Anda di halaman 1dari 31

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSUD BEDAS KERTASARI

NOMOR :
TANGGAL :

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bank Darah Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan di Rumah
Sakit yang bertanggung jawab atas ketersediaanya darah untuk pelaksanaan
Transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Kegiatan BDRS Bedas Kertasari meliputi jasa pelayanan dan pendidikan.
Jasa pelayanan dalam hal ini meliputi kebutuhan darah dan komponen darahnya
secara terencana (efektif) dan cito (segera). Dalam hal pelayanan pendidikan
yaitu memberikan pelatihan-pelatihan / mengajarkan materi dasar tentang
pelayanan BDRS kepada anak-anak praktek lapangan/PBL.
Semua pelaksanaan pelayanan di BDRS Bedas Kertasari berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO) sehingga tercapai pelayanan Rumah Sakit secara
keseluruhan.
B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum :
Terlaksananya pelayanan darah yang sesuai dengan standar.
b. Tujuan khusus :
1. Terselenggaranya pelayanan darah secara aman efisien dan rasional
2. Terlaksananya pemantapan sumber daya manusia dengan
memperhatikan pengembangan keilmuan agar pelayanan darah
dilaksanakan oleh tenaga yang professional.
3. Terciptanya jejaring pelayanan darah dengan system tertutup / rantai
dingin
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Bank Darah Rumah sakit Bedas Kertasari dalam pelaksanaanya harus
melakukan pencatatan dan pelaporan yang mencakup seluruh kegiatan dalam
penyelenggaraan pelayanan darah di Rumah Sakit Umum Daerah Bedas
Kertasari.
Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Bedas Kertasari harus
memenuhi ketersediaan darah yang aman untuk kebutuhan pelayanan
kesehatan, harus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan darah,

1
sehingga memudahkan askes memperoleh darah untuk penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan dan memudahkan akses memperoleh informasi
tentang ketersediaan darah di RSUD Bedas Kertasari meliputi pelayanan
administrasi, permintaan darah, penyimpanan persediaan darah (stok darah), uji
cocok serasi (cross match), pemeriksaan serologi golongan darah (back typing).
D. BATASAN OPERASIONAL

1. Pelayanan Darah / BDRS Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan


yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfuse yang aman,
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan
kesehatan.
2. Fungsi Bank Darah Rumah Sakit sebagai pelaksana dan penanggung jawab
pemenuhan kebutuhan darah untuk transfuse di rumah sakit sebagai bagian
dari pelayanan RS secara keseluruhan.
3. Pengambilan sampel adalah proses pengambilan sampel berupa darah
terhadap pasien untuk pemeriksaan Crossmatch.
4. Pengolahan sampel adalah proses penerimaan sampel dari bagian
pengambilan sampel kemudian diolah terlebih dahulu sesuai dengan jenis
golongan darah sebelum dilakukan pemeriksaan crossmatch.
5. Pemeriksaan sampel adalah proses pemeriksaan terhadap sampel berupa
darah yang meliputi pemeriksaan golongan darah dan crossmatch.
6. Verifikasi dan validasi hasil adalah proses interpretasi hasil dan pemeriksaan
ulang kesesuaian hasil serta pengesahan atau penandatanganan hasil.
7. Penyerahan hasil proses serah terima labu darah dari petugas BDRS kepada
keluarga pasien, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya.
8. Pengeloaan penerimaan dan pendistribusian darah adalah proses
penyediaan dan pendistribusian darah untuk transfusi yang aman,
berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

2
E. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan pedoman Bank Darah Rumah Sakit yaitu :
- Kemenkes No. 423/Menkes/SK/IV/2007 tentang Kebijakan Peningkatan
Kualitas dan Akses Pelayanan Darah “ Seluruh Rumah Sakit harus memiliki
Bank Darah Rumah sakit”
- Permenkes No. 83 Tahun 2014 Tentang UTD, BDRS dan Jejaring Transfusi
Darah Bab III ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib memiliki BDRS
- Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
- Undang-undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
- Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1992 Tentang Transfusi Darah
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 478/Menkes/Peraturan/X/1980 Tentang
upaya kesehatan di bidang Transfusi darah.
- Peraturan pemerintah No. 7 tahun 2011 Tentang pelayanan darah

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Pelayanan darah / BDRS di Rumah Sakit Umum Daerah Bedas Kertasari
dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman
yang memadai serta memperoleh / memiliki kewenangan untuk melaksanakan
kegiatan di bidang yang sudah menjadi tugas atau tanggung jawabnya.
Pelayanan darah / BDRS harus dibawah pimpinan seorang atau lebih
individu yang kompeten. Tanggung jawab pimpinan pelayanan darah / BDRS
yaitu ;
1. Mengembangkan, melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur.
2. Pengawasan administrasi
3. Mempertahankan setiap program kontrol mutu
4. Memberikan rekomendasi pelayanan darah / BDRS diluar
5. Memonitor dan mereview semua pelayanan darah / BDRS.
Pelayanan darah / BDRS dipimpin oleh seorang dokter yang telah di latih
dalam bidang Transfusi darah atau seorang Spesialis Patologi Klinik. Sebagai
pelaksana Teknis Laboratorium/ tenaga teknik medis adalah paramedis
Teknologi Transfusi darah (PTTD) atau analis yang sudah dilatih dibidang
Transfusi darah sesuai standar (minimal 80 jam) yang tersertifikasi melalui
Pusdiknakes / Pusdiklat Depkes. Selain itu diperlukan juga tenaga
Administrasi dan tenaga pekarya untuk mendukung kegiatan yang
dilaksanakan oleh BDRS.
Data status kepegawaian pegawai BDRS terdiri dari PNS Kesehatan dan
Karyawan BLUD Rumah Sakit.
- Penanggung jawab BDRS adalah seorang dokter Spesialis Patologi Klinik
- Kepala seksi/koordinator BDRS adalah Analis kesehatan dengan
pengalaman bekerja di Laboratorium / Bank Darah.
- Tenaga Administrasi BDRS adalah seorang SMU yang ditunjuk sebagai
petugas administrasi di BDRS.
- Petugas teknis BDRS adalah adalah Analis kesehatan dengan pendidikan
minimal D3 analis kesehatan.

4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya
dan dilakukan penjadwalan rotasi kerja pada bidang tertentu untuk pemerataan
kompetensinya.
Adapun distribusi SDM Pelayanan darah / BDRS tersebut adalah:
a. Jumlah Minimal Tenaga di BDRS terdiri dari :

N Profesi Spesifikasi Jumlah tenaga yang


O ada
1 Penanggung jawab Dr. Sp. Pathologi Klinik
BDRS
2 Staf medis / DIII Analis Kesehatan
Koordinator BDRS
3 Pelaksana teknis DIII Analis Kesehatan
4 Tenaga administrasi SMU
5 Petugas Kebersihan SMP

1. Penanggung jawab BDRS


- Memimpin, mengendalikan, menyusun program, pembinaan, evaluasi dan
mengkoordinasikan pelayanan darah, sehingga tercapai pelayanan darah
yang optimal.
- Merencanakan dan memilih metode pemeriksaan.
- Pemilihan, penentuan, pemanfaatan, perawatan, dan pengecekan
/ pengontrolan peralatan.
- Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja.
- Melakukan koordinasi, penggunaan fasilitas sarana, prasarana. Dalam
pelaksaan kegiatan sehingga kegiatan pelayanan darah dapat terlaksana
secara efektif dan efisien.
- Mengawasi dan menilai mekanisme kerja serta tugas staf di lingkungan
Instalasi melalui laporan pertanggung jawaban atau pemeriksaan
langsung untuk mengetahui permasalahan yang ada serta
penyelesaiannya.
- Menjaga disiplin dan motivasi kerja dilingkungan BDRS.

- Membuat usulan rencana pengembangan peralatan dan ketenagaan.


- Bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit.

5
2. Koordinator BDRS
- Bertanggung jawab kepada penanggung jawab terhadap kelancaran
pelayanan darah.
- Membuat daftar kebutuhan darah Rumah Sakit setiap bulan.
- Mengajukan permintaan dan penerimaan darah dari UTD PMI Kabupaten
Bandung dan UTD PMI Kota Bandung.
- Menyimpan dan mendistribusikan darah siap pakai.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan
- Melacak kemungkinan penyebab terjadi reaksi transfusi dan melaporkan
ke PMKP
- Membuat laporan bulanan secara rutin untuk disampaikan kepada
penanggung jawab Bank darah.
- Melakukan rujukan ke UTD PMI Kota Bandung apabila ada komponen
Darah khusus (WB,WRC, TC, FFP, OPTI)
- Membuat rujukan permintaan ke UTD PMI Kabupaten bandung / UTD PMI
Kota Bandung yang ditunjuk apabila stok darah kosong.
- Mengkoordinir kegiatan di bidangnya sehingga tercipta kelancaran
pelayanan di Bank darah.
- Mengembangkan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia,
melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu pelayanan
transfusi.
3. Petugas Tekhnik BDRS
- Menerima permintaan darah dari ruangan
- Melakukan pemeriksaan golongan darah dan uji cocok serasi (Cross
match)
- Melakukan pencatatan dan pelaporan
- Memasukkan data pasien dan pemakaian darah dengan Biling system.
- Menyimpan dan mendistribusikan labu darah siap pakai.
- Melaksanakan penanganan pealatan dan bahan penunjang dengan
melakukan perawatan dan perbaikan sederhana.

6
C. PENGATURAN DINAS
Pengaturan dinas yang berlaku di Pelayanan BDRS RSUD Majalaya adalah
sebagai berikut :

No. Jabatan Pengaturan Jadwal


1. Kepala Unit BDRS Dinas Pagi
2. Koordinator Koordinator Dinas Pagi
Pelayanan Darah / BDRS
4. Pelaksana Pelayanan Darah Dinas pagi, siang, Malam
5. Tenaga Administrasi Dinas Pagi
6. Tenaga Cleaning Service Dinas Pagi
Seluruh jabatan yang terdapat di Unit BDRS RSUD Bedas Kertasari
diberikan jadwal dinas pagi (hanya 1 shift), kecuali pelaksana teknis BDRS
dijadwalkan dinas pagi, siang dan malam (3 shift).
Untuk setiap shift pelaksana teknis Unit BDRS dibagi petugas jaga sebagai
berikut :
a. Dinas pagi ( Pukul 08.00 s.d. 14.30 WIB)
Petugas yang bertugas sebanyak 4 orang, yang terbagi menjadi :
1. Kepala Unit BDRS
2. Koordinator BDRS
3. Pelaksana tekhnik BDRS
4. Petugas Kebersihan
b. Dinas siang ( Pukul 14.00-20.00 WIB) : 1 orang
c. Dinas malam (Pukul 20.00-08.00 WIB) : 1 orang
Petugas yang bertugas jaga dinas siang dan malam adalah 1 orang, dan
petugas tersebut harus melaksanakan seluruh bagian pelayanan pagi yaitu
administrasi, pemeriksa golongan darah, pemeriksaan crossmatch. Bagi setiap
petugas jaga dinas malam, melaksanakan jaga dinas malam selama 2 hari dan
setelah melaksanakan dinas malam diberikan lepas jaga selama 2 hari
setelahnya, atau sebanyak hari petugas tersebut melakukan dinas malam.
Petugas diberikan hak untuk mendapatkan hak cuti, ijin ataupun sakit
yang dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.Bila
petugas jaga berhalangan dikarenakan hal tersebut diatas maka Penanggung
Jawab Pelayanan harus mengkoordinir petugasnya agar kegiatan pelayanan
darah tetap berjalan dengan baik.Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungi

7
petugas lainnya untuk mengisi kekosongan dan atau mengulang atur jadwal
kerja.

BAB III
STANDAR FASILITAS DAN ALAT

A. DENAH RUANGAN DAN TATA RUANGAN


Rancangan denah dan tata ruang pada BDRS harus
mempertimbangkan aksesibilitas dan kemudahan dari kegiatan yang
dilaksanakan.
Persyaratan teknis pelayanan kesehatan yang ada, diantaranya :
1. Bangunan berada di dalam lingkungan / bangunan rumah sakit
2. Lokasi berada di tempat yang strategis dan mudah dijangkau dari
berbagai unit pelayanan rumah sakit
3. Luas minimal 20 m² dengan cahaya dan ventilasi yang cukup serta ber
AC, termasuk ruang administrasi secara terpisah.
4. Fasilitas air mengalir dan listrik yang memadai, genset atau UPS yang
mampu mem back up refrigerator agar stabilitas suhu tetap terjaga.
5. Tersedia 2 bak cuci yang terdiri dari bak cuci tangan dan bak cuci alat.
6. Lantai ruangan ada tanpa sambungan (vinyl) sudut lantai melengkung.

 Denah dan Tata Ruangan BDRS “TERLAMPIR”


B. STANDAR FASILITAS
Untuk mendukung fungsi Bank darah sebagai penyimpanan darah supaya
darah aman bagi pasien dan aman bagi petugas, maka BDRS harus mempunyai
fasilitas yang sesuai dengan standar. Memenuhi syarat sebagai tempat proses
pelayanan darah dan penyimpanan darah supaya darah yang disimpan sebagai
stock BDRS aman dan selalu dalam kondisi segar.
Adapun fasilitas BDRS sebagai berikut:
1. Persyaratan Umum
Pembangunan fasilitas BDRS mengacu pada persyaratan umum sebagai
berikut :
a. Terdapat UTD yang dapat memasok kebutuhan darah aman di kabupaten
/ kota setempat
b. Terdapat rumah sakit Pemerintah di Kabupaten / Kota setempat
c. Dinas Kesehatan setempat mempunyai sistem pengawasan dan
pembinaan pelayanan transfusi darah

8
d. Ada komitmen daerah untuk membantu operasionalisasi dan
pemeliharaan BDRS melalui APBD.

2. Persyaratan teknis
a. Luas Ruang
Luas ruang BDRS didasarkan pada jenis ruang kegiatan yang
dilaksanakan, adapun luasan itu adalah :

N NAMA RUANGAN LUAS


O
1 Ruang administrasi dan loket penerimaan sampel 5 m²
darah
- Tempat melaksanakan administrasi
penyimpanan darah
- Tempat penempatan lemari arsip
- Tempat peralatan kantor.

2 Ruang laboratorium 6 m²
 Pemeriksaan golongan darah
 Uji cocock serasi (Cross Match)

3 Penyimpanan darah 6 m²
- Tempat penempatan lemari
penyimpanan darah (refrigerator)
Penempatan lemari pendingin untuk penyimpanan
reagen
4 Ruang kepala BDRS dan ruang rapat 5 m²
5 Ruang jaga petugas 3 m²
6 Ruang Gudang 3 m²
7 Ruang kamar mandi 3 m²
8 Lorong 3 m²
Total Luas 40 m²

b. Peralatan dan BHP-Reagent BDRS (minimal)

NO NAMA PERALATAN JUMLAH


1 Blood bank refrigerator 1 unit
2 Serological centrifuge 2 unit

9
3 Serological rotator 1 unit
4 Dry incubator 1 unit
5 Microskop binokuler 1 unit
6 Plasma extractor 1 unit
7 Set peralatan uji silang serasi metode gel 1 unit
8 Peralatan laboratorium lainnya :
 Pasteur pipet plastik 2 paket
 Labu semprot 5 pcs

 Rak tabung reaksi 5 pcs

 Tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm 5 ktg

(disposible)
 Tabung ukuran 5 ml 2 dus
1 kit
 Hematokrit tube
2 pcs
 Beker Glass
2 dus
 Blood grouping steel
5 pcs
 Baskom cuci
5 pcs
 Gelas melamin
2 pcs
 Gunting stainless steel
2 pcs
 Klem lab 2 pcs
 Korentang 2 pcs
 Sarung tangan 2 box
 Jas laboratorium 6 pcs
 Kaca mata pelindung 2 pcs
 Objegg glass 4 box
 Timer 2 pcs

 Mikro pipet yellow tipe 2 ktg

 Mikro pipet tipe blue 2 ktg


2 pcs
 Box mikropipet yellow tipe
2 pcs
 Box mikropipet tipe blue
9 Cool box kapasitas 3-5 kantong darah 5-10 unit
10 Bahan habis pakai
 Coomb Control cell 1 vial
 NaCl 0,9 % 25 vial @ 500 ml

 Reagen golongan darah ABO, 10 vial @ 10 cc

Rhesus dan uji silang metode 3


fase dengan Bovine albumin 22%
10
 Coomb serum
 Reagen untuk pemeriksaan uji
silang serasi metode gel 1 paket
test/mikroplate
 Cairan desinfektant 1 paket

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. WAKTU PELAYANAN
Salah satu fungsi dari Bank darah rumah sakit yaitu bertanggung jawab
untuk menyediakan stok darah yang aman di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan rumah sakit selama 24 jam setiap hari.
Oleh karena itu Bank darah harus menjalin kerja sama dengan Unit Transfusi
Darah (UTD), Unit Donor Darah (UDD) yang ditunjuk untuk menyiapkan stok
darah tersebut dan sebagai tempat merujuk apabila ada kebutuhan komponen
darah yang tersedia di Bank darah rumah sakit.
Pelayanan darah di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Bedas Kertasari
meliputi :
- Pemeriksaan golongan darah dan rhesus pasien
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah pasien guna
mancari donor darah (labu darah) yang dibutuhkan.
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus membutuhkan waktu kurang lebih
15 menit
- Pemeriksaan Cross Match
Cross match adalah proses pemeriksaan ulang golongan darah untuk
mencocokan golongan darah pasien dan pendonor.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan keamanan pada pasien yang
akan menerima donor darah.
Pemeriksaan Cross Match membutuhkan waktu kurang lebih 75 menit
Prosedur waktu pelayanan darah dapat dilihat pada
 SPO Pelayanan Permintaan darah
 SPO Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus
 SPO Cross Match Mayor
B. PENDAFTARAN
Pendaftaran pasien dari IGD, Rawat Inap, HD dan kamar operasi
dilakukan di Bank darah rumah sakit

11
1. Pemeriksaan golongan darah harus disertai denga formulir permintaan
laboratorium yang telah diisi identitas pasien lengkap, rekam medik,nama
ruangan, nama dan paraf dokter pengirim, keterangan klinis pasien, dan
pemeriksaan yang dimintai, lengkap dengan bukti pembayaran (jika pasien
dari IGD).
2. Untuk permintaan uji silang serasi (Cross match) harus menggunakan
formulir permintaan darah yang telah diisi data identitas pasien lengkap,
rekam medik, nama ruangan, nama dan paraf dokter pengirim, keterangan
klinis pasien. Untuk pasien dinas, dilengkapi dengan surat pengantar yang
ditandatangani oleh ka / waka Rumkit Bedas Kertasari dan dokter
penanggung kawab bank darah rumah sakit.
3. Jenis dan jumlah darah / komponen darah yang diminta, ditentukan oleh
dokter yang merawat pasien.
4. Untuk pengajuan Trombocyte concentrate / komponen darah lainnya yang
diajukan / rujukan dilakukan apabila produk darah tersebut tidak ada di stok
bank darah rumah sakit, maka permintaan labu darah dirujuk ke UDD Kota
Bandung harus di tanda tangani oleh Ka / Waka Rumkit Bedas Kertasari dan
dokter penanggung jawab bank darah rumah sakit
5. Untuk permintaan darah yang dirujuk ke UTD PMI Kota Bandung harus di
tanda tangani Ka / Waka Rumkit Bedas Kertasari dan dokter penanggung
jawab BDRS
6. Contoh darah yang disiapkan adalah kurang lebih 5 ml dimasukkan kedalam
tabung yang tertutup dan diberi label berisi ruangan, nama pasien, tanggal
pemeriksaan.
7. Formulir dan contoh darah dibawa oleh keluarga ke UTD PMI Kab.Bandung
atau UTD PMI Kota Bandung.
8. Semua data pasien dan jumlah permintaan labu darah dicatat dalam buku
bank darah.
Prosedur pendaftaran dan pencatatan tercantum dalam
 SPO alur permintaan pemeriksaan
 SPO pelayanan permintaan darah
C. PERMINTAAN DARAH RUTIN
Pengadaan darah rutin adalah pengadaan darah untuk stok darah siap pakai di
Bank darah, bila ada penderita yang membutuhkan dapat segera diberikan.
Alur permintaan darah rutin yaitu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Permintaan darah ke UTD sesuai kesepakatan dengan UTD dan tertuang
dalam Ikatan Kerjasama (IKS).
2. Tersedia SPO

12
3. Transportasi distribusi darah dengan menggunakan coolbox transfortasi
darah
D. PERMINTAAN DARAH DALAM KEADAAN KHUSUS / DARURAT
Pengadaan darah darurat adalah pengadaan darah atau komponen darah yang
tidak tersedia di stok Bank darah.
Prosedur ini dibuat agar mempermudah proses mendapatkan darah bagi pasien
serta mempercepat pemeriksaan.
1. Permintaan darah diluar perencanaan rutin,misalnya permintaan dalam
bentuk komponen darah, rhesus negatif, darah langka dan pada kejadian luar
biasa (KLB).
2. Formulir permintaan diisi lengkap dan ditandatangani oleh kepala BDRS atau
petugas yang diberi kewenangan oleh kepala BDRS.
3. Tersedia SPO permintaan darah dalam keadaan khusus.

E. PENERIMAAN DARAH
Mekanisme penerimaan darah sesuai kesepakatan yang tertuang dalam IKS
1. BDRS menerima darah aman dari UTD setempat sesuai permintaan, bila
tidak sesuai dengan permintaan dicatat atau disesuaikan dengan
kesepakatan yang tertuang dalam IKS.
2. Dibuat berita acara
3. Tersedia SPO penerimaan darah dari UTD
F. PENGEMBALIAN DARAH KE UTD
Pengembalian darah ke UTD sesuai kesepakatan dan tertuang dalam IKS.

G. PENYIMPANAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH


1. Tata cara penyimpanan darah dan komponen darah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga masa pakai darah atau komponen darah
akan meksimal.
2. Fasilitas penyimpanan darah harus terkontrol dengan baik untuk menjamin
kualitas darah dan produk darah yang disimpan dan dilakukan dalam tempat
dan suhu optimal
3. Ketentuan mengenai usia dan suhu penyimpanan darah atau komponen
darah, dapat dilihat pada table berikut :

Tabel Suhu Penyimpanan darah atau komponen darah :


No Jenis Darah / Komponen Usia Darah Suhu Penyimpanan
1. Whole Blood (WB) 2⁰C - 6⁰C
- ACD/CPD 21 Hari

13
- CPD-A 35 Hari
2. Fresh WB = Darah segar 2 Hari 2⁰C - 6⁰C
3 Pack Red Cell (PRC) 24 Hari 2⁰C - 6⁰C

4. Washed PRC = PRC cuci 6 Jam 2⁰C - 6⁰C


5` Liquid Plasma = Plasma cair 21 Hari 2⁰C - 6⁰C
6. Fresh Frozen Plasma (FFP) 6 Bulan -18⁰C
FFP Cair 1 Tahun -30⁰C
4Jam 2⁰C - 6⁰C

7. Buffy Coat (BC) = Granulosit 34 Jam 20⁰C - 24⁰C


(TC)
8. Thrombosyte concentrate 3 Hari 20⁰C - 24⁰C
(TC)
9. Anti Haemophilic Factor 6 Jam -18⁰C
(AHP) cair = Cyroprecipitate

4. Catat suhu lemari pendingin setiap pergantian shif jaga melalui thermometer
pengontrol
5. Bila terjadi penurunan suhu lebih dari yang diperbolehkan, buka pintu
pendingin sampai suhu yang ditetapkan tercapai
6. Bila terjadi kenaikan suhu lebih dari yang diperbolehkan, maka lapor ke Ka.
Ru atau Koordinator Bank Darah.
7. Membuka dan menutup lemari pendingin hanya bila diperlukan
8. Dilarang menyimpan barang-barang lain di dalam lemari pendingin darah
9. Bila listrik atau lemari pendingin mati, maka lapor ke bagian teknis listrik dan
alpakes
Prosedur penyimpanan darah dan komponen darah dapat dilihat pada SPO
penyimpanan darah dan komponen darah.
10. Penyimpanan dengan sistem First In First Out (FIFO)
11. Tersedia SPO penyimpanan darah

H. PENYERAHAN DARAH KE DOKTER YANG MEMINTA MELALUI PERAWAT


YANG DIBERI WEWENANG / YANG DIMINTA PASIEN
Proses pengolahan darah terakhir, yaitu dimana sudah dilakukan cross
match dan sudah dinyatakan kompatibel (cocok dan serasi), maka darah siap
untuk ditransfusikan kepada pasien.

14
Darah diserahkan apabila persyaratan telah memenuhi syarat administrasi, yaitu
harus melengkapi berkas-berkas peserta sesuai dengan status pasien.
Prosedur penyerahan darah yang diminta pasien dapat dilihat pada SPO
penyerahan darah yang diminta pasien.
1. Penyerahan darah dilakukan berdasarkan permintaan dokter dengan formulir
permintaan
2. Petugas BDRS meneliti formulir permintaan darah/ pengeluaran darah dan
label kantong darah.
I. KUALITAS DAN KEAMANAN DARAH
Standar prosedur ini dibuat untuk mencegah terjadinya efek samping
pemberian transfuse darah. Oleh karena itu, harus menjaga kualitas darah agar
tetap baik sesuai standard an aman penggunaannya.
Darah aman adalah darah yang telah lolos uju saring HBsAg, HCV, HIV, dan
VDRL.
Pemeriksaan uji saring ini dilakukan di UTD yang ditunjuk. Pemeriksaan
uji saring ini wajib di lakukan UTD untuk mencegah terjadinya efek samping yang
terjadi setelah proses transfuse darah.
Untuk menjaga kualitas darah agar supaya darah segar dan tidak rusak, maka
darah harus disimpan ditempat penyimpanan yang sesuai dengan standar
fasilitas.
Penyimpanan yang baik harus disesuaikan dengan jenis darah atau
komponen darah.
Yang tidak kalah penting adalah, untuk mempetahankan kualitas darah yaitu
dengan memperhatikan proses transportasi dari UTD ke bank darah.
Transpor darah harus menggunakan tempat pendingin / coolbox yang dalamnya
diberi es atau blue ice cair-beku.
Pada saat kiriman darah datang dari UTD, maka yang harus diperhatikan:
- Waktu berangkat dan sampai ke Bank darah
- Perhatikan suhu kotak pendingin dan perhatikan apakah menggunakan
es/blue ice.
Prosedurmempertahankan kualitas keamanan darah dapat dilihat pada:
- SPO kualitas dan keamanan darah
- SPO penyimpanan darah dan komponen darah

J. CROSSMATHING DAN TEST KECOCOKAN


Crossmatch adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap darah donor
dan darah resipen untu mengetahui kecocokan / keserasian antara darah donor
dan darah resipen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberi keamanan pada
pasien yang akan menerima donor dan juga untuk melindungi kepentingan
15
rumah sakit, karena setiap tindakan, kegiatan ataupun pelayanan yang akan
dilakukan di rumah sakit harus dilandasi oleh suatu kebijakan operasional berupa
pedoman tertulis.
Prinsip dari pemeriksaan cross match adalah antibody yang terdapat dalam
serum atau plasma, bila direaksikan dengan antigen pada serl darah merah dan
inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit. Dan dengan penambahan anti
immunoglobulin akan terjadi aglutinasi.

K. PENGEMBALIAN DARAH YANG TIDAK TERPAKAI


Darah yang tidak tercapai adalah darah yang tidak jadi dipakai atau
ditransfusikan kepada pasien. Hal ini disebabkan karena kondisi Hb pasien
sudah bagus, atau pasien dipindah rawat ke rumah sakit lain, atau pasien pulang
paksa karena permintaan keluarga.
Apabila darah yang tidak terpakai dikembalikan, harus dalam kondisi layak pakai,
dengan ketentuan bahwa darah tidak boleh lebih dari 2 jam keluar dari tempat
penyimpanan darah/refrigerator dan suhu dari labu darah dalam kondisi kurang
dari 10°C.
Pengembalian darah yang tidak terpakai dapat dilakukan apabila darah
yang tidak terpakai dalam kondisi bagus (masih layak pakai), dan oleh karena itu
dapat dikembalikan dengan mengurangi harga dan dengan menyertakan kuitansi
asli, formulir permintaan darah, dan fotokopi kartu tanda pendududk dari
keluarga yang akan mengurus pengembalian biaya labu darah di bendahara.
Agar darah yang tidak terpakai bisa dikembalikan ke bank darah maka diatur
dalam SPO pengembalian darah yang tidak terpakai.

L. PENCATATAN DAN PELAPORAN DARI REAKSI YANG TIMBUL DARI


TRANSFUSI DARAH
Reaksi transfusi adalah reaksi yang terjadi setelah proses transfuse darah
dari reaksi yang paling ringan sampai yang terberat.
Prosedur pencatatan dan pelaporan reaksi transfuse darah bertujuan untuk
mencatat dan melaporkan kegiatan reaksi transfuse dan unit evaluasi dan
tindaklanjutnya.
Reaksi transfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi
akibat reaksi transfusi darah dalam bentuk reaksi alergi, infeksi akibat transfuse,
hemolisi akibat golongan yang tidak sesuai, atau gangguan sistim imun sebagai
akibat pemberian transfuse darah.
Kejadian reaksi transfusi wajib dilaporkan oleh petugas ruangan kepada petugas
bank darah secara tertulis.

16
Pencatatan dan pelaporan reaksi transfusi bertujuan agar reaksi transfuse
dapat di tangani dengan cepat, oleh karena itu, laporkan adanya reaksi transfuse
ini harus segera dilakukan petugas bank darah akan mencatat, nama, ruangan,
nomor RM, dan pada labu keberapa reaksi transfuse terjadi, dan bentuk dari
reaksi transfuse tersebut.
Kemudian laporan tersebut akan dilaporkan kepada dokter penanggung jawab
BDRS oleh coordinator bank darah.
Prosedur ini dapat dilihat pada SPO pencatatan dan pelaporan reaksi yang
timbul dari transfusi darah.
 Alur Pelaporan Reaksi Transfusi “TERLAMPIR”

M. PENGOLAHAN LIMBAH
Penanganan dan pengolahan limbah adalah suatu proses yang dilakukan
untuk membuat limbah menjadi tidak infeksius atau berbahaya bagi lingkungan.
Macam-macam limbah:
1. Limbah umum yaitu limbah yang berasal dari sampah umum, misalnya
kertas, plastik, atk dll.
2. Limbah khusus :
- Limbah khusus padat, yaitu peralatan habis pakai seperti sarung tangan,
kapas, botol specimen dan kemasan reagen
- Limbah khusus cair, yaitu pelarut organic, bahan kimia, untuk pengujian, air
bekas pencucian alat dan sisa specimen (darah).
Petugas Bank darah Rumah sakit membuang limbah sesuai dengan
ketentuan:
a. Limbah padat non medis ditempatkan didalam tempat sampah khusus
sampah non medis (kantong hitam).
b. Limbah padat medis ditempatkan didalam tempat sampah khusus sampah
medis (kantong kuning), kemudian diserahkan ke instalasi K3 untuk
dilakukan pengolahan dan insenerasi.
c. Limbah cair sebelumnya dilakukan pre treatment, dimana limbah direndam
terlebih dahulu dengan hipoklorit 10% selama 15 menit, selanjutnya limbah
dibuang melalui saluran tertutup yang tersambung ke Instalasi Pengolahan
Air limbah (IPAL) yang ditangani oleh Instalasi K3.
Pemusnahan Darah:
1. Darah yang akan dimusnahkan sesuai standar pengelolaan limbah rumah
sakit adalah darah yang kadaluarsa atau rusak.
2. Tersedia SPO pemusnahan darah.
 Alur Pengolahan Limbah BDRS “TERLAMPIR”

17
N. PENCATATAN
Pencatatan dilakukan pada setiap tahap kegiatan secara lengkap, yaitu:
1. Permintaan darah rutin dan khusus ke UTD
2. Penerimaan darah rutin dan khusus dari UTD
3. Berita acara penerimaan darah dari UTD
4. Dokumentasi permintaan darah dari para klinisi lengkap dengan indikasi,
jenis, dan jumlah darah beserta identitas pasien
5. Pemeriksaan golongan darah pasien/ darah donor, uji cocok serasi dalam
lembar kerja
6. Dokumentasi darah titipan dan pemakaian darah
7. Darah yang harus dikembalikan ke UTD
8. Tentang kebutuhan darah yang tidak terpenuhi
9. Hasil monitoring dan evaluasi
10. Validasi reagen, kaibrasi alat, pencatatan suhu alat penyimpanan darah
11. Reaksi transfusi
O. PELAPORAN
Yang dilaporkan: Penerimaan, penyimpanan, penyampaian,pemakaian, logistik
dan persediaan darah, reaksi transfusi.
1. Laporan rutin adalah laporan kegiatan secara rutin yang dibuat secara teratur
dan tepat waktu disampaikan kepada direktur RS.
2. Laporan rutin terdiri dari: laporan harian, laporan bulanan, dan laporan
tahunan
3. Laporan insidentil adalah laporan yang dibuat pada keadaan khusus,
misalnya terjadi reaksi transfusi, disampaikan kepada komite medik RS dan
UTD setempat dengan tembusan ke Dinkes setempat
4. Analisa efisiensi dan ketepatan pemakaian darah/komponen (catt: SPO
penggunaan setelah crossmatch, rata-rata perpasien)
P. PEMBIAYAAN
Biaya pelayanan darah di RS terdiri dari komponen biaya BPPD, bahan habis
pakai dan jasa pelayanan.

18
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan reagen dan bahan lain harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tingkat Persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan. Yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah dengan jumlah safety stok.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal sampai pengadaan berikutnya.
Safety stok adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari UTD.
2. Perkiraan Jumlah Kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian dalam
periode 2-3 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 2-3
bulan yang akan datang.
Reagen / anti sera yang disimpan harus ditempat yang sesuai dengan kondisi
dan ketentuan dari reagen tersebut. Suhu dan kelembaban harys diperhatikan.
Peraturan yang terkait denga peralatan dan reagen Bank Darah rumah sakit
Bedas Kertasari di atur dalam :
1. Kebijakan peralatan dan reagen
2. Kebijakan peralatan
3. Proses peralatan
4. Proses dokumentasi dan catatan peralatan BDRS
5. Proses perawatan BDRS.
 Alur Pengadaan BHP-Reagen BDRS “TERLAMPIR”

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien di Bank Darah Rumah sakit merupakan suatu proses dalam
pemberian pelayanan darah terhadap yang lebih aman.

B. TUJUAN
Mencegah kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian nyaris Terjadi (KND) akibat
pelayanan darah.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


- Melakukan pengendalian mutu melalui monitoring tidak terpakainya produk
darah yang sudah di order serta pelaporan kejadian reaksi transfuse pada
saat kegiatan transfusi darah.
- Melakukan hand hygiene sesuai prosedur yang berlaku
- Suatu kejadian yang ditemukan dalam setiap tahap harus didokumentasikan
dalam laporan harian yang kemudian direkap sebagai laporan bulanan.
Peratutan yang terkait dengan keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
- Kebijakan kesehatan dan keamanan kerja
- Prosedur keamanan pasien dan petugas BDRS
- Penetapan pasien safety di BDRS.

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Menyediakan kebijakan sebagai pedoman bagi semua karyawan untuk
berpartisipasi membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat.

B. TUJUAN
- Menetapkan dan melaksanakan standar, kebijakan, prosedur, serta
pemeliharaan peralatan untuk membuat lingkungan kerja yang aman.
- Membudayakan perilaku kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mensosialisasikan prosedur dan melatih semua karyawan dalam praktek dan
prosedur kerja yang aman sesuai kebijakan dan prosedur bank darah rumah
sakit yang ada.
- Sebagai panduan untuk melaksanakan praktek / analisa pemeriksaan yang
benar sesuai dengan ketetapan dan peraturan kementrian kesehatan.
Praktek bank darah yang baik termasuk hal berikut ini :
1. Menyadari / Peduli
 Terbiasa dengan semua tata cara, prosedur dan peralatan bank darah
 Selalu berusaha untuk menyadari impikasi dari setiap tindakan
 Bekerja sama dengan karyawan lain (jika memungkinkan)
2. Pengetahuan prosedur darurat / lokasi peralatan gawat darurat
Semua karyawan bank darah mengetahui tentang :
 Prosedur pelaporan gawat darurat, nomor telepon, lokasi telepon
 Alur kerja, lantai gedung, lokasi evakuasi yang ada dan ditetapkan,
prosedur keluar, suara alarm kebakaran, lokasi tempat mengaktifkan
alarm, kebakaran dari alat pemadam kebakaran.

21
 Lokasi tempat pembersihan / dekontaminan, tempat cuci tangan,
pengaman kepala dan perlengkapan pembersihan timpahan.
 Prosedur operasional bagi semua peralatan dan keamanan.

3. Alat Pelindung Diri (APD)


 Menggunakan APD dengan tepat (contohnya, jas laboratorium, sarung
tangan, kacamata (goggle) atau pelindung muka, aprons) terhadap
pekerjaan yang ditetapkan.
 Menggunakan sepatu tertutup, dengan tumit lebih dari 1 ¼ tingginya
 Menutup daerah rambut/ jenggot jika panjangnya mengganggu
pekerjaan bank darah
 Membuat pakaian tidak dalam kondisi longgar.
 Melepaskan perhiasan ketika bekerja dengan bahan kimia, mesin
bergerak atau menyala.
 Hanya mengenakan jas lab di bank darah.
4. Daerah berbahaya
 Jangan makan, minum atau merokok didalam ruang BDRS ;jangan
gunakan lipstik, kosmetik atau lensa kontak ; jangan masukkan jari,
pinsil dan lain-lainkedalam mulut, jangan membasahi amplop atau
labelnya dengan lidah.
 Jangan simpan makanan atau minuman dalam lemari es manapun
yang berisi bahan kimia atau zat yang berasal dari tubuh.
 Beri tanda semua lemari es atau kulkas yang berisi kandungan zat
kimia tubuh sebagai biohazard.
 Simpan makanan dan minuman hanya di area yang ditetapkan di bank
darah (ruang makan).
5. Area Kerja
 Jaga area kerja tetap tersusun rapih dan bebas dari sampah
 Bersihkan dekontaminasikan permukaan area kerja setiap akhir jadwal
pergantiankerja.
 Jaga koridor laboratorium bebas dari gangguan atau bahaya
tersandung
 Jangan gunakan dekorasi yang dapat terkontaminasi atau berpotensi
bahaya kebakaran.
 Jaga barang pribadi tetap berada di tempat khusus di bank darah.

22
6. Akses
 Hanya petugas bank darah atau orang yang berkepentingan yang
berhak masuk kedalam bank darah.
 Bank darah seharusnya dikunci ketika karyawan lab tidak berada di
tempat
 Tempelkan tanda-tanda peringatan bahaya yang menunjukan level
bahaya sesuai kondisi masing-masing laboratorium.
7. Peralatan
 Periksa kondisi-kondisi kerja yang aman semua peralatan sebelum
menggunakannya.
8. Kecelakaan
Laporkan semua kecelakaan, insiden atau gangguan kesehatan yang
berkaitan dengan pekerjaan di laboratorium dalam jangka waktu 24 jam.
9. Imunisasi
Para pekerja harus dilindungi dengan imunisasi dan proteksi kesehatan
yang tepat dan didokumentasikan. Adanya pemaparan / kecelakaan yang
berpotensi penularan virus HIV dapat ditindak lanjuti secara benar.
10. Prosedur
 Kulit : Cuci segera dengan air sabun
 Mukosa : Cuci dengan air mengalir yang banyak
 Lapor kepetugas Siyankesker Kecelakaan Penyakit Akibat Kerja
 Petugas melakukan perawatan luka tempat tusukan berupa pemberian
betadin 10%, bila kejadian berupa tusukan jarum kekulit.
 Lakukan pemeriksaan serologis sampel darah yang mencemari dan
darah penderita yang terpapar terhadap anti HIV (cara rapid)
 Konsulkan penderita ke Dep penyakit Dalam, beserta hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
 Lakukan pemeriksaan yang telah dilakukan
 Lakukan pemeriksaan serologis anti HIV sesuai anjuran dari konsulen
penyakit dalam.

23
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA
Tata cara atau prosedur melakukan proses desinfeksi pada alat atau
tempat yang terkena sampel atau contoh darah.
Prinsip kerja adalah membersihkan dan melakukan tindakan disinfeksi beberapa
alat yang membutuhkan pembersihan saja. Beberapa alat membutuhkan
disinfeksi saja, da nada juga alat yang membutuhkan proses keduanya. Larutan
Hipoklorit 10% merupakan peralatan disinfeksi yang direkomendasikan,
berbentuk cairan dan harus resiko terjadinya paparan dan terjadi infeksi dapat
menurun bermakna bila dilakukan proses dekontaminasi atau disinfeksi
peralatan bank darah setelah terjadinya tumpahan, dan setiap pergantian jam
bertugas dilakukan pengenceran sebelum di gunakan.
Prosedur Produk Informasi Pemesanan persiapa, prosedur,
dan tindakan kewaspadaan
Lemari penyimpanan, alat Alkohol Bersihlkan permukaan dengan larutan
sentrifus, mikroskop, alkohol, biarkan kering dengan sendirinya,
telepon, keyboard dan atau semprot permukaan dengan alkohol
alat-alat dengan dan keringkan.
permukaan logam lainnya
Pipet Hipoklorit Larutan 1 bagian hipoklorit dengan 10
10% bagian air bersih, kemudian dicampurkan.
Rendam pipet tersebut didalamnya, bilas
dengan air deionisasi.
Lantai Pembersi Lantai dibersihkan dengan pembersih
h lantai lantai setiap hari terutama pada area yang
berisiko tinggi.

Tumpahan bahan biologis Hipoklorit Larutan hipoklorit 10% dengan air


berupa cairan atau bahan 1% perbandingan 1:9 larutan ini harus dibuat
kering setiap hari.
Tidak boleh disimpan terlalu lama.
Pada tumpahan biologis tersebut dilakukan
dekontaminasi dengan pemberian cairan

24
hipoklorit 1%, biarkan 15 menit, kemudian
ditutup dengan kertas buram. Ulangi
sampai bahan biologis tersebut hilang.
Kemudian bersihkan area tersebut dengan
pembersih biasa.
1. Matikan sentrifus
2. Pada sentrifus yang tidak bersegel
jangan buka tutup sentrifus, biarkan
selama 30 menit agar aerosol yang
terjadi mengendap.
3. Buka tutup sentrifus tersbut,
kemudian angkat tabung yang
pecah, Rotor, wadah dari sentrifus
tersebut direndan dalam larutan
Hipoklorit 10%. Bila memungkinkan
dapat dilakukan proses autoclave.
4. Pindahkan bagian lain yang tidak
rusak, dan lakukan desinfeksi
selama 60 menit, kemudian dicuci.
5. Bersihkan wadah dari sentrifus
sebanyak 2 kali menggunakan
disinfektan, dan bilas dengan air
bersih. Kemudian keringkan.
6. Buang semua alat-alat pembersih
tadi kedalam, limbah infeksius.
7. Pada sentrifus dengan segel, buka
seluruh segel tersebut, kemudian
lakukan proses diatas (nomor 2-6)
8. Bila terdapat tabung yang pecah,
biarkan didalam wadah tersebut
lepaskan pengikat dari wadah
tersebut, kemudian lakukan proses
autoclave, atau direndam dalam
larutan hipoklorit.
Cuci Tangan Hibiscrub, Digunakan pada area dimana tidak adanya
alkohol tempat cuci tangan.
70%,
Providone

25
iodine 1%

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Laporan dan evaluasi penilaian indicator dan pencapaian standar mutu


pelayanan masing-masing bagian dibahas dalam rapat mutu yang dilaksanakan
setiap bulan dan dipimpin kepala rumah sakit bersama staf rumah sakit akan
mengevaluasi keseluruhan program peningkatan mutu, apakah standard an
indicator akan tetap dimonitor atau dijadikan kegiatan rutin dan di tetapkan indicator
mutu lainnya sesuai kebutuhan. Dengan demikian mutu pelayanan di rumah sakit
umum daerah majalaya dapat terus berkembang sesuai dengan peningkatan
pelayanan di rumah sakit. Evaluasi tersebut meliputi :
A. Penyimpanan Darah dan komponen darah
Penyimpanan persediaan darah BDRS Bedas Kertasari wajib menyimpan
darah yang sudah diperoleh dari UTD PMI Kab. Bandung dan UTD PMI Kota
Bandung pada fasilitas penyimpanan darah yang memenuhi standard an
persyaratan teknis penyimpanan, meliputi :
 Labu darah stok ditempatkan didalam refrigerator
 Suhu Refrigerator 2-8 °C
Pencatatan suhu dilakukan dua kali sehari (08.00 dan 14.00)
 Posisi labu darah harus tegak lurus, tidak ditidurkan
 Labu darah yang sudah di cross match diberi label yang bertuliskan nama
pasien, tanggal cross match, golongan darah, ruangan, dan no. labu darah.
 Labu darah yang sudah dicross match disimpan terpisah dengan darah stok

B. Penyerahan darah yang diminta pasien


 Dilakukan oleh petugas ruangan
 Mengisi dan menandatangani bon pengeluaran darah
 Mengisi buku ekspedisi peminjaman cool box
 Membawa labu darah dengan menggunakan cool box

26
C. Kualitas dan Keamanan Darah
Darah dan komponen darah disimpan didalam lemari penyimpanan labu
darah yang disesuaikan dengan suhu masing-masing jenis komponen darah.
No Jenis/komponen darah Usia Suhu Penyimpanan
1 Whole Blood (WB) 30 hari 2 – 6 °C Blood Refrigerator
2 Pakced Red Cell (PRC) 14 hari 2 – 6 °C Blood Refrigerator
3 Washed Red Cell (WRC) 6 jam 2 – 6 °C Segera pakai
4 Trombocyte Concentrate 5 hari (-6)-(-2) °C Platelete agitator
(TC)
5 Fresh Frozen Plasma 12 bulan (-6)-(-2) °C Freezer
(FFP)

D. Cross Match atau Tes Kecocokan


- Menggunakan metode tabung
- Menggunakan metode Gel
- Pemeriksaan Cross match dicatat dalam buku jurnal
E. Pengembalian darah yang tidak terpakai
- Pengembalian darah yang tidak jadi dipakai, bisa dilakukan dalam waktu
2x24 jam
- Dicatat dalam formulir monitoring darah yang tidak jadi terpakai, kemudian
dilaporkan kepada PMKP.
F. Pencatatan dan pelaporan reaksi yang timbul dari transfuse darah
Petugas ruangan melaporkan kejadian reaksi transfuse darah kepada
petugas bank darah, meliputi :
- Nama pasien
- Ruang perawatan
- Rekam medic
- Pada labu ke berapa reaksi terjadi dan bentuk reaksi
Petugas bank darah melaporkan kepada dokter penanggung jawab bank darah
selanjutnya melaporkan ke PMKP.
G. Pengadaan darah rutin dan darurat
- Pengadaan darah rutin dilakukan satu minggu sekali
27
- Pengadaan stok darah dilakukan pada UTD PMI Kab. Bandung atau UTD
PMI Kota Bandungyang sudah menjalin MOU dengan rumah sakit
- Stok darah rutin diantar oleh petugas UTD PMI Kab. Bandung atau UTD PMI
Kota Bandung.
- Untuk pengadaan darah darurat, keluarga pasien yang mengambil langsung
ke UTD PMI Kabupaten Bandung atau UTD PMI Kota Bandung.
H. Penangana Limbah
- Limbah medis yang sudah ditempatkan dalam plastic kuning diambil oleh
petugas K3 seminggu dua kali.
- Labu darah yang sudah kadaluarsa diambil petugas K3, untuk di musnahkan
di bagian insenerator.

28
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan darah / BDRS di Rumah Sakit hendaknya senantiasa sejalan dengan


perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi dibidang kesehatan dan
kedokteran. Selain itu, dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi
persaingan bebas, maka pelayanan darah rumah sakit juga harus di persiapkan seara
profesional. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya kualitas pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit selanjutnya akan meningkat nilai jualnya.
Pelayanan darah merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di
rumah sakit, dan merupakan salah satu pelayanan yang dapat diunggulkan dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi pasien rawat
inap maupun pasien IGD.
Buku pedoman pelayanan darah / Bank Darah RSUD Bedas Kertasari
mempunyai harapan agar pelayanan BDRS dapat dilakukan sesuai dengan standard
dan pedoman ini dapat digunakan dalam pelaksanaan praktek yang benar, sehingga
Bank Darah dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal kepada pasien di
RSUD Bedas Kertasari dan dapat meningkatkatkan mutu pelayanan dan kualitas darah
yang baik.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit


2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2011 tentang pelayanan darah
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 423/MENKES/SK/IV/2007 tentang
pedoman manajemen K3 di Rumah sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/ MENKES/SK/VIII/2010 tentang
Standar Kesehatan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2001 Tentang Pedoman
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan.
6. Permenkes No.83 Tahun 2014 Tentang UTD, BDRS dan Jejaring Pelayanan
Transfusi Darah. Bab III ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib memiliki BDRS.

30
31

Anda mungkin juga menyukai