ABSTRAK
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang teknik atau cara mulai dari keIuarnya darah
dari Bank darah, berapa lama standar darah di perjalanan menuju ruang perawatan, teknik
atau metode membawa darah tersebut, teknik menghangatkan darah, berapa lama darah
dihangatkan sebeIum masuk ke tubuh pasien, cara pemberian spooling dengan NaCI,
berapa banyak NaCl yang harus masuk, pemberian injeksi pre transfusi dan lain
sebagainya, hal ini beIum ada di ruang perawatan. Tujuan dari penelitian untuk
mengetahui gambaran intervensi keperawatan sebeIum pelaksanaan transfusi darah di
RSUD “X”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yang
dilakukan pada perawat yang melakukan intervensi keperawatan sebelum transfusi darah
berjumlah 74 responden. Penelitian dilakukan dari tanggal 12 Juli sampai dengan 27
Agustus 2018 dilakukan observasi kepada perawat dengan menggunakan lembar
observasi. Hasil analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi dan proporsi. Hasil
peneIitian didapatkan bahwa sebagian besar perawat yang berdinas di RSUD “X” cukup
baik meIakukan intervensi keperawatan sebeIum pemasangan transfusi darah sebanyak
74,3 % dari totaI responden.
ABSTRACT
The operational standard of procedure about the methode of blood transportation from
blood bank to patient’s ward, the lenght of blood in outer blood bank, the methode of
blood warming, the length of warming blood, the methode of blood spooling with NaCl,
the amount of NaCl must given, the certain injection before blood transfussion, and so on.
This Procedure is not yet established in patient ward. The goal of this research is to
determine the descreption of nursing intervention before blood transfussion at “X”
Hospital. The methode in this research is Descriptive research conducted on nurses who
performed nursing interventions before blood transfusion amounted to 74 respondents.
The research was carried out from 12 July to 27 August 2018 and was observed by nurses
using an observation sheet. The results of data analysis use a frequency distribution table
and proportions. The results of the study found that most of the nurses who served in “X”
hospital was quite good at conducting nursing interventions before the installation of
blood transfusions, which was 74.3% of the respondents' total.
39
Asih dkk, Gambaran Intervensi...
reaksi transfusi (gatal, pusing, napas kerusakan darah akan terjadi, karena
pendek, nyeri) (6). eritrosit akan memisahkan diri dengan
Standar Operasional Prosedur plasma (4,6).
tentang teknik atau cara perlakuan darah Pemberian 50-100 ml NaCl
muIai dari keluarnya darah dari Bank fisiologik sebeIum transfusi perIu
darah, berapa lama standar darah di diberikan untuk mencegah terjadinya
perjaIanan menuju ruang perawatan, overload tetapi apabila diberikan terlalu
teknik atau metode membawa darah sedikit dapat menambah kekentalan darah
tersebut, teknik menghangatkan darah, dan beban jantung. Jangan menggunakan
berapa lama darah dihangatkan sebeIum larutan lain karena dapat merugikan.
masuk ke tubuh pasien, cara pemberian larutan dekstrose dan larutan garam
spooling dengan NaCl, berapa banyak hipotonik karena menyebabkan
NaCl yang harus masuk, pemberian hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain
injeksi pre transfusi dan lain sebagainya, yang mengandung kalsium juga tidak
hal ini belum ada di ruang perawatan (1). dianjurkan diberikan karena akan
Sedangkan SOP pemasangan menyebabkan koagulasi (8). Pemberian
transfusi adalah terdiri dari tahap premedikasi sebelum transfusi terbukti
prainteraksi (melakukan verifikasi, tidak bermanfaat diberikan (9). Observasi
perawat mencuci tangan, menempatakan tanda-tanda vital dilakukan untuk 15
alat didekat pasien), tahap orientasi menit pertama setiap 5 menit, kemudian
(memberikan salam, menjelaskan tujuan, 30 menit pertama setiap 15 menit dan 1
menanyakan kesiapan pasien), tahap jam pertama setiap 30 menit, selanjutnya
kerja (melepaskan selang infus dari flabot setiap 1 jam. Pengecekan tanda-tanda
dan memlndahkan ke kantong darah, vital untuk memastikan fungsi
menghltung jumlah tetesan, kardiovaskular stabil karena penambahan
memperhatikan reaksi pasien), dan tahap darah pada tubuh akan meningkatkan
terminasi (melakukan evaluasi tindakan, beban jantung untuk memompa darah dan
berpamitan, membereskan alat-alat, cuci beban ginjal untuk melakukan filtrasi
tangan dan mencatat kegiatan). (10).
Menurut Permenkes Nomor 91 Salah satu akibat tidak dipenuhinya
tahun 2015 tentang Standar Pelayanan prosedur pengelolaan darah, tindakan
Transfusi Darah mencakup upaya sebeIum transfusi darah dan prosedur
distribusi atau transportasi darah dari pemasangan darah pada pasien maka
BDRS ke ruang perawatan menggunakan reaksi alergi dari transfusi sering
wadah khusus yang dapat dijumpai. Reaksi alergi adalah reaksi
0 yang merugikan pada transfusi atau
mempertahankan suhu 2-10 c dan darah
tidak boIeh berada diIuar pendingin lebih produk darah yang diberikan seperti
dari 30 menit, hal ini karena eritrosit demam, menggigil dan urtikaria. Reaksi
sangat sensitif terhadap pembekuan alergi ini berupa reaksi akut seperti
sehingga mudah mengaIami hemolisis demam, urtikaria, anafilaksis, rekasi
(7). hemolitik akut, kontaminasi bakteri,
Penghangatan darah dilakukan overload cairan, hipotermia dan
terutama pada kondisi klien yang keracunan sitrat sedangkan jenis reaksi
memerIukan darah daIam jumlah banyak lambat dapat berupa hemolisis tertunda,
dan cepat (masif). Penghangatan Aloimunisasi, efek imunomodulator dan
dilakukan selama 2-3 menit dengan bIood akumulasi besi dalam darah (11)
wamer, dengan suhu 35-370 C, apabila Angka kejadian reaksi transfusi non
penghangatan dilakukan tidak tepat maka hemolisis akut bervariasi hingga 38%
kemungkinan terjadinya lisis dan dari seluruh transfusi. Reaksi yang sering
terjadi adalah demam (1,7 – 30 %) dan
41
Asih dkk, Gambaran Intervensi...
42
Nerspedia, April 2019; 2(1): 39-51
Tabel 2 Kegiatan Intervensi Keperawatan teknik membawa darah dari Bank darah
sebelum pemasangan Transfusi menggunakan tempat khusus (cold box)
Darah dan memiliki suhu 2-100 C maksimal 24
DiIakukan Tidak
No Kegiatan
(N) (%) (N) (%)
jam. Hal ini terjadi karena para perawat
1 Teknik membawa di ruang perawatan beIum terpapar
darah dari Bank informasi tentang teknik membawa darah
darah
menggunakan
0 0 74 100 dengan cold box yang memiliki suhu 2-
tempat
(coId box)
khusus 100 C maksimal 24 jam. Selama ini
2 Tempat khusus perawat meminta keluarga pasien untuk
untuk membawa membawa mengambil darah dan
darah ke ruang
perawatan mampu 0 0 74 100 membawa darah tersebut ke ruang
mempertahankan perawatan dengan menggunakan kantong
suhu 2-100 C
maksimal 24 jam plastik warna hitam. Hal ini tentunya
3 Darah yang tidak standar karena akan berakibat
sampai di ruang
perawatan tidak kemungkinan darah rusak seIama dalam
boleh berada 31 41,9 43 58,1 perjalanan atau kantong darah
diluar pendingin
Iebih dari 30 terkontaminasi bakteri selama dalam
menit perjalanan.
4 Sebelum masuk
kedalam tubuh Teknik membawa darah dari Bank
pasien, darah darah menggunakan tempat khusus (coId
49 66,3 25 33,7
dihangatkan dulu
dengan blood box) bukan merupakan tugas dan
warmer wewenang perawat yang berjaga di ruang
5 Penghangatan
dengan bIood perawatan. Keluarga pasien dapat
warmer 40 54,1 34 45,9 melakukan ini dengan syarat membawa
berlangsung
selama 2-3 menit darah dari Bank darah harus
6 Suhu menggunakan tempat khusus atau cold
penghangatan
42 56,7 32 43,3 box. Peran perawat hanya mengingatkan
berkisar antara 350
– 370C
7 Larutan NaCI 0,9
kepada keluarga klien dan membantu
% diberikan menfasilitasi dengan
sebanyak 50-100 74 100 0 0 mengkomunikasikan kepada bank darah
mI sebelum
pemberian darah agar meminjamkan cold box kepada
8 Pemberian larutan keluarga pasien agar darah yang dibawa
lain (Ringer laktat
74 100 0 0 terjamin kualitasnya, atau di ruang
/ dekstrose)
sebelum transfusi perawatan memiliki cold box yang
9 Sebelum
Pemberian darah khusus dipinjamkan kepada keluarga
diberikan untuk mengambil darah dari bank darah.
premedikasi 70 94,6 4 5,4
(antipiterik / Perubahan suhu dapat
antihistamin / mempengaruhi aktifitas enzim
diuretik)
10 Dilakukan asetilkolinesterase (AChE), juga dapat
pemeriksaan memberikan informasi penting dan
tanda-tanda vital
untuk 15 menit menjadi perhatian dengan timbulnya
pertama setiap 5 penyakit. Aktifitas asetilkolinesterase
menit, kemudian
70 94,6 4 5,4 menurun menandakan adanya kerusakan
30 menit pertama
setiap 15 menit jaringan hati. Selain itu dengan tujuan
dan 1 jam pertama
setiap 30 menit, untuk menjaga kemampuan darah dalam
selanjutnya setiap menyalurkan oksigen, dekstrose tidak
1 jam
cepat habis, dan mengurangi
pertumbuhan bakteri yang
Tabel 2. diketahui Perawat pada
mengkontaminasi darah yang disimpan.
saat penelitian tidak ada yang melakukan
Batas penyimpanan 2°C sangat penting,
43
Asih dkk, Gambaran Intervensi...
karena eritrosit sangat sensitif terhadap oksigen oleh eritrosit menurun disebabkan
pembekuan. ApabiIa eritrosit membeku, afinitas hemoglobin terhadap oksigen yang
sifat dinding sel darah akan pecah dan tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
hemoglobin akan keIuar (hemolisis) (13). jaringan. Hal ini disebabkan penurunan
Tidak ada menggunakan tempat khusus kadar 2,3 DPG, kadar kalium, amonia dan
dengan suhu 2-100 C, karena selama ini asam laktat tinggi (14).
keluarga pasien mengambil darah dari Terdapat 41,9 % perawat tidak
Bank Darah tidak membiarkan darah yang teIah diambil dari
menggunakan tempat khusus yang dapat Bank darah berada diluar pendingin lebih
diatur suhunya dengan kisaran 2-100. dari 30 menit. Pengambilan darah dari bank
Prosedur ini bukan merupakan tugas dan darah bukan merupakan tugas dan
tanggungjawab perawat diruang tanggungjawab perawat yang berada di
perawatan, keluarga pasien dapat ruang perawatan. Keluarga pasien dapat
melakukan tugas ini dengan syarat melakukan prosedur ini secara mandiri.
menggunakan tempat khusus yang dapat Tugas perawat adalah mengingatkan
diatur suhunya berkisar antara 2-100. kepada keluarga agar apabila darah sudah
Tugas perawat dalam prosedur ini adalah sampai di ruang perawatan maka darah
menginformasikan keluarga yang tersebut segera di serahkan kepada perawat
mengambil darah dari bank darah agar jaga agar segera dipersiapkan untuk
tidak mengeluarkan darah dari cold box dilakukan transfusi. Hal ini
selama membawa darah dan tidak menggambarkan bahwa perawat
merubah penyetelan suhu yang ada di mengetahui bahwa darah tidak boleh
cold box. Hal ini terjadi karena perawat berada disuhu luar dari pendingin lebih dari
belum memahami pentingnya menjaga 30 menit. Setelah darah di serahkan oleh
darah agar selalu berada di suhu dingin keluarga pasien, perawat langsung
diIuar tempat penyimpanan darah untuk menyiapkan untuk diberikan atau
menjaga darah agar tidak rusak. ditransfusikan kepada pasien sehingga tidak
Pemahaman ini terjadi karena belumnya pernah berada di luar tubuh pasien selama
perawat diruang perawatan terpapar 30 menit atau lebih.
dengan informasi atau perawat belum Darah yang berada diluar tubuh
menyampaikan kepada keluarga pasien seIama lebih dari 30 menit akan
yang mengambil darah tentang meningkatkan resiko hemolisis dan
pentingnya menjaga suhu dingin dalam kougulasi selain itu batas atas 6oC sangat
membawa darah dari bank darah. penting untuk meminimalkan
Sel darah merah disimpan di suhu pertumbuhan kontaminasi bakteri pada
antara 2 derajat dan 6 derajat Celcius. Sel whole blood, dan pada suhu kurang dari
darah merah miskin leukosit bisa 2C eritrosit menjadi hemolisis (15)
disimpan 42 hari, sel darah merah miskin Pada hasil penelitian tergambar
leukosit anak anak selama 35 hari, dan sebanyak 66,3% perawat menghangatkan
sel darah merah miskin leukosit cuci darah dulu dengan blood warmer, hal ini
disimpan selama 28 hari. Apabila suhu karena selain perawat mengetahui tentang
tersebut tidak dipertahankan maka akan prosedur penghangatan darah juga blood
terjadi hemolisis. Hal ini didukung oIeh warmer tersedia di semua ruangan yang
Guyton (2014) yang menyatakan bahwa sering melakukan transfusi darah.
faktor pembekuan sudah hampir habis, Penghangatan dengan blood warmer
dan juga dapat terjadi peningkatan kadar merupakan salah satu prosedur SPO
kalium, amonia, dan asam laktat. faktor pemasangan transfusi darah yang telah
pembekuan terutama faktor V dan VIII disosialisasikan kepada semua perawat.
sudah habis, kemampuan transportasi Penghangatan darah sebelum masuk
44
Nerspedia, April 2019; 2(1): 39-51
ke dalam tubuh dapat mencegah darah akan terjadi, karena eritrosit akan
terjadinya hipotermia karena suhu darah memisahkan diri dengan plasma (4).
yang dingin berada diluar tubuh apabila Sebagian besar perawat yaitu
masuk kedalam tubuh dengan suhu yang sebanyak 56,7 % melakukan
sama akan memungkinkan terjadinya penghangatan darah berkisar antara 350 –
penurunan suhu tubuh. Setiap eritrosit 370C. Suhu darah yang dihangatkan
mengandung sekitar 300 juta molekul dengan menggunakan bIood warmer
hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga akan tercatat suhunya di blood warmer
dapat berubah bentuk sesuai dengan sehingga mudah diketahui oleh perawat
pembuluh darah yang dilalui. Sel darah kisaran suhu yang tercatat. Perawat di
merah memerlukan protein karena ruang perawatan sudah memahami dan
strukturnya terbentuk dari asam amino. menerapkan bahwa suhu penghangatan
Mereka juga memerlukan zat besi, darah berkisar antara 350 – 370C karena
struktur ini akan mudah rusak apabila mereka sudah terpapar informasi yang
terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba (4) benar tentang suhu penghangatan darah.
Sebagian besar perawat yaitu 54,1 Suhu darah transfusi yang akan masuk
% menghangatkan darah dengan blood kedalam tubuh pasien sebaiknya sama
warmer tetapi tidak berlangsung 2-3 dengan suhu tubuh pasien untuk
menit. Perawat dalam menghangatkan mencegah terjadinya hipotermi pada
darah biasanya hanya memperkirakan pasien.
waktunya atau merasakan suhunya Suhu tubuh normal manusia adaIah
dengan cara menempelkan darah pada berkisar antara 36,5 sampai dengan 37,30
punggung tangan saja, apabila perawat C sehingga apabila ada cairan yang akan
beranggapan suhunya sudah sesuai masuk kedalam pembuluh darah
dengan suhu tubuh, maka darah tersebut sebaiknya memiliki suhu sesuai dengan
ditransfusikan kepada pasien. Hal ini suhu tubuh tersebut, hal ini untuk
terjadi karena kurang pahamnya perawat menghindari mekanisme kompensasi
dalam lamanya penghangatan darah tubuh akibat terjadinya perbedaan suhu.
dengan menggunakan blood warmer. Berbagai macam mekanisme kompensasi
Kurang paham disini kemungkinan yang bisa terjadi seperti terjadinya
disebabkan perawat kurang terpapar hipotermia, hipertermia bahkan sampai
informasi tentang lama penghangatan sinkope (8). Hal ini didukung oIeh
darah atau perawat mengetahui tetapi penelitian (14) yang menemukan bahwa
merasa terIaIu lama dalam rata-rata darah yang diberikan dengan
menghangatkan darah sehingga perawat suhu yang kurang dari 360 C akan
mengambil praktisnya dengan cara bereaksi kepada pasien yaitu menggigil.
menempelkan darah pada punggung Sebanyak 100 % perawat
tangan perawat untuk mengetahui apakah melakukan pemberian larutan NaCl 0,9
darah sudah sesuai dengan suhu tubuh % diberikan sebanyak 50-100 ml sebelum
dan siap ditransfusikan. pemberian darah dan bukan pemberian
Proses penghangatan darah dengan larutan Iain seperti Ringer laktat /
blood warmer, lama penghangatan dekstrose. Hal ini menandakan bahwa
sebaiknya antara 2 – 3 menit, hal ini perawat telah mengetahui bahwa
dikarenakan apabila pengahangatan pemberian Nacl 0,9 % di lakukan agar
terlalu lama maka sebagian dari sel-sel mengurangi proses pembekuan pada
darah akan memisahkan diri atau terjadi selang darah.
lisis sel darah dengan protein plasma. Hal Pemberian ini bermanfaat untuk
ini didukung oleh pendapat Syaifudin, menurunkan osmolaritas serum, maka
(2016) yang menyatakan bahwa bila cairan ditarik dari dalam pembuluh darah
darah terlalu hangat, maka eritrosit akan keIuar ke jaringan sekitarnya (prinsip
rusak, terjadinya lisis dan kerusakan
45
Asih dkk, Gambaran Intervensi...
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ruang perawatan hal ini menyebabkan
ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya perawat patuh tentang intervensi tersebut.
mengisi sel-sel yang dituju untuk Pemberian premedikasi berupa antihistamin
mencegah peningkatan volume cairan dan diuretik tidak menimbulkan dampak
dalam pembuluh darah akibat masuknya pada darah yang ditransfusikan.
darah transfusi. Apabila jumlah cairan Pemberian obat-obatan tidak
yang diberikan sedikit atau kurang dari dianjurkan (12). Reaksi panas pada
50 ml maka akan berisiko terjadinya dasarnya adalah tanda bahaya bahwa
penggumpalan darah / koagulasi dan sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika
peningkatan viscositas darah daIam hanya diperlukan pada pasien anemia
pembuIuh darah sehingga akan kronis yang perlu transfusi sampai 20
menambah berat beban jantung (16) mI/kgBB dalam 24 jam. Pemberian
Perawat di RSUD “X” tidak ada acetaminopen dan dipenhidramine tidak
yang memberikan larutan lain (Ringer mampu mengurangi gejala panas dan
laktat / dekstrose) sebelum transfusi menggigil (reaksi alergi pada transfusi)
(100%) hal ini menandakan bahwa (16). Pemberian obat-obatan pre transfusi
perawat memahami bahwa larutan lain ini tidak dianjurkan karena efektifitas
dapat menyebabkan kerusakan terutama pemberiannya untuk mencegah reaksi
pada sel darah merah. transfusi sampai sekarang tidak terbukti
Penggunaan larutan Iain karena (14).
dapat merugikan. larutan dekstrose dan Sebanyak 94,6 % menyatakan
larutan garam hipotonik dapat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
menyebabkan hemolisis. Ringer laktat untuk 15 menit pertama setiap 5 menit,
atau larutan lain yang mengandung kemudian 30 menit pertama setiap 15 menit
kalsium akan menyebabkan koagulasi dan 1 jam pertama setiap 30 menit,
(8). Hal ini didukung oleh Syaifudin selanjutnya setiap 1 jam. Prosedur
(2016) yang menyatakan bahwa larutan pemeriksaan tanda-tanda vital ini juga
Rl memiIiki komposisi elektroIit dan termasuk kedalam SPO pemasangan
konsentrasinya yang sangat serupa transfusi darah. Prosedur pemeriksaan
dengan yang dikandung cairan tanda-tanda vital ini penting diperhatikan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation sebelum pemberian trnasfusi darah adalah
utama dari plasma darah dan menentukan untuk mengingatkan kepada perawat bahwa
tekanan osmotik. Klorida merupakan sebelum pemasangan transfusi darah
anion utama di plasma darah. Kalium perawat mengetahui pentingnya melakukan
merupakan kation terpenting di observasi. Observasi tanda-tanda vital
intraseluler dan berfungsi untuk konduksi sebelum prosedur pemasangan transfusi
saraf dan otot sehingga agar berdampak darah penting untuk memonitor kondisi
pada peningkatan viskositas sel darah kesehatan dan kerja jantung pasien sebelum
merah. Sedangkan untuk larutan Glukosa diberikan transfusi. Perawat melakukan
akan meningkatkan osmolaritas darah prosedur ini disebabkan karena perawat
sehingga sel darah akan mengalami sudah terpapar dengan SPO tentang
koagulasi. pemasangan transfusi darah yang ada di
Sebagian besar responden sebanyak setiap ruang perawatan. Informasi yang
94,6 % menyatakan tidak memberikan didapatkan dan sering terpapar akan
premedikasi (antipiterik / antihistamin / meningkatkan pengetahuan dan perilaku
diuretik) sebelum pemberian transfusi kepatuhannya dalam meIakukan prosedur
darah, hal ini disebabkan karena perawat itu.
mengetahui dan sudah terpapar tentang Pengecekan tanda-tanda vital untuk
SPO pemasangan transfusi yang ada di memastikan fungsi kardiovaskuIar stabil
46
Nerspedia, April 2019; 2(1): 39-51
karena penambahan darah pada tubuh dirasakan penting dan berguna maka
akan meningkatkan beban jantung untuk dijadikan pengetahuan dan sikap orang
memompa darah dan beban ginjal untuk tersebut akan berubah. Apabila sikap
melakukan filtrasi. Observasi dilakukan berubah maka akan diikuti dengan
agar deteksi dini apabila terjadi perilaku yang Iebih baik. ApabiIa
peningkatan beban kardiovaskuler segera perubahan perilaku didasari dengan
dihentikan (8) pengetahuan dan sikap yang positif maka
Hasil penelitian secara keseluruhan akan menyebabkan langgengnya perilaku
mendapatkan bahwa sebagian besar (long lasting). Pemberian informasi akan
perawat yang berdinas di ruang meningkatkan pengetahuan seseorang.
Bougenville (Penyakit daIam), Seruni Pengetahuan dapat menjadikan seseorang
(Kandungan), dan seroja (Bedah) RSUD memiliki kesadaran sehingga seseorang
“X” cukup baik melakukan intervensi akan berperilaku sesuai pengetahuan
keperawatan sebelum pemasangan yang dimiIiki. Perubahan perilaku yang
transfusi darah. dilandasi pengetahuan, kesadaran dan
Perawat di RSUD “X” mengetahui sikap yang positif bersifat langgeng
dan memahami tentang tentang intervensi karena didasari oIeh kesadaran mereka
yang dilakukan sebelum darah sendiri bukan paksaan (17)
ditransfusikan ke dalam tubuh pasien. Faktor-faktor yang dapat
Pengetahuan ini didapatkan dari berbagai mempengaruhi tingkat pengetahuan
macam cara seperti pernah mendengar adalah pendidikan, umur, lingkungan dan
saat kuliah dulu, diberikan informasi dari sosial budaya. Semakin tinggi tingkat
teman sejawat atau profesi lain seperti pendidikan dan status sosial seseorang
dokter. maka tingkat pengetahuannya akan
Perilaku seseorang dipengaruhi semakin tinggi pula. Begitu juga dengan
oleh pengetahuan dan sikapnya. umur, semakin bertambahnya umur
Pengetahuan diperoleh dari terpaparnya seseorang maka pengetahuannya juga
atau tidaknya seseorang terhadap suatu semakin bertambah (18)
informasi. Apabila seeorang terpapar
suatu informasi dan informasi tersebut
Jenis Kelamin
Intervensi Keperawatan sebelum Jumlah
Laki-laki Laki-laki
pemasangan transfusi
f % f % f %
Baik 6 8,1 10 13,5 16 21,6
Cukup Baik 14 18,9 41 55,4 55 74,3
Kurang Baik 2 2,7 1 1,4 3 4,1
Total 22 29,7 52 70,3 74 100
47
Asih dkk, Gambaran Intervensi...
Tabel 5. Intervensi Keperawatan sebeIum pemasangan Transfusi Darah berdasarkan Usia tahun
2018 (N=74).
Usia
Intervensi Keperawatan sebelum Total
< 37 tahun > 37 tahun
pemasangan transfusi
f % f % f %
Baik 10 13,5 6 8,1 16 21,6
Cukup Baik 27 36,5 28 37,8 55 74,3
Kurang Baik 1 1,4 2 2,7 3 4,1
Total 38 51,4 36 48,6 74 100
48
Nerspedia, April 2019; 2(1): 39-51
51