Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi


perencanaan, pengarahan dan pelestarian pundonor darah, penyediaan darah,
pendistribusian darah dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Panduan ini terdiri dari panduan UTDRS dan BDRS. Panduan UTDRS
meliputi rekrutmen donor sampai dengan distribusi darah ke BDRS, sedangkan
panduan BDRS meliputi tersedianya komponen darah di bank darah, pemeriksaan
pre transfusi, distribusi darah ke pasien dan evaluasi reaksi transfusi darah. Selain
dari pada hal diatas ada panduan apheresis donor maupun therapeutic yang dapat
dilakukan di UTDRS maupun BDRS.
Panduan ini dibuat secara ringkas karena harus dilengkapi dengan SPO yang
akan menyempurnakan panduan ini. Panduan ini digunakan menjadi standar
pelayanan di UTDRS dan BDRS. Pemahaman dan pelaksanaan panduan ini dengan
baik oleh staf berdampak semakin baiknya pelayanan keamanan darah di rumah
sakit, dan tentunya keamanan pasien juga semakin baik.
Panduan ini sebaiknya secara terus menerus di revisi oleh karena
perkembangan ilmu medik transfusi sangat berkembang.
Masukan untuk semakin baiknya panduan ini sangat kami harapkan karena
ketidak sempurnaannya dapat diperbaiki dan untuk itu kami sangat berterima kasih.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu menyelesaikan
penyusunan panduan ini.

Direktur Utama

Dr.dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARS


NIP. 19621122 198903 1001

i
DAFTAR ISI

BAB I UNIT TRANSFUSI DARAH ................................................... 1


BAB II RUANG LINGKUP .................................................................. 2
BAB III TATALAKSANA ..................................................................... 3
BAB IV DOKUMENTASI ..................................................................... 16

ii
BAB I
UNIT TRANSFUSI DARAH

DEFENISI
Unit transfusi darah yang selanjutnya disingkat UTD adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah dan
pendistribusian darah.
Bank darah rumah sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS adalah suatu unit
pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk
transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
pelyanan kesehatan dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengarahan dan pelestarian pundonor darah, penyediaan darah,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien utnuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Panduan pelayanan UTD RSUP. H. Adam Malik untuk menjamin ketersediaan
darah dan komponen darah yang aman, jumlah cukup, berkualitas dan efektif, mulai
dari pengerahan donor darah sukarela risiko rendah sampai pendistribusian darah
untuk BDRS RSUP. H. Adam Malik.
Panduan BDRS RSUP. H. Adam Malik untuk memberikan darah yang
aman melalui pemeriksaan sebelum transfusi darah sampai dengan evaluasi
terjadinya reaksi transfusi darah.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan UTDRS/BDRS meliputi :


1. Ruang rawat Inap A dan B
2. Instalasi gawat darurat
3. Ruang rawat jalan (pasien haemodialisa)
4. Bank Darah Rumah Sakit lain .
5. UTD RS lain.
6. Organisasi masyarakat seperti Perhimpunan Donor Darah Indonesia
(PDDI), Yayasan Buddha Tzu Chi dll.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 2


BAB III
TATA LAKSANA

Tata laksana kegiatan di UTD/BDRS RSUP. H. Adam Malik terdiri dari :


1. Rekrutmen donor
Tujuan dari rekrutment donor adalah untuk memperoleh jumlah kebutuhan
UTD yang diperoleh dari pendonor risiko rendah. Cara yang dilakukan UTD
yaitu membangun jejaring, membuat komunikasi serta kerjasama dengan
semua komponen masyarakat. Keikutsertaan dinas terkait sebagai
kepedulian terhadap kebutuhan darah yang harus terpenuhi.
Edukasi merupakan strategi penting dalam rekrutment donor tentang
pentingnya mendonasikan darah secara sukerela dan teratur dan perilaku
yang berisiko rendah dapat mempengaruhi keamanan darah. Jenis pendonor
darah yaitu donor sukarela yang mendonorkan darah atas kerelaan yang
semata-mata untuk menolong kepentingan sesama kemudian donor
keluarga berasal dari lingkungan keluarga pasien untuk memenuhi
kebutuhan pasien tersebut secara sukarela.
Donor komersial yang mengharapkan imbalan dari kegiatan berdonor dan
tidak disarankan untuk pengambilan darah donor. Donor sukarela terdiri
dari donor sukarela sewaktu-waktu yaitu pendonor pertama kali atau yang
mendonorkan darahnya secara sukarela tetapi tidak teratur. Donor sukarela
teratur adalah pendonor yang mendonorkan darahnya secara teratur tetapi
UTD masih perlu mengingatkannya. Donor sukarela mandiri adalah
pendonor yang mendonorkan darahnya secara teratur dan dilakukan di UTD
dimanapun dia berada. Rekrutmen donor ditujukan pada pendonor dengan
kelompok risiko rendah. Risiko tinggi dapat dilihat berdasarkan survelance
pada subdin P2M Dinas Kesehatan.
Registerasi dari rekrutmen donor adalah pencatatan dari donor yang ditolak,
donor dengan hasil uji saring IMLTD reaktif dan rhesus negatif. Registerasi
dari donor sukarela sesuai dengan formulir kuesioner donor.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 3


2. Seleksi donor
Dilakukan secara hati-hati dari penyumbang darah sukarela berdasarkan
dipenuhinya kriteria melalui kuesioner kesehatan (kuesioner donor) dan
pemeriksaan fisik terbatas. Pemeriksaan donor dilakukan dengan mengukur
tekanan darah, kadar hemoglobin, golongan darah dan berat badan.
Penolakan donor dilakukan sesuai dengan daftar penolakan donor (deferral
code). Data donor diregistrasi melalui sistem informasi rumah sakit (SIRS)
yang terdiri dari informasi donor yang telah dibuat.

3. Pengambilan darah donor.


Persiapan area penusukan dipilih area vena yang adekuat, tekanan cuff 40-
60 mmHg untuk penusukan jarum dan 20-40 mmHg setelah darah
mengalir , aliran tidak terhambat. Cairan desinfektan pada area penusukan
dibiarkan kering sempurna dan tidak boleh diraba ulang.
Jika penusukan pertama gagal dilakukan penusukan kedua jika donor setuju,
gunakan kantong darah baru dan lengan lain. Mencampurkan darah dengan
atikoagulan setiap 30-45 detik secara manual atau menggunakan alat
otomatis (haemoscale) yang sudah di validasi. Maksimum waktu
pengambilan darah, hingga 12 menit semua komponen darah dapat
ditransfusikan, 12-15 menit tidak bisa digunakan untuk platelet atau fresh
frozen. Lebih dari 15 menit tidak bisa digunakan untuk semua komponen
darah yang ditransfusikan. Pengambilan sampel dengan cara
mencampurkan darah kedalam tabung kemudian dilakukan pelabelan.
Sebelum donor meninggalkan tempat maka dibuat pelabelan
kantong,sampel darah dan dokumen. Jenis pencatatan pengambilan darah
terdiri dari tanggal pengambilan, waktu pengambilan, identitas petugas
yang melakukan. Pelabelan dari sampel darah menggunakan barcode yang
dapat dibaca oleh mata.
Kantong darah dan sampel harus ditempatkan pada tempat yang suhunya
terkontrol. Darah harus di transportasikan ketempat pengolahan dan
pemeriksaan dengan kondisi yang sama. Penyimpanan dan transportasi
suhunya harus cocok dan terpelihara.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 4


4. Skrining Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD)
Pemeriksaan uji saring darah dilakukan dalam rangka mengurangi risiko
adanya infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD). Pertimbangan yang
tepat untuk mendapatkan kemanfaatan uji saring secara maksimal.
Persyaratan serologi darah dan komponen darah untuk dapat ditransfusikan
adalah wajib memiliki hasil uji saring IMLTD non reaktif untuk HBsAg,
anti HIV, anti HCV dan Sifilis. Untuk keadaan tertentu uji saring darah
dilakukan juga terhadap penyakit tertentu seperti malaria dan lainnya.
Uji saring donor darah harus dilakukan pada sampel yang harus di ambil
pada proses donasi. Donor dengan hasil uji saring reaktif dimasukkan dalam
daftar cekal sehingga tidak dapat melakukan donor darah sampai adanya
konfirmasi kemudian. Uji saring pre donasi dapat dilakukan pada keadaan
stok darah yang terbatas dan prevalensi IMLTD tinggi.
Semua sampel darah harus di label dan di identifikasi dalam proses uji
saring untuk mencegah terjadinya kesalahan dan pemberian transfusi yang
tidak aman kepada pasien.
Staf harus memastikan adanya tempat penyimpanan khusus dan terpisah
pada kantong darah yang belum di uji saring, kantong darah dengan hasil
uji saring reaktif indeterminate dan kantong darah yang siap untuk di
distribusikan.
Metode Immunoassay adalah metode standar untuk uji saring darah karena
pertimbangan validitas.
Metode NAT sebagai kombinasi metode uji saring dengan ELISA
digunakan pada UTD RSUP. H. Adam Malik. Hasil uji saring IMLTD
dengan metode tunggal yang non reaktif maka darah dapat ditransfusikan
(sesuai dengan kriteria WHO). Jika darah donor menunjukkan hasil reaktif
setelah pemeriksaan metode tunggal maka kantong darah dan produk darah
turunannya harus dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.

5. Pemrosesan komponen darah

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 5


Darah utuh sangat segar diambil dari donor menggunakan kantong darah
tunggal (single bag) dengan volume 350 ml darah, diberikan kepada pasien
sebelum 6 jam. Darah utuh segar diambil dari donor juga menggunakan
kantong darah tunggal (single bag) 350 ml darah diberikan kepada pasien
sebelum umur darah 24 jam. Darah utuh simpan juga diambil dari donor
menggunakan kantong darah tunggal volume 350 ml darah kemudian
disimpan dan dapat ditransfusikan kepada pasien sebelum umur darah 3-4
minggu.
Sistem label dari kantong-kantong darah yang memuat golongan darah,
tanggal pengambilan dan nomor kantong sesuai dengan protap yang sudah
ditetapkan.
Pemrosesan komponen darah dilakukan dengan mengambil darah donor
menggunakan kantong triple (triple bag) dengan volume 350 ml darah.
Pemrosesan darah dilakukan dalam waktu kurang dari 6 jam. Darah tersebut
dimasukkan kedalam alat centrifuge refregerated. Menggunakan alat
centrifuge refregerated dengan putaran tertentu, lama putaran tertentu, dan
temperatur tertentu maka diperoleh pemisahan darah utuh sangat segar
menjadi darah endap lapisan bawah dan plasma kaya trombosit (platelet
rich plasma) pada lapisan atas. Plasma kaya trombosit dipindahkan ke salah
satu kantong lain dari kantong triple dengan menggunakan alat pemisah
(separator). Maka diperoleh satu kantong darah endap dan satu kantong
plasma kaya trombosit. Kantong yang berisi plasma kaya trombosit dan satu
kantong kosong yang masih lengket dimasukkan kembali ke alat centrifuge
refregerated. Dengan putaran tertentu, lama putaran tertentu, dan temperatur
tertentu maka plasma kaya trombosit akan terpisah menjadi dua lapisan.
Lapisan atas adalah plasma dan lapisan bawah adalah trombosit konsentrat.
Plasma dipindahkan kekantong yang kosong dengan alat pemisah
(separator). Plasma diberi label kemudian disimpan pada lemari pendingin
-30 derjad celcius dikenal sebagai plasma beku segar.
Pemrosesan cryoprecipitate sebagai berikut plasma beku segar dicairkan
pada temperatur 2-6 derjad celcius dengan cara menggantung. Setelah
plasma beku segar mencair maka plasma yang sudah cair tersebut

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 6


dimasukkan ke centrifuge refregerated. Putaran tertentu, lama putaran, dan
temperatur ditetapkan pada alat centrifuge. Setelah proses pemutaran selesai
maka terdapat dua lapisan plasma sebelah bawah adalah cryoprecipitate
sebelah atas adalah plasma kaya albumin. Plasma kaya albumin
dipindahkan ke kantong kosong dengan menggunakan alat pemisah
(separator). Sistem membuat label dari seluruh kantong komponen darah
ditetapkan sesuai petunjuk tetap (protap).

6. Penyimpanan darah
a) Darah utuh segar dan darah utuh simpan dimasukkan ke lemari
pendingin khusus temperatur 2-6 derajat celcius. Darah utuh disusun
dalam lemari pendingin sesuai dengan golongan darah sistem ABO
supaya tidak sulit mencarinya. Lama penyimpanan 3-4 minggu. Setelah
3-4 minggu darah tidak digunakan maka darah tersebut dimusnahkan
dengan prosedur yang sudah ditetapkan (pembuangan limbah infeksius).
b) Trombosit konsentrat disimpan pada alat khusus yang bergerak secara
terus menerus kecepatan 70-80 siklus per menit dengan temperatur 20-
24 derjad celcius yaitu platelet agitator with incubator (Agitasi
trombosit dalam incubator)
c) Plasma beku segar, cryoprecipitate, dan plasma kaya albumin disimpan
dalam lemari pembeku (freezer) < - 30 derjad celcius selama 1 tahun.
Komponen darah ini disusun dalam freezer sesuai dengan golongan
darah sistem ABO dan tanggal pemrosesan yang paling lama diletakkan
pada bagian atas.

7. Distribusi darah
Permintaan dari dokter harus jelas mengenai darah dan komponen darah
yang diminta, dan jumlah yang diminta.
Permintaan darah penuh segar, darah endap diberikan kepada pasien setelah
dilakukan uji cocok serasi (cross match) antara darah pasien dengan darah
donor. Plasma beku segar, plasma kaya protein dan cryoprecipitate
diberikan kepada pasien sesuai dengan golongan darah pasien dan

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 7


memerlukan uji cocok serasi. Komponen darah ini lebih dahulu dicairkan
dalam penangas air (water bath) temperatur tetap sama 37 derajat celcius.
Trombosit konsentrat diberikan dengan golongan darah yang sama antara
pasien dengan donor. Trombosit konsentrat diberikan setelah digoyang
dengan alat penggoyang (agitator) untuk menghindari agregasi trombosit.
Sebelum darah dan komponen darah diberikan kepada pasien maka harus
diperiksa ulang golongan darah, tanggal pengambilan darah, jenis
komponen darah untuk menghindari kesalahan pemberian darah.
Pengambilan darah donor dari lemari penyimpanan dengan sistem FEFO
(first expired first out), ambil golongan darah ABO dan rhesus yang sama
dengan golongan darah pasien. Perhatikan kelengkapan dan kejelasan label
kantong darah.
Penyaluran dan pengeluaran darah rawat inap kepada petugas diruangan
harus menggunakan metode rantai dingin dan sistem distribusi tertutup,
petugas UTD melakukan serah terima darah dengan petugas ruangan yang
diberi kewenangan untuk mengambil darah dan mengantarkan darah ke
ruang rawat inap. Prinsip rantai dingin adalah upaya mempertahankan suhu
darah selama transportasi/distribusi sehingga darah tidak mengalami
kerusakan fisik maupun fungsi. Transportasi darah dengan menggunakan
cool box suhu optimum 10C setara dengan 1 ice pack untuk 1 kantong
darah. Sistem tertutup adalah bahwa prosedur distribusi darah dilakukan
hanya oleh petugas yang kompeten tidak melibatkan keluarga pasien.
Petugas UTD sebelum mengambil darah dari blood bank untuk
didistribusikan memastikan nama/nomor rekam medis pasien, golongan
darah ABO dan rhesus pasien, nomor identifikasi donor, golongan darah
ABO dan rhesus donor, hasil uji silang serasi dan jenis darah yang akan
diberikan.
Penyerahan darah ke perawat di ruang rawat inap dengan bukti serah terima
darah dengan petugas di ruangan yang diberi wewenang oleh dokter yang
meminta darah.
Darah dan komponen darah diberikan setelah menandatangani persetujuan
(inform consent) transfusi darah dari keluarga dekat pasien.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 8


8. Pemusnahan darah yang tidak layak pakai
Yang dimaksud darah tidak layak pakai adalah darah yang tidak memenuhi
persyaratan dan standar. Dilakukan oleh UTD sesuai standar pemusnahan
dan pengolahan limbah rumah sakit.

9. Pre transfusion testing (pemeriksaan sebelum transfusi darah)


Persiapan transfusi darah maka klinisi yang akan melakukan transfusi darah
menerangkan mengenai proses dan akibat transfusi darah kepada pasien,
pasien atau keluarga pasien mengisi informed concent, perawat menyiapkan
sampel pasien dan formulir permintaan darah. Formulir permintaan darah
dan sampel darah pasien dari rawat inap dikirim ke UTD oleh petugas medis
atau kurir terlatih bukan keluarga pasien. Formulir permintaan darah diisi
lengkap dan ditandatangani oleh dokter yang meminta dan merawat pasien
yang akan ditransfusi darah. Data pasien pada formulir permintaan darah
harus sama dengan data label sampel pasien dan gelang lengan pasien.
Petugas penerima di UTD memeriksa kelengkapan formulir permintaan
darah dan kondisi sampel darah pasien. Kesalahan identifikasi dan label
pasien akan menyebabkan suatu kesalahan transfusi darah.
Pemeriksaan pre transfusi terdiri dari pemeriksaan golongan darah forward
reverse, pemeriksaan cross match mayor minor dan auto control, coombs
test direct/indirect, antibodi skrining/antibodi identifikasi. Semua
pemeriksaan pre transfusi telah dibuat dalam bentuk standar operasional
prosedur (SOP).
Uji silang mayor mereaksikan serum resipien dengan sel darah merah donor.
Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokan karena adanya allo antobodi
reguler dan irreguler dalam serum resipien terhadap antigen sel darah merah
donor. Uji silang minor mereaksikan plasma donor dengan sel darah merah
resipien. Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokan karena adanya allo
antibodi reguler dan irreguler dalam plasma donor terhadap antigen sel
darah merah resipien. Uji silang auto control mereaksikan serum resipien
dengan sel darah merah resipien. Tujuannya untuk memeriksa

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 9


ketidakcocokan karena adanya auto antibodi dalam serum resipien terhadap
antigen sel darah merah resipien. Bila reaksi silang mayor, minor dan auto
control tidak menunjukkan reaksi aglutinasi dan hemolisis maka darah dapat
ditransfusikan. Bila reaksi silang mayor, minor dan auto control
menunjukkan adanya reaksi hemolisis dan aglutinasi maka darah tidak dapat
ditransfusikan kepada pasien. Bila permintaan darah lengkap dimana uji
silang minor positif maka darah donor tidak dapat ditransfusi, pemeriksaan
harus dilanjutkan dengan direct coombs test dan uji saring allo antibodi.
Darah inkompatibel adalah darah resipien yang pada uji silang serasi
memberikan hasil ketidakcocokan dengan darah donor, oleh karena itu
darah tidak bisa ditransfusi. Perlu dilanjutkan pemeriksaan lanjutan untuk
mencari penyebab inkompatibel.
Reaksi inkompatibel dapat disebabkan oleh kesalahan dalam menetapkan
golongan darah, terjadi reaksi positif palsu atau negatif palsu. Hal ini dapat
disebabkan teknik kerja tidak sesuai dengan SPO, reagensia dan sel uji ABO
tidak memenuhi persyaratan atau permasalahan pada kondisi sel darah
pasien. Permasalahan pada kondisi sel darah merah pasien misalnya pasca
transfusi darah/transplantasi sum sum tulang, antigen A dan antigen B yang
lemah misalnya pada Ca colon/Ca paru, penyakit leukemia atau keganasan
lainnya, konsentrasi serum protein yang tinggi pada pasien multiple
myeloma, konsentrasi anti A dan B yang tinggi dalam serum, antibodi yang
reaktif pada suhu dingin. Permasalahan pada serum pasien dapat disebabkan
oleh adanya antibodi selain dari anti A dan anti B, kadar immunoglobulin
yang rendah, darah bayi usia dibawah 4-6 bulan, titer komplemen yang
tinggi pada anti A dan anti B. Pemeriksaan lanjutan untuk discrepancy blood
grouping ABO system (diskrepensi golongan ABO) pemeriksaan golongan
darah menggunakan sampel darah baru, anti sera mengandung komplemen,
pemeriksaan golongan darah dengan pemanasan 37C pada kasus Auto
Immune Haemolitic Anemia (AIHA) tipe dingin, dan lakukan pemeriksaan
uji direk coombs.
Uji silang serasi inkompatibel mayor maka darah tidak boleh diberikan
kepada pasien. Lanjutkan pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 10


darah pasien. Bila ditemukan irregular allo antibodi yang spesifik pada
serum pasien, maka dicari darah donor yang tidak melawan antibodi pada
pasien dengan cara melakukan cross match beberapa donor sampai ketemu
hasil yang negatif.
Uji silang serasi inkompatibel minor dalam keadaan darurat dapat diberikan
packed red cell bila uji silang serasi mayor hasilnya negatif dengan
persetujuan dokter yang merawat. Pada pasien AIHA tipe hangat hasil uji
silang serasi sering inkompatibel, maka dalam keadaan darurat dapat
diberikan darah donor yang hasil uji silang serasi mayor minor lebih rendah
dari auto control. Pemberian transfusi harus dalam pengawasan dokter.
Kadar HGB pasien pasca transfusi tidak boleh melebihi 8 gr/dl. Pada pasien
AIHA tipe dingin dalam keadaan darurat dapat diberikan transfusi darah
dimana darah diberikan dalam keadaan hangat.

9. Apheresis
Apheresis terdiri dari apheresis donor dan apheresis Therapeutic.
Apheresis donor adalah mengambil 1 atau lebih komponen darah kemudian
komponen darah yang tidak di inginkan untuk di ambil dikembalikan
kepada donor. Apheresis dilakukan dalam pengawasan dokter yang
memenuhi kualifikasi dan paham tentang apheresis dan bertanggungjawab
terhadap seluruh kebijakan medis, teknik dan prosedur yang berhubungan
dengan keselamatan donor.
Petugas yang melakukan apheresis harus berkompeten yang telah mengikut
pelatihan terkait seluruh aspek dalam apheresis dan terdokumentasi.
Prosedur apheresis dilakukan sesuai dengan SPO yang sudah ditentukan.
Prosedur pelayanan apheresis dilaksanakan dalam lingkungan yang aman
dan fasilitas sudah di akreditasi. Suplai listrik yang tidak terganggu, ada
suplai listrik cadangan dalam keadaan darurat. Akses ke tim gawat darurat
pada keadaan yang darurat.
Kebijakan dan prosedur dibuat secara tertulis untuk donor tidak mengalami
komplikasi dan bila terjadi komplikasi dapat di tangani dengan tepat dan
cepat. SPO menjelaskan secara detail tentang prosedur apheresis, salinan

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 11


SPO ditempat yang mudah di akses petugas setiap saat dan SPO merupakan
dokumen terkontrol. Donor dipantau secara konstan dan dievaluasi selama
prosedur.
Komponen darah yang di ambil apheresis terdiri dari trombosit konsentrat,
plasma dan packed red cell. Label produk menunjukkan identitas dimana
proses apheresis, tanggal donasi, tanggal kadaluarsa dan nomor donor.
Penyimpanan dan pendistribusian komponen darah sesuai dengan SPO.
Apheresisi Therapeutic dapat dilakukan dalam keadaan darurat untuk
menghindari keadaan pasien menjadi lebih buruk. Tujuan apheresis
therapeutic adalah mengurangi komponen spesifik yang akan memperbaiki
gejala penyakit bukan menyembuhkan pasien. Apheresisi therapeutic pada
pasien kritis dilakukan di ICU bekerjasama dengan muti disiplin ilmu terdiri
dari intensivist, neorologist, hematologist dan nefrologist. Apheresis
therapeutic dapat juga dilakukan diruangan atau UTD yang mempunyai
fasilitas sesuai standar. Apheresis therapeutic terdiri dari therapeutic plasma
Exchange (TPE) dan cytapheresis. TPE dilakukan pada kasus yang
merupakan level 1 dan grade A pada evidence base medicine (fist line
category) juga second line category. Cytapheresis adalah proses
mengeluarkan sel darah yang terdiri dari leucoreduction (mengeluarkan
lekosit pasien), dan platelet reduction (mengeluarkan platelet pasien).
Apheresis therapeutic dilakukan oleh dokter yang sudah dilatih dan
mendapat sertifikat tentang apheresis. Operator, perawat juga telah
mendapat sertifikat untuk melakukan therapeutic apheresis dibawah
pengawasan dokter yang sudah mendapat sertifikat.
Prosedur TPE dilaksanakan sesuai dengan permintaan dokter dengan
formulir yang ada. Pasien dan keluarga pasien mendapat penjelasan
mengenai manfaat dan risiko prosedur dan menandatangani informed
concent. Menilai vena mediana cubiti, jika tidak adekuat dilakukan melalui
vena mediana cubiti maka vena jugularis dapat dilakukan dengan konsul ke
dokter anestesi untuk dilakukan pemasangan double lumen hemodialisa.
Prosedur TPE dilakukan sesuai dengan SPO yang sudah dibuat. Dalam SPO
dicantumkan subsitusi, cairan yang digunakan dan obat yang dipakai.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 12


10. Reaksi Transfusi Darah
Reaksi transfusi tidak dapat diprediksi ataupun dihindarkan walaupun
penatalaksanaannya sudah sesuai. Dokter/perawat atau petugas lain
memahami dan mengenali gejala reaksi transfusi. Gejala dapat berupa
demam, mengigil, gangguan pernafasan, hipertensi atau hipotensi, nyeri
didaerah infus, urticaria, ikterik atau hemoglobinuria, mual/muntah,
perdarahan, oligouria/anuria.
Pengenalan dini dan penatalaksanaan yang cepat/tepat dilakukan untuk
menghindari reaksi yang lebih berat pada pasien. Tata laksana transfusi
darah sesuai dengan SPO yang sudah dibuat agar diikuti. SPO ini berisi lama
transfusi komponen darah dan 15 menit pertama komponen darah harus
ditunggui oleh dokter/perawat. Reaksi transfusi dapat terjadi secara akut
atau lambat (24 jam pasca transfusi). Apabila terjadi reaksi transfusi maka
perawat segera menghentikan, melaporkan kejadian kepada dokter yang
merawat untuk pengobatan. Pengelolaan reaksi transfusi komponen darah
dilakukan sesuai dengan SPO yang sudah ditetapkan. SPO ini berisi cara
mengelola reaksi transfusi cepat dan lambat. Reaksi transfusi cepat terdiri
dari reaksi transfusi hemolitik akut, reaksi demam bukan hemolitik, reaksi
alergi, reaksi anafilaktik, reaksi transfusi bakterimia, volume yang overload,
transfusion acute related lung injury (TRALI). Pengelolaan reaksi transfusi
cepat diatas sudah dibuat dalam SPO tersebut. Pencatatan dan pelaporan
reaksi yang timbul dari transfusi darah sesuai dengan SPO yang sudah
ditetapkan diisi oleh dokter kemudian dikirim ke UTD dalam waktu 24 jam.
Sisa darah donor, sampel darah dan urin pasien pasca transfusi segera
dikirim ke UTD untuk konfirmasi ulang sesuai SPO dan tindak lanjut
berikutnya untuk mengatasi penyelesaian permasalahan.

11. Pemantapan kualitas


Pemantapan kualitas terdiri dari pemantapan kualitas internal dan eksternal.
Pemantapan kualitas internal mencakup pemeriksaan laboratorium UTD
yang terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, cross match mayor/minor,

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 13


antibodi skrining/identifikasi dan coombs test. Pemeriksaan IMLTD yang
terdiri dari HbsAg, HCV, HIV dan sifilis. Pemeriksaan tersebut diatas
menggunakan alat-alat dan reagent yang sudah direkomendasikan oleh
WHO dan diregistrasi di Kemenkes RI. Seluruh alat-alat dikalibrasi secara
periodik dan berkesinambungan.
Pemeriksaan IMLTD dengan metode ELISA dan NAT pemantapan kualitas
dilakukan menggunakan kontrol sera yang dikeluarkan oleh reagen dari alat
tersebut. Validitas hasil ditentukan baik jika hasil kontrol sera sesuai dengan
nilai dari pemeriksaan test berada dalam range yang sudah ditentukan.
Setiap melakukan pemeriksaan HbsAG, HIV, HCV dan sifilis maka nilai
kontrol sera masing-masing pemeriksaan tersebut berada dalam ± 2 SD
(standart deviation) maka hal ini menunjukkan validitas pemeriksaan baik.
Artinya pemantapan kualitas internal baik.
Pemantapan kualitas eksternal dilakukan dengan mengikuti pemantapan
kualitas eksternal yang sudah ditentukan oleh Kemenkes RI (Kementerian
Kesehatan). UTD RSUP H Adam Malik telah mengikuti pemantapan
kualitas eksternal untuk pemeriksaan HbsAg, HCV dan HIV dan saat ini
menunggu pengiriman kontrol sera yang kemudian akan diperiksa
menggunakan alat yang ada di UTDRS HAM.

12. Sistem informasi


Sistem infomasi UTDRS/BDRS RSUP HAM diintegrasikan dengan sistem
informasi rumah sakit (SIRS). Seluruh data mulai dari data donor, skining
IMLTD, pemakaian komponen darah, logistik dan keuangan di masukkan
kedalam SIRS dengan program yang sudah dibuat kemudian jika perlu
diperbaiki maka program dapat direvisi. Setiap bulan UTDRS akan
membuat laporan bulanan dimana rekapitulasinya di cetak melalui SIRS.
Seluruh kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat
oleh Direktur RSUP. H. Adam Malik

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 14


PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 15
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Jumlah donor diseleksi menggunakan formulir kuesioner donor darah.


Jumlah donor direkapitulasi setiap bulan melalui sistem informasi rumah
sakit (SIRS) dengan program khusus UTD RS. Dokumentasi yang
diperoleh terdiri dari jumlah total donor, donor sukarela, donor pengganti,
jenis kelamin, donor menurut usia dan jumlah menurut golongan darah.
Kegiatan/tempat acara donor juga di dokumentasi.
2. Dokumentasi uji saring menular lewat transfusi darah (IMLTD)
dokumentasi metode uji saring (ELISA, Rapid dan NAT). Hasil
pemeriksaan uji saring terdiri dari HBaAg, HCV, HIV dan Sifilis. Setiap
bulan dilakukan rekapitulasi IMLTD
3. Produksi dan pemakaian komponen darah jumlah produksi komponen
darah (kantong) dan jumlah pemakaian komponen darah. Keduanya terdiri
dari whole blood (WB), packed red cell (PRC), fresh frozen plasma (FFP),
Platelet Concentrate, Platelet Pheresis, Cryo Precipitate, Wash Eritrocyte.
Dokumentasi diatas dibuat perbulan.
4. Pre Transfusion Testing
Dokumentasi jumlah cross match, golongan darah, antibodies screening
yang dilakukan pada pasien dan donor.
5. Reaksi Transfusi
Reaksi transfusi menggunakan formulir khusus. Setiap transfusi darah
maka formulir reaksi transfusi dimasukkan kedalan rekam medis. Hasil
reaksi transfuse positip dikirim ke UTDRS untuk dievaluasi dan dibuat
laporan bulanan.
6. Logistik
Seluruh permintaan logistik reagensia dan bahan habis pakai di
dokumentasi pada SIRS dan secara manual. Penggunaan logistik reagensia
dan bahan habis pakai juga di dokumentasikan pada sistem informasi
rumah sakit (SIRS) dan secara manual
7. Formulir, label dan barcode
Formulir, label dan barcode dalam lampiran.

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 16


Formulir yang sudah ditetapkan terdiri dari kuesioner donor, deferral code,
formulir permintaan darah, informed concent, reaksi transfusi.
Label yang sudah ditetapkan terdiri dari label gol darah pada kantong PRC,
J FFP, trombosit konsentrat, cryoprecipitate. Label komponen darah
yang sudah di skrining. Barcode terdiri dari barcode pasien dan barcode
donor.

Direktur Utama

Dr.dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARS


NIP. 19621122 198903 1001

PANDUAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH Page 17

Anda mungkin juga menyukai