Assalamu’alaikum w.w
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita semua. Alhamdulillah
Panduan Tatalaksana transfusi darah telah kami susun. Panduan ini diharapkan menjadi
acuan dalam peningkatan mutu pelayanan RSU dr. Suyudi Paciran yang kita cintai ini.
Ucapan terimakasih kepada Bidang Pelayanan Medik dan team pokja PAP yang
telah menyelesaikan Panduan Tatalaksana transfusi darah RSU dr. Suyudi Paciran ini. Kami
percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT,maka itu saran dan masukan
bagikami sangat diharapkan untuk kesempurnaan panduan ini untuk masa yang akan
datang.
1
DAFTAR ISI
- Tujuan ………..…………….……………………………………….….....4
- Pengertian …………..………………………………………………….....…..5
- Persiapan ……...............………………...………………………..…..…..7
- prosedural ………………………………......................................……10
- Follow up ………………………….............................…………………12
2
PANDUAN PELAYANAN TRANSFUSI DARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan
yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Darah dilarang diperjualbelikan
dengan dalih apapun. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup,
aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung
jawab atas pelaksanaan pelayanan transfusi darah yang aman, bermanfaat,
mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Darah dan produk darah memegang peranan penting dalam pelayanan
kesehatan. Ketersedian, keamanan dan kemudahan akses terhadap darah dan
produk darah harus dapat dijamin. Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan
World Health Assembly (WHA) 63.12 on Availability, safety and quality of blood
products, bahwa kemampuan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri atas darah
dan produk darah (self sufficiency in the supply of blood and blood products) dan
jaminan keamanannya merupakan salah satu tujuan pelayanan kesehatan
nasional yang penting.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran
khususnya dalam teknologi pelayanan darah, pengelolaan komponen darah dan
pemanfaatannya dalam pelayanan kesehatan harus memiliki landasan hukum
sebagai konsekuensi asas negara berlandaskan hukum. Oleh karena itu dalam
rangka memberikan pelindungan kepada masyarakat, pelayanan darah hanya
dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dan -7-
kewenangan, dan hanya dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi persyaratan. Hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya berbagai
risiko terjadinya penularan penyakit baik bagi penerima pelayanan darah
maupun bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
lingkungan sekitarnya.
3
Pengamanan pelayanan transfusi darah harus dilaksanakan pada tiap
tahap kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian pendonor darah,
pengambilan dan pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan penyakit,
pengolahan darah, penyimpanan darah dan pemusnahan darah, pendistribusian
darah, penyaluran dan penyerahan darah, serta tindakan medis pemberian
darah kepada pasien. Pengamanan pelayanan transfusi darah juga dilakukan
pada pelayanan apheresis dan fraksionasi plasma.
Salah satu upaya pengamanan darah adalah uji saring terhadap infeksi
menular lewat transfusi darah (IMLTD). Darah dengan hasil uji saring IMLTD
reaktif tidak boleh dipergunakan untuk transfusi. Sebagai bentuk kepedulian
terhadap pendonor, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan
Darah telah mengamanahkan perlunya pemberitahuan hasil uji saring reaktif
kepada pendonor yang bersangkutan. Pemberitahuan harus dilaksanakan
melalui mekanisme tertentu sehingga pendonor dapat terjaga kerahasiannya
dan mendapatkan tindak lanjut pemeriksaan diagnostik dan penanganan yang
tepat.
Dalam rangka peningkatan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
pelayanan darah, diperlukan adanya Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pelayanan Transfusi Darah.
B. TUJUAN
1. Tujuan khusus
Sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan transfusi darah di Rumah
Sakit Umum dr. Suyudi Paciran dalam rangka peningkatan mutu, keamanan,
dan kemanfaatan pelayanan darah.
2. Tujuan umum
Mengembalikan dan mempertahankan volume normal peredaran
darah
Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah
Meningkatkan oksigenisasi jaringan
Memperbaiki fungsi hemostasis
Tindakan terapi khusus
4
C. PENGERTIAN
1. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan
darah, pendistribusian darah, dan tindakan -8- medis pemberian darah
kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2. Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian
darah.
3. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di Rumah
Sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang
aman, bermutu, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
4. Pusat Plasmapheresis adalah unit yang melaksanakan penyediaan plasma
dari pendonor darah melalui cara apheresis.
5. Penyediaan darah adalah rangkaian kegiatan pengambilan darah dan
pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan .penyakit, pengolahan
darah, dan penyimpanan darah pendonor.
6. Pendonor darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau
komponennya kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
BAB III
TATA LAKSANA
A. PERSIAPAN PASIEN
1. Persiapan Pendonor
Beberapa tindakan persiapan bagi pendonor sebelum melakukan
transfusi darah adalah:
Menyampaikan informasi yang berkaitan kepada para pendonor
antara lain: manfaat penyumbangan darah, penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi, perilaku berisiko yang dapat ditularkan
melalui transfusi, terjaminnya kerahasiaan atau hasil pemeriksaan uji
saring, persyaratan dan kriteria donor darah, alasan diharuskannya
pemeriksaan medis dan riwayat kesehatan, alasan mengapa donor
tidak boleh menyumbangkan darah jika terdapat risiko potensial pada
pendonor, dan proses penyumbangan darah dan efek samping yang
mungkin terjadi.
Registrasi pendonor yaitu pendataan data diri pendonor secara
lengkap.
Penilaian donor yaitu memastikan pendonor termasuk dalam kriteria
yang layak untuk melakukan transfusi darah. Kriteria tersebut antara
lain usia minimal 17 tahun, berat badan > 45 kg untuk penyumbang
darah 350 ml dan >55 kg untuk penyumbang darah 450 ml, tekanan
darah 60/90 mmHg – 90/160mm Hg, denyut nadi dan suhu tubuh
normal, kadar haemoglobin 12.5-17g/dl dan interval waktu dengan
transfusi darah terkahir adalah > 2 bulan untuk Whole blood,pasien
tidak anemia, jaundice, sianosis, sesak, ketidakseimbangan mental,
dan keracunan alkohol dan obat serta berada dalam kondisi medis
yang baik dan terbebas dari beberapa penyakit menular seperti
HIV/AIDS, brucellosis, Chagas disease, hepatitis, malaria, sifilis,
toxoplasmosis dan tuberkulosis.
7
Pastikan pasien mengerti seluruh hal terkait proses tindakan dan
berikan kesempatan untuk bertanya sebelum mendapatkan informed
consent pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter antara lain timbang berat
badan dan pemeriksaan kesehatan sederhana
Pemeriksaan kadar haemoglobin dan golongan darah donor.
2. Persiapan Resipien
Persiapan yang perlu dilakukan resipien adalah:
Pemberian informasi kepada pasien atau keluarga pasien mengenai
indikasi dan manfaat transfusi, risiko yang mungkin terjadi, serta
alternatif lain yang bias dilakukan selain prosedur transfusi. Hal ini
sebaiknya didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Pengisian informed consent mengenai persetujuan untuk menerima
darah.
Proses permintaan darah harus dilakukan oleh dokter dengan formulir
khusus yang berisi nomor rekam medis pasien, jenis kelamin, tanggal
lahir, tanggal permintaan darah dan menyertakan indikasi
dilakukannya proses transfusi. Identitas dapat menggunakan Mr.X atai
Ms.X jika pasien dalam keadaan tidak sadar dan tidak ada wali yang
menemani.
Pengambilan sampel darah dari penerima untuk menyingkirkan
kemungkinan reaksi kompatibilitas antara pendonor dan penerima
darah serta kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Hal ini
harus diikuti dengan pelabelan sampel darah yang diambil untuk
prosedur transfusi.
Melakukan pemeriksaan cross-matching. Pemeriksaan cross-
matching dilakukan dengan cross-match mayor antara sel darah
merah donor dengan serum penerima dicampur dalam larutan salin
selanjutnya dilakukan pemeriksaan coombs indirectselanjutnya diikuti
dengan cross match minor dengan mencampur sel darah merah
penerima dengan serum donor. Hasil yang normal adalah jika tidak
ditemukan adanya hemolisis dan agglutinasi. Pada keadaan darurat
prosedur pretransfusi ini tetap harus dilakukan.
8
3. Persiapan Kantung Darah yang akan Ditransfusikan
Persiapan darah yang akan ditransfusikan kepada penerima meliputi
pemeriksaan lengkap kode penerima darah yang ada di kantong darah.
Darah harus digunakan maksimal empat jam. Jika dalam waktu 1.5
jam tidak ada indikasi penggunaan darah segera, kantong darah harus
dikembalikan ke unit transfusi.
Untuk kantong darah yang didapatkan dari luar rumah sakit, prosedur
transportasinya harus menggunakan kotak khusus dengan kantong es
di dalamnya dan setelah kantong darah tiba di rumah sakit, petugas
unit transfusi harus diberi tahu.
Sebelum memulai tindakan transfusi, sebaiknya dilakukan
pengecekan ulang antara lain penyesuaian kode pada kantong darah
dengan identitas pasien yang akan menerima darah, penyesuaian
golongan darah pada kantong darah dengan golongan darah pasien,
tanggal kadaluwarsa darah, tidak adanya kerusakan pada kantong
darah, dan penyesuaian terhadap waktu permintaan darah. Tanda
kerusakan pada kantong darah ini antara lain tanda hemolisis, adanya
kontaminasi yang ditandai dengan perubahan warna darah menjadi
lebih gelap dan adanya pembekuan darah.
4. Peralatan
9
5. Posisi Pasien
B. PROSEDURAL
10
10) Setelah selesai, selang kantong darah harus direkatkan secara aseptik
dan isi selang diserut menuju kantong utama sesegera mungkin
11) Prosedur untuk mengkontrol set label untuk identifikasi setiap donor dan
komponen darah
12) Lembar kerja, komponen, sampel harus ditangani sesuai dengan
prosedur yang didokumentasikan dan dijaga kerahasiaan donor serta
integritas dari penyumbang darah dan sampel
11
pada pasien anak 2-5 ml/kg/jam untuk whole blood dan packed red
cell,1-2 ml/menit untuk trombosit dan plasma
C. FOLLOW UP
Pemantauan yang dilakukan terhadap donor berbeda dengan
pemantauan terhadap resipien.
1. Follow Up Donor
Pemantauan yang dilakukan terhadap komponen darah yang sudah
didonorkan adalah:
1) Penetapan golongan darah yaitu penetapan golongan darah ABO dan
rhesus serta membandingkannya dengan hasil pemeriksaan terlebih
dahulu. Jika terjadi ketidaksesuaian hasil komponen darah dengan
penyumbangnya maka darah tersebut harus dikarantina hingga
ketidaksesuaian dapat diselidiki dan diperbaiki. Proses konfirmasi ini
menggunakan dua pemeriksaan yang independen
2) Uji saring infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD) antara lain
pemeriksaan HbsAg, antibodi HIV 1 dan antibodi HIV 2, anti-HCV, dan
sifilis. Setiap pemeriksaan harusnya non reaktif, untuk sampel yang
reaktif harus dilakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil pemeriksaan
lanjutan tetap reaktif, sampel harus segera dipisahkan. Setiap
prosedur ini harus disertai dengan dokumentasi lengkap
3) Setiap darah yang didapatkan dari donor selanjutnya akan dilakukan
tahapan pengolahan darah yaitu sentrifugasi, pemisahan komponen
darah, pembekuan, leukosit depletion, pencucian, iradiasi dan
apharesis. Selanjutanya darah akan disimpan pada suhu 2 C- 6 C
untuk whole blood, packed red cell, 20 C- 24 C untuk konsentrat
trombosit dan <-25 C untuk fresh frozen plasma dan kriopresipitat dan
ditransportasi setelah adanya permintaan darah. Proses transportasi
ini sebaiknya pada suhu 2 C- 10 C dalam waktu transit maksimal 24
jam untuk whole blood dan packed red cell dan 20 C- 24 C untuk
konsentrat trombosit serta 2 C- 6 C untuk fresh frozen plasma
2. Follow Up Resipien
Pemantauan yang dilakukan setelah prosedur transfusi darah
kepada resipien adalah:
12
1) Menanyakan adanya gejala efek samping pada pasien antara lain
menggigil, ruam, flushing, sesak dan nyeri pada ekstremitas
2) Selama proses transfusi harus mengobservasi tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah dan frekuensi napas) sebelum transfusi dimulai, 15
menit setelah proses transfusi dimulai, setiap satu jam dan setelah
proses transfusi selesai. Risiko transfusi yang berat biasanya terjadi
dalam waktu setengah jam setelah transfusi dimulai
3) Setelah prosedur transfusi selesai dilaksanakan, segera
dokumentasikan informasi mengenai waktu mulai dan berakhirnya
transfusi, jumlah, tipe darah dan golongan darah yang ditransfusikan
dan efek samping yang terjadi setelah transfusi
D. PROSEDUR TINDAKAN
1. Cuci tangan
2. Beri tahu keluarga/orang tua pasien dan pasien (bila sudah mengerti)
tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan prosedur yang
akan dikerjakan
3. Siapkan peralatan untuk transfusi darah
4. Ukur tanda vital pasien sebelum melaksanakan transfusi
5. Siapkan area penusukan jarum transfusi
6. Perikasaan kantong darah dengan teliti dengan disaksikan oleh
petugas lainnya :
Nama pasien
Golongan darah
Nomor darah
Jenis darah
Rhesus
Tanggal kadaluarsa
7. Pasang infus dengan cairan Nacl 0,9 % sesuai prosedur pemasangan
infus
8. Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan kantong darah milik pasien
9. Atur tetesan secara perlahan
13
Hal-hal yang Perlu diperhatikan selama transfusi :
14
BAB IV
DOKUMENTASI
15
BAB V
PENUTUP
16
17