Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH CONDUCTING

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evidence Based Practice


Dosen pengampu Tophan Heri Wibowo S.Kep.,Ns.,MAN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
KELAS 4B

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGi
SARJANA TERAPAN TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata EBP tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tophan
Heri Wibowo, S.Kep., Ns., MAN selaku dosen pengampu mata kuliah EBP yang
sudah membimbing dan memberi ilmu yang bermanfaat sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan makalah yang berjudul “Conducting” dapat diselesaikan karena
bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah kami dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak demi tercapainya makalah yang sempurna.

Purwokerto, 17 Maret 2023

Penyusun

2
PENYUSUN

Achmad Alfan Asyrofi 210106003 Febby Febrian Denni 210106059

Ailen Fitria 210106006 Febriyanti 210106062

Alfina Inayah Prabandari 210106011 Futuh El Halawah 210106067

Amandha Christiani Hasyim 210106014 Habibie Aulia 210106070

Ardanda Satria Wibowo 210106019 Hilda Nesa Dwininingrum 210106075

Bima Bayu Ningrat 210106027 Indriani 210106078

Chandra Ahmad 210106030 Ita Oktaviyana 210106083

Claresta Dovel Damayanti 210106035 Jihan Ade Purwanti 210106086

Dewi Umaiyah Nur Rokhmah 210106038 Khofilatul Bay Umayyah 210106091

Dilla Puspita Sari 210106043 Lucky Viviana 210106099

Dyah Triwulan 210106046 M. Rizqy Diaz Alfarizi 210106102

Esa Dahan Prayoga 210106051 Meishintiara Heristiawan 210106107

Faika Kum 210106054 Meliana Hardian R. 210106110

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................6
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
2.1 Definisi Evidence Based Practice ............................................................. 7
2.2 Kunci Pelaksana Evidence Based Practice ............................................... 9
2.3 Model-Model Evidence Based Practice ..................................................10
2.4 Langkah-Langkah Evidance Based Practice ...........................................11
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Evidence Based Practice .............15
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring cepatnya ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan berkembang,


terjadi pergeseran cara pandang pelayanan kesehatan di mana sebelumnya
berfokus pada pengalaman atau keahlian seorang ahli, menjadi lebih berfokus
pada evidence atau bukti yang terkini. Praktik pelayanan kesehatan dengan
paradigma seperti ini kemudian dikenal secara luas sebagai Evidence-Based
Practice (EBP). Evidence-Based Practice telah digencarkan sejak lebih dari 30
tahun yang lalu di dunia kesehatan (Aromataris & Pearson, 2014). Dalam
keperawatan juga dikenal secara spesifik sebagai Evidence-Based Practice in
Nursing. Pengertian dari EBP adalah sebuah cara penyelesaian masalah dalam
pelayanan kesehatan yang berdasarkan bukti terbaik, keahlian klinis, dan
preferensi pasien (Melnyk. Fineout-Overholt, Stillwell, & Williamson, 2010).

Tujuan utama dari praktik keperawatan berdasarkan bukti adalah diberikannya


perawatan kesehatan yang berkualitas, aman, dan efisien bagi klien maupun
pemberi pelayanan (Grove, Gray, & Burns, 2015). Telah banyak penelitian yang
menujukkan luaran positif dari penerapan EBP baik bagi pasien, tenaga kesehatan,
maupun pelayanan kesehatan. Meski begitu, tidak semua perawat maupun tenaga
kesehatan menerapkannya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan
atau keahlian dalam langkah-langkah penerapan EBP termasuk memilih dan
menerapkan bukti yang ada. Oleh karena itu, penting untuk praktisi kesehatan
memahami tentang EBP, komponen, dan langkah-langkahnya. Jika dilihat dari
definisinya, terdapat tiga komponen dari EBP, yaitu bukti terbaik, keahlian, dan
preferensi pasien (Gambar 1.1). Jika perawat hanya mengacu pada keahliannya
atau pendapat dari beberapa ahli, masih terdapat kemungkinan bahwa acuan
tersebut mungkin tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini.
Oleh karena itu, perawat dalam memilih asuhan keperawatan juga harus mengacu

5
pada bukti-bukti yang ada dan telah melalui proses seleksi dan penilaian. Jika
telah didapatkan bukti yang kuat dan pertimbangan keahlian dari perawat, maka
sesuai dengan prinsip patient-centered care, implementasi asuhan keperawatan
juga perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan nilai-nilai dari pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Evidence Based Practice?
2. Apa kunci pelaksana Evidence Based Practice?
3. Apa saja model-model Evidence Based Practice?
4. Bagaimana langkah-langkah Evidence Based Practice?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Evidence Based Practice?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui definisi Evidence Based Practice
2. Mengetahui kunci pelaksana Evidence Based Practice
3. Mengetahui model-model Evidence Based Practice
4. Mengetahui langkah-langkah Evidence Based Practice
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Evidence Based Practice
6. Meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Evidence Based Practice


Definisi Evidence Based Practice

Definisi EBP telah diperluas dalam ruang lingkup dan disebut sebagai pendekatan
pemecahan masalah seumur hidup untuk praktik klinis yang mengintegrasikan:

1. Pencarian sistematis serta penilaian kritis dan sintesis yang paling relevan dan
terbaik penelitian traitu, bukti eksternal) untuk menjawab pertanvaan klinis.

2. Keahlian klinis sescorang, yang mencakup bukti internal yang dibasilkan dari
hasil provek manajemen atau peningkatan kualitas, penilaian pasien
menveluruh, dan evaluasi dan penggunaan sumber daya yang tersedia yang
dipertakan untuk mencapai hasil pasien yang dinginkan.

3. Preferensi dan nilai pasien

Berbeda dengan pemanfaatan penelitian yang selama in sering


dioperasionalisasikan sebagai penssunaan pengetahuan biasanya berdasarkan
studi tunegal, EBP mempertimbangkan sintesis bukti dari beberaja studi dan
menggabungkannya dengan keahlian.praktisi serta preferensi pasien
(Paramitha Amelia Kusumawardani and Rafhani Rosyidah, 2021).

Selain itu Evidence-based practice EBP adalah sebuah proses yang akan
membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan
terbaik kepada pasien. Evidenced based practice adalah strategi untuk
memperoleh pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang
positif sehingga bisa menerapkan EBP dalam praktik. Dari kedua pengertian EBP
tersebut dapat dipahami bahwa evidence-based practice merupakan suatu strategi
untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkan evidence

7
atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat keputusan klinis yang efektif
dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna meningkatkan kualitas
kesehatan pasien. (Bostwick, 2013)

Oleh karena itu berdasarkan definisi tersebut, Komponen utama dalam


institusi pendidikan keschatan yang bisa dijadikan prinsip adalah membuat
keputusan berdasarkan evidence-based serta mengintegrasikan EBP dalam
kurikulum merupakan hal yang sangat penting.

Namun demikian fakta lain dilapangan menyatakan bahwa pengetahuan,


sikap, dan kemampuan serta kemauan mahasiswa keperawatan dalam
mengaplikasikan evidenced-based practice masih dalam level moderate atau
menengah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan
keperawatan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang mempunyai
kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas. Meskipun
mahasiswa keperawatan atau perawat menunjukkan sika yang positif dalam
mengaplikasikan evidence-based namun kemampuan dalam mencari literatur
ilmiah mash sangat kurang. Beberapa literatur menunjukkan bahwa evidenced
based practice masih merupakan hai baru bagi perawat. Oleh karena itu
pengintegrasian evidence-based dalam kurikulum sarjana keperawatan dan
pembelajaran mengenai bagaimana mengintegrasikan evidence-based dalam
praktek sangatlah penting (Ashktorab et al., 2015).

Dalam penerapannya, ada beberapa konsep yang memiliki kesamaan dan


perbedaan dengan evidence-based practice. Evidence-based practice atau
evidence-based nursing yang muncul dari konsep evidence-based medicine
memiliki konsep yang sama dan memiliki makna yang lebih luas dari RU atau
research utilization (Levin & Feldman, 2012)

8
2.2 Kunci Pelaksana Evidence Based Practice
Kesenjangan yang terjadi antara penerbitan bukti penelitian dengan
penjelasannya ke dalam praktik untuk memperbaiki perawatan yang diberikan
kepada pasien seringkali membutuhkan waktu yang lama. Waktu yang lama ini
menjadi suatu perhatian tersendiri bagi peneliti.

Untuk mengatasi penelitian - penelitian praktik yang berkaitan dengan


kesenjangan waktu perlu adanya suatu inisiatif besar dari peneliti. Inisiatif besar
yang dimaksudkan adalah berupa pendanaan pemerintah pusat yang melakukan
penelitian EBP dan pembentukan formal satuan tugas yang secara kritis menilai
bukti dalam mengembangkan penapisan dan panduan praktik klinis manajemen
yang telah ditetapkan. Sebuah Institusi Roundtable Institute of Medicine yang
bergerak dalam bidang pengobatan membantu mengubah cara dimana bukti
tentang efektivitas klinis dihasilkan dan digunakan meningkatkan kesehatan di
wilayah Amerika. Roundtable Institute of Medicine mengadakan kepemimpinan
senior dari berbagai sektor (misalnya, pasien, profesional kesehatan, pihak ketiga
pembayar, pembuat kebijakan, dan peneliti) untuk menentukan bagaimana bukti
dapat dihasilkan dengan lebih baik dan diterapkan untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi perawatan kesehatan di Amerika Serikat. Ini menekankan perlunya
bukti yang lebih baik dan tepat waktu tentang intervensi mana yang paling
berhasil, untuk siapa, dan dalam situasi seperti apa bahwa keputusan klinis yang
tepat dapat dibuat. Roundtable Institute of Medicine mengambil tindakan
berdasarkan pada area:

1. Mempercepat kemajuan menuju sistem perawatan kesehatan pembelajaran, di


mana bukti diterapkan dan dikembangkan sebagai produk perawatan pasien;

2. Menghasilkan bukti untuk mendukung strategi perawatan kesehatan mana


yang paling efektif dan menghasilkan nilai terbesar;

3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik tentang sifat bukti, dan


pentingnya untuk perawatan kesehatan mereka.

9
4. Selanjutnya prakarsa kunci kedua dalam EBP yaitu dengan membentuk
Gugus Tugas Layanan Pencegahan Amerika Serikat, yang merupakan panel
ahli independen dalam perawatan primer dan pencegahan yang secara
sistematis meniniau bukti efektivitas dan mengembangkan rekomendasi untuk
layanan pencegahan klinis, termasuk skrining, konseling, dan pengobatan
pencegahan. Penekanan ditempatkan di mana layanan pencegahan harus
dimasukkan oleh penyedia layanan kesehatan dalam perawatan primer.

2.3 Model-Model Evidence Based Practice


Dalam memindahkan evidence ke dalam praktek guna meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah langkah
yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga
kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep melalui pendekatan yang
sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber yang jelas, sumber daya yang
terlibat, serta mencegan implementas yang tidak runtut dan lengkap dalam sebuah
organisasi (Gawlinski & Rutledge, 2008).

Namun demikian, beberapa model memiliki keunggulannya masing


masing sehingga setiap institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi
organisasi. Beberapa model yang sering digunakan dalam mengimplementasikan
evidence-based practice adalah Iowa model (2001), stetler model (2001), ACE
STAR model (2004), john hopkins evidence-based practice model (2007),
rosswurm dan larrabee's model, serta evidence-based practice model for staff
nurse (2008).

Beberapa karakteristik tiap-tiap model yang dapat dijadikan landasan


dalam menerapkan EBP yang sering digunakan yaitu IOWA model dalam EBP
digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, digunakan dalam
berbagai akademik dan setting klinis.

Ciri khas dari model ini adalah adanya konsep "triggers" dalam
pelaksanaan EBP. Triggers adalah masalah klinis ataupun informasi yang berasal
dari luar organisasi. Ada 3 kunci dalam membuat keputusan yaitu adanya

10
penyebab mendasar timbulnya masala atau pengetahuan terkait dengan kebijakan
institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat, dan pertimbangan mengenai
kemungkinan diterapkannya perubahan kedalam praktek sehingga dalam model
tidak semua jenis masalah dapat diangkat dan menjadi topik prioritas organisasi
(Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan john hopkin's model mempunyai 3
domain prioritas masalah yaitu praktek keperawatan, penelitian, dan pendidikan.
Dalam pelaksanaannya model in terdapat beberapa tahapan yaitu menyusun
practice question yang menggunakan PICO approach, menentukan evidence
dengan penjelasan mengenai tiap level 30 yang jelas dan translation yang lebih
sistematis dengan model lainnya serta memiliki lingkup yang lebih luas.

Sedangkan ACE star model merupakan model transformasi pengetahuan


berdasarkan research. Evidence non research tidak digunakan dalam model ini.
Untuk stetler model merupakan model yang tidak berorientasi pada perubahan
formal tetapi pada perubahan oleh individu perawat. Model in menyusun masalah
berdasarkan data internal (quality improvement dan operasional) dan data
eksternal yang berasal dari penelitian. Model in menjadi panduan preseptor dalam
mendidik perawat baru. Dalam pelaksanaanya, untuk mahasiswa sarjana dan
magister sangat disarankan menggunakan model john hopkin, sedangkan untuk
mahasiswa undergraduate disarankan menggunakan ACE star model dengan
proses yang lebih sederhana dan 31 sama dengan proses keperawatan (Schneider
& Whitehead, 2013).

2.4 Langkah-Langkah Evidance Based Practice


Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah
dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam evidenced based practice (EBP) dimulai
dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal.
Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam
praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidence-based practice
adalah sebagai berikut:

11
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)

Elemen-elemen dalam membudayakan EBP:

 Mengajak semua petugas kesehatan untuk menanyakan kembali


praktik kesehatan yang sedang mereka lakukan.
 Memasukkan EBP dalam visi, misi, dan promosi yang dilakukan oleh
institusi kesehatan
 Adanya mentor serta kadernya yang mempunyai kemampuan dalam
EBP dan kemampuan untuk mengatasi hambatan terkait dengan
perubahan dalam individu dan institusi
 Adanya infrastuktur yang menyediakan alat-alat untuk pengembangan
EBP
 Dukungan administrasi dan adanya leadership yang menilai,
menentukan EBP model, serta menyediakan sumber daya yang
diperlukan untuk mempertahankan budaya EBP
 Secara teratur mengenali/mengidentifikasi individu atau
kelompokkelompok yang secara consisten melakukan EBP

2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

P : Populasi pasien atau disease of interest

I : Intervensi atau Issues of interest

C : Intervensi pembanding/ kelompok pembanding

O : Outcome/ hasil-hasil yang di harapkan

T : Time frame (batas waktu)

3. Mencari bukti-bukti terbaik

 Kata kunci untuk mencari bukti-bukti = kata-kata yang ada


dalam PICO/PICOT
 Cari kata-kata lain yang mempunyai makna sama seperti katakata
yang ada di PICO/PICOT

12
 Setiap jenis pertanyaan mempunyai hierarchy of evidence
yang berbeda
 Database:
o Pubmed
o CINAHL
o Ovid-medline
o National Guideline Clearing house
o Chochrane Databases

4. Melakukan penilaian (appraisal)

 Critical Appraisal menyesuaikan dari jenis/level artikel


 Pertanyaan utama dalam Critical Appraisal adalah VIA
o Apakah hasil dari penelitian tersebut valid?
 Apakah penelitian tersebut menggunakan metodologi
penelitian yang baik?
o Apakah hasil dari penelitian tersebut reliable?
 Apakah intervensinya bekerja dengan baik?
 Sebesar apa efek dari intervensi tersebut?
o Apakah hasil penelitian tersebut akan membantu dalam
melakukan perawatan untuk pasien saya?
 Apakah sample penelitiannya mirip dengan pasien saya?
 Apakah keuntungannya lebih besar dari pada resikonya?
 Apakah intervensi tersebut mudah untuk di
implementasikan

5. Mengintegrasikan Bukti-bukti

 Clinical expertise (CE)


 Ini merupakan bagian yang paling penting dalam proses EBP
decision making.
 Contoh: saat follow up untuk evaluasi hasil, CE mencatat
bahwa saat treatment kasus acute otitis media first-line

13
antibiotik tidak effective. Artikel terbaru menyatakan
Antibiotik A mempunyai manfaat yang lebih baik dari pada
Antibiotik B sebagai second-line antibiotik pada anak-anak.
 Pasien
 Jika kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan manfaat, akan
tetapi jika hasil diskusi dengan pasien menghasilkan suatu alasan yang
membuat pasien menolak treatment, maka intervensi tersebut tidak bisa
diaplikasikan.

6. Mengevaluasi Outcame

 Langkah ini penting, untuk menilai dan mendokumentasikan dampak dari


perubahan pelayanan berdasarkan EBP dalam kualitas pelayanan kesehatan/
manfaatnya bagi pasien.
 Menilai apakah perubahan yang terjadi saat mengimplementasikan hasil EBP
di klinik sesuai dengan apa yang tertulis dalam artikel.
 Jika hasil tidak sesuai dengan artikel-artikel yang ada
o Apakah treatment dilaksanakan sesuai dengan SOP di artikel; apakah
pasien kita mirip dengan sample penelitian dalam artikel tersebut?

7. Menyebarluaskan Hasil dari EBP

 Dessiminasi dilakukan untuk meng-share hasil EBP sehingga perawat dan


tenaga kesehatan yang lain mau melakukan perubahan bersama dan atau
menerima perubahan tersebut untuk memberikan pelayanan perawatan yang
lebih baik.
 Bentuk-bentuk dessiminasi:
 Melalui oral presentasi
 Melalui panel presentasi
 Melalui roundtable presentasi
 Melalui poster presentasi
 Melalui small-group presentasi
 Melalui podcast/vodcast presentasi

14
 Melalui community meetings
 Melalui hospital/organization-based & professional committee
meetings.
 Melalui journal clubs
 Melalui publishing

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Evidence Based Practice

Dalam (Ashktorab et all., 2015), ada beberapa faktor yang


berkontribusi dalam implementasi Evidence Based Practice, diantaranya
intention (niat), pengetahuan, sikap (aksi) dan perilaku. Dari ketiga faktor
tersebut sikap mahasiswa dalam menerapkan EBP merupakan faktor yang
sangat menunjang penerapan EBP. Sedangkan didalam (Ryan, 2016)
dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan EBP dalam
mahasiswa keperawatan berkaitan dengan faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik terkait erat dengan intention atau sikap serta
pengetahun mahasiswa, sedangkan faktor ekstrinsik kaitannya dengan
organizational atau institutional support seperti kemampuan fasilitator
atau mentorship dalam memberikan arahan guna mentransformasi
evidence ke dalam praktek, ketersediaan fasilitas yang mendukung serta
dukungan lingkungan.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evidence-based practice EBP adalah sebuah proses yang akan membantu
tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh
informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
pasien.
Kunci Pelaksana Evidence Based Practice yaitu Kesenjangan yang terjadi
antara penerbitan bukti penelitian dengan penjelasannya ke dalam praktik untuk
memperbaiki perawatan yang diberikan kepada pasien seringkali membutuhkan
waktu yang lama. Waktu yang lama ini menjadi suatu perhatian tersendiri bagi
peneliti.Untuk mengatasi penelitian - penelitian praktik yang berkaitan dengan
kesenjangan waktu perlu adanya suatu inisiatif besar dari peneliti. Inisiatif besar
yang dimaksudkan adalah berupa pendanaan pemerintah pusat yang melakukan
penelitian EBP dan pembentukan formal satuan tugas yang secara kritis menilai
bukti dalam mengembangkan penapisan dan panduan praktik klinis manajemen
yang telah ditetapkan.
Model-Model Evidence Based Practice Dalam memindahkan evidence ke
dalam praktek guna meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan (patient
safety) dibutuhkan langkah langkah yang sistematis dan berbagai model EBP
dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan
konsep melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber
yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegan implementas yang tidak
runtut dan lengkap dalam sebuah organisasi.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna, adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca

16
DAFTAR PUSTAKA
Azmoude. E., Farkhondeh, F., Ahour, M., & Kabirian, M. (2017). Knowledge,
Practice, and Self-Efficacy in Evidence-based practice Among Midwives
In East Iran. Sultan Qaboos University Medical Journal, 17 (1).
AbuRuz, M. E., Hayeah, H. A., Al-Dweik, G., & Al-Akash, H. Y. (2017).
Knowledge, Attitudes, and Practice about Evidence-based practice: A
Jordanian Study. Health Science Journal.
Aliviameita, A., & Puspitasari. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah.

17

Anda mungkin juga menyukai