Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference
on Population and Development/ICPD) adalah keadaan kesejahteraan fisik,
mental, dan sosial yang utuh; bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya. Kesehatan reproduksi
merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang berhubungan dengan fungsi
dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat dengan
anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan
dampaknya bagi kehidupan fisik dan biologis manusia. Termasuk dalam
menjaga kesehatannya dari gangguan seperti IMS dan HIV/AIDS.
Dahulu kelompok penyakit ini dikenal sebagai penyakit kelamin yang
hanya terdiri dari 5 jenis penyakit yaitu gonoroe (kencing nanah), sifilis (raja
singa), ulkus mole, limfogranuloma inguinale (bungkul) dan granuloma
inguinale. Namun pada akhir abad ke-20 dapat dibuktikan bahwa pada waktu
mengadakan hubungan seksual dapat terjadi infeksi oleh lebih dari 20 jenis
kuman, sehingga muncul istilah Penyakit Menular Seksual (PMS). Pada
tahun 1997 pada Kongres IUVDT (International Union of Venereal Diseases
and Treponematosis) di Australia, istilah tersebut diubah menjadi IMS, oleh
karena semua penyakit yang termasuk dalam kelompok tersebut merupakan
penyakit infeksi.
Sexually Transmitted Infection (STI) dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
mencerminkan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat di negara
berkembang. Pada seorang individu, penyakit IMS membuat individu
tersebut rentan terhadap infeksi HIV. Penularan IMS melalui hubungan
seksual diikuti dengan perilaku yang menempatkan individu dalam risiko

1
mencapai HIV, seperti mereka berperilaku bergantian pasangan seksual, dan
tidak konsisten menggunakan kondom.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi
individu yang sensitif. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu
yang agresif, mudah bereaksi terhadap rangsangan dan ingin mengetahui hal
yang baru. Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal
baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan
dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja dan keluarga. Oleh
karena itu, dengan adanya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
diharapkan mempunyai rasa tanggungjawab yang besar maupun keterampilan
menyangkut fungsi reproduksi mereka sehingga para remaja mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.
Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan guna
meningkatkan pemahaman sikap dan perilaku positif siswa tentang kesehatan
dan hak-hak reproduksi, untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi
remaja. Penggunaan drug, permen memabukkan, lem hisap seringkali
menjadi alat “coba-coba” kaum remaja untuk mendapat rangsangan tertentu
dalam menyalurkan dorongan biologisnya. Kebiasaan yang tidak sehat seperti
remaja yang melakukan seksualitas pranikah yang pada akhirnya akan
mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada
kebiasaan-kebiasaan yang beresiko pada kesehatan remaja karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat nengenai
kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Melihat berbagai dampak akibat kurangnya pemahaman tentang
kesehatan reproduksi, maka perlu berbagai upaya untuk membantu remaja
agar memahami dan menyadari tentang kesehatan reproduksi, serta
bertanggungjawab dengan masalah kesehatan reproduksi. Upaya tersebut
antara lain: Advokasi, Promosi, KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki masalah khusus serta

2
memberi dukungan pada kegiatan remaja yang positif. Sebagian langkah awal
pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
harus ditunjang dengan penyuluhan KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seks.
Orangtua juga harus memberikan informasi yang jelas dan terbuka agar anak
paham apa yang dimaksud dengan organ seksual dan fungsinya secara
sederhana. Selain itu juga harus memasukkan ajaran agama dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah suatu pekejaan atau profesi
dengan melacurkan diri, penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan
badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan
nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran, dengan alasan komersial
mereka siap melakukan apa saja untuk kepuasan pelanggan sampai pada
perilaku seks yang tidak sehat. Karena sifat pekerjaan dan perilaku mereka,
para PSK berpotensi tertular dan menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan HIV/AIDS. Seorang PSK seharusnya menyadari bahwa pekerjaannya
beresiko terhadap penularan IMS, dan dengan resiko tersebut seharusnya
sesering mungkin melakukan pemeriksaan, karena kelompok resiko tinggi
seperti PSK harus selalu melakukan pemeriksaan sesering mungkin baik
dilakukan dengan sendiri ataupun dengan bantuan pelayanan kesehatan.
Peran serta masyarakat dalam mengontrol IMS sangat penting, selama
kelompok ini belum terjangkau dengan pencegahan dan layanan pengobatan
yang berkualitas baik. Jangkauan yang efektif, pendidikan sebaya serta
layanan klinik untuk pekerja seks telah dikembangkan dengan menggunakan
klinik berjalan atau dengan menyediakan waktu khusus di klinik. Pelayanan
seperti ini memberikan kontribusi untuk mengurangi prevalensi IMS di
masyarakat.

3
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui profil dan manajemen pelayanan kesehatan di
Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui profil dan manajemen pelayanan kesehatan
masyarakat di Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui profil Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.
2. Untuk mengetahui manajemen Pusat Kesehatan Reproduksi Kota
Jayapura.

1.3 Manfaat
1. Bagi Petugas Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura
Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan
dalam mengembangkan program-program kesehatan reproduksi di
masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi mengenai kegiatan dan peranan dari Pusat
Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.
3. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran dan juga turut serta dalam tindakan
promosi mengenai peranan Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut Depkes RI, kesehatan reproduksi
adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi
yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Dalam Konferensi kependudukan di Kairo 1994, disusun pula definisi
kesehatan reproduksi yang dilandaskan kepada defenisi sehat menurut WHO,
yaitu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, dan hanya
tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang
dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan berapa
sering. Termasuk keadaan akhir ini adalah hak pria dan wanita untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga
berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi
pilihan mereka, serta metode lain yang mereka pilih untuk pengaturan
fertilitas yang tidak melawan hokum, dan hak untuk memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang akan memungkinkan para wanita
dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan
kesempatan yang terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi
yang sehat.

5
2.2 Ruang Lingkup
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk
IMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi.
4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
6. Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula, dan lain-lain.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan
berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan hingga
meninggal. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat
pertama anak perempuan mengalami haid/menarche, hingga menyangkut
kehidupan remaja memasuki masa perkawinan.
Selain itu seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular
penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi
reproduksi. Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen
Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat
komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia
yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS.
Selain itu disepakati pula Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi
pada usia lanjut.

6
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang
dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remajakarena saling berlawanan satu dengan yang lain, dan lain
sebagainya.
3. Faktor psikologis misalnya, dampak keretakan orang tua kepada anak
remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, dan lain sebagainya.
4. Faktor biologis meliputi cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dan lain sebagainya.

7
BAB III
LAPORAN KEGIATAN

3.1 Sejarah
Melihat masalah HIV/AIDS serta kondisi kesehatan di Papua
layaknya fenomena gunung es, dan berkaca pada daerah-daerah dengan angka
kejadian tertinggi tetapi sudah melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian lebih dini, maka pemerintah Kota Jayapura atas usulan Wali
Kota Jayapura melakukan studi banding di Kabupaten Merauke. Hasil dari
study banding tersebut, munculah gagasan membuat Pusat Kesehatan
Reproduksi (PKR). Dan terlaksana pada 10 Februari 2013 dibuka Klinik
Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura. PKR didirikan untuk merespon
keperluan terkait layanan kesehatan reproduksi.
Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura saat ini merupakan bagian
dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Twano. Khususnya melayani
Populasi Kunci seperti Wanita Pekerja Seks (WPS), Laki-laki suka seks
dengan laki-laki (LSL) dan waria. PKR mulai melakukan inisiasi ARV di
awal tahun 2017, sebelumnya langsung merujuk pasien ke PDP-RSU
Abepura dan mendampingi Pasien ART yang dirujuk balik.

3.2 Motto, Visi Dan Misi


1. Motto
“ Anda puas kami senang, Anda sehat kami bangga”
2. Visi
Mencegah dan mengurangi penularan IMS dan HIV, dalam
meningkatkan kualitas hidup, serta mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat IMS, HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan
masyarakat.
3. Misi
1. Memberikan informasi secara terus-menerus kepada masyarakat
tentang IMS dan HIV.

8
2. Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan, pengobatan dan
dukungan kepada klien, yang terintegrasi.
3. Memutuskan rantai penularan IMS – HIV melalui pemakaian
kondom.
4. Menjaga kesehatan reproduksi remaja.

3.3 Luas Wilayah Kerja


Cakupan wilayah kerja Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura
adalah seluruhnya berdasarkan wilayah kerja dari Dinas Kesehatan Kota
Jayapura.

3.4 Sarana Dan Prasarana


PKR Kota Jayapura yang berlokasi di Cigombong Kotaraja Dalam,
mempunyai 1 buah gedung dengan 14 Ruangan berisikan peralatan dan
perlengkapan yang cukup memadai untuk melakukan kegiatan pelayanan
dasar bagi masyarakat serta membuat nyaman bagi setiap pasien yang datang
ke PKR.
Diantaranya:
 Ruang Tunggu : 1 Ruangan
 Ruang Loket : 1 Ruangan
 Ruang Administrasi : 1 Ruangan
 Ruang pemeriksaan : 2 Ruangan
 Ruang Laboratorium : 2 Ruangan
 Ruang Apotik : 1 Ruangan
 Ruang Konseling dan Pengobatan : 1 Ruangan
 Ruang Konseling HIV : 1 Ruangan
 Ruang KIA/KB/Menyusui : 1 Ruangan
 Ruang Dapur/Sterilisasi : 1 Ruangan
 Kamar Mandi : 2 Ruangan

9
3.5 Sumber Daya Manusia
Ketenagakerjaan di PKR Kota Jayapura adalah 12 Orang :
 Tenaga Dokter : 1 orang
 Tenaga Perawat : 4 orang
 Tenaga Analis : 3 orang (2 PNS dan 1 Magang)
 Tenaga Administrasi : 1 orang
 Tenaga Magang : 1 orang (Apoteker)
 Tenaga Bantu : 1 orang
 Tenaga Sopir : 1 orang

3.6 Ruang Lingkup Pelayanan PKR Kota Jayapura


1. Pelayanan Pemeriksaan IMS
Merupakan pelayanan rutin (yang sudah dijadwalkan) dan
kunjungan sewaktu. Yang dijadwalkan atau merupakan pemeriksaan rutin
adalah bar-bar dan panti pijat yang berada pada wilayah kerja PKR Kota
Jayapura.

Tabel 1. Jadwal Pemeriksaan IMS Bulan September 2017


No. Nama Sarana Tanggal Waktu
1 Panti Pijat Kendedes Senin, 11/09/2017 08.30 s/d 11.00
2 Panti Pijat Krisna Senin, 11/09/2017 08.30 s/d 11.00
3 Panti Pijat Mahkota Ratu 1 Selasa, 11/09/2017 08.30 s/d 11.00
4 Panti Pijat Mambruk Foja Selasa, 11/09/2017 08.30 s/d 11.00
5 Bar Fuji Indah Rabu, 13/09/2017 08.30 s/d 11.00
6 Bar Planet Hollywood Rabu, 13/09/2017 08.30 s/d 11.00
7 Tangga Seribu Kamis, 14/09/2017 08.30 s/d 11.00
8 Spa D’Light Jumat, 15/09/2017 08.30 s/d 11.00
9 Panti Pijat Ling Me Jumat, 15/09/2017 08.30 s/d 11.00
10 Panti Pijat Putri Lestari Jumat, 15/09/2017 08.30 s/d 11.00
11 Panti Pijat Dewi 1 Sabtu, 16/09/2017 08.30 s/d 11.00
12 Bar Berlian Sabtu, 16/09/2017 08.30 s/d 11.00
13 Bar Ramon Senin, 18/09/2017 08.30 s/d 11.00

10
14 Bar Nusantara Senin, 18/09/2017 08.30 s/d 11.00
15 Panti Pijat Cendrawasih Senin, 18/09/2017 08.30 s/d 11.00
16 Bar Blue Angel Selasa, 19/09/2017 08.30 s/d 11.00
17 Bar Victori Rabu, 20/09/2017 08.30 s/d 11.00
18 Bar Waena Permai Rabu, 20/09/2017 08.30 s/d 11.00
19 Bar Vista Jumat, 22/09/2017 08.30 s/d 11.00
20 Bar Deluxe Jumat, 22/09/2017 08.30 s/d 11.00

Tabel 2. Jadwal Pemeriksaan IMS Bulan Oktober 2017


No. Nama Sarana Tanggal Waktu
1 Panti Pijat Cahaya Senin, 02/10/2017 08.30 s/d 11.00
2 Pantai Pijat Anggrek Senin, 02/10/2017 08.30 s/d 11.00
3 Panti Pijat Purnama Jumat, 06/10/2017 08.30 s/d 11.00
4 Panti Pijat Ayu Asih Jumat, 06/10/2017 08.30 s/d 11.00
5 Bar New Kharisma Sabtu, 07/10/2017 08.30 s/d 11.00
6 Panti Pijat Indah Sabtu, 07/10/2017 08.30 s/d 11.00
7 Panti Pijat Darmo Jumat, 13/10/2017 08.30 s/d 11.00
8 Panti Pijat Mawar Jumat, 13/10/2017 08.30 s/d 11.00
9 Panti Pijat Mekar Abadi Jumat, 13/10/2017 08.30 s/d 11.00
10 Bar Batavia Sabtu, 14/10/2017 08.30 s/d 11.00
11 Bar Papua Jaya Sabtu, 14/10/2017 08.30 s/d 11.00
12 Panti Pijat Kenanga Sabtu, 14/10/2017 08.30 s/d 11.00
13 Bar Horizon 1 Senin, 16/10/2017 08.30 s/d 11.00
14 Bar Horizon 2 Jumat, 20/10/2017 08.30 s/d 11.00
15 Pantai Pijat Melati Putih Jumat, 20/10/2017 08.30 s/d 11.00
16 Pantai Pijat Idola Sabtu, 21/10/2017 08.30 s/d 11.00
17 Bar Clarion Sabtu, 21/10/2017 08.30 s/d 11.00
18 Bar Boulevard 1 Selasa, 24/10/2017 08.30 s/d 11.00
19 Bar Boulevard 2 Rabu, 25/10/2017 08.30 s/d 11.00

11
10 Besar Penyakit IMS di PKR Kotaraja Bulan
Januari-Juni Tahun 2017
666
700
600
500
400
300 127
200 22
100 14 9 8 5 1 1 0
0

Pasien

Data Kunjungan IMS PKR Kota Jayapura


Bulan Januari-Juni Tahun 2017, Berdasarkan Jenis
Kelamin
500
373 391
400 346
282 303
300
198
200
100 29 30 33 52
18 24
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Data Kunjungan IMS PKR Kota Jayapura Bulan


Januari-Juni Tahun 2017, Berdasarkan Umur
300 273
251 256
250 237
206
200
157
150 119
113 106
100 84 84 77

50
11 10 8 13 14 9 8 12 11 15
4 1
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

15-19 20-24 25-49 >50

12
Data Kunjungan IMS PKR Kota Jayapura Bulan
Januari-Juni Tahun 2017, Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
250
205 203 209
200 178
163
134 139 137 134
150 116
92 80
100
45 45 50
50 25 14 26 15 18 18
4 7 0 4 3 0 11 4 0
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

Tidak Sekolah SD SMP SMA PT

Data Kunjungan IMS Kota Jayapura Bulan


Januari-Juni Tahun 2017, Berdasarkan Daerah Asal
250 227

200 176 181


139
150 126
103
100

50 22 14 26
11 9 13
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

PAPUA Non Papua

2. Pelayanan pemeriksaan HIV/AIDS

Berdasarkan Data Kunjungan VCT


140 125
120 111
100
95
100 88
83
80 73 69
61 59 57
60

40

20
2.4
0
Januari Februari Maret April Mei Juni

Baru Lama

13
3. Pelayanan KB
 Suntik
 Susuk
 Spiral
 Pil
 Kondom
4. Pelayanan Ibu Hamil
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Menerima Pelayanan Rujukan IMS
7. Pelayanan Deteksi Dini Kanker Mulut Rahim (IVA)
8. Tindik Telinga

3.7 Alur Pemeriksaan

Bagan 1. Alur pemeriksaan pasien yang datang berkunjung di PKR

14
3.8 Tata Tertib
1. Petugas
 Hadir dan pulang tepat waktu (08.30 – 14.00).
 Menggunakan baju seragam.
 Menggunakan tanda pengenal.
2. Klien
 Datang tepat waktu (08.30 – 11.00).
 Memakai pakaian bebas rapi (sopan).
 Tidak merokok/memakan pinang serta meludah di sembarang tempat.
 Tidak meninggalkan ruangan sebelum semua pemeriksaan selesai

3.9 Administrasi PKR


1. Informasi Waktu Pelayanan IMS & VCT
a. Informasi Waktu Pelayanan
 Pendaftaran : 08.30 – 11.00
 Pemeriksaan : 08.30 – 13.30
 Pemeriksaan laboratorium : 08.30 – 13.40
 Konseling : 08.30 – 13.45
 Pengambilan obat : 08.30 – 14.00
b. Informasi Lamanya Pemeriksaan
 Loket : 10 menit
 Pemeriksaan/pengambilan sampel : 10 menit
 Laboratorium : 30 menit
 Konseling : 15 menit
 Pengambilan obat : 10 menit
(obat diminum ditempat)
2. Persyaratan Pelayanan IMS & HIV (VCT)
a. Klien datang sendiri/didampingi (petugas pendukung)
b. Membawa kartu berobat dari PKR (bagi klien lama)
c. Membayar administrasi di loket

15
3. Tarif Pelayanan
a. Pemeriksaan IMS ;
 Klien baru : Rp. 30. 000,-
 Klien lama : Rp. 25.000,-
 Mahasiswa/Pelajar/Jalanan : Gratis
b. Pemeriksaan VCT : semua Klien gratis

3.10 Kegiatan Kepanitraan Madya


Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Oktober 2017
Waktu : 09.00 – 13.00 WIT
Tempat : Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura
Jenis Kegiatan : 1. Pengenalan ruangan dan melihat cara pemeriksaan
IMS
2. Diskusi serta bimbingan dengan dokter penanggung
jawab PKR tentang pengisian status pemeriksaan
penderita.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pelayanan dan manajemen dari Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR)
Kota Jayapura yang baru berjalan kurang lebih 4 tahun dalam pengamatan
kami, sudah cukup baik. Terbukti sudah banyak kunjungan dari masyarakat,
khususnya para pekerja beresiko (Panti Pijat dan Bar) yang menjadi pasien
tetap (sudah terjadwal).
4.2 Saran
Berdasarkan pengamatan kami pada PKR Kotaraja, saran yang kami
berikan adalah :
1. Bagi petugas PKR
Agar lebih ditingkatkan Pelayanan Luar Gedung (turun lapangan,
penyuluhan, pemeriksaan, dan pengobatan).
2. Bagi masyarakat
Agar masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
PKR untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi dan juga cakupan
pelayanan lainnya.
3. Bagi penulis
Agar penulis dapat turut serta dalam tindakan promosi mengenai
peranan pusat kesehatan reproduksi di lingkungan kerjanya.

17

Anda mungkin juga menyukai