………………………………………………(resume kuliah)……………………………………
1. Latar belakang : menjadi spesialis adalah sesuatu kebanggaan karena ilmu yg paling
tinggi adalah ilmu yang bermanfaat. Menjadi seorang dokter spesialis memiliki
kemampuan ilmu yang lebih “sempurna” daripada pendidikan sebelumnya secara
metodelogis. Hal ini searah dengan tantangan yang dihadapi sehari-hari dimana sebagai
dokter spesialis kita dihadapkan pada kondisi-kondisi yang memerlukan aspek holistik
untuk mengambil keputusan.
Dengan mempelajari ilmu filsafat yang merupakan wahana baru (karena saat S1 saya
tidak mendapat pelajaran ini-red) di bidang ilmu pendidikan kedokteran, kita belajar
untuk lebih mampu memandang individu lebih manusiawi sebagai objek yang tidak
hanya terdiri dari raga tapi juga jiwa sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dihiraukan
dan perlu dikutsertakan dalam proses penyembuhan bagi pasien.
Dengan filsafat ilmu ini kita akan mendarat kepada filsafat manusia dan menjadi aspek
pengantar dikuliah berikutnya.
“menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu,
berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional,
berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan
berjiwa sosial tinggi”
Diharapkan dokter memahami dari awal dan profesi yang mulia.
2. Kedokteran klinik
terdapat poin – poin berupa diagnosis, terapi dan prognosis, tetapi pendidikan
prognosis sering dilupakan oleh para klinisi saat sedang mengajar peserta didiknya.
Gunanya prognosis untuk kepentingan pasien, “dahsyatnya” adalah pasien
dimanusiakan saat diperiksa di fasilitas kesehatan yang akhirnya memunculkan nilai
kepercayaan masyarakat/public trust.
Gunanya diagnosis untuk kepentingan dokter
3. Kedokteran Komunitas
merupakan asal muasal komunikasi kesehatan antara dokter dan masyarakat.
Dokter belajar kepada masyarakat.
Keempat rumpun ilmu tsb merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kedokteran klinis sebagai pemeran utama yang menentukan modalitas diagnosis, terapi
dan prognosis memerlukan peran ilmu biomedik yang mempelajari dasar ilmu penyakit
lebih dalam. Ilmu biomedik juga memiliki implementasi terhadap kedokteran komunitas
dan humaniora kedokteran.
Diagnosis tidak hanya terbatas pada individu sakit tapi juga terhadap komunitas keluarga
sehat atau beresiko. Ilmu kedokteran komunitas hadir sebagai pelengkap yang manangani
bahwa lingkungan mempengaruhi status kesehatan dan status kesehatan mempengaruhi
lingkungan.
Prognosis yang diberikan klinisi akan lebih apik bila menyertakan bioetika/humaniora
kedokteran. Sayang sekali belum semua klinisi dalam menjalankan praktik
memperhatikan aspek seperti ini.
3. “Kue Filsafat”
Upaya memanusiakan manusia dengan melihat dan mengeksplore otak kita. Filsafat juga
merupakan upaya manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan/realitas secara
kritis, radikal(mendalam, berasal dari kata radiks), sistematis.
Filsafat diingat lagi sebagai pokok untuk mencari kebenaran (atheletia, kalliston theorian)
bukan mencari ketenaran (doxa). Logika dan penalaran disertai dengan perenungan yang
koheren.
Ada 3 hal, yaitu: dunia sekitar, dunia dalam diri dan perbuatan berpikir.
Filsafat dibagi menjadi beberapa cabang “Kue Filsafat” (Modifikasi Susan Langer”)
ii. Metafisika
Metafisika ini juga berasal dari bahasa yunani yaitu meta dan physika yang
memiliki arti di balik realitas atau di balik kenyataan. Sifat metafisika :
abstraksi sampai ke transedensi. Dengan kata lain metafisika adalah
kemampuan abstaksi kita menggambar konsep. Profesi disini lebih tinggi
daripada vokasi.
Filsafat ilmu kedokteran adalah semua “kue’ diatas ditambah dengan filsafat manusia.
Fungsi filsafat untuk mengecek seberapa jauh kita untuk berpikir dalam, kapan kita
berpikir generalis. Kapan kita mendiskusikan secara dialog atau menganalisa secara
mendalam.Sehingga dengan belajar filsafat ilmu kita lebih bijak, toleran terhadap
sejawat, lebih empati ke manusia.
4. Paradigma
Sesuatu hal yang bisa dimengerti dan dirasakan melalui indra sensitivitas, tetapi tidak
bisa dijelaskan secara ilmiah konkrit.
Merupakan cantolan(cara) berpikir/ berpendapat tentang kenyataan agar tidak terlalu
luas.Pemikiran dalam dan pemikiran luas akan dipersatukan melalui paradigma.
Medical goals sudah fragmented dan dipersatukan oleh peraturan patient’s safety
Ilmu filsafat sejalan dengan pengertian profesi kemampuan berpikir abstrak teoritis dan
sistematik logis untuk kepentingan pelayanan kemanusiaan dan merajut peradaban.
6. Aplikasi Epistemologik
Dokter sebagai trendsetter diantara bidang ilmu lain karena kesempurnaan struktur
pendidikan dan menjadi poros untuk mengaplikasikan ke pasien.
Ilmu kedokteran mempunyai kebenaran-kebenaran, secara sosiologis perilaku akan
menjadi wise dalam membuat keputusan klinis
10. Etiko-Mediko-Legal
Dari sisi hukum, konsensus dan SOP, kevalidan dapat di evaluasi. Dengan linearitas
sempit tidak akan mampu menciptakan masa depan. Bila penelitian hanya berhenti maka
akan di buat oleh non dokter.
Metodologi kesehatan saat ini masih didominasi biomedik dan linearitas sempit,
contohnya pada komite etik, S3 di FK dan FKG wajib mengusung biomedik, sedangkan
subspesialis kedokterankomunitas tidak laku. Akhirnya banyak aduan atau gugatan
malpraktik.
Pasien harus diperlakukan sebagai manusia, bukan objek, sehingga patient-centered care
sangat diperlukan, sebagai dokter juga harus menghargai dan menerima setiap preferensi
pasien,kebutuhan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien dalam menentukan keputusan
klinis.
17. Skema tubuh dan citra tubuh pasien merupakan subyektif yang dirasakan pasien,
misalnya pada pasien post amputasi yang merasa gatal ketika ada nyamuk di prostesisnya
(phantom limb), atau pada pasien dengan angina pektoris yang baru merasa memiliki
jantung, karena pada saat sehat pasien merasa organ-organ tubuhnya tersembunyi
(ecstatic body), atau perempuan yang terperkosa (himennya ruptur) merasa citra diri
keseluruhannya luluh sehingga dapat mengambil tindakan hingga bunuh diri
18. Persepsi dokter dan pasien perlu disamakan. Dokter mempersepsikan IPTEK, sakit, dan
etik berdasarkan paradigma ilmu sedangkan pasien mempersepsikan kebertubuhannya
(skema dan citra tubuh), penyakitnya sesuai dengan kontruksi sosial dan emic sesuai
dengan biocultural dan kearifan lokal yang dianutnya.
Persepsi pasien perlu interpretasi dari dokter, yang melakukan diagnosis melalui
anamnesis
terarah prognosis, terapi klinis dengan memperhatikan sublimasi serta respon
estetis,
mempertimbangkan prognosis klinis dan 4 mu: mudah, murah, mujarab, mutu
Oleh karena berorientasi pada pasien, maka ilmu kedokteran merupakan ilmu yang
tergolong ke dalam ilmu pengetahuan campuran.
19. Humaniora kesehatan merupakan wadah dan cerobong ilmu dari sekumpulan ilmu
kemanusiaan,termasuk di dalamnya sosiologi, antropologi, Bahasa, susastra, seni,
sejarah, ekonomi, hukum, filsafat khususnya etika untuk tujuan/aplikasi di bidang
kesehatan. Pentingnya humaniora kesehatan dalam Pendidikan kedokteran tertuang
dalam UU Pendidikan Kedokteran No. 20 tahun 2013.
20. Berdasarkan Madhu Singh, UNESCO 2002, syarat menjadi pembelajar sepanjang hayat :
a. komunikasi,
b. dapat hidup bersama,
c. berpikir kritis,
d. dapat berubah dan beradaptasi, dan
e. kreativitas.
Setelah menjadi spesialis dan bahkan subspesialis, dokter tidak boleh berhenti belajar.
Harus menjadi bijak, memahami filsafat
21. Bila dokter spesialis memahami 4 pilar ilmu kedokteran dan mempraktikkan
penyeimbangannya
secara arif, diharapkan akan menjadi pemimpin di masa depan.