Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

Analisis Epidemiologi Kesehatan Reproduksi

DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

SEMARANG

2023
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang berarti kembali, kata produksi

yang artinya membuat atau menghasilkan sehingga istilah reproduksi mempunyai

arti suatu proses dalam kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh

yang berfungsi untuk reproduksi manusia.arti kesehatan reproduksi adalah suatu

kondisi sehat yang menyangkut sisten, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki

oleh seseorang. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial-kultural.

Pendidikan kesehatan reproduksi berbeda dari pendidikan seks.

Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi

sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas. Pendidikan

kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan denga reproduksi

dan aspek-aspek yang mempengaruhinya mulai dari aspek tumbuh kembang

sampai kepada hak-hak reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan

kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi

tanggung jawab bersama baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu baik

laki-laki maupun perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai berbagai

aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan

reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan. Gangguan

kesehatan reproduksi lebih sering terjadi pada wanita misalnya anemia.

Perempuan yang anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kematian ibu maupun bayi pada saat
proses persalinan. Karena itu untuk memastikan bahwa ibu tidak mengidap

anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika

ternyata mengidap anemia, maka perlu untuk mengkonsumsi makanan yag bergizi

dan suplemen besi sesuai yang dianjurkan, dan peranlaki-laki harus mendukung

keadaan tersebut dengan memahami dan turut aktif mencegahnya.

Meskipun kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus namun angka

kematian ibu (AKI) menurut SDKI 2012 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran

hidup. Rata-rata kematian ini jauh elonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang

encapai 228 per 100 ribu. Sedangkan angka kematian bayi menurut SDKI 2012

mencapai 32 per 1000. Hal ini disebabkan karena kurang berhasilnya program

pemerintah seperti jaminan persalinan (jampersal). Selain itu, sejak otonomi

daerah dukungan pemerintah daerah pada program KB memang jauh menurun.

Penyebab kematian ibu tidak saja melahirkan tetapi juga karena AIDS. Rendahnya

pemenuhan hak-hak reproduksi ditandai dengan adanya kekerasan dan rumah

tangga dikalangan anak,remaja dan perempuan.

Koordinasi ditingkat pelaksana belum seperti yang diharapkan, karena

setiap sektor/institusi terkait mempunyai indikator masing-masing. Jumlah

indikator cukup banyak tapi tingkat pencapainnya berbeda-beda. Estiasi

prevalensi HIV/AIDS 150 orang yang 70% nya adalah usia produktif. Pada

wilayah tertentu, prevalensi dimasyarakat mencapai 5%. Untuk menyikapi asalah

tersebut diperlukan peran epidemiologi dalam upaya pemograman pelayanan

epidemiologi kesehatan reproduksi.


Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari

distribusi, frekuensi, determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada

populasi atau kelompok. Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah

memahami kejadian yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi,

epidemiologi menggambarkan kejadian menurut karakter orang, tempat dan

waktu. Misalnya, persainan dengan dukun lebih tinggi di desa (60%) dibanding di

kota (40%) atau angka kejadian penyakit HIV lebih tinggi terjadi di Provinsi

Papua. Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, buan, tahun dsb. Misalnya

setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebbkan 200.000 kematian disunia

atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu akibat persalinan di Indonesia.

Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya mengidentifikasi

kejadian atau mengukur besarnya masalah. Misalnya persalinan dengan dukun

60%, K1 mencapai 87% dan K4 mencapai 70%. Determinan dalam kesehatan

reproduksi adalah mencari faktor penyebab atau yang mempengaruhi suatu

kejadian atau faktor yang memberikan resiko.misalnya penyebab terjadinya

penyakit hemoragi post partum adalah anemia pada ibu.

Manfaat epidemiologi pada kesehatan reproduksi:

a. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana dan

bagaimana

b. Sebagai metode pendekatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

khususnya kesehatan reproduksi

c. Diagnosis komunitas untuk enentukan penyebab mortalitas dan morbiditas


d. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok

kejadian

Penyediaan informasi epidemiologi sangat berguna untuk meningkatkan

kesehatan reproduksi dan dapat menjadi pondasi dalam hak asasi manusia yang

sangat penting bagi pemberdayaan perempuan.

Adapun poin penting mengenai informasi kesehatan reproduksi yang

menjadi metode epidemiologi dalam memperoleh informasi adalah:

 Identifikasi faktor resiko bagi kesehatan reproduksi dan hal

berkaitan lainnya.

 Mengidentifikasi individu atau populasi dengan resiko yang paling

besar untuk kesehatan reproduksi serta hal-hal lain yang

bersangkutan.

 Menyediakan informasi mengenai kelompok rentan

 Identifikasi pada bagian mana masalah kesehatan masyarakat

paling tinggi.

 Monitoring terhadap kesehatan masyarakat atau hal lain yang

berkaitan.

 Identifikasi urgensi mengenai permaalahan kesehatan reproduksi

manakah yang perlu penanganan cepat.

 Evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas pencegahan dan

program pengobatan.

 Penyediaan informasi penting untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi.
o Keluarga Berencana untuk menghindari kehamilan yang

tidak diinginkan

o Penggunaan kontrasepsi yang aman dan efisien

o Morbiditas dan mortalitas maternal

o Kesehatan perinatal dan bayi

o Penyakit menular seksual

o Alokasi dana.

Tujuan digunakannya metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi:

1. Menentukan besarnya asalah kesehatan reproduksi. Langkah yang diambil

dalam menentukan besarnya masalah adalah dengan menggunakan

pertanyaan berikut:

- Pada populasi spesifik mana masalah itu terjadi?

- Apa penyebabnya?

- Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?

- Bagaimana peran surveilans

2. Mengenal faktor resiko dan transmisi. Untuk mengenal terjadinya

penyebab masalah perlu dipikirkan bahwa

- Penyakit merupakan suatu gangguan dalam kehidupan manusia dan

kejadian sakit tidak terjadi secara acak

- Penelusuran cermat dan sistematik kelompok penduduk yang berbeda

dapat mengenal faktor-faktor penyebab dan oencegahan terjadi suatu

penyakit.
3. Menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Misal:

untuk menurunkan insidensi eklampsia dan kematian perinatal dilakukan

intervendi penyuluhan kesehatan tentang nutrisi, tanda-tanda eklampsia,

dan perlunta antenatal care bagi ibu hamil.

Kesehatan reproduksi sangat luas sehingga diperlukan suatu lingkup yang

fokus ketika melakukan peneltian atau pengkajian yang lebih dalam. Lingkup

yang ada dalam kesehatan reproduksi adalah:

1. Kajian mengenai perkembangan seksual

2. Kajian mengenai kegiatan seksual

3. Kajian mengenai kontrasepsi

4. Kajian mengenai fertilitas

5. Kajian mengenai kehamilan tang tidak dikehendaki

6. Kajian mengenai abortus

7. Kajian mengenai mortalitas/morbiditas yang disebabkan dampak negatif

kesehatan reproduksi

8. Kajian mengenai alat reproduksi laki-laki dan wanita

9. Kajian mengenai layanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana

Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan


defenisi yang tertera karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir
hingga mati. Dala uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih
rinci digunakan pendekatan siklus kehidupan, sehingga diperoleh komponen
pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibtu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk
PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Oseoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dan lain-lain.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan


reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupanyang dapat diperkirakan, yang bila tak
ditangani dengan baik maka dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
Pendekatan ruang lingkup kespro dalam beberapa dalam fase kehidupan meliputi:
a. Kontrasepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut

Penanganan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi pada setiap Fase Kehidupan


1. Kontrasepsi
a. Perlakuan sama terhadap laki-laki dan perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi
baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan pencegahan
penyakit.
2. Bayi dan Anak
a. ASI Ekslusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kebang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, sunat perempuan, kurang gizi, kesakitan dan kematian BBLR,
penyakit lain disemua usia dan kekerasan
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan
antenatal, persalinan, posnatal menyusui serta pemberian suplemen dan
lain-lain

Asuhan yang diberikan:


1) ASI Ekslusif,
2) tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang,
3) imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit,
4) pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan,
5) pendidikan dan kesempatan yang sama apda anak laki-laki dan
perempuan

3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sapai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa
terpenting yang terjadi pada gadis remaja adaah datangnya haid pertama
yan dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai
tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba
waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap
dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis,
karena mulai emproduksi hormon-hormon seksual yang akan
memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya,
aborsi tidak aman, ISR/HIV/AIDS
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi: konseling tentang
perubahan hukum dan sosial, pendidikan kesehatan, deteksi,
pencegahan, pengobatan, kontrasepsi yang sesuai, pemberian
suplemen, pendidikan dalam keluarga dan lain-lain.

Asuhan yang diberikan; 1) gizi seimbang, 2)informasi tentang kespro, 3)


pencegahan kekerasan seksual, 4) pencegahan terhadap ketergantungan
napza, 5) perkawinan pada usia wajar dan 6) peningkatan
pendidikan ,keterampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman.

4. Usia subur
Usia dewasa muda yaitu antara umur 18 sampai 40 tahun, sering
dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat
paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapaki karir yang
penuh kesibukan diluar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya dalam kondisi prima, sehingga jika
terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan bayi dapat dilahirkan
dengan sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan
gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak dan tuntutan
karir. Kanker, kegemukan depresi dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya.
Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometrium yang
ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, pinggul nyeri saat
berhubunganseks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil tetapi ada
juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan akibat kehamilan ibu dan bayi.
c. Menjaga jarak kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kespro yang berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan oleh berbagai kondis, manutrisi atau anemia, kemandulan,
pelecehan seksual dan lain-lain
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertangggung jawab, pencegahan dan
pengobatan IMS, pelayanan antenatal dan lain-lain sebagainya
Asuhan yang diberikan; 1) kehamilan dan persalinan yang aman, 2)
pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi; 3) menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan
penggunaan alat kontrasepsi; 4) pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS;
5) pelayanan kespro yang berkualitas; 6) pencegahan dan
penanggulangan masalah aborsi; 7) deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim dan 8) pencegahan dan manajemen infertilitas.
5. Usia lanjut
Yang dianggap usia lanjut adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah
masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit berat lainnya. Sangat
penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara
teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tunuh tetap sehat dengan
mengatur pola makan yang sehat.
a. Perhatian pada problem andro pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabuh, gangguan
mobilitas dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem
sirkulasi, kekerasan, osteoporosis, kanker sakurab reproduksi,
payudara atau kanker prostat, ISR/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaan
reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan yang dapat diberikan; ) perhatian pada problem menopause; 2)
perhatian pada penyakit utama degeneratif termasu rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis dan 3) deteksi dini kanker rahim

Anda mungkin juga menyukai