Anda di halaman 1dari 14

Penyusunan Clinical Guidelines

Resta Dwi Yuliani, S.Tr.Kes.,M.K.M


OUTLINE

01 Definisi

02 Tahapan penyusunan

03 Komponen penyusunan pedoman klinis


Definisi Clinical Guideline
Aturan yang dibuat secara sistematis untuk membantu para praktisi dalam
penanganan pasien, untuk pelayanan kesehatan yang tepat dalam situasi
01 yang spesifik.

Pedoman ini dapat berisi tentang cara pemilihan prosedur diagnostik


02 maupun skrining, cara memberikan pelayanan medis maupun bedah,
seberapa lama pasien harus dirawat, dan rincian lainnya.

Best practice guideline / clinical guideline / practice guideline : “uraian yang


03 disusun secara sistematis untuk membantu praktisi kesehatan dalam
pelayanan kesehatan atau kelainan lain yang sesuai dalam situasi tertentu,
dengan memperhatikan bukti untuk efektifitas dan juga merupakan dasar
untuk perencanaan
Tahapan penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

Identifikasi topik

01 dapat berupa penyakit (misalnya: infeksi saluran kemih, penyakit jantung koroner), ataupun prose-
dur (histerektomi, resusitasi bayi baru lahir), dan lain-lain.

Penyempitan / penyederhanaan lingkup topik


02 antara lain untuk lebih mengarahkan tujuan penggunaan pedoman ini nantinya. Melalui tahap ini di-
harapkan kondisi medis yang akan ditata menjadi lebih jelas dan terarah.

03 Formulasi pertanyaan menyangkut diagnosis, terapi maupun pemeriksaan lainnya

04 Penetapan sumber data yang akan dijadikan referensi


Tahapan penyusunan pedoman ini antara lain adalah sebagai berikut :

05 Penelusuran literatur

06 Telaah kritis dari informasi yang diperoleh.

Analisis semua bahan setelah selesai ditelaah


07
pembuatan neraca hasil penelitian serta mengelompokkan bobot hasil penelitian sesuai kesepa-
katan
08 Penyusunan rekomendasi dan algoritma dengan gradasi yang sesuai dengan pelaksanaannya.

09 Diseminasi dan implementasi.


Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

Judul Penyakit
01
Berdasarkan daftar penyakit di SDKI 2012, namun beberapa penyakit dengan karakteristik yang
sama di keompokkan menjadi satu judul penyakit. Pada setiap judul penyakit dilengkapi :

a. Kode penyakit

1) Kode international classification of primary care (ICPC), menggunakan ICPC-2 untuk diagnosis
2) Kode international classification of Disease (ICD), Menggunakan kode ICD-10 versi 10

b. Tingkat kemampuan dokter dalam penatalaksanaan penyakit berdasarkan peraturan konsil kedok-
teran Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang standar kompetensi dokter indonesia
Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

Masalah kesehatan

02 Masalah kesehatan berisi pengertian singkat serta prevalensi penyakit di Indonesia. Substansi dari
bagian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan awal serta gambaran kondisi yang mengarah
kepada penegakan diagnosis penyakit tersebut

Hasil Anamanesis

Berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering disampaikan oleh pasien atau keluarga.

03 Penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko,
riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada
beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifk yang harus diperoleh dokter dari pasien
atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.
Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik, mengarah


04 kepada diagnosis penyakit (pathognomonis). Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan
fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap
harus dilakukan oleh dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk memas-
tikan diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding.

Penegakan Diagnosis (Assesment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemerik-
05
saan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagno-
sis atau karena telah menjadi standar algoritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga
memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi penyakit
Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

06
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien (patientcentered)
yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu,
bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dankeluarga (family focus), aspek
komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokterperlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria “TACC” (Time-Age-Complica-
tion-Comorbidity) berikut :

1) Time
jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau melewati Golden Time Standard
2) Age
jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan risikokomplikasi serta risiko
kondisi penyakit lebih berat.
3) Complication
jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien
4) Comorbidity
jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien.
5) Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk
melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaandengan persetujuan pasien.
Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :

07
Peralatan

Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan peralatan tersebut merupakan kewa-
jiban fasilitas pelayanan kesehatan disamping peralatan medik wajib untuk pemeriksaan
umum tanda vital
Komponen penyusunan pedoman ini sebagai berikut :
Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi manusia
05 dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga dapat beraktivitas
seperti biasa.
Prognosis digolongkan sebagai berikut :
4. Sanam : sembuh 5. Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
5. Bonam : baik 6. Dubia ad malam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek
6. Malam : buruk/jelek
7. Dubia : tidak tentu/ragu-ragu
Untuk penentuan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat diagnosis ditegakkan
TUGAS
Silahkan membuat clinical pathways,
setiap mahasiswa 1 penyakit dan tidak
diperbolehkan sama.
Sumber : jurnal, skripsi, tesis dll
Dikumpulkan di e-learning bentuk PDF
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai