PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator kesehatan suatu negara adalah MMR (Maternal Mortaality Rate) diindonesia
mencapai 307, berarti terjadi 307 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,
2002/2003). Penyebab utama tingginya angka kematian ibu melahirkan adalah terjadi
perdarahan 42%, eklamsi, dan infeksi, sehingga dapat dikatakan bahwa tingginya angka
kematian ibu melahirkan tidak dapat di pisahkan dengan kualitas pelayanan darah. Pelayanan
transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia
sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu
upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat
membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan
terjangkau. Upaya pengamanan darah adalah uji saring terhadap infeksi menular lewat
transfusi darah (IMLTD).
Darah dengan hasil uji saring IMLTD reaktif tidak boleh dipergunakan untuk
transfusi. Sebagai bentuk kepedulian terhadap pendonor, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
2011 tentang Pelayanan Darah telah mengamanahkan perlunya pemberitahuan hasil uji saring
reaktif kepada pendonor yang bersangkutan. Pemberitahuan harus dilaksanakan melalui
mekanisme tertentu sehingga pendonor dapat terjaga kerahasiannya dan mendapatkan tindak
lanjut pemeriksaan diagnostik dan penanganan yang tepat. Keputusan mentri kesehatan RI
Nomor 423/Menkes/SK/IV/2007 tentang kebijakan peningkatan kualitas dan akses pelayanan
darah. Poin penting dalam SK tersebut adalah bahwa setiap rumah sakit harus memiliki bank
darah rumah sakit (BDRS) agar pelayanan darah dilakukan dengan distribusi tertutup oleh
petugas dan menggunakan prinsip rantai dingin sehingga setia rumah sakit harus memilii
minimal unit BDRS sebagai uit yang bertanggung jawab terhadap pelayananan transfusi darah
rumah sakit dan melakukan pemeriksaan golongan darah dan crossmatching sebelum darah
diberikan kepada pasien.
Unit BDRS harus memiliki setok darah yang aman dari UTD setempat. Persediaan
darah yang aman merupakan satu standar pelayanan minimal rumah sakit yang artinya rumah
sakit harus memiliki stok darah aman 24 jam di unit BDRS.
B. Definisi
1. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2. Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah.
1
3. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, bermutu, dan dalam
jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
4. Penyediaan darah adalah rangkaian kegiatan pengambilan darah dan pelabelan darah
pendonor, pencegahan penularan .penyakit, pengolahan darah, dan penyimpanan darah
pendonor.
5. Pendonor darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya kepada
pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
D. Dasar Hukum
1. Undang – undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang – undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no.375/MENKES/SK/III.I2007 tentang Standar Profesi
Analis.
5. Peraturan Pemerintah RI no. 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah.
E. Tugas BDRS
1. Merencanakan kebutuhan darah di RS bersangkutan.
2. Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non reaktif) dan
telah dikonfirmasi golongan darah.
3. Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
4. Memantau persediaan darah harian/mingguan.
5. Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah donor dan darah
resipien
6. Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien.
7. Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah ABO/Rhesus ke UTD
secara berjenjang.
8. Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada dokter yang meminta atau petugas
rumah sakit yang diberi kewenangan.
9. Melacak penyebab terjadinya reaksi tranfusi
2
10. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas BDRS dalam pendidikan dan
pelatihan di bidang tranfusi darah.
11. Turut aktif dalam sub komite tranfusi darah.
12. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia RS dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan transfusi darah di rumah sakit.
13. Melaksanakan penelitian praktis untuk peningkatan mutu pelayanan transfusi darah.
14. Melakukan pencatatan, dan pelaporan.
G. Ketenagaan
1. BDRS dipimpin oleh seorang dokter yang telah dilatih dalam bidang transfusi darah
(minimal 80 jam).
2. Sebagai pelaksana teknis laboratorium/ tenaga teknis medik adalah Paramedis
Teknologi Transfusi Darah (PTTD) atau analis yang sudah dilatih di bidang transfusi
darah sesuai standar (minimal 120 jam) yang tersertifikasi melalui pusdiknakes/
pusdiklat Depkes.
3. Tenaga administrasi dan tenaga pekarya untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan
oleh BDRS.
3
I. Pencatatan Dan Pelaporan
BDRS melakukan pencatatan dan pelaporan yang mencakup seluruh kegiatan
dalam penyelenggaraan pelayanan darah di rumah sakit.
1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap tahap kegiatan di BDRS setiap hari, sesuai
dengan standar yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pelacakan.
2. Pelaporan
Terdiri dari laporan harian, bulanan dan triwulanan. Yang dilaporkan : persediaan
darah & permintaan darah (jumlah permintaan, jumlah darah yang diberikan, jenis darah,
pengembalian darah dan alasannya serta darah kadaluarsa) dan reaksi transfusi.
B. Pembiayaan
Biaya pelayanan darah di Rumah Sakit :
1. Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD) dan jasa pelayanan & tidak mencari
keuntungan (nirlaba).
2. Ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atau Pemda setempat dengan tidak untuk
mencari keuntungan.
3. BDRS mengganti biaya pengolahan di UTD sebesar BPPD tanpa biaya uji silang serasi
dan pemeriksaan golongan darah pasien
5
E. Bahan Dan Reagensia Yang Dibutuhkan
1. Antisera : A , B, D
2. Test Sel : A, B, O
3. Bovin Albumin
4. ID-Liss Coomb Cards
5. ID-Dilluent
6. Saline 0,9 %
6
G. Layout BDRS
Lab Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
T
WASHTAF Meja Kerja /meja croshmatch
EL
Meja
4M administrasi
LOK
ET
7
BAB II
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Waktu Pelayanan
Pelayanan BDRS dilakukan 24 jam, penjagaan di atur dengan 3 shift :
Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
Tenaga staff : 1 orang
Tugas :
1. Berdo’a bersama
2. Mendengarkan laporan petugas jaga malam (0peran yang belum dikrjakan)
3. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan
4. Mempersiapkan reagen yang akan digunakan untuk Pemeriksaan
5. Mempersiapkan sampel yang akan akan di crosmach dan blangko permintaan darah
6. Melakukan pengecekan golongan darah dan uji serasi (crosmachsing)
7. Melakukan pengamatan hasil uji crosmach (Compatibel atau Incompatibble)
8. Mencocokkan no bag kantung darah donor dengan pasien.
9. Administrasi pencatatan hasil pemeriksaan di buku register
10. Menginformasikan kepada rawat inap darah sudah siap diambil
11. Membersihkan peralatan yang digunakan
12. Melakukan kontroling hasil pemeriksaan
8
Malam : 20.00 – 07.00 WIB
Tenaga staff : 1 orang
Tugas :
1. Berdo’a bersama
2. Mendengarkan laporan petugas jaga malam (0peran yang belum dikrjakan)
3. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan
4. Mempersiapkan reagen yang akan digunakan untuk Pemeriksaan
5. Mempersiapkan sampel yang akan akan di crosmach dan blangko permintaan darah
6. Melakukan pengecekan golongan darah dan uji serasi (crosmachsing)
7. Melakukan pengamatan hasil uji crosmach (Compatibel atau Incompatibble)
8. Mencocokkan no bag kantung darah donor dengan pasien.
9. Administrasi pencatatan hasil pemeriksaan di buku register
10. Menginformasikan kepada rawat inap darah sudah siap diambil
11. Membersihkan peralatan yang digunakan
12. Melakukan kontroling hasil pemeriksaan
Jumlah layanan darah : 1-4 colf
9
4 Trombosit Platelet Refigerator 200C – 240C
5 Cryoprecipitat Freezer -180C
6 FFP Freezer -180C
10
F. Crosmatching Dan Kecocokan
Tujuan crosmatching :
1. Mencegah reaksi transfusi
2. Mengetahui reaksi antara darah donor dan darah pasien
3. Double check untuk pemeriksaan ABO
4. Metode untuk pemeriksaan antibody
J. Pengolahan Limbah
Penangan dan pengampungan limbah terdiri dari :
1. Menyediakan sarana penampungan limbah yang memadai
2. Pemisahan limbah berdasarkan jenis limbah yang akan dibuang dengan menggunakan
plastik berwarna-warna
3. Pengolaan limbah infektif dengan cara desinfektan, dekontaminasi, sterilisasi, atau
insinerasi.
11
K. Laporan
UTD dan BDRS melakukan pencatatan dan pelporan penyelenggaraan pengolahan
dan pelayanan transfusi darah.
1. Permintaan rutin dan darurat
Laporan permintaan rutin dan darurat berdasarkan:
Golongan darah
Jenis darah
Jumlah (kantong/unit/cc)
2. Stok darah per bulan/minggu
Laporan stok darah dibuat per bulan dan di dokumentasikan denga baik. Laporan
bias dibuat di computer dan disimpan pada SIM RS.
3. Pengambilan darh yang tidak terpakai
Laporan dibuat berdasarkan :
Golongan darah
Jenis darah
Jumlah
Nomor kantong
4. Jumlah darah rusak
5. Jumlah pemakaian darah
6. Jumlah pemeriksaan
7. Kejadian reaksi transfusi
8. Respon time
12
BAB III
KESELAMATAN KERJA
A. Ruangan
1. Kebersihan ruangan
2. Permukaan meja selalu dibersihkan selesai bekerja
3. Lantai bersih, kering, tidak licin da nada saluran permukaan
4. Suhu ruang 220C-270C dengan kelembapan 50-70%
5. Udara ruangan mengalir searah
6. Dinding di cat dengan bahan epoksi, permukaan rata, mudah dibersihkan, tidak tembus
cairan
7. Pintu ruangan selalu tertutup
B. Peralatan
1. Sarung tangan dilepas saat menerima telvon
2. Penyimpanan jas lab dalam lemari tersendiri
3. Penyimpanana peralatan sesuai SOP
C. Sistem / Prosedur
1. Penggunaan bahan sesuai ukuran
2. Semua SOP harus di lakuakan
3. Limbah infeksius di masukkan ke dalam kantong plastic sesuai kode warna
4. Seluruh petugas harus selalu mencuci tanagn setelah atau sebelum melakukan
pemeriksaan
5. Jas lab di pakai ketika di laboratorium
D. Petugas
1. Memakai ADP dengan sesuai
2. Memakai pelindung mata agar terhindar dari percikan zat kimia atau infeksius
3. Seluruh petugas menangani bahan infeksius harus memakai sarung tangan
4. Jika terjadi kecelakaan atau kedaruratan harus di lakukan tindakan segera dan melakukan
P3K agar tidak terjadi akibat yang fatal bagi petugas
13
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien didukung oleh salah satunya kegiatan pemeliharaan alat medis. Untuk
menjamin tersedianya alat yang berkualitas dan siap pakai dalam setiap pelayanan instalasi
transfusi darah maka perlu diadakan program pemeliharan alat secara rutin terdiri dari :
a. Pemeliharaan yang dilaksanakan oleh petugas transfusi darah
b. Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksankan oleh IPS RS / teknisi alkes, rincian masing-
masing kegitan diatur dalam program pemeliharaan alat kesehatan
c. Program kalibrasi alat
1. Penanggung jawab kegiatan kalibrasi alat adalah IPS RS
2. Jenis alat yang diklaibrasi adalah alat screening dan alat sentrifuge tabung reaksi
3. Pelaksanaan adalah pihak ketiga (rekanan alat/BPFK)yang dilakukan didalam rumah
sakit
4. Kegiatan kalibrasi dilaksanakan 1 tahun sekali dengan jadwal yang dibuat oleh IPS RS
14
BAB V
PENGENDALIAN MUTU
Pantauan mutu transfusi darah adalah semua kegitan yang ditujukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil. Beberapa kegiatan pantauan mutu antara lain :
1. Pengambilan dan pengolahan sampel
2. Kalibrasi peralatan
3. Uji kualitas reagen
4. Pencatatan dan pelaporan
15
BAB VI
PENUTUP
Buku pedoman Instalasi Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Sukowati Tangen
disusun untuk memberikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan transfusi darah rumah sakit
yang cepat,tepat akurat dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Pedoman tersebut
merupakan salah satu upaya Instalasi Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Sukowati
Tangen dalam mempertahankan kualitas mutu yang baik. Semoga pedoman ini dapat
dipergunakan secara maksimal dan bila ada perkembangan ilmu pengetahuan maupun peraturan
dan digunakan sebagai saran untuk melengkapi pedoman versi berikutnya.
16