Anda di halaman 1dari 22

Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah perkembangan pelayanan tranfusi darah dimulai pada tahun 1950


yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia. Pada tahun 1980 terbitlah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 tahun 1980 tentang tranfusi darah.
Berdasarkan peraturan tersebut, sejak saat itu pelayanan tranfusi darah di
Indonesia dilaksanakan.
Pentingnya penyelenggaraan pelayanan darah serta teridentifikasinya
masalah pelayanan darah di Indonesia telah mendorong World Health
Organization (WHO) untuk mengisyaratkan kepada pemerintah Indonesia perlu
dibentuk National Blood Policy sebagai regulator dalam pelaksanaan pelayanan
tranfusi darah di Indonesia. Palang Merah Indonesia melaksanakan tugasnya
melalui 187 Unit Tranfusi Darah (UTD) yang tersebar di 185 Kab/Kota,
penyebaran kurang merata yaitu 60% di Jawa dan Madura, 15% di Sumatera, 8%
di Kalimantan, 3% di Bali, 2% di Papua, serta 4% di pulau-pulau lain.
Kondisi tersebut masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia baik dari segi akses maupun kualitas pelayanan. Hal ini dapat dilihat
dari gambaran bahwa 457 Kab/Kota di Indonesia baru 231 (185 + 46) Kab/Kota
yang memiliki UTD berarti masih 226 Kab/Kota di Indonesia yang belum memiliki
UTD. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi
dalam upaya pemenuhan darah baik dari segi kecukupan, kualitas maupun
ketepatan waktu. Sebagai akibatnya, keluarga pasien terpaksa harus ikut berjuang
untuk mendapatkan darah tranfusi yang dibutuhkan tanpa memperhatikan
keamanan dengan menghubungi sendiri UTD terdekat yang memiliki stok darah.
Pelayanan darah yang berkualitas, aman, tersedia tepat waktu, dapat
dicapai apabila pelayanan berjalan dengan sistem tertutup, dimana rumah sakit
tidak lagi menyerahkan upaya memperoleh darah tranfusi kepada keluarga pasien,
tetapi seluruh mekanisme pelayanan dilaksanakan oleh petugas. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah mempunyai Bank Darah Rumah Sakit (BDRS).
Seiring dengan meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dan perlu
distribusi darah yang aman dimulai dari pendonor hingga sampai ke penerima,
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

maka pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI membentuk Bank Darah RS


(BDRS) di berbagai rumah sakit seluruh Indonesia yang mengisyaratkan masuk
dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
Rumah Sakit MAMPU PONEK adalah rumah sakit yang MAMPU
menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatus secara
komprehensif dan terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu.
Sehingga, rumah sakit yang MAMPU PONEK diwajibkan membentuk BDRS guna
menunjang pelayanan kesehatan.

B. PENGERTIAN

Bank Darah Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS, adalah suatu
unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah
untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Bank Darah Rumah Sakit yang didirikan dan dikelola oleh Rumah Sakit
yang berkewajiban menyimpan darah yang telah diuji saring oleh UTD PMI dan
melakukan uji cocok serasi berdasarkan perjanjian kerjasama antara UTD PMI dan
Rumah Sakit.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum : terlaksananya pelayanan bank darah yang aman di rumah


sakit dengan sistem distribusi tertutup serta berkualitas, terkoordinasi dan
sesuai standar
2. Tujuan Khusus : terlaksananya rumah sakit MAMPU PONEK alam
melaksanakan tranfusi darah yang berkualitas (aman, tepat waktu, efisien,
akses mudah) sebagai pendukung pelayanan prima rumah sakit.

D. FUNGSI

Fungsi BDRS adalah sebagai pelaksana dan penanggung jawab pemenuhan


kebutuhan darah untuk transfusi di rumah sakit sebagai bagian dari pelayanan
rumah sakit secara keseluruhan. BDRS menyimpan darah dan mengeluarkannya
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

bagi pasien yang memerlukan darah di rumah sakit yang bersangkutan. Sementara
itu, PMI berkewajiban membantu pendirian Bank Darah Rumah Sakit yang dikelola
oleh Rumah Sakit.

E. ORGANISASI BDRS

BDRS merupakan suatu unit pelayanan yang berada di bagian


laboratorium RS, yang dikepalai oleh seorang dokter Penanggungjawab
Laboratorium. Dalam pelaksanaan teknis, unit BDRS berkoordinasi dengan UTD
PMI sebagai jejaring pelayanan darah. Sebagai pelaksana teknis laboratorium/
tenaga teknis medik adalah Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) yang sudah
dilatih di bidang transfusi darah sesuai standar (minimal 80 jam) yang
tersertifikasi melalui pusdiknakes/ pusdiklat Depkes.
Persyaratan ketenagaan yang dibutuhkan adalah :
1. Penanggung jawab BDRS, satu orang dokter umum / spesialis.
2. Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM),enam orang, 3 shift.
3. Pekarya (driver), satu orang.

F. URAIAN TUGAS ORGANISASI BDRS

1. Penanggungjawab BDRS
Penanggung jawab BDRS memiliki kualifikasi pendidikan dokter spesialis
Patologi Klinik. Tugas dan tanggung jawab penanggung jawab BDRS meliputi:
a. menyusun rencana kerja BDRS
b. memimpin pelaksanaan kegiatan teknis BDRS
c. melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan BDRS
d. merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan
mutu.
2. Tenaga Teknis Medik
Tenaga Teknis Medik memiliki kualifikasi sebagai Ahli Tenaga Laboratorium
Medik (ATLM) yang mempunyai sertifikat pengetahuan dan keterampilan
tentang pengolahan, penyimpanan, distribusi darah dengan lingkup pekerjaan
pada laboratorium uji saring serologi pratransfusi.Adapun uraian tugas tenaga
teknis medik BDRS adalah :
a. Menyiapkan SPO setiap langkah kegiatan
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

b. Merencanakan kebutuhan darah di RS bersangkutan.


c. Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non
reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah.
d. Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
e. Memantau persediaan darah harian/mingguan.
f. Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah
donor dan darah resipien
g. Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien.
h. Melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi dan golongan
darah ABO/Rhesus ke UTD secara berjenjang
i. Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada dokter yang meminta
atau petugas rumah sakit yang diberi kewenangan.
j. Melacak penyebab terjadinya reaksi tranfusi.
k. Melakukan pencatatan, dan pelaporan.
l. Melaksanakan pemusnahan darah transfusi yang tidak layak pakai, sesuai
ketentuan.
m. Melakukan pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan RS sebagaimana dimaksud pada poin (m) harus


mencakup seluruh kegiatan dalam penyelenggaraan Pelayanan Bank Darah di
rumah sakit. Pencatatan kegiatan BDRS paling sedikit meliputi :
a. permintaan darah ke UTD
b. penerimaan darah dari UTD
c. permintaan darah dari dokter di rumah sakit
d. hasil pemeriksaan uji pra transfusi
e. distribusi /pengeluaran darah
f. reaksi transfusi
g. pengembalian darah ke UTD.

Pelaporan kegiatan BDRS paling sedikit meliputi :


a. persediaan darah
b. Pelayanan Darah yang meliputi jumlah permintaan, jumlah darah yang
diberikan, jenis darah, pengembalian darah serta alasannya
c. reaksi transfusi
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Adapun alur pelaporannya yaitu :

Laporan dikirim secara berjenjang : BDRS – UTD dan RS – Dinkes Kab.

G. RENCANA OPERASIONAL

September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan :
Persiapan Bank darah, Pengurusan berkas kerja sama, Pembayaran

Pemasangan alat

Pelatihan BDRS dari intern

Pelatihan BDRS dari PMI

Operasional BDRS
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

H. LOKASI BDRS

Lokasi BDRS direncanakan menjadi satu dan terpadu dengan unit laboratorium
klinik.

Ruang Analisa

Lokasi Bank Darah

Ruang Administrasi

U
Keterangan :
1. Hematologi
2. Kimia Klinik
3. Urinalisa, Mikrobiologi
4. Wastafel
5. Kursi
6. Meja
7. Bed pasien
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

I. ALUR BDRS

Permintaan Darah

BDRS

Ketersediaan darah
Crosstest
PMI

Pelaporan Hasil

Penyerahan Darah

J. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

a. SPO perencanaan kebutuhan darah


b. SPO permintaan darah ke UTD
c. SPO penyimpanan darah/komponen darah
d. SPO monitoring suhu alat penyimpanan darah
e. SPO validasi reagen
f. SPO kalibrasi alat
g. SPO perawatan alat
h. SPO cara pemakaian alat
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

i. SPO persiapan sampel pemeriksaan


j. SPO Pemeriksaan golongan darah ABO /Rhesus
k. SPO uji silang serasi
l. SPO penerimaan sampel darah dan format permintaan darah
m. SPO darah titipan yang telah dilakukan uji silang serasi
n. SPO pengeluaran darah
o. SPO pengembalian darah
p. SPO pelacakan reaksi transfusi
q. SPO pencatatan
r. SPO pelaporan
s. SPO rujukan
t. SPO permintaan darah cito
u. SPO penanganan limbah infeksius
v. SPO kewaspadaan universal

K. PERALATAN

a. Peralatan Crossmatch
1) Blood Bank Refrigerator
2) Electric tube sealer
3) AlatCrossmatch Gel Test (satu set: ID-Centrifuge, ID-Incubator, ID-
Dispenser )
4) Plasma separator
5) Serological Centrifuge
6) Medical / Laboratory Refrigerator
7) Mikropipet ukuran 25ul dan 50 ul
8) Hand Sealer
9) Cool box
10) Tabungreaksi
11) RakTabung
12) Labu semprot, Gunting Stainless, Pipet Pasteur, artery clamp
13) Tempat limbah medis dan non medis
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

b. Bahan dan Reagensia yang Dibutuhkan


1) Antisera : A , B, D
2) Test Sel : A, B, O
3) Bovin Albumin
4) ID-Liss Coomb Cards
5) ID-Dilluent
6) Saline 0,9 %

c. Alat dan Bahan Pendukung


1) ATK
2) Komputer + Printer
3) Meja Kursi + Map
4) Cek List dan lembar kerja : Golongan darah, Crossmatching,
5) Blangko pemantau suhu
6) Surat permintaan darah
7) Bukti penyerahan darah
8) Label darah
9) Buku Laporan Harian, Bulanan, dll

d. Penunjang
1) Masker
2) Jas laboratorium
3) Hand scoon
4) Desinfektan
5) Baskom stainless steel
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

L. DESKRIPSI RUANGAN

Mengacu pada PMK 83 tentang Unit dan Pelayanan Tranfusi Darah dan buku
Pedoman BDRS DEPKES , persyaratan ruangan BDRS adalah :

Standar 1 : Standar Ruangan Keterangan

Standar 2 : Standar Peralatan Kerja


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Standar 3 : Standar Alat dan Bahan Habis Pakai


Paket A : Peralatan Utama

Paket B : Peralatan dan Penunjang


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Paket C : Bahan Habis Pakai

Standar 4 : Standar Jenis Tenaga


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Standar 5 : Standar Kompetensi

Standar 6 : Alur Permintaan Darah Rutin

Standar 7 : Permintaan Darah secara Khusus


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Standar 8 : Penerimaan Darah

Standar 9 : Penyimpanan Darah dan Komponennya


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Standar 10, 11, 12 : Penyerahan, Pengembalian dan


Pemusnahan Darah

Standar 13 : Pencatatan
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Standar 14 : Pelaporan

M. PENUTUP

Demikian laporan Rencana Pengadaan BDRS ini kami buat dalam


rangkamembantu menunjang pelayanan kesehatan Rumah Sakit MAMPU PONEK.
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Lampiran 1

Rincian peralatan :

1. ID Incubator L

2. ID Centrifuse L
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

3. ID Dispenser

4. Tube Sealer Se 250


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

5. Blood Bank
Blood Bank, Merk Frimed, Italy ; Model : SB10E (100 L)

6. Reagen Diluent (Botol)


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

7. Reagen Liscomb (per pcs)


Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

Lampiran 2

FORMULIR LAPORAN BULANAN BANK DARAH RUMAH SAKIT

NAMA BDRS :
ALAMAT :
TELEPON :
EMAIL :

a. Permintaan Darah ke UTD

Fresh Frozen Jenis Komponen


No Tanggal Whole Blood Packed Red Cell
Plasma Lain
A B AB O A B AB O A B AB O A B AB O

b. Pemberian Darah oleh UTD

Fresh Frozen Jenis Komponen


No Tanggal Whole Blood Packed Red Cell
Plasma Lain
A B AB O A B AB O A B AB O A B AB O
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

c. Reaksi Tranfusi

Riwayat
Nama Jenis Jenis No
No Tanggal Jam Usia Diagnosa Tranfusi Gejala
Pasien Kelamin Komponen Kantong
Sebelumnya

d. Laporan Darah Kembali ke UTD

No Tanggal Jenis Komponen Jumlah Alasan Kembali

Anda mungkin juga menyukai