Anda di halaman 1dari 18

PAPER

LEMBAR KERJA MAHASISWA II

DASAR FILSAFAH KESEHATAN REPRODUKSI, FISIOLOGI


PERSALINAN DAN MENYUSUI, DAN PEMERIKSAAN SADARI

Paper ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatn Anestesiologi 2 yang Diampu Oleh Ibu Wilis Sukmaningtyas,
SST., S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh

INDRIANI

NIM: 210106078

D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI-B

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021/2022
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan Reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan seksual


yang menyangkut peran dua aktor utama laki-laki dan perempuan yang harus
dalam kondisi sehat untuk mendapat hasil reproduksi yang sehat. Dari sudut
pandang filsafat, ontology berupaya memahami, mendalami dan
mengembangkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada tingkat individu dan
tingkat masyarakat. Secara epistemology kesehatan reproduksi banyak
mengalami kemajuan sejak dari teknologi kontrasepsi sederhana sampai teknologi
cloning yang kontroversial. Secara aksologi, kesehatan reproduksi mampu
meningkatkan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia sesuai
perkembangan teknilogi.

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan


serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir.

Fisiologi laktasi atau menyususi mempunyai dua pengertian, yaitu


produksi dan pengeluaran ASI.
SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara. Tujuan SADARI sangat perlu
dilakukan dengan bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara

TUJUAN

Tujuan penulisan paper ini agar kita mengetahui dan memahami dasar
filsafah kesehatan reproduksi, fisiologi persalinan dan menyusui serta
pemeriksaan SADARI.
PEMBAHASAN

1. DASAR FILSAFAH KESEHATAN REPRODUKSI


Dalam Bahasa Indonesia, kesehatan reproduksi adalah “suatu kondisi
sehat menyeluruh meliputi fisik, mental dan kesejahteraan sosial, tidak
semata-mata karena ketidakhadiran penyakit dan cacat yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi”. Dengan implikasi bahwa reproduksi
seseorang dinyatakan sehat ketika dia mampu mendapatkan kehidupan seksual
dan reproduksi yang aman, mampu bereproduksi, dan bebas menentukan
kapan dan seberapa sering bereproduksi. Berarti bahwa hak-hak kesehatan
reproduksi seseorang harus terpenuhi dalam menunjang pencapaian
reproduksi yang sehat.

Kesehatan Reproduksi terdiri dari dua kata, yaitu ‘kesehatan’ dan


‘reproduksi’. Kata kesehatan yang terdiri dari kata dasar ‘sehat’ atau
“healthy” termasuk dalam kelompok kata sifat. Sehat adalah suatu kondisi
yang bebas dari gangguan, kelainan, atau kesakitan/penyakit pada sistem
fungsi dan proses kehidupan. Jika diberi awalan ke- dan akhiran -an maka kata
‘sehat’ berubah menjadi kata benda, yang abstrak, ‘kesehatan’ atau “health”
didefiniskan oleh WHO: “Health is a state of complete physical, mental and
social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”.
Reproduksi, terdiri dari awalan re- yang artinya pengulangan dan kata
‘produksi’, sehingga arti kata reproduksi adalah suatu produksi yang
berulangan atau memproduksi kembali. Dalam dunia kesehatan, reproduksi
berarti menhasilkan produk yang serupa dengan spesies induknya. Dalam
kamus Thesaurus disebutkan bahwa kata ‘reproductive’ termasuk dalam
adjective atau kata sifat yang berarti “producing new life or offspring.”

Dalam filsafat ilmu, suatu disiplin ilmu dapat dinyatakan sebagai


pengetahuan, jika memenuhi kriteria ontology yang mencakup apa / hakikat
ilmu / kebenaran / ilmiah, epistemology mencakup metode dan paradigma
serta aksiologi mencakup tujuan/nilai-nilai imperatif/sikap (attitude).
Filsafat ilmu berkembang dari dua cabang utama meliputi fisafat alam
dan filsafat moral. Filsafat alam menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural
sciences) sedangkan filsafat moral menjadi rumpun ilmu-ilmu sosial (social
sciences). Selanjutnya kelompok ilmu-ilmu alam mempunyai cabang utama
ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences).

Dalam perkembangan kesehatan reproduksi juga mempunyai


pendekatan inter-disipliner yang beberapa cabang ilmu bergabung menelaah
sasaran yang sama, yaitu ditinjau dari tiga kriteria sebagai berikut:

a. Ontology
Ontology suatu bidang ilmu adalah hakekat pengetahuan yang
menjadikan asumsi dasar suatu kebenaran bidang ilmu tertentu. Ontology
didefinisikan sebagai studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh
suatu disiplin ilmu. Ontology kesehatan reproduksi adalah bidang area
yang bergerak untuk memahami, mendalami, dan mengembangkan
pengetahuan tentang kesehatan, reproduksi, termasuk penanganan
berbagai masalah reproduksi manusia. Bukan hanya pada tingkat individu
tetapi juga tingkat masyarakat, dapat dinyatakan bahwa reproduksi
individu atau masyarakat tersebut sehat. Individu atau masyarakat
mempunyai sistem reproduksi yang sehat dan proses reproduksi yang
sehat.
Kesehatan reproduksi akan menatap manusia sebagai objek. Tubuh
manusia yang disebut sebagai ‘geometri tubuh’ mempunyai empat dimensi
meliputi:
1. Dimensi kesinambungan waktu dengan masalah utama reproduksi.
2. Dimensi kesinambungan ruang dengan masalah utama regulasi dan
control populasi yang juga disebut sebagai masalah ‘politik’.
3. Dimensi kemampuan untuk menahan hasrat yang merupakan persoalan
internal.
4. Dimensi kamampuan merepresentasikan tubuh kepasa sesama yang
merupakan persoalan eksternal.
Keempat dimensi tubuh ini terkait erat dengan bidang area
kesehatan reproduksi dan bisang kesehatan yang lain yaitu kesehatan
seksual.

Menurut WHO, kesehatan seksual tidak terpisahkan dari kajian


kesehatan reproduksi karena akibat munculnya berbagai penyakit menular
seksual, termasuk HIV dan AIDS, peningkatan kepedulian kesehatan
masyarakat terhadap berbagai kejadian kekerasan yang berhubungan
dengan gender serta berbagai masalah disfungsi seksual.

b. Epistemology

Epistemology atau sejarah perkembangan keilmuan dalam


menelaah asal mula dan ruang lingkup suatu ranah pengetahuan, dengan
kata lain epistemology adalah sarana, sumber, metoda menggunakan
langkah maju menuju imu pengetahuan.

Epistemology kesehatan reproduksi bermula dari kepedulian Maria


Stopes dan Margaret Sange pada kematian ibu yang tinggi dalam
masyarakat yang ternyata berhubungan dengan kelahiran yang tinggi.
Teknologi pengaturan keluarga yang ditemukan kemudian, pada mulanya
mendapatkan tantangan yang berkepanjangan, tetapi jasa kedia tokoh
keluarga berencana dunia tersebut akhirnya diakui oleh dunia. Teknologi
keluarga berencana berkembang sejalan dengan perkembangan
kedokteran. Pengaturan keluarga tidak terbatas pada upaya membatasi atau
menjarangkan kelahiran, tetapi juga menciptakan teknologi untuk
mendapatkan anak, karena tidak semua orang mempunyai kemudahan dan
mampu mendapatkan keturunan secara alami. Bantuan mendapat
keturunan bermula dari penemuan teknologi inseminasi buatan atau AI
(Artificial Insemination), yang diikuti teknologi fertilisasi di luar atau IVF
(In Vitro Fertilization), dan transfer embrio atau ET (Embryo Transfer).
Kesehatan reproduksi sangat berharga dan tidak dapat diabaikan
dalam upaya membangun strategi pemecahan berbagai masalah kesehatan
reproduksi yang ada.

c. Aksiology

Aksiology adalah nilai-nilai (values) yang merupakan tolok ukur


kebenaran ilmiah yang menjadikan etik dan moral sebagai dasar normatif
dalam penelitian, penggalian dan aplikasi ilmu.

Aksiology adalah nilai tujuan pemanfaatan dan penggunaan


pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan hidup
manusia. Sejalan dengan perkembangan zaman, ketika nilai dan norma
berlaku di masyarakat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi negara pada
suatu ketika, maka perilaku manusia atau masyarakat akan mengadopsi ke
serbabolehan yang ada. Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,
seperti tidak membuang sampah sembarangan, melaporkan unggas yang
mati mendadak segera, atau mencuci tangan merupakan hal umum yang
mudah diadopsi oleh masyarakat.

Sementara berbagai perilaku yang tabu dibicarakan secara publik,


membutuhkan regulasi lebih rumit yang mengundang pro dan kontra.
Seperti undang-undang pornografi dan porno aksi yang hingga kini tidak
diketahui keberadaan dan kelanjutannya. Tampaknya, kepedulian negara
terhadap perilaku seksual masih dilingkupi oleh tradisi tabu. Padahal
informasi dini yang baik dan benar akan membekali remaja dengan sikap,
pengertian cara pengambilan keputusan yang terbaik untuk diri sendiri.
Pengertian bahwa tubuh adalah area privasi diri, memberikan rasa
memiliki dan menyayangi. Hal tersebut dapat mencegah tindakan gegabah,
sepertu melakukan seks sebelum menikah, menciba pornoaksi. Banyak
penelitian membuktikan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi pada
remaja justru menjauhkan remaja dari perilaku coba-coba. Dengan
memberi tahu berbagai akibat yang terjadi jika salah melangkah,
diharapkan remaja berfikir jernih untuo melakukan berbagai tindakan yang
beresiko berbahaya terhadap kesehatan. (Agustina, 2008)

2. FISIOLOGI PERSALINAN DAN MENYUSUI


Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan
lahir.
Persalinan kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan
kala I berlangsung 18-24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan
fase aktif.
a. fase laten persalinan
 dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap
 pembukaan servix kurang dari 4 cm
biasanya berlangsing di bawah hingga 8 jam
b. fase aktif persalinan
 fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maksimal, dan
deselerasi
 fresuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kalo atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari servix dan


berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1
jam pada multi.

Tanda dan gejala kala II

Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:


1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih ceoat 2-3 menit sekali
6. Pembukaan lengkap (10 cm)
7. Pada primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata
0.5 jam
8. Pemantauan
a. tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b. janin yaitu penurunan presentrasi janin dan kembali normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi
c. kondisi ibu sebagai berikut:

Persalinan kala III

1. Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta


dan selaput ketuban
2. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
3. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
4. Peregangan tali pusat terkendali (ptt) dilanjutkan pemberian oksitosin
untuk kontraksi uterus dan mengurangi pendarahan
5. Tanda-tanda pelepasan plasenta:
a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasenta sudah terlepas dari segmen bawah Rahim
c. Tali pusat memanjang
d. Semburan darah tiba-tiba

Persalinan kala IV
1. Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
2. Paling kritis karena proses pendarahan yang berlangsung
3. Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4. Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua stetlah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering
5. Observasi intensif karena pendarahan yang terjadi pada masa ini
6. Observasi yang dilakukan:
a. Tingkat kesadaran penderita
b. Pemeriksa tanda vital
c. Kontraksi uterus
d. Pendarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500 cc.

A. FISIOLOGI FASE PERSALINAN


1. Fisiologi Kala I
a. Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen. Dengan uterus berkontaksi dan relaksasi kepala bayi
masuk ke pelvik. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus.

b. Serviks
Sebelum onset persalinan serviks berubah menjadi lembut:
 Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir
kehamilan normal berubah-ubah (beberapa mm sampai 3 cm). dengan
mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur
sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat
tipis ini disebut sebagai menipis penuh.
 Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dan serviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter
dengan menggunakan jari tangan saat pemeriksaan dalam. Serviks
dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm.
 Blood show (lender show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan
darah sedikit atau sedang dari serviks.

2. Fisiologi Kala II
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap
2-3 menit.
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuningan dan banyak.
c) Pasien mulai mengejan
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggu, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini
disebut “Kepala membuka pintu”.
f) Pada akhirnya lingkran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawah symphysis disebut “Kepala keluar pintu”.
g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi
dan mulut pada commissura peosterior. Saat ini untuk primipara, perineum
biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan
renggangan yang kuat tersebut.
h) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir
sehingga dari hidung anak keluar lender dan cairan.
i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
j) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu
ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah.
k) Lama kala II pada primi kurang lebih 50 menit pada multi 20 menit.

3. Fisiologi Kala III


Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus berada di
dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan
mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat
melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi
tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari
pembuluh-pembuluh darah kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat
melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya
berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan
pendarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus
berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilagan darah 350-360cc/menit dari
tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu,
kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding
uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang
kompeten.

4. Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta dilahirkan.
B. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA IBU BERSALIN
1. Perubahan uterus terjadi karena adanya kontraksi yang terus menerus
dan menyebar dari fundus sampai ke bawag abdomen.
2. Perubahan ligamentum rotundum dengan adanya kontraksi
menyebabkan fundus yang posisinya berdandar pada tulang punggung
berpindah kedepan mendesak dinding perut ke depan.
3. Peubahan serviks: dengan terjadinya pendataran serviks/effacement
menyebabkan pelebaran kanalis servikalis menjadi 1 lubang besar
sehingga dapat dilalui bayi.
4. Perubahan system urinaria: ibu ingin sering kencing karena kandung
kencing tertekan kepala janin, pada saat persalinan terjadi poliuri karena
peningkatan cardiac akibat peningkatan glumerolus dan peningkatan aliran
plasma ginjal.
5. Perubahan pada vagina dan dasar panggu: perubahan ditimbulkan oleh
bagian depan bayi menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Saat kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar
peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
6. Perubahan system kardiovaskuler: Tekanan darag meningkat selama
kontraksi, kenaikan systole 15 (10-20) mmhg, kenaikan diastole 5-10
mmhg.
7. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya perubahan tekanan
darah selama proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut, cemas juga dapat
meningkatkan tekanan darah.
8. Perubahan system respirasi: pernapasan sedikit meningkat karena
kontraksi uterus dan diafragma tertekan janin.
9. Perubahan gastrointestinal: motilitas lambung dan absorbs makanan
padat berkurang selama proses persalinan dengan berkurangnya getah
lambung menyebabkan aktivitas pencernaan berhenti.
10. Perubahan haemoglobin: haemoglobin meningkat selama persalinan dan
kembali pada hari pertama pasca persalinan. Terjadi peningkatan leukosit
progresif pada awal kala I dan mencapai ukuran jumlah maksimal pada
pembukaan lengap (15.000). (Ari Kurniarum, 2016)

C. FISIOLOGI MENYUSUI
Fisiologi laktasi atau menyususi mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi dan pengeluaran ASI.
Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru
selesai ketika mulai menstruasi. Dengan terbentuknya hormone estrogen dan
progresterone yang berfungsi untuk maturase alveoli.
Sedangkat hormone prolactin adalah hormone yang berfungsi untuk
produksi ASI disamping hormone lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks
prolacting dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh
hisapan bayi.
a) Refleks Prolaktin
Dalam putting susu terdapat banyak ujung saraf sensorik. Bila dirangsang
timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormone prolactin.
Hormone inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli.
b) Refleks aliran (Let Down Reflex)
Rangsang putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone ini berfungsi memacu
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan di dinding saluran,
sehingga ASI di pompa keluar.
Sumber: (Ratih Suryaman & Elpinaria Girsang, 2020)

3. PEMERIKSAAN SADARI (Periksa Payudara Sendiri)


1. Pengertian Sadari
Sadari adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara.
Sadari adalah pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap
kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-
langkah khusus untuk mendetekai secara awal penyakit kanker payudara.
2. Tujuan Sadari
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk
mendeteksi dini adanya ketidaknormalan pada payudara, tidak untuk
mencegah kanker payudara.
Tujuan sadari sangat perlu dilakukan dengan bertujuan mengurangi
kejadian kanker payudara sebagai berikut:
a. Sadari hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
b. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan
pada stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
3. Manfaat Sadari
Deteksi dini merupakan langkag awal yang sangat penting untuk
mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara
sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker
payudara.
Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan
kemungkinan harapan hidup pada penderita kanker payudara. Sadari
merupakan metode termudah, tercepat, termurah dan paling sederhana
yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara.
4. Waktu Melakukan Sadari
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya melakukan pemeriksaan pada
hari ke 5 sampai ke 10 hari hari pertama haid, ketika payudara sedang
mengendur dan terasa lebih lunak. Pada wanita normal, menganjurkan
wanita berusia 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan.
5. Langkah-langkah Sadari
1) Buka baju dan tanggalkan pakaian-bra dan berdiri tegak di depan
cermin dengan kedua tangan lurus ke bawah. Perhatikan ada tidaknya
perubahan ukuran dan bentuk dari payudara, seperti lekukan atau
kerutan kulit.
2) Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara
(simetris atau tidak).
3) Lihat perubahan bentuk dan besarnya, perubahan putting susu, serta
kulit payudara di depan kaca. Perubahan yang perlu diwaspadai adalah
jika payudara berkerut, cekung ke dalam, atau menonjol ke depan
karena benjolan. Putting yang berubah posisi di mana seharunya
menonjol keluar malah tertarik ke dalam, dengan warna memerah,
kasar, dan terasa sakit.
4) Periksa payudara dengan tangan diangkata ke atas kepala. Dengan
maksud untuk melihat reaksi kulit, perlekatan tumor terhadap otot atau
facia di bawahnya atau kelainan pada kedua payudara, seperti
perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk putting
atau permukaan kulit menjadi kasar.
5) Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri
antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan
kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan
kuat untuk merasakan benjolan.
6) Gerakan tangan perlahan-lahan ke bawah bra-line dengan putaran
ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra-line,
bergerak kurang lebih 2 cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju
tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas
dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang
ditunjuk.
7) Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang
luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
putting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan
ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian
bawah areola mamae. Tekanan payudara memutar searah jarum
dengan bidang datar dari jari-jari yang dirapatkan. Dimulai dari posisi
jam 12.00 pada bagian putting susu.
8) Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat
adanya cairan abnormal dari putting payudara.
9) Letakan tangan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan. (Nurachma & Hendriani, 2019)

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam filsafat ilmu, suatu disiplin ilmu dapat dinyatakan sebagai


pengetahuan, jika memenuhi kriteria ontology yang mencakup apa / hakikat
ilmu / kebenaran / ilmiah, epistemology mencakup metode dan paradigma serta
aksiologi mencakup tujuan/nilai-nilai imperatif/sikap (attitude).

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan


serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir.

Fisiologi laktasi atau menyususi mempunyai dua pengertian, yaitu


produksi dan pengeluaran ASI.

SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap


kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-langkah
khusus untuk mendetekai secara awal penyakit kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, F. M. (2008, Desember). Tinjauan Filsafat Kesehatan Reproduksi. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional, 3(3), 126-132.

Ari Kurniarum, S. M. (2016). ASUHAN KEBIDANAN DAN BAYI BARU LAHIR. Jakarta
Selatan: PUSDIK SDM Kesehatan.

Nurachma, E., & Hendriani, D. (2019). Pengaruh Motivasi Teman Sebaya Terhadap
Pemeriksaan Payudara Sendiri. Samarinda: Penerbit NEM.

Ratih Suryaman, S. M., & Elpinaria Girsang, S. M. (2020). PROSES LAKTASI DAN
MENYUSUI. Bogor: STIkes Wijaya Husada Bogor.

Anda mungkin juga menyukai