Anda di halaman 1dari 5

KLOROFIL Vol. 5 No.

1, 2021: 49 - 53 ISSN 2598-6015

ANALISIS KEROKAN MENURUT BUDAYA DAN SAINS


Baiti Rizki1 , Atika Okta Melisa1
1 Program
Studi Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah, IAIN KUDUS
*Penulis Korespondensi: baitirizki6510@gmail.com

ABSTRACT
Traditional medicine has always been inherent in society. most pass it on to their children and
grandchildren, in the hope of not dying replaced by modern medicine. Scrapings are the most
popular alternative medicine. This study was conducted to find out how scrapings are carried
out from the perspective of society and science, involving 50 respondents. The research method
was carried out with a qualitative approach by describing the acquisition of data obtained from
in-depth interviews through questionnaires supported by a literature review. The results showed
that 64% of people had done scrapings and chose it because it was not only cheap but also had
many benefits. In addition, from a scientific point of view, scrapings can increase tissue
temperature, dilate capillaries, improve local blood circulation, increase blood and oxygen supply
and strengthen local tissue metabolism. In addition, the red rash due to scraping is inflammation
as a form of the body's response that does not cause skin damage.

Keywords: scrapings, culture, traditional medicine, science, medical

prevensi dan pengobatan terhadap ketidaksetimbangan


PENDAHULUAN
fisik, mental, ataupun sosial.
Masyarakat Indonesia memiliki budaya tradisional yang Kerokan menjadi salah satu alternatif kesehatan
diturunkan oleh leluhur, baik dalam hal sosial, budaya, yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi-
kegiatan keagamaan dan berbagai pengetahuan lain. generasi baru, dengan memanfaatkan koin yang
Masyarakat membawa dan mewariskan pengetahuan digosokkan pada bagian tubuh tertentu seperti leher,
secara lisan yang bahkan susah untuk dijelaskan secara atau punggung untuk meredakan rasa sakit. Kerokan
ilmiah. Pengetahuan adat turut menjadi patokan dalam bukan lagi hal yang asing di dengar, tak hanya di
kehidupan khususnya pada aspek kesehatan, hingga era Indonesia, negara lain juga mengenali kerokan, hanya
medis modern mulai menyamakan kedudukannya dan saja istilah atau penamaannya yang berbeda, seperti
perlahan menggeser pengetahuan adat. Berbagai warisan Vietnam menyebut kerokan dengan nama lain yaitu Cao
tradisi terkait kesehatan tak luput dalam pembahasan, Gio, Kamboja menyebutnya sebagai Goh Kyol, sedangkan
mengenai bagaimana mereka menangani dan menjaga istilah Gua Sha lebih akrab di pendengaran masyarakat
kesehatan. Masyarakat mulai beradaptasi dan mengenali Cina (Tamtomo 2008: 28). Istilah kerokan melambung
alam sekitarnya, menciptakan berbagai alternatif dan menjadi alternatif kesehatan yang ramai
kesehatan yang dianggap ampuh memberikan dampak diperbincangkan dikalangan masyarakat karena dianggap
positif pada tubuh. Utami and Harahap (2019: 151) murah dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit
dalam bukunya menyampaikan teori pengobatan seperti masuk angin, mual, nyeri, dan pusing. Efek yang
tradisional oleh organisasi kesehatan dunia WHO (world ditimbulkan berupa warna merah pada area kulit yang
Health Organization) bahwa pengobatan tradisional atau dilakukan kerokan. Hal ini terkadang menjadi
pengobatan alternatif adalah ilmu dan seni pengobatan kekhawatiran yakni apabila luka akibat kerokan akan
berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan menyebabkan kerusakan kulit. Berdasarkan pemaparan
pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara tersebut muncul pertanyaan apakah kerokan aman untuk
ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, dilakukan serta bagaimana perspektif masyarakat dan
sains mengenai fenomena kerokan. Sains akan membawa

49
KLOROFIL Vol. 5 No. 1, 2021: 49 - 53 ISSN 2598-6015

bukti terkait reaksi tubuh saat melakukan kerokan yang umumnya melakukan kerokan saat merasa masuk angin,
dibahas dari sudut pandang beberapa cabang ilmu sains. kembung, mual, pusing atau nyeri badan.
Kajian ini diharapkan akan memberikan pemahaman Kerokan membawa pengaruh besar bagi tubuh,
utuh mengenai kerokan dari berbagai aspek dalam pengakuan yang diperoleh menunjukan bahwa terjadi
kehidupan. perubahan signifikan sebelum dan setelah melakukan
kerokan. Tubuh yang semula terasa sakit kembali segar
dan lega. Saran orang tua dan faktor biaya turut menjadi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. pertimbangan masyarakat sehingga menjatuhkan pilihan
Teknik pengambilan data menggunakan observasi, pada kerokan. Masyarakat berpikir bahwa tanpa harus
wawancara dan dokumentasi. Teknik wawancara mengeluarkan banyak uang, tetapi dapat merasakan
terstruktur menggunakan angket dengan 50 responden manfaat besar bagi kesehatan. Pertimbangan dalam
yang dipilih secara acak. memilih sumber perawatan tradisional dipengaruhi oleh
biaya yang relatif murah dan masih berada dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN jangkauan masyarakat, serta dapat dilakukan sewaktu-
Hasil penelitian terkait persentase pelaku kerokan waktu dan tidak mengharuskan memperoleh tindakan
digambarkan melalui diagram lingkaran. medis (Triratnawati 2010: 72). Faktor tersebut semakin
Tidak membuat masyarakat gencar melakukan kerokan dan
36%
terus mewariskannya pada anak muda. Salah satu
Ya responden menjelaskan teknik kerokan yang telah
64%
diterapkan dalam keluarga dan diwariskan pula pada
anak cucunya, yaitu :
Ya Tidak 1. Siapkan koin atau logam tumpul bersih sebagai alat
Gambar 1. Perbandingan Persentase masyarakat yang kerokan
kerokan dan tidak kerokan. 2. Menyiapkan balsem, minyak kayu putih, atau lotion
Setiap manusia memiliki comfort zone yang tentunya yang dapat digunakan sebagai pelicin untuk
berbeda dengan individu lainnya. Seseorang akan menggurangi rasa sakit saat kerokan
memilih apa yang mereka suka dan membuatnya 3. Pelicin dioleskan pada tubuh seperti punggung atau
nyaman, sekalipun baik bagi orang lain belum tentu leher, kemudian dilakukan kerokan,
memberikan efek yang sama bagi yang lainnya. Hasil 4. Kerokan dilakukan searah dan tidak bolak balik,
penelitian menunjukkan bahwa 64% responden pernah 5. Ulangi kerokan sampai muncul ruam merah
melakukan kerokan, dan menjadikannya sebagai Penelitian ini melibatkan 50 reponden yang diambil
alternatif kesehatan, sedang 36% lainnya mengatakan secara acak dengan rentang usia 19 – 56 tahun, sehingga
tidak pernah melakukan kerokan, dapat dilihat pada respon yang ditimbulkan juga beragam. Latar belakang
Gambar 1. Masyarakat mendefinisikan kerokan sebagai yang berbeda baik dari segi usia, pengetahuan, kondisi
teknik atau metode yang dilakukan dengan sosial ekonomi tentunya menimbulkan sudut pandang
menggosokkan koin atau logam pada area yang sakit yang beragam mengenai kerokan. Teori yang dikemukan
seperti punggung yang sebelumnya telah diberi pelicin, oleh Utami and Harahap (2019: 78) sejalan dengan
dapat berupa minyak kayu putih, balsem, atau lotion, pernyataan tersebut bahwa tingkat kesehatan masyarakat
sehingga timbul bercak merah. Penggunaan bawang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan atau
merah dan minyak kelapa juga dapat menjadi alternatif tingkat pengetahuan, faktor sosio-ekonomi, latar
lain sebagai pelicin (Musta’in et al. 2020: 256) Responden belakang budaya, dan usia. Pendidikan atau tingkat

50
KLOROFIL Vol. 5 No. 1, 2021: 49 - 53 ISSN 2598-6015

pengetahuan mendasari cara berpikir seseorang dalam atau objek energi


menjaga dan mengatasi permasalahan kesehatan. lain panas
3 Koin Konsep - -
Seseorang dengan tingkat pengetahuan tinggi akan lebih
harus tekanan
mampu menjaga dan menemukan solusi kesehatan tumpul
sesuai versi terbaik dirinya. Berbanding terbalik dengan 4 Koin - Tidak -
terbuat mudah
masyarakat yang awam perihal kesehatan akan kesulitan
dari berkarat
menjaga kesehatannya. Faktor sosio-ekonomi yang tembaga
mencakup lingkungan sosial, pekerjaan, serta tingkat 5 Pengguna - Mengand Mencega
pendapatan turut berperan dalam hal ketahanan an bawang ung atsiri h infeksi
untuk
kesehatan. Masyarakat dengan ekonomi minimum,
menggoso
ketika dihadapkan kondisi sakit, maka sebisa mungkin k
akan meminimalkan pengeluaran uang, sehingga 6 Pengguna Konsep - Mencega
an minyak gesekan h infeksi
memilih pengobatan tradisional untuk mengatasi sakit
angin atau
yang dirasa (Triratnawati 2010: 72). Faktor lain seperti lotion
latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai, 7 Posisi Konsep - -
kepercayaan, kebiasaan individu, termasuk pelayanan benda tekanan
atau koin
kesehatan. Suku bangsa yang tersebar di seluruh dengan
Nusantara pun memiliki latar belakang budaya yang kemiringa
berbeda pula. Alasan tersebut mejadikan keberagaman n 45ºC
8 Warna - - Inflamasi
budaya tak terkecuali dalam aspek kesehatan dan
merah pada
pengobatannya dengan ciri yang berbeda sesuai budaya akibat pembulu
pribadinya. Terakhir yang menjadi faktor paling umum kerokan h kapiler
yaitu usia. Perbedaan usia dan zaman pasti memberikan 9 Kerokan - - Melukai
satu arah, kulit
pemahaman dan respon yang berbeda terhadap tidak
perubahan kesehatan yang melanda. bolak-
Konsep kerokan dapat dijabarkan dari sudut balik
10 Kerokan - - Bagian
pandang disiplin ilmu, melingkupi aspek fisika, kimia,
dilakukan tubuh
dan biologi. pada yang
Tabel 1. Konsep Kerokan berdasarkan Sains punggung mengala
, leher, mi
N
Aspek Fisika Kimia Biologi dan dada penyum
o
batan
1 Menggoso Konsep Panas -
aliran
kkan tekanan dapat
darah
benda dan menmper
Sumber: (Desstya et al. 2019: 376)
pada gesekan cepat
tubuh dua reaksi Sains memberikan penjelasan ilmiah yang logis dan
benda aliran teoritis mengenai konsep kerokan serta reaksi tubuh
yang darah
yang ditimbulkan, dapat dilihat pada tabel 1. Mekanisme
menyeba
bkan kerokan merupakan bentuk aplikasi dari berbagai teori
panas ilmiah. Salah satu contohnya yaitu penerapan teori
2 Pengguna Peningka - - Einstein mengenai timbulnya energi panas yang
an koin tan
disebabkan oleh gesekan dua benda. Teori tersebut
sejalan dengan kerokan yang memanfaatkan tekanan

51
KLOROFIL Vol. 5 No. 1, 2021: 49 - 53 ISSN 2598-6015

benda yaitu logam pada kulit sehingga menimbulkan


inflamasi lokal. Kenaikan suhu yang dapat mempercepat
laju aliran darah juga dapat dijelaskan melalui konsep
kecepatan reaksi kimia yakni adanya pergerakan molekul-
molekul yang saling bertabrakan dan mengakibatkan
kecepatan reaksi kardiovaskuler (Desstya et al. 2019:
377). Gambar 2. Hasil pemeriksaan histopatologi pada
Saputra dalam Indriani, (2018: 7) menjelaskan efek biopsi kulit sesudah kerokan (Tamtomo 2008: 29)
samping kerokan secara medis yaitu : Fenomena kerokan seakan tidak mati seiring
1. Menghilangkan rasa nyeri melalui sistem endorphin berkembangnya pengobatan modern. Seolah turut
yang dapat memberikan rasa segar pada tubuh mengalir dalam aliran darah, kerokan menyatu dan
2. Memperlancar pembuluh darah perifer dari keadaan menjadi tradisi dan turun temurun dalam kehidupan.
vasokontriksi menjadi vasodilatasi Kerokan yang begitu digilai, tidak menjadi bukti bahwa
3. Peningkatan suhu tubuh sebagai respon inflamasi semua orang menyukai serta menjadikannya tradisi
akut sekitar 0,5ºC - 2ºC akibat gesekan koin dengan keluarga. Mereka mengaku hanya sekedar mengetahui,
kulit dan memilih tidak melakukan kerokan dengan anggapan
bahwa akan menimbulkan rasa sakit dan takut akan
Salah satu responden yang lain menyatakan bahwa
merusak kulit serta menyebabkan pembuluh darah
tidak menjadi bahaya ruam merah pada kulit pasca
pecah. Responden yang tidak tertarik melakukan
kerokan, baginya hal tersebut menandakan aliran darah
kerokan memandang bahwa manfaat kerokan hanya
tubuh menjadi lancar. Pernyataan ini sejalan dengan
sebuah sugesti, bahkan dengan lantang menolak
penelitian yang telah dilakukan oleh Xu et.al (2012: 5)
menjadikan kerokan sebagai alternatif kesehatan karena
bahwa terjadi pelebaran pembuluh darah akibat kerokan
dianggap berbahaya. Obat menjadi pilihan utama sebagai
dan peningkatan volume aliran darah. Pengikisan atau
ganti kerokan atau memperbanyak istirahat serta
kerokan dapat meningkatkan suhu lokal pada area yang
langsung memeriksakan diri ke dokter atau unit
dikenai kerokan. Panas dapat meningkatkan suhu
kesehatan terdekat.
jaringan, melebarkan kapiler, meningkatkan sirkulasi
darah lokal, meningkatkan suplai darah dan oksigen serta
KESIMPULAN
memperkuat metabolisme jaringan lokal. Peningkatan Kerokan merupakan teknik atau metode yang dilakukan
signifikan pada volume perfusi darah terjadi dalam 90 dengan menggosokkan koin atau logam pada area tubuh
menit di area pengikisan, selanjutnya terjadi kenaikan yang sakit seperti punggung yang sebelumnya telah diberi
suhu tubuh dengan rata-rata 1ºC setelah kerokan. pelicin, dapat berupa minyak kayu putih, balsem, atau
Penelitian serupa oleh Tamtomo (2008: 30) menjelaskan lotion, sehingga timbul bercak merah. Ruam merah akibat
kondisi jaringan biopsi kulit pasca kerokan terjadi kerokan merupakan reaksi tubuh berupa inflamasi yang
ekskoriasi stratum korneum epidermis akibat tidak menyebabkan kerusakan kulit. Kerokan
penggunaan logam saat kerokan, menyembabnya sel mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan
epitel, pelebaran kapiler, sebukan ringan oleh monosit peningkatan volume aliran darah. Panas yang diakibatkan
dan sel limfosit, yang menjadi pertanda reaksi inflamasi oleh kerokan dapat meningkatkan suhu jaringan,
akut, dan tidak terdapat kerusakan pada kulit akibat melebarkan kapiler, meningkatkan sirkulasi darah lokal,
kerokan, dapat dilihat pada Gambar 2. meningkatkan suplai darah dan oksigen serta
memperkuat metabolisme jaringan lokal. Penelitian ini

52
KLOROFIL Vol. 5 No. 1, 2021: 49 - 53 ISSN 2598-6015

diharapkan dapat menjadi rujukan dalam berbagai Sosantro Tri NU-Reni.pdf


penelitian lanjutan, misalnya dalam hal pembuktian Xu, Q. Y., Yang, J. S., Zhu, B., Yang, L., Wang, Y. Y., &
kerokan sebagai obat penyakit tertentu selain masuk Gao, X. Y. (2012). The effects of scraping therapy
angin, mual atau yang sudah banyak diketahui. on local temperature and blood perfusion volume
in healthy subjects. Evidence-Based Complementary
DAFTAR PUSTAKA and Alternative Medicine, 2012.
https://doi.org/10.1155/2012/490292
Desstya, A., Prasetyo, Z. K., Suyanta, & Yanti, F. A.
(2019). Science concept in Kerokan. Humanities
and Social Sciences Reviews, 7(3), 374–381.
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7355
Indriani, N. R. (2018). ANALISIS FAKTOR
PEMANFAATAN KEROKAN PADA
LANSIA BERBASIS KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL DI POSYANDU LANSIA
SUKMAJAYA KELURAHAN KERTAJAYA
SURABAYA [UNIVERSITAS AIRLANGGA].
http://repository.unair.ac.id/85193/
Musta’in, Setianingsih, Saputro, W. A., & Agustina, A. P.
(2020). Pengalaman Kerokan dengan Bahan
Tambahan Bawang Merah dan Minyak Kelapa
pada Anak-Anak. Jurnal Keperawatan, 12(2), 253–
260.
journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawata
n/article/view/705/
Tamtomo, D. G. (2008). Gambaran Histopatologi Kulit
pada Pengobatan Tradisional Kerokan. Cermin
Dunia Kedokteran, 35(1), 28–31.
https://ibuhamil.com/attachments/ngobrol-apa-
saja/18459d1469155327-dampak-bahaya-
kerokan-saat-hamil-gambaran-histologi-kulit-
pada-pengobatan-tradisional-kerokan.pdf
Triratnawati, A. (2010). Pengobatan Tradisional, Upaya
Meminimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa
di Jawa. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(2),
69–73.
https://journal.ugm.ac.id/jmpk/article/viewFile
/2598/2329
Utami, T. N., & Harahap, R. A. (2019). Sosioantropologi
Kesehatan Integrasi Budaya dan Kesehatan. Prenada
Media Group.
http://repository.uinsu.ac.id/6414/1/Buku

53

Anda mungkin juga menyukai