Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Awal mula filsafat Yunani sampai saat ini mempunyai banyak penemuan
dan teori oleh para tokoh filsuf. Filsafat selalu dikaitkan dengan aspek kehidupan,
dan meskipun filsafat sangat penting untuk tujuan menemukan kebenaran, masih
banyak kebenaran yang tersembunyi. Oernyataan ini selalu mengacu pada
pendidikan, yang merupakan ciri mengetahui kepribadian seseorang. Dengan
berkembangnya kehidupan dan ilmu pengetahuan itu sendiri, maka konsep filsafat
pun berkembang. Sub-disiplin utama filsafat meliputi logika pencarian aturan
penalaran yang dibenarkan dengan baik. Epistemology atau teori pengetahuan
penyelidikan tentang sifat, luas dan pembenaran pengetahuan manusia; dan
metafisika, yang berusaha menentukan jenis dan hal-hal paling mendasar yang ada
dalam kenyataan dan apa hubungan di antara mereka. (Rosenberg & McIntyre,
2020)
Filsafat Aristotelian menawarkan alternative yang layak dalam kinesiology
untuk catatan sebab-akibat yang disediakan oleh ilmu alam modern. Jika kita
memulihkan gagasannya tentang “alam” atau kausalitas akhir. “Tidak ada yang
hidup demi kesehatan. Sebaliknya mereka hidup dari kesehatan menuju dunia
cinta, permainan, keluarga, karier, dan sebagainya”. Dalam pengertian ini, kita
menjual diri kita pendek. Untuk tujuan-tujuan ini, untuk memperdebatkan apa
yang harus kita lakukan, untuk melihat dan memahami yang baik membutuhkan
filsafat, bukan pengukuran lebih lanjut.
Kesehatan merupakan ilmu yang pertama yang dasar. Hal ini didasarkan
pada kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ilmiah kesehatan dalam hal ontology,
epistemology dan aksiologi. Demikian pula, penemuan dalam kesehatan modern
mengikuti ilmu pengetahuan. Kesehatan merupakan harta yang paling berharga
karena berbagai cara dilakukan untuk mendapatkannya. Kesehatan adalah
penyesuaian, bukan kondisi, proses, bukan kondisi. Proses disini adalah adaptasi
terhadap lingkungan social maupun lingkungan fisik individu. (Wardhana, 2016).
Semakin banyak, masyarakat telah menganut pola fikir biomedis dan
ilmiah ini. Wacana kesehatan telah menjadi hamper secara tunggal didasarkan
pada linearitas biologis dan mekanistik, dan diajarkan melalui kategori yang
digambarkan dari ‘sehat versus tidak sehat’. Akibatnya scientism medis telah
merasuki budaya kontemporer untuk mencari keajaiban terapeutik. Didefinisikan
sebagai posisi dimana ilmu positivistic dipuji sebagai satu-satunya metodologi
dan pengetahuan nyata yang diperlukan untuk menangani kondisi manusia pada
akhirnya menunjukkan bahwa ilmu paradigma biomedis harus diterapkan pada
pemahaman semua wacana kesehatan dan kesejahteraan.
Manusia merupakan salah satu objek dalam bidang kesehatan, dengan
berbagai latar belakang dan permasalahan utama yaitu menderita suatu penyakit.
Sehingga sangat penting untuk membahas tentang hakekat manusia dari segala
aspek kehidupan. Kesehatan meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang

1
komprehensif, yang ditujukan kepada individu, keluarga maupun masyarakat,
yang sehat ataupun yang sakit terkait siklus kehidupan manusia (Wardhana,
2016).
Komprehensifnya kesehatan baik secara individual maupun masyarakat
dirasa perlu pengkajian konsep sehat-sakit berdasarkan sudut pandang filsafat.

2
BAB II
PERMASALAHAN DAN TUJUAN

Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah


intelektual seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan
melelahkan. Hamper dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat
penjelasan-penjelasan pengertian yang tidak jarang memunculkan pengertian-
pengertian beragam.
Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang dan
focus yang berbeda-beda diantara pakar dalam memberikan identifikasi. Dan ini
merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah abstraksi konseptual
maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir) memiliki
perbedaan dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses
menemukan makna dalam sebuah kajian keilmuan. Paradigma tersebut akan
menjadi acuan bagi pemikir untuk menentukan sebuah tolak ukur kebenaran dari
asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang
sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bias
ditolak meskipun kadang-kadang bias dicegah atau dihindari.
Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat
dan sakit sebagai sesuatu yang hitam dan putih. Dimana kesehatan merupakan
kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit.
Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah,
akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit. Pendekatan yang digunakan
pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama factor social budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis, maupun sosio budaya.
Selama ini, bidang kesehatan lebih banyak memandang manusia secara
mekanistik dan dikotomik, yang menganggap antara badan jasmani atau fisik dan
badan lahiriah manusia itu merupakan dua hal yang terpisah. Namun, seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama dibidang kesehatan,
pandangan tersebut mulai bergeser. Pandangan kesehatan terhadap manusia
menjadi lebih bersifat spiritual, serta memandang manusia secara holistic dan
seimbang. Sehingga saat ini konsep sehat-sakit telah berkembang menjadi aspek

3
holistic dan seimbang. Sehingga saat ini konsep sehat-sakit telah berkembang
menjadi aspek holistic antara bio-psiko-sosial-spiritual, tidak lagi semata-mata
terpisah mengenai konsep sehat sakit antara jiwa dan raga saja (Agung et al.,
2018).
Konsep sehat-sakit yang banyak berkembang selanjutnya adalah Model
Agen-Pejamu-Lingkungan oleh Leavell, dkk. Menurut pendekatan model ini
tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis
antara Agen, Pejamu dan Lingkungan. Agen merupakan berbagai factor internal-
eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya suatu kondisi
sakit. Agen dapat bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, ataupun psikososial.
Pejamu merupakan seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap
kondisi sakit yang dapat dipengaruhi oleh situasi atau kondisi fisik serta aspek
psikososial yang menyebabkan seseorang beresiko menjadi sakit. Lingkungan
adalah seluruh factor yang ada diluar pejamu yang dapat menyebabkan kondisi
sakit, seperti; lingkungan fisik; lingkungan biologis; serta lingkungan social
(Leavell et al., 1958). Model ini menyatakan bahwa kondisi sehat dan sakit
ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut.
Keseimbangan ketiga variable tersebut akan menciptakan kondisi sehat, sementara
ketidak-seimbangan ketiga vatiabel tersebut akan menyebabkan kondisi sakit
(Wardhana, 2016).

4
BAB III
PEMBAHASAN

Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan istilah phylosopy berasal dari bahasa Yunani Philo-shopia terdiri
atas philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara estimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom). Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pytagoras (582-496 SM).
Sedangkan bila kita berfilsafat mempunyai pengertian berpikir secara
mendalam tentang hakekat segala sesuatu dengan cara mencari makna yang paling
mendalam/ makna sesungguhnya.
Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain:
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang
asli (Plato).
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, estetika (filsafat keindahan)
(Aristoteles).
Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan
manusia sebagai objek penelitiannya (Rene Deskartes).
Filsafat adalah (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya (Al Farabi).
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang
mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut hakikat
(Notonagoro).
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, social dan spiritual. Menurut WHO Sehat itu sendiri dapat diartikan
bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan social serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Dalam pengertian yang lebih luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Pada zaman klasik ilmu kedokteran berdasarkan pada filsafat alam yang
berkembang pada waktu itu. Contohnya ilmu kedokteran Cina yang mendasarkan
fenomena sehat dan sakit pada filsafat pergerakan lima unsur di alam. Namun
demikian cukup banyak pula penemuan berdasarkan pengalaman dan percobaan
yang banyak manfaatnya dalam ilmu pengobatan. Menurut ajaran filsafat dari
Cina/Taoisme, sehat adalah gejala ketidakseimbangan antar unsur yin dan yang,

5
baik antara manusai (mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos),
maupun unsur-unsur yang ada pada kehidupan di dalam tubuh manusia sendiri.
Dalam ajaran Taoisme, ditegaskan bahwa semua isi alam raya dan sifat-
sifatnya bisa digolongkan ke dalam dua kelompok yang disebut kelompok Yin
(sifatnya mendekati air) dan kelompok Yang (sifatnya mendekati api). Sifat yin
dan yang saling berlawanan, saling menghidupi, saling mengendalikan, saling
mempengaruhi tetapi membentuk sebuah kesatuan yang dinamis (harmonisasi).
Contohnya, lelaki-perempuan, panas-dingin, terang-gelap, aktif-pasif, dan
seterusnya. Seseorang akan dikatakan sakit jika terjadi ketidakseimbangan antara
yin dan yang.
Sebenarnya, dalam filsafat-filsafat kuno, atau perenialisme modern, ruh,
pikiran dan raga tak pernah dilihat sebagai hal yang terpisah. Istilahnya, yang
sekarang kembali lagi populer, holistic (belakangan, sebagai alternative terhadap
kedokteran modern yang bersifat mekanistik-ragawi) orang mulai
memperkenalkan kembali istilah kedokteran, atau penyembuhan (healing) holistic
(holistic medicine).
Perkembangan ilmu pengetahuan dibidang fisika dan biologi abad XX,
terutama penemuan-penemuan tentang teori relatifitas, teori kuantum, dan
biomolekuler telah mempengaruhi paradigma keilmuan yang ditegakkan oleh
Newton dan Rene Descartes pada zaman renaissance. Dalam bidang ilmu
kedokteran, pandangan terhadap manusia yang terlalu mekanistik, dan dikotomik
yang memisahkan antara fisik dan psikis, telah bergeser menjadi lebih bersifat
spiritual dan memandang manusia secara holistic dan seimbang, akan
mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya bioetika.
Kecenderungan bioetika sebelumnya yang lebih bersifat sekuler, otonom dan
pluralistic akan lebih disesuaikan dengan prinsip etika yang lebih memperhatikan
perspektif spiritualitas dan holistic. Dengan adanya penemuan berbagai jenis
kecerdasan pada manusia, seperti kecerdasan emosional dan spiritual disamping
kecerdasan intelektual mendorong pendekatan pandangan tentang eksistensi
manusia pada aspek-aspek non materi disamping aspek materi.
Konsep sehat-sakit senantiasa berubah sejalan dengan peengalaman kita
tentang nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.
Dimulai pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat itu sebagai sesuatu yang
dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang
berorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang
disebut sehat bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan
urusan dokter-dokter melainkan urusan agama. Setelah ditemukan kuman
penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. Seseorang disebut sehat apabila
setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Tahun 50-an kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang
tertera dalam UU Kesehatan RI No.23 Tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup
produktif social dan ekonomi. Definisi terkini yang dianut dibeberapa Negara
maju seperti Canada yang mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah
sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif,

6
Sejarah dalam bidang kesehatan tidak terlepas dari dua tokoh mitologi
Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah
seorang dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure)
dengan baik. Sementara Higeia, seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya,
juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan
Asclepius. Perbedaan tersebut terletak pada cara pendekatan mereka dalam
menangani masalah kesehatan. Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh
Asclepius dan Higeia mengakibatkan munculnya dua aliran atau pendekatan
dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut
pendekatan kuratif (pengobatan). Sementara itu, kelompok kedua, seperti halnya
pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan, kedua kelompok tersebut berkembang sesuai
dengan fungsinya masing-masing yang saling melengkapi satu sama lain
(Surahman & Supardi, 2016). Dilain pihak selama ini, bidang kesehatan lebih
banyak memandang menusia secara mekanistik dan dikotomik, yang menganggap
antara badan jasmani atau fisik dan badan lahiriah manusia itu merupakan dua hal
yang terpisah. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan terutama di
bidang kesehatan, pandangan tersebut mulai bergeser. Pandangan kesehatan
terhadap manusia menjadi lebih spiritual, serta memandang manusia secara
holistic dan seimbang. Sehingga saat ini konsep sehat-sakit telah berkembang
menjadi aspek holistic antara aspek bio-psiko-sosial-spiritual, tidak lagi semata-
mata terpisah mengeneai konsep sehat-sakit antara jiwa dan raga saja (Agung et
al., 2018).
Berdasarkan model rentang sehat-sakit Neuman, sehat dalam suatu rentang
merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam
rentang dan kondisi sejahtera yang optimal dengan energy yang paling
maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energy total
(Neuman, 1990). Jadi berdasarkan model rentang sehat-sakit ini, sehat merupakan
suatu keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi
individu terhadap berbagai perubahan yang ada pada lingkungan internal dan
eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, social,
perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses
dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada, mengalami
perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya
(Neuman, 1990). Konsep sehat-sakit dalam model ini merupakan kualitas yang
relative dan memiliki tingkatan tertentu, sehingga akan lebih akurat jika
ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada skala rentang sehat-sakit. Model ini
efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan seseorang
pada saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya, sehingga bermanfat untuk
menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang
akan dating. Sementara, kekurangan model ini adalah sulitnya menentukan tingkat
kesehatan seseorang sesuai dengan titik tertentu yang ada diantar dua titik ekstrim
pada rentang tersebut yaitu titik kesejahteraan tingkat tinggi dan titik kematian
(Wardhana, 2016).

7
Konsep sehat-sakit yang banyak berkembang selanjutnya adalah Model
Agen-Pejamu-Lingkungan oleh Leavell, dkk. Menurut pendekatan model ini
tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis
antara Agen, Pejamu dan Lingkungan. Agen merupakan berbagai factor internal-
eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya suatu kondisi
sakit. Agen dapat bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, ataupun psikososial.
Pejamu merupakan seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap
kondisi sakit yang dapat dipengaruhi oleh situasi atau kondisi fisik serta aspek
psikososial yang menyebabkan seseorang beresiko menjadi sakit. Lingkungan
adalah seluruh factor yang ada diluar pejamu yang dapat menyebabkan kondisi
sakit, seperti; lingkungan fisik; lingkungan biologis; serta lingkungan social
(Leavell et al., 1958). Model ini menyatakan bahwa kondisi sehat dan sakit
ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut.
Keseimbangan ketiga variable tersebut akan menciptakan kondisi sehat, sementara
ketidak-seimbangan ketiga vatiabel tersebut akan menyebabkan kondisi sakit
(Wardhana, 2016).
Berdasarkan perspektif filsafat, konsep sehat-sakit dapat dijelaskan dalam
aspek-aspek berikut ini:
1. Aspek Ontologi
Ontology merupakan hakekat pengetahuan yang menjadikan asumsi dasar dari
suatu kebenaran yang dibatasi pada ruang kajian keilmuan yang dapat
dipikirkan manusia secara rasional dan dapat diamati melalui panca indra.
Secara ontology, bidang kesehatan akan menatap manusia sebagai objek.
Tubuh manusia yang disebut sebagai ‘geometri tubuh’ mempunyai empat
dimensi, meliputi: dimensi kesinambungan waktu dengan masalah utama
konsep sehat-sakit; dimensi kesinambungan ruang dengan masalah utama
regulasi dan derajat kesehatan masyarakat; dimensi kemampuan untuk
menahan hasrat yang merupakan persoalan internal tubuh; kemampuan
merepresentasikan tubuh kepada sesame yang merupakan persoalan eksternal
tubuh (Agustina, 2008).

2. Aspek Epistemologi
Epistemologi berkaitan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan
dengan menelaah asal mula dan ruang lingkup ranah pengetahuan.
Epistemology membahas berbagai hal mengenai batasan pengetahuan, sumber
pengetahuan, metode memperoleh pengetahuan, kebenaran suatu pengetahuan
berdasarkan bukti ilmiah, serta perkembangan pengetahuan demi
kesejahteraan manusia. Demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat,
bidang kesehatan selalu akan berintegrasi dengan aspek atau bidang lain.
Pemenuhan hak-hak masyarakat dalam kesehatan yang merupakan bagian dari
hak-hak asasi manusia merupakan salah satu prasyarat yang wajib dipenuhi
oleh Negara untuk melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan. Karena
dengan mengabaikan hak-hak kesehatan masyarakat tersebut akan berdampak
pada munculnya masalah kesehatan yang dapat meluas menjadi berbagai
masalah dalam bidang social lain sehingga akan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat dalam suatu Negara.

8
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi adalah nilai tujuan pemanfaatan dan penggunaan pengetahuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan
perkembangan jaman, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu disuatu Negara. Hal ini
mengakibatkan perilaku masyarakat akan mengadopsi keserbabolehan yang
ada. Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti tidak membuang
sampah sembarangan atau mencuci tangan merupakan hal umum yang
sebenarnya mudah untuk diadopsi dan dilaksanakan oleh masyarakat. Akan
tetapi, berbagai fakta empiris menunjukkan bahwa kepatuhan masyarakat
dipengaruhi oleh banyak factor. Kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan
perilaku yang sehat tentunya akan mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat tersebut. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, antara lain: perilaku dan gaya hidup; lingkungan;
keturunan atau genetic; serta pelayanan kesehatan.

Sehat merupakan suatu kondisi yang merupakan penyesuaian, bukan


merupakan suatu keadaan tetapi suatu proses. Proses disini adalah adaptasi
individu yang tidak hanya terhadap fisik seseorang tetapi juga terhadap psikologis
serta spiritual dan lingkungan sosialnya. Begitu pula dengan konsep sakit adalah
suatu fenomena bio-psiko-sosial-spiritual yang terintegral dalam kehidupan
manusia.

9
BAB IV
KESIMPULAN

Kesehatan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan karena kesehatan


mengikuti prinsip-prinsip atau kaidah keilmuan, baik dari aspek ontology,
epistemology, maupun aksiologi. Manusia merupakan objek dari kesehatan,
sehingga sangat penting untuk membahas tentang hakekat manusia dari segala
aspek kehidupan. Kesehatan meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, yang ditujukan kepada individu, keluarga maupun masyarakat,
yang sehat ataupun yang sakit terkait siklus kehidupan manusia. Kesehatan yang
komprehensif baik secara individual maupun masyarakat, memerlukan pengkajian
mengenai konsep sehat-sakit berdasarkan sudut pandang filsafat. Filsafat sebagai
induk ilmu pengetahuan, termasuk ilmu kesehatan diharapkan mampu menjadi
dasar perkembangan ilmu kesehatan yang bermanfaat dan bertanggungjawab tidak
hanya bagi sesama manusia melainkan pada Tuhan dan seluruh makhluk ciptaan-
Nya. Pengkajian konsep sehat-sakiy dari perspektif filsafat baik secara ontology,
epistemology, maupun aksiologi diharapkan dapat memberikan dampak positif
seiring berkembangnya ilmu pengetehuan sehingga mampu meningkatkan
pemahaman individu dan masyarakat mengenai kesehatan dengan harapan jangka
panjang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mendukung
pemerintah dalam program pembangunan kesehatan.
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak
mendatangkan menudahan bagi manusia, sehingga dapat membantu mengatasi
berbagai permasalahan dalam kehidupan. Namun disisi lain, timbul kekhawatiran
yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat karena tidak ada seseorang atau lembaga yang memiliki otoritas
untuk menghambat dampak negative dari perkembagan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut. Sementara ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
kehilangan rohnya yang fundamental, yang membuat manusia tanpa sadar
semakin diperbudak oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut
menyebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh
kajian filsafat. Begitu pula dengan ilmu kesehatan, diperlukan kajian filsafat baik
dalam aspek ontology, epistemology, maupun aksiologi. Salah satu hal mendasar
dalam kesehatan adalah konsep sehat-sakit. Kajain konsep sehat-sakit dari
perspektif filsafat diharapkan mampu memberikan dampak positif seiring
berkembangnya ilmu kesehatan sehingga mampu meningkatkan pemahaman
individu dan masyarakat mengenai kesehatan yang holistik dengan harapan jangka
panjang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mendukung
pemerintah dalam program pembangunan kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. G. A. A., Maba, I. W., & Legawa, I. M. (2018). Filsafat Ilmu Kesehatan
dan Kedokteran Gigi. Denpasar: UNMAS Press.
Rosenberg, A., & McIntyre, L. (2020). Phylosophy of Science: A Contemporary
Introduction. Routledge.
Wardhana, M. (2016). Filsafat Kedokteran (Pertama). Denpasar: Vaikuntha
International Publication.
WHO. (1948). WHO Remains Firmly Committed ti the Principles Set Out in the
Preamble to the Constitution. Retrieved January 15, 2021, from
https://www.who.int/about/who-we-are/constitution

11

Anda mungkin juga menyukai