Anda di halaman 1dari 42

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
INDIKATOR NASIONAL MUTU PELAYANAN
KESEHATAN UTD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan bahwa setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau. Untuk itu pemerintah dan pemerintah daerah berkomitmen dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
secara bertanggung jawab, aman, bermutu, merata dan non diskriminatif.

Untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah mengimplementasikan


Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2014. Seluruh masyarakat mendapatkan
kesempatan untuk memiliki jaminan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative baik di rumah sakit, puskesmas dan pelayanan
kesehatan lainnya termasuk pelayanan di UTD. Untuk memastikan bahwa pelayanan
kesehatan yang tersedia bermutu dan aman agar dapat memberikan manfaat yang
optimal bagi masyarakat.

Pelayanan darah merupakan upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit


dan pemulihan kesehatan. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan
pelayanan darah. Darah dan komponen darah memegang peranan penting dalam
pelayanan kesehatan. Ketersediaan, keamanan, mutu dan kemudahan akses terhadap
darah dan komponen darah harus dapat dijamin. Terkait dengan hal tersebut, sesuai
dengan World Health Assembly (WHA) 63.12 on Availability, safety and quality of blood
products, bahwa kemampuan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri atas darah dan
produk darah (self sufficiency in the supply of blood and blood products) dan jaminan
keamanannya merupakan salah satu tujuan pelayanan kesehatan nasional yang
penting.

Mutu darah dan komponen darah masih sangat bervariasi oleh karena sebagian besar
UTD belum mampu memenuhi standar pelayanan darah sebagaimana diamanahkan di
dalam Permenkes Nomor 91 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.
Sampai Desember 2017, terdapat 421 UTD dan lebih dari 535 Bank Darah Rumah
Sakit (BDRS) melaksanakan pelayanan penyediaan darah.

Untuk mengetahui keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di UTD


maka diperlukan pengukuran terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut secara
nasional, selain untuk menilai apakah upaya-upaya yang telah dilakukan benar-benar
dapat meningkatkan mutu layanan, juga untuk memberikan umpan balik, transparansi
publik, dan dapat digunakan sebagai pembanding (benchmark) dalam
mengindentifikasi best practice untuk pembelajaran.

Oleh karena itu maka perlu ditetapkan indikator terpilih sebagai indikator nasional mutu
pelayanan kesehatan UTD, sebagai acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan pemangku kebijakan terkait dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan mutu
pelayanan kesehatan di UTD.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan indikator mutu unit transfusi darah adalah agar tersedia indikator mutu
nasional bagi unit transfusi darah, sebagai panduan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan mutu pelayanan
unit transfusi darah.

Indikator mutu ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
unit transfusi darah secara efektif, efisien dan berkesinambungan serta tersusunnya sistim
monitoring pelayanan unit transfusi darah.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman pengukuran dan evaluasi mutu pelayanan di laboratorium kesehatan
meliputi:
1. penetapan indikator terpilih;
2. pengukuran mutu pelayanan unit transfusi darah;
3. evaluasi dan rencana tindak lanjut mutu pelayanan unit transfusi darah;
4. pencatatan dan pelaporan; dan
5. pembinaan dan pengawasan.
BAB II
PENGUKURAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN UTD

A. Mutu Pelayanan Kesehatan UTD


Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
penerima (resipien). Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan
kesehatan, transfusi darah dan komponen darah yang tepat dapat menyelamatkan
jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.

Pelayanan darah harus diberikan secara bermutu, aman, dapat dipercaya serta
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Terselenggaranya pelayanan darah
yang bermutu dan aman sangat tergantung pada upaya perbaikan mutu yang
dilakukan oleh rumah sakit atau unit transfusi darah secara terus menerus. UTD
bertanggung jawab atas tersedianya darah transfusi yang aman, berkualitas dan
dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit.
UTD harus melakukan upaya untuk menjamin terlaksananya transfusi darah yang
aman dan meminimalkan resiko transfusi. Upaya tersebut terdiri dari pelayanan
transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional, pengumpulan darah dari donor
sukarela dengan populasi resiko rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua
darah donor dari penyebab infeksi serta pelayanan darah yang baik disemua
aspek.

Mutu pelayanan kesehatan mempunyai keunikan mengingat kompleksitas pelayanan


kesehatan. Tidak hanya karena pelayanan kesehatan merupakan bundle antara
barang dan jasa, akan tetapi juga karena perbedaan hubungan antara pasien dan
pemberi pelayanan, perbedaan persepsi sehat dan sakit antara pasien dan dokter,
disamping adanya asimetri dalam hubungan pelayanan kesehatan.
Sampai dengan saat ini terdapat beragam definisi mengenai mutu pelayanan
kesehatan. WHO mengembangkan kerangka kerja mutu pelayanan kesehatan
melalui karakteristik dimensi mutu pelayanan kesehatan, yaitu layanan kesehatan
yang efektif, efisien, mudah diakses, dapat diterima/fokus kepada pasien, adil serta
aman. Dimensi mutu pelayanan kesehatan ini kemudian berkembang menjadi tujuh
dimensi, yaitu keselamatan pasien, efektif, dapat diterima atau berfokus pada
individu, serta diberikan secara tepat waktu, efisien, adil dan terintegrasi.
Dimensi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia disepakati mengacu pada tujuh
dimensi yang digunakan oleh WHO dan lembaga internasional lain, yaitu sebagai
berikut:

1. Efektif: menyediakan pelayanan kesehatan yang berbasis bukti kepada


masyarakat.
2. Aman: meminimalkan terjadinya kerugian (harm), termasuk cedera dan
kesalahan medis yang dapat dicegah, pada pasien-masyarakat yang menerima
pelayanan.
3. Berfokus pada individu (people-centred): menyediakan pelayanan yang sesuai
dengan preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu.
4. Tepat waktu: mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan pemberian pelayanan
kesehatan.
5. Efisien: mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan mencegah
pemborosan termasuk alat kesehatan, obat, energi dan ide.
6. Adil: menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, etnik, tempat tinggal, agama, dan status sosial ekonomi
7. Terintegrasi: menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasilitas
pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan, serta menyediakan pelayanan
kesehatan pada seluruh siklus kehidupan

Berbagai metode perbaikan dan intervensi mutu perlu memperhatikan tiga


parameter pendekatan tersebut, yaitu:
1. Struktur (Input) adalah karakteristik pelayanan yang relatif stabil yang dimiliki
oleh penyedia fasilitas pelayanan kesehatan (sumber daya), meliputi antara lain:
perlengkapan, sumber daya dan tatanan organisasi serta fasilitas fisik di
lingkungan kerja.
2. Proses pada dasarnya adalah berbagai aktifitas/proses yang merupakan interaksi
antara penyedia fasilitas pelayanan kesehatan (misal dokter) dengan penerima
pelayanan kesehatan (pasien) yang. Kegiatan ini antara lain meliputi: asesmen,
diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penatalaksanaan, dan
follow up.
3. Outcome merujuk pada berbagai perubahan kondisi dan status kesehatan yang
didapatkan oleh penerima pelayanan (pasien) setelah terakses dan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan. Komponen outcome tersebut antara lain meliputi
morbiditas, mortalitas dan tingkat kepuasan pasien.

Untuk memudahkan pengukuran dan evaluasi, mutu pelayanan kesehatan


diterjemahkan sebagai Indikator Mutu. Indikator Mutu ini digunakan agar dapat
memberikan penanda adanya peluang untuk melakukan perbaikan dan untuk
mengukur pencapaian.
Indikator yang ideal harus memiliki empat kriteria, yaitu:
1. Sahih (valid), artinya benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan
dinilai.
2. Terpercaya (reliable), artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Sensitif, artinya peka untuk digunakan sebagai bahan pengukuran.
4. Spesifik, artinya mampu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas,
tidak tumpang tindih.

B. Penetapan Indikator Nasional


Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di UTD, perlu disusun
suatu indikator nasional untuk mengukur upaya peningkatan mutu pelayanan di
seluruh UTD di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah menetapkan 9
Indikator Nasional mutu pelayanan kesehatan di UTD yang ditentukan berdasarkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Menggambarkan dimensi mutu WHO;
2. Dipilih dari indikator yang high Problem, high cost, high volume dan problem prone;
3. Sederhana, indikator yang terpilih disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti
dan dipahami;
4. Terukur, indikator yang terpilih dapat diukur dengan metode yang sama antar UTD;
5. Terbuka, indikator yang terpilih dapat diakses oleh seluruh UTD;
6. Terjangkau, indikator yang terpilih dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya dan dana yang tersedia di UTD;
7. Akuntabel, indikator terpilih dapat dipertanggunggugatkan kepada publik;

Indikator Nasional mutu pelayanan kesehatan UTD menjadi indikator wajib bagi
seluruh UTD, baik itu UTD Pemerintah maupun UTD milik Palang Merah Indonesia
(PMI) dan diterapkan di semua UTD. Adapun indikator nasional mutu pelayanan
kesehatan UTD adalah sebagai berikut:
1. Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD
2. Pemenuhan kebutuhan darah di UTD
3. Hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda dengan uji
konfirmasi golongan darah.
4. Komponen sel darah merah pekat/Packed Red Cell (PRC) yang
diluluskan.
5. Pencatatan suhu penyimpanan produk darah
6. Pencatatan suhu rantai dingin selama proses transportasi darah
7. Donasi dari pendonor darah sukarela
8. Kepuasaan pelanggan terhadap pelayanan darah
9. Waktu tunggu penyediaan darah
Masing-masing Indikator diatas dijabarkan dalam bentuk profil indikator, yang
memiliki komponen komponen seperti dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Format Profil Indikator
Judul Indikator Judul singkat yang spesifik mengenai indikator apa yang
akan diukur
Dasar pemikiran Dasar pemilihan indikator untuk diukur
Dimensi Mutu Prinsip atau tujuan prioritas dalam memberikan pelayanan
yang meliputi efektif (effective), keselamatan pasien (safe),
berorientasi kepada pasien (people-centred), tepat-waktu
(timely), efisien (efficient), adil (Equitable) dan/atau
terintegrasi (Integrated).
Tujuan Suatu hasil yang ingin dicapai dengan melakukan
pengukuran indikator.
Definisi Operasional Batasan pengertian umum yang dijadikan pedoman dalam
melakukan pengukuran indikator untuk menghindari
kerancuan.
Jenis Indikator  Struktur (Input): untuk menilai apakah UTD memiliki
kemampuan sumber daya yang cukup untuk memberikan
pelayanan kepada pasien.
 Proses: untuk menilai apa yang dikerjakan staf UTD dan
bagaimana pelaksanaan pekerjaannya.
 Output: untuk menilai hasil dari proses yang
dilaksanakan.
 Outcome: untuk menilai dampak layanan yang diberikan
terhadap pasien.
Satuan Pengukuran Standar atau dasar ukuran yang digunakan
Contoh: rasio, persentase, rate dan satuan waktu.
Numerator (pembilang) Adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam formula
indikator, merupakan jumlah subjek atau kondisi yang ingin
diukur dalam populasi atau sampel yang memiliki
karakteristik tertentu
Denominator (penyebut) Adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus
indikator, merupakan semua peluang yang ingin diukur
dalam populasi atau sampel.
Target Pencapaian Sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.
Kriteria: Kriteria inklusi: Karakteristik Subjek yang memenuhi kriteria
- Inklusi yang telah ditentukan.
- Eksklusi Kriteria ekslusi: Batasan yang mengakibatkan subjek tidak
dapat diikutkan dalam pengukuran.
Formula Rumus untuk menghasilkan nilai indikator.
Desain Pengumpulan data Adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
Retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari
proses yang telah dilaksanakan dan telah diambil datanya.
Prospektif dilakukan dengan mengumpulkan data dari
proses yang akan berjalan kedepan.
Survey harian dilakukan dengan menggunakan instrument
yang disusun dengan melakukan pengukuran terhadap
proses yang sedang berjalan.
Sumber data Asal data yang diukur contoh: buku register, formulir
observasi.
1.Data Primer
(mengumpulkan langsung menggunakan lembar
pencatatan hasil observasi, kuesioner)
2. Data sekunder
(buku register, buku catatan komplain)
Instrumen Pengambilan Alat atau formulir yang digunakan untuk mengumpulkan
Data data.
Besar sampel Jumlah data yang harus dikumpulkan agar pengukuran
menjadi representative.
Besar sampel disesuaikan dengan kaidah-kaidah statistik.
Frekuensi pengumpulan Kekerapan pengumpulan data.
data Pengumpulan data dapat dilakukan harian, bulanan atau
triwulan.
Periode pelaporan data Kurun waktu yang ditetapkan untuk melaporkan data,
contoh: setiap bulan, setiap triwulan
Periode analisa data Kurun waktu yang ditetapkan untuk melakukan analisis,
contoh: setiap triwulan.
Penyajian data Cara menampilkan data, contoh: grafik, diagram
Penanggung Jawab Petugas yang bertangggung jawab menentukan indikator
yang apa yang akan diukur di unitnya dan melakukan
perbaikan untuk mencapai target yang ditetapkan

C. Tahapan Pengukuran Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan


Tahapan pengukuran indikator nasional mutu pelayanan kesehatan UTD, dapat
digunakan untuk pengukuran indikator mutu pelayanan lain yang sesuai kebutuhan
rumah sakit, meliputi:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data indikator nasional mutu pelayanan kesehatan UTD adalah
proses mengumpulkan data dan atau menghimpun data berkaitan dengan indikator
mutu yang telah ditetapkan. Tujuan dari pengumpulan data indikator mutu adalah
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dari
pengukuran indikator.
Tahapan rencana pengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi sumber data,
menetapkan rencana sampling, menetapkan elemen data yang akan dikumpulkan,
mengembangkan instrumen pengumpulan data, menetapkan frekuensi
pengumpulan data, melatih petugas pengumpul data, melakukan ujicoba, serta
membuat rencana distribusi data.
a. Identifikasi sumber data
Sumber data pada pengukuran indikator mutu UTD terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer didapatkan antara lain dari survei harian dan hasil
observasi. Sedangkan data sekunder didapatkan antara lain dari catatan
pendaftaran, buku register, catatan pendaftaran, hasil survei kepuasan, dan
catatan komplain.
b. Rencana sampling
Dalam pengumpulan data, idealnya data dikumpulkan dari seluruh populasi.
Namun pada kondisi dimana populasi sangat banyak maka pengumpulan data
dapat dilakukan melalui sampling yaitu mengambil sebagian dari populasi yang
dipilih dengan teknik sampling agar dapat mewakili populasi. Jika pengumpulan
data menggunakan sampel, maka perlu ditentukan dua aspek yaitu teknik
sampling dan minimal besar sampel.
1). Teknik sampling
Berikut adalah beberapa contoh teknik sampling:
a). Sampling probabilitas (Probability sampling)
Dalam teknik sampling ini, setiap subyek dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Beberapa teknik
sampling probabilitas adalah:
(1). Sampel acak sederhana (Simple random sampling)
Dalam teknik ini, subyek dipilih secara acak dari daftar subjek
dengan menggunakan undian atau menggunakan tabel bilangan
random. Jumlah subjek dalam populasi dihitung kemudian tiap
subjek tersebut diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka
sebagai sampel dengan bantuan tabel acak (random).Contoh:
memilih 200 sampel dalam 1000 anggota populasi.
(2). Sampel acak sistematik (Systematic random sampling)
Teknik ini memilih sampel dari populasi secara acak dengan
menggunakan interval yang sama.
b). Sampling non probabilitas (Non-probability sampling)
Teknik ini lebih praktis dan lebih mudah dilakukan, karenanya lebih
sering digunakan.
(1). Sampling berdasarkan ketersediaan (Convenience sampling).
Dalam teknik ini, subyek diambil tanpa sistimatika tertentu,
pemilihan berdasarkan ketersediaan yang ada pada saat dilakukan
pengukuran. Teknik ini paling mudah namun lemah dalam jenis
sampel non probabilitas.
(2). Sampling berdasarkan pertimbangan (Judgmental sampling atau
purposive sampling/Trigger sampling).
Teknik ini memilih sampel berdasarkan adanya pertimbangan atau
trigger tertentu. Contoh: untuk mengetahui apakah UTD melakukan
analisis akar masalah (Root Cause Analysis), maka terlebih dahulu
dilihat laporan-laporan insiden keselamatan pasien sebagai trigger
kemudian dilanjutkan dengan menanyakan analisis akar masalah
dari laporan insiden tersebut.

2). Besar sampel


Untuk menentukan besar sampel minimal, faktor yang harus
dipertimbangkan adalah jumlah populasi, namun selain itu semakin
banyak variasi dalam populasi, maka semakin banyak besar sampel yang
diperlukan. Penentuan besar sampel minimal mengacu kepada
perhitungan statistik yang berlaku atau dapat pula menggunakan
perhitungan praktis dari Joint Commission International (JCI) lihat tabel 2.
Tabel 2. Besar sampel
Besaran sampel
Populasi Sampel
>= 640 128 sampel
320 – 639 20% dari total populasi
64 – 319 64 Sampel
<64 100% Populasi

a). Elemen data


Dalam mengumpulkan data perlu memahami elemen data yang ingin
diukur. Elemen data terdiri atas
(1). Numerator adalah data yang akan diukur.
(2).Denominator adalah data yang menggambarkan semua peluang
yang ingin diamati dalam populasi atau sampel yang akan diukur.
b). Instrumen pengumpulan data indikator mutu
Dalam melakukan pengumpulan data diperlukan alat bantu instrumen
yang dapat berupa formulir observasi, formulir pengumpulan data dan
lain sebagainya.
c). Frekuensi pengumpulan data sesuai dengan kamus indikator mutu
Frekuensi pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan profil
indikator UTD.

2. Validasi Data
Validasi data adalah pengujian kebenaran atas data yang dikumpulkan. Validasi
data dilaksanakan oleh komite/tim mutu atau petugas yang ditunjuk. Penting untuk
diperhatikan bahwa pengumpul data dan petugas validasi harus mendapatkan
pelatihan yang sama.Tujuan validasi adalah:
a. Mengetahui tingkat ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam
melakukan pengukuran.
b. Memperoleh data yang akurat.
c. Menetapkan tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil keputusan.
Validasi data dipersyaratkan pada kondisi - kondisi sebagai berikut:
a. Indikator baru diimplementasikan (khususnya, pengukuran klinis yang
bermaksud untuk membantu UTD mengevaluasi dan meningkatkan proses
atau hasil klinis yang penting);
b. Data akan dipublikasikan pada website UTD atau melalu media lainnya;
c. Terdapat perubahan sistem pengumpulan data indikator. Seperti perubahan
instrumen pengumpulan data, atau petugas yang mengumpulkan data
bertukar;
d. Capaian data berubah tanpa dapat dijelaskan penyebabnya;
e. Sumber data berubah, seperti ketika sebagian dari rekam medis pasien telah
diubah menjadi format elektronik, sehingga sumber data sekarang elektronik
dan rekam medik;
f. Subjek pengumpulan data berubah, seperti perubahan rata-rata umur pasien,
komorbiditas, perubahan protocol penelitian, implementasi panduan praktik
terbaru, atau pengenalan teknologi dan metodologi perawatan terbaru.

Terdapat beberapa metode validasi, seperti: Kesesuaian Hasil Pengukuran


(Measure Result Agreement), Kesesuaian Kategori Pengukuran (Measure
Category Agreement) dan Kesesuaian Elemen Data (Data Element Agreement).
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila untuk Kesesuaian Hasil Pengukuran
adalah sebesar 90 %, sedangkan untuk Kesesuaian Kategori Pengukuran dan
Kesesuaian Elemen Data adalah sebesar 80 %.
Dalam uji validasi tersebut metode yang direkomendasikan adalah metode
reproducibility yaitu diulangnya pengukuran oleh orang yang berbeda,
menggunakan metode atau alat yang sama, dilakukan pada kondisi yang sama
dan pada populasi atau sampel yang sama.
Berikut adalah langkah-langkah uji validasi data dengan menggunakan metode
Kesesuaian Hasil Pengukuran (Measure Result Agreement) :
a. Petugas Pengumpul Data:
Mengumpulkan data dari Populasi atau Sampel dari sumber data, dengan
panduan Profil Indikator dan menggunakan Formulir Pengumpulan data
yang telah disiapkan. Besar sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Penentuan
Besar Sampel Validasi untuk Petugas Pengumpul Data.
b. Petugas Validasi Data
Mengumpulkan data secara acak/ random sampel yang akan diukur dari
seluruh populasi atau sampel sumber data yang sama yang digunakan oleh
pengumpul data, dengan panduan kamus, dan formulir pengumpulan data
yang sama dengan yang digunakan oleh pengumpul data. Besar sampel
dapat dilihat pada tabel 3 penentuan besar sampel untuk petugas validasi.
Petugas validasi data tidak perlu mengumpulkan semua data yang
dikumpulkan pengumpul data. Pengumpul data dan validator harus
mendapatkan pelatihan yang sama.
Tabel 3. Besar sampel validasi
Petugas Pengumpul Data Petugas Validasi Data
Populasi Sampel Populasi Sampel
≥ 640 128 sampel ≥ 480 48 sampel
320 – 639 20% dari total 161 - 480 48 sampel
populasi
64 – 319 64 Sampel 17 - 160 Minimal 16 atau 10%
Populasi
< 64 100 % populasi 1 - 16 100 % populasi

c. Hitung kesesuaian antara hasil petugas pengumpul data dan petugas


validasi data. Jumlah kesesuaian data dibagi jumlah sampel x 100%.

Jumlah kesesuaian data X 100 %


Jumlah sampel
Hasil kesepakatan pengukuran kategori dapat dipercaya atau reliable jika
mencapai 90%.
d. Hasil penghitungan validitas tersebut terdapat dua kemungkinan antara lain:
1). Jika mencapai 90% maka hasil pengukuran valid dan dapat dipercaya
(reliable).
2). Jika hasilnya < 90% dan terdapat perbedaan atau ketidakcocokan, maka
Pengumpul Data dan Validator mencari penyebab perbedaan data dan
melakukan perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan, kemudian dilakukan
pengumpulan data ulang menggunakan sampel yang baru dengan
langkah langkah yang sama sejak awal.
3). Faktor-faktor penyebab data tidak valid adalah sebagai berikut:
a). Pelatihan untuk Pengumpul data dan petugas validasi data belum
memadai.
b). Kamus Indikator tidak jelas sehingga menimbulkan salah interpretasi.
c). Perbedaan pemahaman terhadap definisi operasional.
d). Keterbatasan waktu dalam pengumpulan data
e). Kesalahan dalam melakukan penginputan data.
f). Penggunaan sumber data yang berbeda.
g). Kelalaian
h). Formulir pengumpulan data belum terdesain secara baik

Untuk mengurangi kesalahan, meningkatkan validitas dan mengurangi


random error dalam pengumpulan data, dapat dilakukan berbagai upaya
antara lain:
a) Melakukan standarisasi dalam pengukuran.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan memastikan penggunaan
definisi operasional dan elemen data yang sama.
b) Memberikan pelatihan yang sama kepada pengumpul data dan
petugas validasi.
c) Melakukan standarisasi instrumen/alat ukur. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen/alat yang sama misalnya formulir atau
kuesioner
d) Melakukan pengukuran ulang oleh orang yang berbeda menggunakan
sampel yang sama.

3. Analisis Data
Analisis data adalah suatu poses atau upaya untuk menggabungkan dan
mengubah data menjadi informasi yang berguna dalam membuat kesimpulan atau
membuat keputusan. Unit yang bertanggung jawab, dapat dibantu oleh tim/ komite
mutu untuk melakukan analisis data tersebut.
Data juga perlu disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan dimengerti, untuk
memudahkan interpretasi hasil pengukuran indikator mutu. Secara garis besar ada
tiga cara yang sering dipakai untuk penyajian data yaitu:
a. Narasi
Ciri dari penyajian secara tulisan adalah:
1) Dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data hingga kesimpulan
2) Kelemahan: kurang menggambarkan bentuk statistik bila terlalu banyak
datanya.
b. Tabel
Penyajian data dalam bentuk angka yang disusun dalam kolom dan baris
dengan tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori yang
berbeda.
c. Grafik/ Diagram
UTD dapat menggunakan beberapa jenis grafik untuk membantu analisis.
Ketepatan pemilihan alat tergantung pada sifat data. Beberapa alat yang paling
umum digunakan:
1). Grafik Garis atau Run Chart
Grafik garis digunakan untuk mengevaluasi data dari waktu ke waktu. Grafik
dapat menunjukan fluktuasi pada saat pengukuran. Dengan menggunakan
grafik garis maka dapat ditunjukkan:
a) Gambaran umum sebuah proses
b) Garis yang menunjukkan nilai sepanjang waktu
c) Trend naik dan turun
d) Tidak ada garis kontrol
Grafik garis dapat mendeteksi:
a) Pergeseran atau Shifts adalah jika 8 titik atau lebih berturut-turut jatuh
pada satu sisi dari garis tengah. Titik pada garis rata-rata tidak masuk
hitungan.
b) Tren atau Trend adalah jika 6 titik atau lebih berturut-turut bergerak ke
arah yang sama. Titik garis datar tidak termasuk dalam hitungan.
c) Zigzag adalah jika 14 titik atau lebih turun naik.
2). Grafik kontrol atau Control Chart
Grafik control ini digunakan untuk menilai stabilitas suatu proses melalui
analisis variasi kinerja dari waktu ke waktu. Grafik kontrol lebih spesifik
daripada grafik garis karena dapat menilai apakah proses berada dalam
kontrol atau terkendali dengan adanya garis kontrol atas (Upper control
limit /UCL) dan garis kontrol bawah (Lower control limit (LCL).
3). Diagram batang atau Bar chart
Diagram batang sangat membantu saat data terdiri dari kategori yang
berbeda. Sumbu x mendefinisikan suatu variabel. Diagram batang
dimanfaatkan untuk membandingkan hasil pengukuran dari dua populasi
yang berbeda.
4). Pie chart
Pie chart merupakan lingkaran yang dibagi-bagi berdasarkan data yang
diperoleh. Pie chart menunjukan proporsi dalam sebuah populasi.

Setelah disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami (narasi, tabel dan grafik),
informasi tersebut perlu dilakukan analisa. Analisa dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencapaian dibandingkan secara serial (dari waktu ke waktu)
Pencapaian indikator dibandingkan antara bulan berjalan dengan bulan
sebelumnya atau tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, sehingga dapat
diketahui adanya kesenjangan/ kenaikan maupun penurunan capaian kinerja;
analisis dilakukan dengan cara melihat grafik tren.
b. Pencapaian dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
c. Pencapaian dibandingkan dengan pencapaian UTD lain
Pencapaian indikator dibandingkan dengan pencapaian di UTD setara
lainnya sebagai bentuk benchmark. Perbandingan dilakukan dengan cara
membandingkan pencapaian dengan trend pencapaian. Pencapaian UTD
dikatakan baik jika posisi UTD berada di atas seluruh UTD yang menjadi
mitra benchmark. Tren pencapaian dikatakan bagus bila grafik menunjukkan
peningkatan yang lebih baik daripada tren peningkatan di UTD lain.
d. Pencapaian dibandingkan dengan referensi yang digolongkan sebagai best
practice/ better practice maupun practice guidelines
Pencapaian indikator UTD dibandingkan dengan referensi atau literature
tersebut diatas.

BAB III
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Unit Transfusi Darah wajib mencatat dan melaporkan hasil pengukuran indikator mutu secara
berkala. Pelaporan diperlukan dalam pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pelayanan Unit Transfusi Darah.
Mekanisme pelaporan hasil pengukuran indikator mutu dilakukan sebagai berikut:
1. Internal
(1) Laporan Unit Kerja ke Tim yang bertanggungjawab terhadap Pengendalian Mutu UTD.
(2) Laporan Tim yang bertanggungjawab terhadap Pengendalian Mutu UTD ke Kepala UTD.
(3) Laporan Kepala UTD ke pemilik UTD.

2. Eksternal
UTD wajib melaporkan hasil pengukuran indikator nasional mutu pelayanan UTD secara
berkala ke dinas Kesehatan kabupaten/kota, dinas Kesehatan provinsi dan Kementerian
Kesehatan.
BAB IV
Pembinaan dan Pengawasan

Kementerian kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dan dinas kesehatan kabupaten/kota wajib
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan UTD milik
pemerintah, pemerintah daerah dan PMI, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Hasil pengukuran indikator nasional mutu pelayanan UTD digunakan sebagai bahan pembinaan
dan pengawasan serta diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pembinaan dan
pengawasan dilaksanakan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan.

Pembinaan dan pengawasan kepada UTD dapat dilakukan secara terintegrasi dan berjenjang
dimulai dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat provinsi sampai kementerian kesehatan.
BAB VI
PENUTUP

Dengan disusunnya indikator nasional mutu pelayanan UTD, diharapkan dapat


menjadi acuan pelaksanaan pengukuran indikator mutu bagi pengelola mutu di UTD.
Pengukuran indikator mutu ini dilakukan untuk menilai apakah upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh UTD benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanan secara signifikan;
juga untuk memberikan umpan balik pada penyedia layanan kesehatan dan manajemen
fasilitas pelayanan kesehatan; untuk mempromosikan transparansi publik; dan dapat
menjadi tolak ukur pembanding untuk mengidentifikasi best practice untuk pembelajaran.
Dengan demikian, pengukuran mutu pelayanan yang diikuti dengan upaya perbaikan
lainnya diharapkan dapat mendorong peningkatan budaya mutu yang berkesinambungan
di UTD.
FORMULIR 1
KAMUS INDIKATOR NASIONAL MUTU PELAYANAN KESEHATAN UTD

UTD 1. Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD


Judul Indikator Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Transfusi Darah: 1. Mewajibkan petugas
UTD maupun petugas BDRS melakukan penilaian terhadap
jumlah, jenis, golongan darah, tanggal kadaluarsa, dokumen,
suhu transportasi, kondisi darah, label darah dan kantong
darah,
2. Kondisi darah yang tidak sesuai standar masih sering
ditemukan pada saat darah diterima oleh BDRS sehingga
dikembalikan ke UTD.
Dimensi Mutu Efisiensi
Tujuan Meningkatkan efisiensi dalam penyediaan darah yang aman dan
bermutu di UTD, dimana semakin sedikit darah yang
dikembalikan, UTD semakin efisien.
Definisi Operasional  Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD adalah jumlah
kantong darah yang dikembalikan dari BDRS karena darah
tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak/ yang tertuang di dalam perjanjian
kerja sama.
 UTD dan BDRS membuat berita acara serah terima dimana
berisi keterangan apakah darah tersebut diterima/
didiskualifikasi ke UTD.
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan
efisiensi, UTD RS tetap menghitung jumlah darah yang
dikembalikan dari bangsal
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD.
Denominator Jumlah darah yang didistribusikan dari UTD ke BDRS.
(Penyebut)
Target Pencapaian <1%
Kriteria:
- Inklusi Semua darah yang terdistribusi ke BDRS
- Eksklusi Distribusi darah dari UTD ke RS yang tidak memiliki BDRS
Formula Jumlah darah yang dikembalikan ke UTD x 100%
Jumlah darah yang didistribusikan dari UTD ke BDRS
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan distribusi dan pengembalian darah
Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Penanggungjawab mutu/ manajer mutu
UTD 2. Pemenuhan kebutuhan darah di UTD
Judul Indikator Pemenuhan kebutuhan darah di UTD
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah; Bab XII. Pembinaan dan Pengawasan,
Pasal 38, Pembinaan dan pengawasan ditujukan untuk
menyediakan darah yang aman untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014
tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit,
dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah; salah satu tugas
UTD adalah menyiapkan darah yang aman dan siap
pakai untuk transfusi atau pengolahan lain menjadi
komponen darah sesuai dengan kebutuhan transfusi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah; Standar
pelayanan darah ini menjadi acuan nasional
penyelenggaraan pelayanan darah di UTD, BDRS, Pusat
Plasmapheresis dan Rumah Sakit, diharapkan
pelaksanaan pelayanan transfusi darah yang aman,
bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dapat terwujud.
4. Ketersediaan darah sesuai kebutuhan menjadi faktor
utama dalam memudahkan masyarakat mengakses
pelayanan darah.
5. Pemenuhan darah berdasarkan kebutuhan masih menjadi
masalah, bisa disebabkan karena penyebaran stok darah
yang tidak merata, atau pada kondisi tertentu seperti libur
panjang, bulan puasa dan bencana.
Dimensi Mutu Integrasi
Tujuan Menjamin ketersediaan darah di UTD sesuai kebutuhan.
Definisi Operasional Pemenuhan kebutuhan darah di UTD adalah persentase
pemenuhan darah sesuai dengan permintaan dalam 24 jam.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah darah yang terpenuhi dalam 24 jam (kantong)
Denominator Jumlah permintaan darah dalam 24 jam (kantong)
(Penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh permintaan darah
- Eksklusi Gol. darah langka (misalnya : Rhesus negative, O Bombay)
dan komponen darah yang spesifik (Komponen darah
apheresis, leukodepleted, washed erithrocyte, pediatric bag,
darah dengan uji saring NAT, darah inkompatibel)
Formula Jumlah darah yang terpenuhi dalam 24 jam x 100%
Jumlah permintaan darah dalam 24 jam
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder

Instrumen Pengambilan Formulir permintaan darah dan formulir distribusi


Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Penanggung jawab pelayanan
UTD 3. Hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda dengan uji
konfirmasi golongan darah
Judul Indikator Hasil pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda
dengan uji konfirmasi golongan darah.
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014
tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit
dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah: Pasal 8 (1) UTD
dengan kelas utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf b paling sedikit memiliki kemampuan
pelayanan: c. melakukan uji golongan darah ABO dan
rhesus, uji silang serasi, serta skrining dan identifikasi
antibodi dengan metode otomatik/slide/tabung/gel.
Pemeriksaan serologi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit meliputi: a. uji saring darah pendonor
terhadap Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD);
dan b. uji konfirmasi golongan darah.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, harus
dilakukan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pada
donor.
3. Beberapa UTD belum melakukan uji konfirmasi golongan
darah disebabkan karena ketidaktahuan bahwa hal
tersebut merupakan standar.
4. Pemeriksaan golongan darah yang berbeda dengan uji
konfirmasi dapat mengancam keselamatan pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Meningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Definisi Operasional  Pemeriksaan golongan darah pendonor yang berbeda
dengan uji konfirmasi golongan darah adalah hasil
pemeriksaan golongan darah yang berbeda antara yang
dilakukan sebelum donor menyumbangkan darah (awal)
dan sesudah menyumbangkan darah (konfirmasi).
 Darah yang diditribusikan hanya darah yang telah
ditetapkan golongan darahnya melalui uji konfirmasi.
 Pemeriksaan golongan darah dipengaruhi oleh
kompetensi petugas, reagen maupun kualitas alat.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah hasil konfirmasi golongan darah yang berbeda
dengan pemeriksaan awal
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan konfirmasi golongan darah
(Penyebut)
Target Pencapaian ≤2%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh pemeriksaan konfirmasi golongan darah
- Eksklusi Tidak ada eksklusi
Formula Jumlah hasil konfirmasi golongan darah yang berbeda
dengan pemeriksaan awal x 100%
Jumlah seluruh pemeriksaan konfirmasi golongan darah
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan hasil konfirmasi golongan darah
Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Manajer Mutu
UTD 4. Komponen sel darah merah pekat/ Packed Red Cell (PRC) yang diluluskan
Judul Indikator Komponen sel darah merah pekat/ Packed Red Cell (PRC)
yang diluluskan
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah: halaman
42, spesifikasi komponen sel darah merah pekat.
2. PRC yang tidak sesuai standar mengakibatkan darah
mengurangi manfaat terapi dan dapat membahayakan
keselamatan pasien.
3. Beberapa kondisi yang mengakibatkan PRC tidak sesuai
standar:
a. Volume tidak sesuai standar
b. Darah lisis
c. Lipemik
d. IMLTD positif
e. Waktu pengambilan darah
Dimensi Mutu Efisiensi
Tujuan Meningkatkan efisisensi dengan meminimalkan PRC darah
terbuang
Definisi Operasional Komponen PRC yang diluluskan adalah persentase
komponen PRC yang memenuhi kriteria pelulusan produk.
Kriteria penerimaan untuk pelulusan PRC pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 point 2.18.
Penyebab tidak lulus antara lain:
1. Volume yang tidak sesuai
2. Durasi proses pengambilan darah tidak sesuai standar
3. Reaktif IMLTD
4. Kesalahan pelabelan
5. Lipemik
6. Darah lisis
7. Ada gumpalan darah
8. Ikterik
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah kantong PRC yang diluluskan.
Denominator Jumlah kantong PRC yang diproduksi.
(Penyebut)
Target Pencapaian ≥ 90%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh kantong yang berisi komponen PRC yang
diproduksi UTD (double dan triple).
- Eksklusi Screening antibodi positif
Formula Jumlah kantong PRC yang diluluskan x 100%
Jumlah kantong PRC yang diproduksi
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan pencatatan jumlah kantong yang berisi komponen
Data PRC
Besar sampel Populasi PRC
Frekuensi pengumpulan Bulanan
Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Manajer mutu
UTD 5. Pencatatan suhu penyimpanan produk darah
Judul Indikator Pencatatan Suhu Penyimpanan produk darah
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah: Persyaratan teknis penyimpanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wadah
atau tempat, suhu penyimpanan, lama penyimpanan
dan/atau persyaratan lainnya yang menjamin mutu
darah.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah: Pencatatan
suhu refrigerator, freezer, agitator trombosit: ‐ minimal
dua kali pershift (setiap 4 jam).
3. Pencatatan suhu merupakan upaya penting untuk
menjamin mutu darah.
4. Masih banyak pencatatan suhu penyimpanan produk
darah yang belum sesuai dengan standar.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Menjamin keamanan dan mutu darah
Definisi Operasional  Pencatatan suhu penyimpanan produk darah adalah
pencatatan suhu penyimpanan produk darah paling sedikit
2 kali pershift mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 91 Tahun 2015.
 Setiap tempat penyimpanan produk darah di tempat
penyimpanan distribusi harus dilengkapi dengan
pencatatan suhu.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah pencatatan suhu penyimpanan produk darah yang
dilakukan
Denominator Jumlah seluruh pencatatan suhu penyimpanan produk darah
(Penyebut) yang seharusnya
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh pencatatan suhu penyimpanan produk darah pada
setiap tempat penyimpanan.
- Eksklusi Tidak ada eksklusi
Formula Jumlah pencatatan suhu penyimpanan produk darah yang
dilakukan x
100%
Jumlah seluruh pencatatan suhu penyimpanan produk darah
yang seharusnya
Desain Pengumpulan Survey harian (concurrent)
Data
Sumber Data Data primer

Instrumen Pengambilan Formulir Observasi


Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Bagian penyimpanan darah
UTD 6. Pencatatan suhu rantai dingin selama proses transportasi darah
Judul Indikator Pencatatan suhu rantai dingin selama proses transportasi
darah
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pelayanan Darah: Yang dimaksud dengan
“metode rantai dingin” adalah suatu sistem pemeliharaan
suhu darah dan komponen darah dari mulai pengambilan
sampai dengan pemberian darah kepada pasien. Yang
terpenting adalah petugas yang bertanggungjawab
mengatur, melaksanakan proses penyimpanan dan
pemindahan darah dan plasma serta menjaga peralatan
untuk menyimpan dan memindahkan darah dan plasma
secara aman.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah: Harus ada
SPO untuk mengelola fasilitas penyimpanan dan
transportasi darah termasuk bagaimana menangani dan
mengatur komponen, persyaratan pembersihan,
pengecekan dan pemeliharaan, dan apa yang harus
dilakukan jika terdapat kegagalan.
3. Pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi sering
sekali tidak dilakukan.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Menjamin keamanan dan mutu darah
Definisi Operasional  Pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi darah
adalah pencatatan suhu cool box darah selama darah
ditransportasikan dari UTD ke UTD/BDRS/RS oleh
petugas baik oleh petugas UTD maupun BDRS yaitu
pada saat akan dikirimkan oleh UTD dan pada saat
diterimakan di UTD/BDRS/RS.
 Standar suhu rantai dingin selama transportasi darah
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91
Tahun 2015.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi
darah yang dilakukan.
Denominator Jumlah pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi
(Penyebut) darah yang seharusnya.
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh proses distribusi darah dari UTD ke UTD/BDRS/RS.
- Eksklusi Darah yang dibawa oleh keluarga pasien.
Formula Jumlah pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi
darah yang dilakukan x 100%
Jumlah pencatatan suhu rantai dingin selama transportasi
darah yang seharusnya
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan pencatatan suhu tranportasi
Data
Besar Sampel Seluruh proses transportasi darah dari UTD ke
UTD/BDRS/RS.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Penanggung jawab distribusi darah
UTD 7. Donasi dari pendonor darah sukarela
Judul Indikator Donasi dari Pendonor Darah Sukarela
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah: Darah diperoleh dari pendonor darah
sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi
pendonor darah dengan mengutamakan kesehatan
pendonor darah. Darah yang diperoleh dari pendonor
darah sukarela sebelum digunakan untuk pelayanan
darah harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna
mencegah penularan penyakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014
tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit
dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah; Pelestarian
pendonor darah sukarela sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf b merupakan upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan pendonor darah sukarela untuk dapat
melakukan donor darah secara berkesinambungan dan
teratur selama hidupnya.
3. Persentase donasi sukarela di sebagian besar UTD
masih relatif rendah.
Dimensi Mutu Equity
Tujuan Meningkatkan ketersediaan dan keamanan darah
Definisi Operasional Donasi dari pendonor darah sukarela adalah penyumbangan
darah dari pendonor yang memberikan darah, plasma atau
komponen darah lainnya atas kehendaknya dan tidak
menerima pembayaran, baik dalam bentuk tunai atau hal
lainnya sebagai pengganti uang.
Catatan: D.O pendonor darah sukarela mengikuti UTDP PMI
dan Dit.PKP (lengkapi)
Jenis Indikator Input
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah donasi dari pendonor sukarela.
Denominator Jumlah donasi dari seluruh pendonor.
(Penyebut)
Target Pencapaian 90%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh donasi
- Eksklusi Tidak ada eksklusi
Formula Jumlah donasi dari pendonor sukarela x 100%
Jumlah donasi dari seluruh pendonor
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan donasi darah
Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Penanggung Jawab Bagian penyediaan darah

UTD 8. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan darah


Judul Indikator Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan darah.
Dasar Pemikiran Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
14 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah.
Dimensi Mutu Fokus kepada pasien
Tujuan - Untuk mengukur index kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan darah.
- Terwujudnya pemantauan dan pengukuran tingkat
kepuasan pelanggan sebagai dasar upaya peningkatan
mutu pelayanan di UTD serta terpenuhinya pelayanan di
semua unit yang mampu memberikan kepuasan
pelanggan.
Definisi Operasional 1. Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
terhadap jasa pelayanan yang diberikan oleh UTD.
Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila pelayanan
yang diberikan sesuai atau melampaui harapan
pelanggan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan
survei kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat
kepuasan pelanggan dengan mengacu pada kepuasan
pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat.
2. Pelanggan UTD adalah pendonor darah dan petugas
BDRS yang berinteraksi dengan petugas UTD.
3. Pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan
adalah kegiatan untuk mengukur tingkat
kesenjanganpelayanan yang diberikan dengan harapan
pelanggan.
4. Kepuasan pelanggan diukur dengan mendapatkan
gambaran persepsi pelanggan pada saat mendapatkan
pengalaman selama dilayani di UTD melalui: metode
kuesioner.
5. Jumlah responden berdasarkan sampling pelanggan.
6. Pelayanan yang diukur berdasarkan persepsi dan
pengalaman pelanggan terhadap:
1) Fasilitas: sarana, prasarana dan alat
2) SDM: kecepatan, sikap petugas dan penjelasan
informasi
3) Pelayanan: pendaftaran, ruang tunggu dan pelayanan:
kecepatan, kemudahan, kenyamanan
7. Survei Kepuasan dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.
8. Pengukuran kepuasan pelanggan dilaksanakan di lokasi
layanan sesuai dengan metode dan ketentuan
sebagaimana diatur dalam pedoman umum penyusunan
indeks kepuasan masyarakat unit layanan instansi
pemerintah.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Pengukuran Nilai Indeks
Numerator (Pembilang) Sesuai dengan formula perhitungan survei kepuasan
masyarakat berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017
Denominator Sesuai dengan formula perhitungan survei kepuasan
(Penyebut) masyarakat berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017
Target Pencapaian > 76,60
Kriteria:
- Inklusi Seluruh pelanggan
- Eksklusi Tidak ada eksklusi
Formula Sesuai dengan formula perhitungan survei kepuasan
masyarakat berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017.
Desain Pengumpulan Melakukan survei kepuasan masyarakat.
Data
Sumber Data Hasil survei kepuasan masyarakat.
Instrumen Pengambilan Sesuai dengan instrument perhitungan survei kepuasan
Data masyarakat berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017.
Besar Sampel Sesuai dengan formula perhitungan jumlah sampel dalam
survei kepuasan masyarakat berdasarkan Permenpan No.
14 Tahun 2017.
Frekuensi 1 (satu) dalam 1 (satu) tahun
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Tahunan
Periode Analisis Data Tahunan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
Sesuai dengan formula analisa dalam survei kepuasan
masyarakat berdasarkan Permenpan No. 14 Tahun 2017
Penanggung Jawab Penanggung jawab pelayanan
-39-

UTD 9. Waktu tunggu penyediaan darah


Judul Indikator Waktu tunggu penyediaan darah
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, Pasal 2 yaitu
Standar Pelayanan Transfusi Darah bertujuan menjamin
pelayanan darah yang aman, berkualitas dan dalam
jumlah yang cukup.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien Pasal 6 yaitu Standar hak
pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4)
huruf a merupakan hak pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan informasi tentang diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan, dan perkiraan biaya
pengobatan.
3. Untuk menjamin keselamatan pasien diperlukan ketepatan
waktu pemenuhan permintaan darah.
Dimensi Mutu Tepat waktu
Tujuan Untuk meningkatkan pemenuhan permintaan darah sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Definisi Operasional • Waktu tunggu penyediaan darah adalah waktu yang
dibutuhkan sejak formulir permintaan darah diterima oleh
petugas hingga darah siap didistribusikan.
• Permintaan darah tidak rutin adalah permintaan darah
dibuat tertulis dari BDRS/RS ke UTD diluar permintaan
rutin yang telah disepakati.
• Pemeriksaan pra transfusi adalah suatu rangkaian
prosedur pemeriksaan mencocokkan darah resipien dan
darah donor yang diperlukan sebelum darah diberikan
kepada resipien. Tujuan pemeriksaan ini untuk
memastikan ada tidaknya aloantibodi pada darah resipien
yang akan bereaksi dengan darah donor bila
ditransfusikan dan/atau sebaliknya.
• Penyediaan darah di UTD ada 2 macam:
-40-

1. Waktu penyediaan darah dengan uji pratransfusi di


UTD < 180 menit.
2. Waktu penyediaan darah tanpa uji pratransfusi di UTD:
< 60 menit.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah permintaan darah yang tidak rutin dipenuhi tepat
waktu sesuai yang telah ditentukan
Denominator Jumlah seluruh permintaan darah tidak rutin di UTD
(Penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Semua permintaan darah tidak rutin yang datang ke UTD
- Eksklusi Permintaan darah rutin, incompatibility, darah langka
(Rhesus negatif, O bombay (Oh)), stok tidak tersedia di UTD.
Formula Jumlah permintaan darah yang tidak rutin dipenuhi tepat
waktu sesuai yang telah ditentukan X100%
Jumlah seluruh permintaan darah tidak rutin di UTD
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrumen Pengambilan Laporan hasil pemeriksaan
Data
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal sesuai dengan
referensi yang di UTD.
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Data Bulanan
Periode Analisis Data Bulanan
Penyajian data  Run chart  Control chart
Penanggung jawab Manajer mutu

Lampiran 1. Tabel Kreji Morgan


Populas Sampe Populas Sampe Populas Sampe
i l i l i l
(N) (n) (N) (n) (N) (n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
-41-

30 28 260 155 1600 310


35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
-42-

Anda mungkin juga menyukai