Oleh :
Oktarianita1, Wulan Angraini2, Henni Febriawati3 dan Asririn Auliani4
(Dosen FIKES Universitas Muhammadiyah Bengkulu)
ABSTRAK
Pelayanan darah yang berkualitas, aman, tersedia tepat waktu, dapat dicapai
apabila pelayanan berjalan dengan sistem tertutup, dimana rumah sakit tidak lagi
menyerahkan upaya memperoleh darah tranfusi kepada keluarga pasien, tapi seluruh
mekanisme pelayanan dilaksanakan oleh petugas. Peneliti mendapati pada saat melakukan
pendistribusian darah ke ruang perawatan pihak bank darah melibatkan keluarga pasien
untuk melakukan pendistribusian darah tersebut. Penelitian ini bertujuan diketahuinya
proses sistem pelayanan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) di Rumah Sakit Dr. M. Yunus
Bengkulu.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi dengan lembar
checklist. Penelitian ini dilakukan di Bank Darah Rumah Sakit Dr.M.Yunus Bengkulu.
Informan dalam penelitian ini sebanyak tujuh orang yaitu Kepala BDRS, 3 orang Staff BDRS
dan tiga orang keluarga pasien.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa permintaan dan penerimaan darah donor dari
UTD di BDRS, penyimpanan darah dan komponen darah di BDRS, persiapan darah
transfusi di BDRS, pemerikasaan pra transfusi di BDRS, pendistribusian ke ruang perawatan
di BDRS, penelusuran reaksi transfusi di BDRS serta pencatatan dan pelaporan di BDRS di
BDRS sesuai dengan PERMENKES No.91 Tahun 2015.
ABSTRACT
Quality, safe blood services are available on time, can be achieved if the service
runs in a closed system, where the hospital no longer submits efforts to obtain transfusion
blood to the patient's family, but the entire service mechanism is carried out by the officer.
Researchers found that when blood was distributed, the treatment of the blood banks involved
families of patients to distribute the blood.
This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data collection
techniques using interviews and observation with a checklist sheet. This research was
conducted at Dr.M. Yunus Bengkulu Hospital Blood Bank. The informants in this study were
seven people, namely the Head of Hospital Blood Bank, 3 Hospital Blood Bank Staff and three
patients' families.
The results of this study were the request and receipt of donor blood from UTD in
Hospital Blood Bank, blood and blood component storage in Hospital Blood Bank, transfusion
blood preparation in Hospital Blood Bank, pre transfusion examination in Hospital Blood Bank,
cocok mau ditukar ke PMI ada juga kantong darah. Hal ini telah sesuai
EXNXQ\D´ :DZDQFDUD 6 ). dengan PERMENKES No.91 Tahun
Berdasarkan observasi yang 2015.
dilakukan peneliti, pencatatan di BDRS Sebenarnya permintaan darah ini
meliputi: ada yang bersifat rutin dan keadaan
1. Permintaan dan penerimaan darah darurat. Kebutuhan rutin biasanya
rutin dan khusus ke UTD bersumber dari pasien cuci darah dan
2. Berita acara penerimaan darah dari pengidap Thalasemia. Tetapi pada
UTD kenyataannya UTD tidak bisa
memberikan golongan darah tertentu
3. Dokumentasi permintaan darah dari karena pendonor tidak bisa ditetapkan
para klinisi lengkap dengan indikasi harus memiliki golongan darah tertentu.
4. Jenis dan jumlah darah beserta Menurut Ismoko (2013)
identitas paasien permintaan darah memiliki karakteristik
5. Stok darah di Bank Darah stokastik dan pasokan bersifat tidak
6. Permintaan darah dari ruangan konstan dalam pengadaannya. Pasokan
7. Pemeriksaan golongan darah yang tidak konstan disebabkan karena
(ABO/Rhesus) dan uji silang serasi sumber pasokan berasal dari manusia
8. Pengeluaran darah sebagai penghasil darah serta jumlah
9. Dokumentasi darah titipan dan pendonor yang ingin mendonorkan
pemakaian darah darahnya tidak dapat dipastikan.
10. Darah yang harus dikembalikan ke Kegagalan dalam mengelola
UTD persediaan darah sebagai komponen
11. Kebutuhan darah yang tidak terpenuhi vital menurut Gunpinar dan Centeno
12. Hasil monitoring dan evaluasi (2014), akan menimbulkan keadaan
13. Validasi reagen, kalibrasi alat, shortages darah dimana dapat
pencatatan suhu tempat penyimpanan menyebabkan penundaan atau
darah pembatalan kegiatan yang berhubungan
14. Kejadian reaksi transfusi. dengan pelayanan kesehatan kritis
Berdasarkan wawancara dan penting yang mana menyangkut resiko
observasi tersebut dapat diketahui bahwa nyawa sehingga tingkat kematian di
semua aktivitas yang dilakukan di Bank rumah sakit bertambah. Salah satu
Darah dicatat dan dilaporkan secara upaya yang bisa dilakukan untuk
berkala. mengantisipasi hal tersebut dengan
cara menggalakkan acara donor atau
D. PEMBAHASAN memotivasi masyarakat agar mau
a. Permintaan dan Penerimaan Darah mendonorkan darahnya.
Donor dari UTD b. Penyimpanan Darah dan Komponen
Berdasarkan wawancara dan Darah di BDRS
observasi yang peneliti lakukan Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa permintaan dan dan observasi yang peneliti lakukan di
penerimaan darah pada BDRS dibuat BDRS diketahui bahwa darah dan
dengan pengajuan tertulis dan komponen darah disimpan pada
dibuatkan berita serah terima darah. penyimpanan yang sesuai dengan
Pada saat penerimaan Darah, sesegera monitoring suhu yang tepat yaitu 2-6
mungkin disimpan di lemari pendingin. derajat Celsius. Pada kantong darah
Petugas BDRS dan UTD sama-sama diberikan identitas seperti golongan
melakukan pengecekan identitas pada darah, tanggal pengambilan dan tanggal
d. Pemeriksaan Darah Transfusi No.91 Tahun 2015 dan SPO agar tidak
Sebelum dilakukan transfusi terjadi kelalaian yang mengakibatkan
darah donor dengan pasien maka kerugian pada pasien.
diperlukan pemeriksaan uji cocok serasi
"crossmatch". Crossmatch terdiri dari e. Pendistribusian ke Ruang Perawatan
mayor (berisi suspensi sel donor dan Salah satu yang sangat
serum pasien) dan minor (berisi mempengaruhi kualitas pelayanan
suspensi sel pasien dan serum donor). darah adalah sistem distribusi atau
Bila kedua pemeriksaan tidak transportasi tertutup. Dalam sistem
menghasilkan aglutinasi eritrosit, maka distribusi / transportasi tertutup ini darah
diartikan bahwa darah donor sesuai mulai proses penyadapan dari pendonor
dengan darah pasien sehingga transfusi baik sukarela maupun pengganti,
boleh dilakukan. Bila crossmatch mayor skrening di UTD, pengiriman ke Bank
menghasilkan aglutinasi, tanpa Darah Rumah Sakit, pengiriman ke
memperhatikan hasil crossmatch minor, ruang perawatan serta proses transfusi
diartikan bahwa darah donor dengan dilakukan oleh petugas. Dalam sistem
pasien tidak sesuai, sehingga transfusi distribusi/ transportasi darah tertutup ini
tidak boleh dilakukan. Bila crossmatch tidak melibatkan keluarga pasien
mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sebagai pelaksanan distribusi/
sedangkan crossmatch minor terjadi transportasi. Untuk distribusi/
aglutinasi, maka crossmatch minor pengiriman darah suhu harus terjaga
harus diulang dengan menggunakan tetap pada suhu 20 - 60 C dan harus
serum donor yang diencerkan. Bila menggunakan Cool Box.
pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak Berdasarkan hasil wawancara
menghasilkan aglutinasi, maka transfusi dan observasi yang dilakukan peneliti
darah masih dapat dilakukan dengan pada BDRS diketahui bahwa
menggunakan darah donor. Bila pendstribusian darah masih melibatkan
pemeriksaan dengan serum donor yang keluarga pasien dalam pengantaran dan
diencerkan menghasilkan aglutinasi, pengambilan darah. Keluarga pasien
maka darah donor tidak dapat diminta membawa coolbox dari ruang
ditransfusikan. perawatan disertai blangko pengantar
Berdasarkan hasil wawancara yang telah disii oleh dokter pemeriksa.
dan observasi yang dilakukan oleh Sedangkan ketika ditanyakan kepada
peneliti pada BDRS diketahu bahwa keluarga pasien, beberapa ada yang
pada persiapan darah pra transfusi, keberatan jika harus mengantar dan
pasien mengirimkan sampel darahnya mengambil darah ke Bank Barah.
ke BDRS yang selanjutnya akan Jika dilihat dalam PERMENKES
diperiksa melalui reaksi silang/ No.91 Tahun 2015 dinyatakan bahwa
crossmatch. Hal ini menunjukkan bahwa pendistribusian darah harus
proses pemeriksaan darah pra transfusi menggunakan sistem rantai dingin dan
di BDRS telah sesuai dengan tertutup, tidak boleh melibatkan
PERMENKES No.91 Tahun 2015. keluarga pasien. Hal ini bertujuan agar
Rumah Sakit yang bertanggung kualitas dan keamanan darah tetap
jawab untuk menjaga agar darah tidak terjamin. Tetapi pada SPO
dikeluarkan dari Bank Darah sebelum diperbolehkan keluarga pasien
siap untuk di transfusikan ada pada staf mengambil sendiri ke BD.
Bank Darah. Oleh sebab itu staff BDRS RSSUD Dr. M. Yunus
selalu berpedoman pada PERMENKES merupakan Rumah Sakit rujukan, maka