagianRmandiri
- Ganti pakaian:
£dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri
- Keramas: £dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri
- Sikat gigi: £dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri
- Memotong kuku: £dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri
- Berhias: £dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri
- Makan: £dibantu seluruhnya £dibantu sebagian Rmandiri

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit : £sering
- Rkadang- kadang £tidak pernah
Selama sakit : Rsering
- £kadang- kadang £tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
suasana tenang di saat jam berdoa
..............................................................................................................................
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 april 2023
Darah Lengakap Masalah Keperawatan :
Darah lengkap Tidak ada masalah
Hemoglobin : 13,0 ( 13-18 g%) keperawatan
Leokosit : 10.310 ( 4.000-11.000/mm30
Hematokrit : 30,1 (30-48 %)
Trombosit : 223.000 (150.000-400.000)
Fungsi Ginjal
BUN : 10 ( 8-20 mg/dl)
Creatinine : 0,9 ( 0,6-1,1 mg/dl)
Urin Acid : (3,2 2.4-5,7 mg/dl)
Ureum : 40 ( 10-50)
Fungsi Hati
Alkali Phospatase : 201 (98-279 u/l)
Bilirubin Total : 0,5 (0,2-279 u /l )
Bilirubin Direk : 0,2 ( 0,1-0,4 mg/dl
Cholesterol : 250 (125-200 mg/dl
Trigliseride : 125 ( < 150 mg/dl)
TERAPI
1. IVFD RL 1000 cc / 24 jam
2. Inj Ketorolac 30 mg/ iv kp nyeri
3. Amlodipin 1x 10 mg po
4. Captopril 3x 25 mg po
5. Simvastatin 1x10 mg malam Po
6. Aspilet 80mg 1x80 mg pagi Po
DATA TAMBAHAN LAIN :

Surabaya, 4 April
2023

(Kelompok 9)
1. Analisis Data
Tanggal DATA ETIOLOGI MASALAH
jam
10-04- DS: Umur > 40 th,stress, Nyeri Akut
2023 - Pasien mengatakan nyeri gaya hidup, obesitas (D.0077)
07.30 kepala hebat, pusing dan
tengkuk tegang
- P: nyeri dirasakan tiba-tiba Hipertensi
- Q: nyeri sangat mengganggu
dan dirasakan seperti tertimpa
beban berat Otak
- R: menjalar dari kepala bagian
atas sampai tengkuk
- S: skala 7 Tekanan pembuluh
- T: nyeri dirasakan saat bangun darah di otak
tidur dan tidak menghilang meningkat
sampai pasien kembali istirahat
- Pasien mengatakan susah untuk
tidur Merangsang reseptor
DO: Nyeri
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak gelisah Nyeri akut
- TD :170/100 mmHG
- N: 102 x/mnt

DS: Hipertensi Resiko perfusi perifer


-Pasien mengatakan nyeri tidak efektif (D. 0015)
kepala dan tengkuk tegang
- Pasien mengatakan mempunyai Vasokontriksi
kebiasaan merokok 1 bungkus pembuluh darah
perhari
- Pasien mengatakan jarang
berolahraga Sirkulasi darah ke
DO : perifer menurun
- T : 170/100 mmHg
- IMT 27
Resiko perfusi perifer
tidak efektif
DS: Hipertensi Defisit pengetahuan
- Pasien sering bertanya tentang ( D. 0111)
sakitnya pada saat pengkajian
- Pasien mengatakan tidak Kurang pajanan
pernah control tentang dan bila informasi
sakit hanya membeli obat di
warung terdekat
DO: Defisit Pengetahuan
- Pasien tampak gelisah, tegang
- Pasien bertanya tentang
penyakitnya saat dilakukan
pengkajian

2. Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan


TANGGAL: 4 April 2023
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(D.0077) dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri kepala hebat,
pusing dan tengkuk tegang, nyeri dirasakan tiba-tiba , nyeri sangat
mengganggu dan dirasakan seperti tertimpa beban berat, menjalar dari
kepala bagian atas sampai tengkuk, skala 7, nyeri dirasakan saat
bangun tidur dan tidak menghilang sampai pasien kembali
istirahat,pasien mengatakan susah untuk tidur, pasien tampak meringis
kesakitan, pasien tampak gelisah, TD :170/100 mmHG, N: 102 x/mnt.
2. Resiko perfusi perifer tidak efektif (D.0015) dibuktikan dengan
hipertensi
3. Defisit pengetahuan tentang hipertensi (D.0111) dibuktikan
dengan pasien sering bertanya tentang sakitnya pada saat pengkajian,
pasien mengatakan tidak pernah control tentang dan bila sakit hanya
membeli obat di warung terdekat, pasien tampak gelisah, tegang, pasien
tampak bertanya tentang penyakitnya saat dilakukan pengkajian
3. Rencana Intervensi

HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
10-04-2023 08.00 Nyeri Akut berhubungan Manajemen nyeri (1.08238)
dengan agen pencedera fisiologis  Observasi
(D.0077) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Tujuan nyeri.
Setelah dilakukan asuhan 2. Identifikasi skala nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
diharapkan tingkat nyeri menurun 4. Indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(L.08066) dengan Kriteria hasil :  Terapeutik
 Keluhan nyeri menurun 5. Berikan teknik nonfarmakologis untk mengurangi rasa nyeri (mis.
 Meringis menurun Terapi msuik, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin)
 Gelisah menurun 6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
 Frekuensi nadi membaik pencahayaan, kebisingan)
 Tekanan darah membaik 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
8. Jelaskan cara atau strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor skala nyeri secara mandiri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetik ketorolak 30 mg per iv
10-04-2023 08.00 Resiko Perfusi perifer tidak Perawatan Sirkulasi (I. 02079)
efektif ( D.0015)  Observasi
Tujuan : 1. Periksa sirkulasi perifer ( nadi perifer, odema, pengisian kapiler,
Setelah dilakukan asuhan suhu, warna)
keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi( perokok, hipertensi,
diharapkan tidak terjadi resiko kadar kolesterol tinggi)
perfusi perifer tidak efektif (perfusi  Terapeutik
perifer meningkat) (L. 02011) 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
dengan kriteria hasil keterbatasan perfusi
 Nyeri ekstremitas menurun 4. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
 Nyeri ekstremitas menurun keterbatasan perfusi
 Tekanan darah sistolik  Edukasi
membaik 5. Anjurkan berhenti merokok
 Tekanan darah diastolik 6. Anjurkan berolahraga rutin
membaik 7. Kolaborasi
8. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
pdan penurun kolesterol jika perlu
9. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
10-04-2023 08.30 Defisit pengetahuan tentang Edukasi kesehatan (I.12383)
hipertensi (D.0111)  Observasi
Tujuan : 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Setelah dilakukan asuhan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
keperawatan selama 3x24 jam motivasi perilaku hidup sehat dan bersih
diharapkan tingkat kepatuahn  Terapeutik
meningkat ( L.12110) dengan 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
kriteria hasil : 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Verbalisasi kemauan mematuhi 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
program perawatan dan  Edukasi
pengobatan meningkat 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Verbalisasi mengikuti anjuran 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
meningkat
 Perilaku mengikuti program
perawatan / pengobatan
membaik
 Perilaku menjalankan anjuran
membaik
4. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Hari pertama

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Tgl/ DK
Shift
10-04- 1 08.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Kel 9 12.00 S : Pasien mengatakan masih nyeri Kel 9
2023 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. kepala, tengkuk tegang dan pusing
08.35 2. Mengidentifikasi skala nyeri( skala nyeri 7 ) O : Pasein masih tampak meringis
08.37 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal kesakitan, skala nyeri 7, pasien masih
08.40 4. Mengindentifikasi faktor yang memperberat tampak gelisah
dan memperingan nyeri ( nyeri bertambah TTV : TD : 160/100 mmHg N :
jika melakukan aktifitas atau bangun ) 102x/mnt
08.45 5. Mengajarkan teknik non farmakologis untk A : Masalah belum teratasi
mengurangi rasa nyeri (terapi pijat, kompres P : Intervensi dilanjutkan
hangat/dingin)
08.50 6. Mengontrol lingkungan yang memperberat .
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
08.55 7. Memfasilitasi istirahat dan tidur
08.57 8. Menjelaskan cara atau strategi meredakan
nyeri
09.00 9. Menganjurkan memonitor skala nyeri secara
mandiri
09.03 10. Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
10-04- 2 09.05 10. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer Kel 9 13.30 S: Pasien mengatakan nyeri kepala Kel 9
2023 (nadi 102 x/mnt, pengisian kapiler 3 detik, dan tengkuk tegang masih
suhu 36,5) O: TTV : T: 160/100mmHG
09.07 11. Mengidentifikasi faktor risiko gangguan N: 102x/mnt
sirkulasi( perokok, hipertensi, kadar A: masalah belum teratasi
kolesterol tinggi) P : INtervensi dilanjutkan
09.10 12. Menghindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
09.12 13. Menganjurkan pasien untuk berhenti
merokok
09.15 14. Menganjurkan pasien untuk berolahraga
rutin
12.00 15. Melayani obat penurun tekanan darah
(Captopril 25mg Po, antikoagulan Aspilet
1x80mg PO, dan penurun kolesterol
Simvastatin 1x10 mg Po malam)
10-04- 3 09.20 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan Kel 9 12.00 S: pasien mengtakan akan minum Kel.9
2023 menerima informasi obat yang diberikan sesuai anjuran
09.22 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat O: pasien mau minum obat yang
meningkatkan dan menurunkan motivasi diberikan,
perilaku hidup sehat dan bersih A: masalah teratasi sebagian
09.25 3. Menyediakan materi dan media pendidikan P : Intervensi dilanjutkan
kesehatan
09.27 4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
09.30 5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
09.33 6. Menjelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
09.35 7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Hari kedua

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Tgl/Shift DK
10-04- 1 08.30 8. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Kel 9 12.0 S: Pasien mengatakan nyeri kepala Kel 9
2023 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas 0 sudah berkurang, tengkuk tegang
nyeri. tidak lagi, pusing berkurang
08.35 9. Mengidentifikasi skala nyeri( skala O: Pasein masih rileks, sesekali
nyeri 7 ) mamasih meringis kesakitan, skala
08.37 10. Mengidentifikasi respon nyeri non nyeri 5, pasien masih rileks bila tidak
verbal nyeri
08.40 11. Mengindentifikasi faktor yang TTV: T 150/90 mmHg
memperberat dan memperingan nyeri ( 100x/mnt
nyeri bertambah jika melakukan A: Masalah teratasi sebagian
aktifitas atau bangun ) P: Intervensi dilanjutkan
08.45 12. Mengajarkan teknik non farmakologis
untk mengurangi rasa nyeri (terapi
pijat, kompres hangat/dingin)
08.50 13. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
08.55 14. Memfasilitasi istirahat dan tidur
08.57 15. Menjelaskan cara atau strategi
meredakan nyeri
09.00 16. Menganjurkan memonitor skala nyeri
secara mandiri
09.03 17. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
10-04-2023 2 09.05 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi Kel 9 13.30 S : Pasien mengatakan nyeri kepala Kel 9
perifer (nadi 102 x/mnt, pengisian sudah berkurang, tengkuk tegang
kapiler 3 detik, suhu 36,5) tidak lagi, pusing berkurang
09.07 2. Mengidentifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi( perokok, O: TTV : T: 160/100mmHG
hipertensi, kadar kolesterol tinggi) N: 100x/mnt
3. Menghindari pengukuran tekanan A: masalah eratasi sebagian
09.10 darah pada ekstremitas dengan P : INtervensi dilanjutkan
keterbatasan perfusi
4. Menganjurkan pasien untuk berhenti
09.12 merokok
5. Menganjurkan pasien untuk
09.15 berolahraga rutin
6. Melayani obat penurun tekanan darah
12.00 (Captopril 25mg Po, antikoagulan
Aspilet 1x80mg PO, dan penurun
kolesterol Simvastatin 1x10 mg Po
malam

Hari ketiga
10-04- 3 09.20 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Kel 9 12.00 S: pasien mengtakan akan minum Kel.9
2023 kemampuan menerima informasi obat yang diberikan sesuai anjuran
09.22 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang O: pasien mau minum obat yang
dapat meningkatkan dan diberikan,
menurunkan motivasi perilaku T:150/90 mmhg
hidup sehat dan bersih N: 100xmnt
09.25 3. Menyediakan materi dan media A: masalah teratasi
pendidikan kesehatan P : Intervensi dihentikan
4. Menjadwalkan pendidikan
09.27 kesehatan sesuai kesepakatan
5. Memberikan kesempatan untuk
09.30 bertanya
6. Menjelaskan faktor risiko yang
09.33 dapat mempengaruhi kesehatan
7. Mengajarkan perilaku hidup bersih
09.35 dan sehat.
04-2023 3 09.20 8. Mengidentifikasi kesiapan dan Kel 9 12.0 S: pasien mengtakan akan minum obat yang
kemampuan menerima informasi 0 diberikan sesuai anjuran
09.22 9. Mengidentifikasi faktor-faktor yang O: pasien mau minum obat yang diberikan,
dapat meningkatkan dan menurunkan T:150/90 mmhg
motivasi perilaku hidup sehat dan N: 100xmnt
bersih A: masalah teratasi
09.25 10.Menyediakan materi dan media P : Intervensi dihentikan
pendidikan kesehatan
11.Menjadwalkan pendidikan kesehatan
09.27 sesuai kesepakatan
12.Memberikan kesempatan untuk
09.30 bertanya
13.Menjelaskan faktor risiko yang dapat
09.33 mempengaruhi kesehatan
14.Mengajarkan perilaku hidup bersih
09.35 dan sehat.
BAB 4.

PENUTUP

4.1 Simpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan istirahat tekanan darah

sistolik berada pada posisi 140 mmHg ke atas dan tekanan darah diastolik 90 mmHg

ke atas. Hipertensi primer disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor genetic,

usia, ras, kegemukan dan obesitas, asupan mineral yang tinggi, resistensi insulin,

konsumsi alcohol yang berlebihan, dan stress. Sedangkan hipertensi sekunder

disebabkan karena adanya penyakit ginjal, penyempitan aorta, gangguan endokrin,

gangguan neurologis, pemakaian obat dan kehamilan. Selain menggunakan terapi

medikamentosa, modifikasi gaya hidup merupakan faktor utama dalam penanganan

hipertensi.

Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan

mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna

(biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan

berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami

kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi. Kelainan katup

mitral dibagi menjadi 3, yakni: Sindrom prolaps katup mitralis, Stenosis katup

mitralis, dan Insufisiensi katup mitralis (regurgitasi). Sedangkan Kelainan katup

aorta dikategorikan menjadi 2, yakni: Stenosis katup aorta dan Insufisiensi katup

aorta (regurgitasi).
4.2 Saran

1. Bagi klien

Diharapkan agar semakin sadar dan peduli terhadap penyakit yang dideritanya dan

mengenali tanda dan gejala penyakit hipertensi dan gangguan katup pada katup

jantung sedini mungkin, dan mampu menghindari berbagai faktor resiko yang ada.

2. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan mahasiswa keperawatan mampu memahami bagaimana penerapan

asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan hipertensi dan gangguan

katup. Selain itu, mahasiswa semakin berkompeten dalam memberikan asuhan

keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Lemone P, dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Gangguan Eliminasi , gangguan


kardiovaskuler. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
Hastuti, P.A. 2022. Hipertensi. Klaten. Lakeisha
Tjokroprawiro, A, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.Soetomo. Surabaya. Airlangga
University Press.
Efendi, R,M. 2021. Pendampingan asuhan keperawatan Medikal Bedah pada pasien
dengan gangguan sistem kardiovskuler (hipertensi) di wilayah kerja puskesmas
Cijeungjing. Ciamis.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Chairani, Nabila. 2015. Intervensi Keperawatan Pasien Penyakit Kardiovaskullar yang
Melaksanakan Latihan Aktivitas Fisik rehabilitasi Jantung Fase I (inpatient). Jurnal
BIMIKI volume 3 no.2
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) .
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat.
Arieska Ann Soenarta, E. A. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular”. Jakarta: Perhimpunana Dokter Spesialis Indonesia.
Riyadina, W. (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta: LIPI Press.
Trisnawan, A. (2019). Mengenal Hipertensi. Semarang: Mutiara Aksara.

Arieska Ann Soenarta, E. A. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit


Kardiovaskular”. Jakarta: Perhimpunana Dokter Spesialis Indonesia.

Riyadina, W. (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta: LIPI Press.

Trisnawan, A. (2019). Mengenal Hipertensi. Semarang: Mutiara Aksara.

Anda mungkin juga menyukai