Anda di halaman 1dari 267

MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Konsep Kesehatan Reproduksi


Konsep Kesehatan Reproduksi 1

SUB TOPIK

1. Definisi kesehatan reproduksi


2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus
kehidupan.
3. Hak-hak reproduksi.

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang defenisi kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi
3. Menjelaskan tentang hak-hak reproduksi

REFERENSI

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan


2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 2

1. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI


Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai
penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus
berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi
muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria
berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian
jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai
kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan
perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.
6. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif
terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan.
7. Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan,
pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia.
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling
penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu
pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik
menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 3

Defenisi Kesehatan Reproduksi


1. Menurut Drs. Syaifuddin, BAC: 1992
Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan
perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium
menghasilkan sel kelamin perempuan.

2. Menurut Turmen, 1994


Merupakan kemampuan manusia melaksanakan kehidupan seks yang aman,
memuaskan dan bertanggungjawab dan memiliki kemampuan bereproduksi
dan kebebasan dalam memutuskan kapan dan berapa banyak mereka
bereproduksi.

3. Menurut Affandi, 1995


Seperti hubungan seksual, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan aborsi
berlangsung dengan aman seyogyanya bukan aktifitas berbahaya.

4. Menurut ICPD
Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas
dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi.

5. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998


Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan
mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta
aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.

6. Menurut WHO
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 4

7. Menurut Hausa Hasan


Suatu keadaan dimana proses reproduksi terjadi dalam kesatuan yang lengkap
meliputi fisik, mental dan sosial yang baik serta tidak hanya adanya penyakit
atau ketimpangan reproduksi.

8. Menurut Depkes RI, 2000


Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi
yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat, dalam pengertian


fisik, mental maupun sosial, diperlukan beberapa prasyarat :
1. Agar tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-
laki. Antara lain seorang perempuan harus memiliki rongga pinggul yang cukup
besar untuk mempermudah kelahiran bayinya kelak. Ia juga harus memiliki kelenjar-
kelenjar penghasil hormon yang mampu memproduksi hormon-horman yang
diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan fisik dan fungsi sistem dan organ
reproduksinya. Perkembangan-perkembangan tersebut sudah berlangsung sejak usia
yang sangat muda. Tulang pinggul berkembang sejak anak belum menginjak remaja
dan berhenti ketika anak itu mencapai usia 18 tahun. Agar semua pertumbuhan itu
berlangsung dengan baik, ia memerlukan makanan dengan mutu gizi yang baik dan
seimbang. Hal ini juga berlaku bagi laki-laki. Seorang lakilaki memerlukan gizi yang
baik agar dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang sehat.
2. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar
perkembangan emosinya berlangsung dengan baik. Hal ini harus dimulai sejak sejak
anak-anak, bahkan sejak bayi. Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan
yang hangat, terutama sewaktu menyusu ibunya, akan memberikan rasa terima
kasih, tenang, aman dan kepuasan yang tidak akan ia lupakan sampai ia besar kelak.
Perasaan semacam itu akan menjadi dasar kematangan emosinya dimasa yang akan
datang.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 5

3. Setiap orang hendaknya terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung
maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap lelainan atau penyakit
pada organ reproduksi, akan dapat pula menggangu kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas reproduksinya. Termasuk disini adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual-misalnya AIDS dan Hepatitis B, infeksi lain pada organ
reproduksi, infeksi lain yang mempengaruhi perkembangan janin, dampak
pencemaran lingkungan, tumor atau kanker pada organ reproduksi, dan ganguan
hormonal terutama hormon seksual.
4. Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati masa
tersebut dengan aman. Kehamilan bukanlah penyakit atau kelainan. Kehamilan
adalah sebuah proses fisiologis. Meskipun demikian, kehamilan dapat pula
mencelakai atau mengganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya. Kehamilan
dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah tinggi, pendarahan, dan bahkan
kematian. Meskipun ia menginginkan datangnya kehamilan tersebut, tetap saja
pikirannya penuh dengan kecemasan apakah kehamilan itu akan mengubah
penampilan tubuhnya dan dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak menarik
lagi bagi suaminya. Ia juga merasa cemas akan menghadap i rasa sakit ketika
melahirkan, dan cemas tentang apa yang terjadi pada bayinya. Adakah bayinya akan
lahir cacat, atau lahir dengan selamat atau hidup. Perawatan kehamilan yang baik
seharusnya dilengkapi dengan konseling yang dapat menjawab berbagai kecemasan
tersebut.

2. RUANG LINGKUP MASALAH KESPRO


Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu
yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit
menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan
perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang manpu atau meraka
yang tersisih.
Karena proses reproduksi nyatanya terjadi terjadi melalui hubungan seksual,
defenisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang mengarah pada
peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar individu, jadi bukan hanya konseling

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 6

dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembagan
kemanusiaan. Merumuskan pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat penting
mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh
mana seseorang dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan
sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi.
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi
ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak, dsb);
Dibahas dalam pertemuan ICPD ( International conference on population and
development) di Kairo bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak
perempuan terhadap hak azasi manusia karena:
1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa
memberikan informed consent.
2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan
mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan
perempuan.
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak
aman;
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir
rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 7

Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana masalah
tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:

Masalah reproduksi
1. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan yang
berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;
2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain
sebagainya;
3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;
4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.

Masalah gender dan seksualitas


1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan
seksualitas;
2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-
norma.
3. sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian;
4. Seksualitas dikalangan remaja;
5. Status dan peran perempuan;
6. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan


1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 8

perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;


2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;
3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual


1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;
2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan
herpes;
3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency
Syndrome);
4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk
penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial);
6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Masalah pelacuran
1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya;
3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun
bagi konsumennya dan keluarganya

Masalah sekitar teknologi


1. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);
2. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);
3. Pelapisan genetik (genetic screening);
4. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan;
5. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 9

a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan


yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil);
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb);
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
membeli kebebasannya secara materi, dsb);
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang
tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan
dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat diintegrasikan kedalam
berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non kesehatan lain
yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi.

Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi


Tujuan Utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan
ksesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya,
termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat
terpenuhi, yang pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.

Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 10

2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan;
3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan
dan anak-anaknya;
4. Dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.

Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam bab III pasal 4 “Setiap
orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran
Indonesia menyetujui ke -tujuh sasaran reproduksi WHO untuk masa 1993- 2001,
karena masih dalam jangkauan sasaran Repelita VI, yaitu:
1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-49 tahun)
2. Penurunan angka kematian ibu hingga 59%;semua wanita hamil mendapatkan
akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan
resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk kekapasilitas kesehatan
3. Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang
hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;
4. Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (<2,5kg) menjadi kurang dari 10
%;
5. Pemberantasan tetanus neonatarum (angka insiden diharapkan kurang dari satu
kasus per 1000 kelahiran hidup) disemua kabupaten;
6. Semua individu dan pasangan mendapatkan akses informasi dan pelayanan
pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua, dan
telalu banyak;

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 11

7. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan


pengobatan PMS minimal mencapai 70% (WHO/SEARO,1995)

Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayaanan kesehatan


reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan
wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, dan makna
kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya
kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga sulit
digantikan. Untuk mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan
persalinan, harus dilakukaun pemantauan sejak dini agar dapat mengambil
tindakan yangcepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat.
Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus
dan pelayanan postnatal atau masa nifas. Informasi yang akurat perlu diberikan
atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan
kehamilan, dan bahwa tanpa menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak
diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian tidak perlu dilakukan pengguguran yang
dapat mengancam jiwa.

2. Komponen Keluarga Berencana


Promosi KB dapat ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus
kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga
atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik
bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka serta masyarakat. Keluarga
berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam menekan
pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga
merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu
melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran. Pelayanan yang berkualitas juga
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien atau pengguna
pelayanan.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 12

3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk


Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan
pada penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang
disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis, dsb;
maupun penyakit infeksi yang tergolong PMS (penyalit menular seksual), seperti
gonorrhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia, dsb; ataupun kondisi infeksi yang berakibat
infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, misalnya
kemandulan, hal mana akan menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu yang juga sangat
mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS yang fatal yaitu infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus).
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam
waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik
mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan
penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja ini.
5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir
kurun usia reproduksi (menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui skrining keganansan organ reproduksi misalnya kan ker rahim
pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan
akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-lain.
Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan kesehatan reproduksi yang
dimodifikasikan dari rekomendasi WHO tersebut adalah peningkatan akses :
a. Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi, masalah
kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 13

intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat


diperlukan.
b. Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab
kebutuhan wanita maupun pria.
c. Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif
d. Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman
e. Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tida k aman.
f. Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS).
g. Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang,
libido, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.
Pengukuran perubahan-perubahan yang positif terhadap hasil akhir diatas
akan menunjukkan kemajuan pencapaian tujuan akhir; pelayanan kesehatan
dasar yang menjawab kebutuhan kesehatan reproduksi individu, suami-istri
dan keluarga, hal mana menjadi dasar yang kokoh untuk mengatasi
kesehatan reproduksi yang dihadapi seseorang dalam kurun siklus
reproduksinya.

3. HAK REPRODUKSI
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas
informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang
terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal
tersebut dapat terwujud; dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo
maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang
tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 14

Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual:


1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin


a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
terpenuhi;
b. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk
mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan
sekualitas dan masalah reproduksi; dan
c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun
dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.
e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 15

lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan


Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
f. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari
penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian
yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas
g. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan keinginannya,
menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan
sampai waktu persalinan
h. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 16

EVALUASI

1. Konsep pemikiran tentang reproduksi wanita didasarkan pada, kecuali:


a. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
dengan fungsi reproduksinya
b. Kesehatan wanita tidak secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
c. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas
namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah
penduduk.
d. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
Jawab B
2. Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah, adalah defenisi kesehatan reproduksi menurut:
a. ICPD
b. WHO
c. Depkes RI
d. Manuaba
Jawab C
3. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak, yaitu:
a. Mutilasi genital wanita
b. Pendidikan anak
c. Pijat bayi
d. Bermain
Jawab A
4. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan
seksualitas, merupakan masalah:
a. Masalah gender dan seksualitas
b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 17

c. Masalah sekitar teknologi


d. Masalah pelacuran
Jawab A
5. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);
a. Masalah gender dan seksualitas
b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
c. Masalah sekitar teknologi
d. Masalah pelacuran
Jawab C
6. Praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, ditinjau
dari faktor:
a. Sosial ekonomi
b. Budaya-lingkungan
c. Psikologis
d. Biologis
Jawab B

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja


Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 1

SUB TOPIK
Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
- Menjelaskan tentang asuhan kesehatan reproduksi remaja

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 2

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Defenisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah,
maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah
bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka
dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja
sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia
dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun
hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 3

berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi


perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :


1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan
tersebut ialah :
a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia
antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira
setahun setelahnya.
b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan
perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran
lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau
bahkan tidak mengandung lemak.
c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan
yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga
anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran
matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai
beberapa tahun kemudian.
e. Ciri – ciri Seks Sekunder: Ciri – ciri seks sekunder yang utama,
perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut
antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki
sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.

2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak
dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 4

Perubahan tersebut adalah :


1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut
dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat
dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia
tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir.
Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat
kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada
usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru
beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber
menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin
pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,
meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau
awal masa dewasa
5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan
belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus
berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.

3. Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
 sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
 Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
 Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
 Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-
coba. Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 5

remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya,


antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan
remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin,
termasuk HIV/AIDS.Prilaku ingin mencoba-coba juga dapat
mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA ( Narkotik,
psikotropik dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol )

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode


sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan
pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 6

didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan
remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini
diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan
penuh tanggung jawab.

Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial kultural.

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja


1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi
kesehatan reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 7

7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat


kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi
9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja
sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ
reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini.
10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ
kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa
remaja dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami
perubahan.
11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan
sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun
buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang
sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran
tidak kembali bersarang.
12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama
bagi yang tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat
membuat daerah tersebut lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk
tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan hormon juga dapat
merubah ekosistem organ kewanitaan.
13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan
sangat berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria.
Beberapa remaja pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus
penis pada masa kanak-kanak yang sering dikenal dengan sunatan, nah remaja
pria yang memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin membersihan organ
intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut, karena
apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk
tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan
keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan
organ intim mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 8

dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat mengalami cedera,


pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan sampai
disfungsi ereksi.

Promosi Pengembangan Kesehatan remaja


Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD)
melakukan upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja.

Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :


1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda;
2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi
program;
3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat melayani
kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para
remaja;
4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung
perkembangan generasi muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan
remaja yang positif;
5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam program-
program yang ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa
percaya diri mereka, mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi
mengenai seksualitas,dan memperkuat kemampuan mereka dalam
mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman.

Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku
seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24
negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut,
menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat
kontrasepsi

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 9

Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa


tahun terakhir ini karena beberapa alasan:
1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi
remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di
dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang
tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-292.
2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun
menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan
populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia
14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20
tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk
mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan
yang dibutuhkan.
3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada
pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal
serupa terjadi pada populasi remaja.
4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang
sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada
program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi
dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan


1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat
terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang
kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan
advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi
lebih penting. Para orang tua, pemuka agama, petugas kesehatan dan generasi
muda sendiri mungkin memiliki pendapat yang kuat mengenai masalah ini.
Advokasi efektif akan membangun sebuah kasus yang memberikan informasi

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 10

dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual menyeluruh bagi generasi


muda agar mereka dapat menjaga keselamatan hidupnya.
Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat
lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang
mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk
membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam
memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang
relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.

2. Komponen-komponen program yang berhasil


Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan
mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan
dilayani.
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra
anggapan para pemberi layanan (provider)
e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan
untuk menghindari risiko.
f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih
aman menjadi perilaku yang menarik.
h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang
cukup panjang.

3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna


Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk
melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk
membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 11

keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau


pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator
teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa para remaja memiliki
hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama, dengan
ketertarikan dan latar belakang serupa.

4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja


Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja)
merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang
akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi
remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Remaja umumnya lebih tidak
memiliki informasi, tidak berpengalaman, dan lebih tidak percaya diri
mengenai masalah-masalah seksual dan kemampuan mereka sendiri jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan-pendekatan khusus
diperlukan untuk menarik, melayani dan mempertahankan remaja sebagai
klien kesehatan reproduksi.
Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang
dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan
kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan
kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi
yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan
yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja
pria dan wanita yang sudah menikah.
Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus
mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadpa komponen-
komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu.
Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk
belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-
sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi
layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 12

pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat


menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.

5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja


Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai
perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan
seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana
mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan,
kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan
hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi
interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku
komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun
ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku.

6. Kontrasepsi bagi remaja


Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan
akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek
samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat
besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai
sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan
potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan
kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit menular
seksual).

7. HIV dan PMS di kalangan Remaja


Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap
tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang
berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara
keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun,
dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60%

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 13

dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi
24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria,
rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan
bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV
lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan
lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang
lebih sedikit dibanding pria sebayanya.

8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan


Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka
sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses
persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko
persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja
dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan.
Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang
percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga
mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting
terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat
dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja.
Di negara-negara berkembang hampir 60% kehamilan dan persalinan pada
remaja yang sudah menikah atau yang belum menikah tidak dilakukan
dengan pertolongan. Persalinan yang tidak direncanakan dapat mengarah
pada stress emosional dan kesulitan ekonomi. Jika remaja perempuan
tersebut belum menikah, maka beban psikologis akan dirasa semakin berat
akibat sikap tidak menerimanya masyarakat. Para siswa-siswa yang hamil
di negara berkembang seringkali mencari cara untuk melakukan aborsi
untuk menghindari kemungkinan dikeluarkannya dari sekolah. Di negara-
negara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan dan usia,
para perempuan muda ini mungkin akan mencaripenolong ilegal yang
mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang
tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam
kematian ibu di antara para remaja.

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 14

9. Pendidikan seks berbasis sekolah


Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara
berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa
pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan
seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para
remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong
pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.

10. Masalah Gender Spesifik


Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan
seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan
kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko
ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini
telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan
reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi
masalah hubungan gender yang tidak setara. Program yang meminta para
perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang
merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti
menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian
kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut
membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membantu mereka membuat keputusan-keputusan.

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 15

EVALUASI

1. Batasan usia remaja menurut WHO, yaitu:


a. 12-18 tahun
b. 13-19 tahun
c. 12-24 tahun
d. 14-22 tahun
Jawab C
2. Ciri-ciri remaja, kecuali :
a. Masa remaja sebagai periode pelatihan.
b. Masa remaja sebagai periode kemapanan
c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri
d. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Jawab B
3. Perubahan eksternal selama masa remaja, yaitu:
a. Tinggi badan
b. Psikis
c. Mental
d. Perilaku
Jawab A
4. Perkembangan intelegensia, dalam perubahan kejiwaan remaja, yaitu:
a. sensitif
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar
c. Mampu berpikir abstrak
d. Mudah menangis
Jawab C
5. Perubahan internal selama masa remaja , yaitu:
a. Tinggi badan
b. Psikis
c. Sistem pencernaan
d. Perilaku
Jawab C

Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 16

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus


Kehidupan
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 1

SUB TOPIK
1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi dan anak, remaja,
dewasa, usia lanjut
2. Perubahan yang terjadi setiap tahap
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi, anak, bayi, remaja, dewasa dan usia
lanjut.
2. Perubahan yang terjadi pada setiap tahap
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita.
4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 2

KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS


KEHIDUPANNYA

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan


Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:


1. Konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut

1. Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir.
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.

2. Bayi dan anak


a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 3

f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR,
penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan,
postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.

Asuhan yang diberikan


a). ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak lahir sampai
bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat dari
pemberian ASI Eksklusif tersebut terbagi 4 yaitu manfaat bagi bayi, bagi
ibu, bagi keluarga dan bagi Negara.
b). Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu dari
anak itu sendiri.
c). Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
Kesehatan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan
karena besarnya jumlah bayi yang meninggal. Karena itu, upaya
pemantauan kesehatan bayi perlu ditingkatkan melalui pemberian
imunisasi dan pengelolaan balita sakit. Pemberian imunisasi anak yang
sesuai dengan jadwal akan mencegah anak menderita campak, polio,
difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis. Untuk penerapan MTBS,
tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara cepat semua
gejala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak sakit berat
dan perlu segera dirujuk.
d). Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
(KtP)
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah KtP antara lain :

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 4

1. Masyarakat menyadari/mengakui KtP sebagai masalah yang


perlu diatasi.
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di
tempat kerja.
3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri.
4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang
5. Melakukan aksi menentang kejahatan seperti kecanduan alcohol,
perkosaan dan lain-lain, antara lain melalui organisasi
masyarakat
e). Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
Laki-laki dan perempuan, sebagai pasangan atau individu merupakan
kesamaan/kesetaraan gender yaitu keadaan tanpa diskriminasi dalam
memperoleh kesempatan, pendidikan, serta akses terhadap pelayanan.

3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting
yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan
menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan
gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-
tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita
mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 5

h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.


i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik
tradisional berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi
tidak aman, ISR/IMS/HIV/ AIDS.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan
hukum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan,
kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga,
konseling dll

Asuhan apa yang diberikan


a) Gizi seimbang
Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi . Gizi seimbang
sangat dibutuhkan dalam tahap ini untuk kepentingan kesehatan
reproduksinya dan juga untuk kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan.
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi
Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi bertujuan untuk
memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan
perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang
ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu
memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan reproduksi yang sehat.
c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
Yang dimaksud dengan perkosaan disini adalah hubungan seksual yang
dipaksakan terhadap perempuan, dilakukan tanpa izinnya dan mungkin
menggunakan kekerasan.Manusia dalam hal ini remaja secara biologis
mempunyai kebutuhan seksual sehingga perlu mengendalikan naluri
seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti
olahraga dan mengembangkan hobi yang membangun.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 6

d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza


Pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja hendaknya
dilakukan dengan pendekatan sejak dini baik dari orang tua, guru,
pendamping dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelajar
disekolah, sehingga dengan pendampingan dan bimbingan kita bisa
mengetahui proses perkembangan jiwa yang terjadi pada pelajar dan juga
pengaruhnya terhadap lingkungan.
e) Perkawinan pada usia yang wajar
Kegagalan perkawinan dalam masyarakat dewasa ini sangat meningkat
sehingga menimbulkan dampak social yang tidak diinginkan. Pengaturan
perkawinan yang semula merupakan ritus adat diambil alih tanggung
jawabnya oleh Negara dan dijadikan sebagai ketentuan hukum serta di
atur lewat undang-undang. Undang-undang juga mengatur batas umur
seseorang yang diperbolehkan menikah dengan alas an untuk
kepentingan demografi, mencegah anak-anak dibawah umur yang belum
dianggap mampu untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan
terhadap godaan dan ancaman. Remaja memerlukan pembekalan tentang
informasi / pendidikan, ketrampilan dan kiat-kiat untuk mempertahankan
diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai
godaan, seperti ajakan untuk menggunakan NAPZA dan lain-lain.

4. Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin
terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di
luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya
agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat
berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini
masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan
penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 7

muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri
haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air
besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi
ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,
pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS
dan pengaturan kesuburan.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan
IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan
darurat, imunisasi dan informasi-informasi.

Asuhan yang diberikan


a). Kehamilan dan persalinan yang aman
Kesehatan ibu dan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang
diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi yang meninggal. Karena itu,
upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan yang aman menjadi upaya prioritas dalam bidang
kesehatan..
b). Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 8

Pertolongan terhadap komplikasi yang ditemukan baik selama kehamilan


maupun dalam persalinan memerlukan tindakan yang cepat agar nyawa ibu
dan janinnya dapat diselamatkan. Terjadinya komplikasi ini sulit
diperkirakan, sehingga sering muncul secara mendadak dan perlu diantisipasi
bahkan bias dilakukan tindakanpencegahan sedini mungkin.
c). Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi ( KB )
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan untuk
menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan
untuk menunda, menjarangkan /menjaga jarak kelahiran dan atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian, pelayanan KB
sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.

d). Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS


Pencegahan penularan terhadap PMS/HIV/AIDS yaitu :
1. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan
dan menghindari hubungan seks dengan pasangan yang
berganti-ganti.
2. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan
setia pada pasangan
3. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV.
4. Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam , prosedur
pembedahan yang tidak steril dari petugas kesehatan yang
tidak bertanggung jawab.
5. Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten.
e). Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
Pelayanan kesehatan reproduksi mencakup semua pelayanan yang disediakan
oleh program-program yang ada dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi.
Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi ini ditentukan oleh beberapa factor
antara lain :
1. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 9

2. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai.


f). Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
Dalam rangka mencegah kematian ibu akibat aborsi, sejumlah Negara telah
meberikan pelayanan aborsi yang aman secara terbatas, misalnya untuk
mengatasi :
1. Kehamilan yang mengancam kesehatan fisik dan mental ibu.
2. Ibu yang mengalami kegagalan KB
3. Risiko cacat pada janin
4. Korban perkosaan.
g). Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
Kanker sistem reproduksi meliputi kanker leher rahim, payudara, indung
telur, rahim dan alat kelamin. Kanker leher rahim merupakan kanker yang
paling banyak diderita oleh wanita dinegara berkembang dan menepati urutan
kedua setelah kanker payudara. Untuk mengetahui secara dini kanker leher
rahim adalah melalui pemeriksaan Pap Smear, IVA Test dan Schiller Test.
Kanker payudara lebih sering terjadi dibandingkan dengan kanker leher rahim
karena kanker ini dapat terjadi pada semua perempuan. Cara sederhana untuk
menemukan tumor pada payudara sedini mungkin yaitu dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ).
h). Pencegahan dan manajemen infertilitas.
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh
keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan
melakukan sanggama secara teratur. Permasalahan infertilitas merupakan
masalah yang kompleks sehingga pengelolaan infertilitas di pelayanan
kesehatan dasar masih sangat terbatas. Klien perlu mendapat informasi yang
memadai tentang berbagai penyebab infertilitas dan pelayanan rujukan ke RS.
Informasi dan penyuluhan mengenai pemeriksaan serta pengobatan
infertilitas perlu dilakukan dengan sabar dan seksama.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 10

5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah
masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat
lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan
mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker
prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.

Asuhan apa yang diberikan


1). Perhatian pada problem menopause
Masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan oleh
wanita ketika masa suburnya berakhir atau ketika mengalami menopause.
Menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan
fungsi indung telur yang berakibat menurunnya produksi hormone estrogen.
Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat
dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain :
a. Pemeriksaan alat kelamin.
b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.
c. Perabaan payudara ( SADARI )
d. Penggunaan makanan yang mengandung unsure Fito-Estrogen.
e. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium.
f. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 11

2.). Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan


mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormone estrogen pada
wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan sebagai
berikut :
a. Penyakit jantung koroner
b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit
jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan
kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol
tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner.
c. Osteoporosis
d. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan
kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah
patah.
e. Gangguan mata
f. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata
berkurang.
g. Kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).
h. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf
pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan
berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan
tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam
kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang
dipengaruhi factor keturunan.
3). Deteksi dini kanker rahim.
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim, dianjurkan kepada para
wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear, IVA Test, atau Schiller
Test secara teratur, paling tidak sekali setiap tahun :
a. Pada umur berapapun dalam usia subur.
b. Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
c. Ada / tidak ada cairan vagina yang mencurigakan.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 12

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Perempuan


1. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis
kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini
menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat
berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh
banyak hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat di mana mereka menetap. Dewasa ini masih banyak
ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain:
a. Perempuan dinomor-duakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya
dalam pemberian makan sehari-hari, kesempatan memperoleh
pendidikan, kerja dan kedudukan.
b. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda, karena tekanan
ekonomi atau orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas
dari beban ekonomi.
c. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk
kepantingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam memilih bidan
sebagai penolong persalinan atau dalam mendapat pertolongan segera di
RS ketika diperlukan, disamping kurangnya kesempatan mengendalikan
penghasilan keluarga.
d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah
menyebabkan informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi
sangat terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang meningkat
dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemauan untuk
mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
a. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
b. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 13

c. Keterbatasan biaya
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain
karena:
a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak
perempuan dan perempuan semakin buruk
6. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:
a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak
reproduksi masih rendah.
b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
c. Diskriminasi sosial
d. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan
e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kahidupan seksual pada
reproduksi
7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia
lanjut
8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan
perbedaan sosial, ekonomi dan perbedaan lainnya antara perempuan dan
masih rendahnya kemandirian perempuan.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 14

EVALUASI
1. Dibawah ini yang bukan merupakan tahap pendekatan siklus hidup adalah :
a. Konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Keluarga
d. Dewasa
e. Usia Lanjut
Jawab C

2. Dibawah ini merupakan asuhan yang diberikan pada tahap remaja, kecuali
…………
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Kehamilan dan persalinan yang aman
d. Peningkatan pendidikan
e. Peningkatan keterampilan
Jawab C
3. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan
diantaranya……, kecuali :
a. Melakukan penyuluhan
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
c. Bermitra dan berpartisipasi dengan instansi terkait
d. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan korban
e. Mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental
Jawab E
4. Berikut ini adalah asuhan yang diberikan pada tahap dewasa, kecuali
……………
a. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
b. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
c. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
d. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 15

e. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim


Jawab A
5. Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat dilakukan
ditingkat pelayanan dasar antara lain :
a. Pemeriksaan alat kelamin.
b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.
c. Pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )
d. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.
e. Memberikan terapi hormone estrogen.
Jawab E

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Masalah Gangguan Pada Kesehatan


Reproduksi Dan Upaya
Penanggulangannya
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 1

SUB TOPIK
1. Infertilitas
2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular
seksual

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Infertilitas
2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular seksual

REFERENSI

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan


2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2

1. INFERTILITAS
adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai kehamilan setelah
selama 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.

Infertilitas primer
adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah
memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal
1 kali kehamilan), tetapi kehamilan berikutnya belum berhasil dicapai,

Penyebab
a. faktor pria
1. Masalah pada sperma : Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di
dalam testis (buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut
spermatogenesis.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3

Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk
berkembang menjadi sel sperma yang matang. Dari testis kiri dan kanan,
sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan
yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan
disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi. Dari
epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di
dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis
ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang kemudian
mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan


sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi
kemandulan:
a. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat
panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,
berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah
pada suhu 33,5 (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4

suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada
diluar rongga tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
b. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens
(kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama
sekali.
Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula
seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada
kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen
mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis. Kelainan ini lebih
sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul
(terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Ejakulasi
retrograd juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.
2. Impotensi
3. Kekurangan hormon
4. Polusi lingkungan.
5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.

b. Faktor wanita:
1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium/sel
telur).
Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari ovarium (indung telur).
Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi hari pertama.
Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.
Jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5

mengalami menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya


lalu dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH
(donadotropin-releasing hormone) oleh hipotalamus.
3. Kelainan hormon.
4. Kekurangan gizi.
5. Kista ovarium.
6. Infeksi panggul.
7. Tumor.
8. Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim). Lendir pada serviks bertindak
sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari vagina ke dalam
rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma
kecuali pada fase folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase folikuler,
terjadi peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis
dan bisa ditembus oleh sperma. Selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke
tuba falopii dan terjadilah pembuahan di tuba falopii.
9. Kelainan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii (saluran telur).
10. Kelainan pada tuba falopii. Bisa terjadi kelainan struktur maupun fungsi tuba
falopii.
Penyebab yang utama adalah:
- Infeksi Endometriosis
- Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi.

Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga meningkat
pada:
1. Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit
menular seksual)
2. Penyakit menular seksual
3. Pernah menderita penyakit peradangan panggul (setelah menderita penyakit
ini, 10-15% wanita menjadi mandul)
4. Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6

5. Gondongan (pria)
6. Varikokel (pria)
7. Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
8. Siklus menstruasi anovulatoir
9. Endometriosis
10. Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
11. Penyakit menahun (misalnya diabetes

Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari suami dan
istri.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1. Analisa semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai
jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma. 2-3 hari
sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
2. Pengukuran suhu tubuh basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur,
dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-
1O Celsius berarti sedang terjadi ovulasi.
3. Memperhatikan perubahan pada lendir servikal. Pada fase ovulatoir, lendir
menjadi basah, elastis dan licin.
4. Postcoital test (PCT). PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma
dan lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang dikumpulkan
dalam waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual. Tes ini dilakukan
pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar
tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal, lendir servikal
adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila
dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
5. Kadar progesteron serum.
6. Biopsi endometrium
7. Biopsi testis (jarang dilakukan)
8. Kadar LH (luteinizing hormon) untuk memperkirakan saat ovulasi dan
membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan seksual.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7

9. Progestin challenge
10. Kadar hormon pada suami dan istri.
11. Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui
rahim sampai ke tuba falopii.
12. Histeroskopi.
13. Laparoskopi untuk melihat rongga panggul.
14. Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau tidak.

Prognosis
Sekitar 85-90% kasus, kemungkinan penyebabnya bisa diketahui.
Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi in vitro)
memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya
didiagnosis mengalami kemandulan. Tanpa pengobatan, 15-20% kasus pada
akhirnya akan mengalami kehamilan.

Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko
kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit menular seksual yang paling sering
menyebabkan kemandulan adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada
awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya
penyakit peradangan panggul atau salpingitis. Peradangan menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan,
kemandulan absolut atau kehamilan di luar kandungan.

Immunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan


komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah
dengan menjalani immunisasi gondongan. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki
resiko kemandulan yang lebih tinggi (misalnya IUD). IUD tidak dianjurkan untuk
dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8

Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau
ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang
menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-
masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang
bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah
ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di
antaranya yaitu:

Tekhnik reproduksi buatan


a. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI)
dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari
pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan
secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri
sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan
menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum
menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.

b. GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)


GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer
merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya
untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9

telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel
sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama
laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut
dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil
di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung
terjadi pembuahan dan kehamilan.
c. IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar
tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa
embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks
d. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot
atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba
falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
e. ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan
sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang
kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10

2. SEKSUAL TRANSMITED DESEASE (STD) /


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Penyakit kelamin sudah lama dikenal di beberapa negara, terutama yang


paling populer di antaranya adalah Sifilis dan Gonorrhoe. Dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan, makin banyak juga ditemukan jenis-jenis penyakit baru, sehingga
istilah Penyakit Kelamin yang dulu banyak disebut sudah dianggap tidak sesuai lagi
dan diubah menjadi Seksually Transmited Disease (STD) atau Penyakit Menular
Seksual (PMS). Karena pada kenyataanya penyakit-penyakit tersebut tidak hanya
mengenai juga organ-organ yang lain.Dari tahun ke tahun insiden PMS bisa
dikatakan semakin meningkat, terbukti dari data yang diperoleh terlihat setiap tahun
tidak kurang dari 250 kasus baru ditemukan dan dari jumlah tersebut 30-50%
merupakan penyakit-penyakit yang tergolong PMS. Peningkatan Insident tersebut
secara tidak langsung juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok perilaku-
perilaku berisiko tinggi, seperti : anak-anak usia remaja, PSK (Pekerja Seks
Komersial), pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll.

A. Defenisi PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit
yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual.
Pertama sekali penyakit ini sering disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease,
tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual/
Seksually Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual
(PMS).
Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:
1. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
2. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata
3. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis
4. Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11

B. Pencegahan PMS
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua,
yaitu:
a. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
b. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.

B. Gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :


1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
3. bengkak atau merah di sekitar alat kelamin
4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
5. buang air kecil lebih sering dari biasanya
6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll

C. Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :


a. Tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan
kondom setiap hubungan seks
b. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
c. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril

D. Komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) antara lain :


1. Kemandulan baik pria atau wanita
2. Kanker leher rahim pada wanita
3. Kehamilan di luar rahim
4. Infeksi yang menyebar
5. Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya, seperti lahir sebelum
cukup umur, berat badan lahir rendah, atau terinfeksi PMS

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12

E. Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki.


Alasan utamanya adalah:
1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh
cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa
terinfeksi
2. Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak
munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan
komplikasi
3. Banyak orang — khususnya perempuan dan remaja — enggan untuk mencari
pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka
menderita PMS.

F. Jenis-jenis PMS
1. GO atau kencing nanah
2. Klamidia
3. Herpes kelamin
4. Sifilis atau raja singa
5. Jengger ayam
6. HIV/AIDS

1. GONORE
Definisi
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri doplococcus gram-
negatif Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini melekat dan menghancurkan
membran sel epitel yang melapisi selaput lendir terutama epitel yang
melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstra genital di faring, anus,
dan rektum dapat dijum[pai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular,
harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Penularan dari laki-laki ke
perempuan lebih sering terjadi dari pada penularan dari perempuan ke laki-
laki karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang
berdiam lama di fagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13

prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epydydymis, dan testis pada pria,
uertra, tuba fallopi , endometrim, dan rongga peritonium pada perempuan.

Epidemiologi
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada
perempuan berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada
laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis.

Gejala dan tanda


Respon peradangan yang cepat disertai dekstruksi sel menyebabkan
keluarnya sekret purulen kuning kehijauan khasdari uretra pada pria dan
ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul
2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, didikuti oleh sekret yang
purulen, disuria, sering berkemih dan malaise, gatal-gatal pada anus
sedangkan pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari yang
dimulai dengan sekret vagina, nyeri abdomen, nyeri rectum, gatal, dan
tenesmus. Pada pemeriksaan, serviks tampak edematous dan rapuh dan
drainase mukopurulen dari ostium.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai
karena berubahnya paraktek-praktek seksual. Infeksi gonokokus di farinhg
lebih sering asimptomatik tapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan
eksudat mukopurulen, demam, dan limfodenopati leher.

Pemeriksaan diagnostik
Gonore dapat didiagnosis dengan cepat dengan pewarnaan gram terhadap
apusan eksudat yang diambil dari tempat infeksi. Apusan positif bila
ditemukan diplokoccus gram negatif intra sel. Untuk memastikan diagnosis
harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan tempat infeksi. Uji-uji
amplikasi DNA dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) dan reaksi
berantai ligase (LCR) lebih sensitif dibandingkan biakan bakteri dan dapat
digunakan sekret vagina atau serviks dan dapat digunakan urin . uji-uji non-
biakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi imunofluerensensi lansung

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14

(DFA) dan enzyme imunosorbent assay (EIA) kurang dikembangkan dan


jarang digunakan.

Terapi
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940-an, namun
sekarang banyak brkembang galur-galur gonorea yang resisten panisilin.
Terapi yang saat ini direkomendasikan adalah golonga sefalosporin dan
fluorokuinolon . Semua kontak seksual pasien yang terinfeksi harus
dievaluasi dan ditawarkan terapi profilaktik.

2. Sifilis
Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.

Penyebab
Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan
menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis
tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15

Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi;
rata-rara 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:


1. Fase Primer. Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada
tempat yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher
rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya
memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker
berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan
berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka
tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan
cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya
akan membesar, juga tanpa disertai nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan
sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik
dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara
keseluruhan.
2. Fase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit,
yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan
luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah
bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata.
Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi
pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke
dalam air kemih.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16

Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).


Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak
(meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan
ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit
yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah
ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah
menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit
kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah
merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah,
demam dan anemia.
3. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan
memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa
berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi
menjadi 3 kelompok utama :
- Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua
bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut,
batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena,
menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.
- Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma
aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada,
gagal jantung atau kematian.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
1. Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR
(rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak
mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu
pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan ini
lebih akurat. Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS
(fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk
memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau
mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh
cairan serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksan antibodi.

Pengobatan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya,
karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai
penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Pada
sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir
terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya
dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes
penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani
pengobatan. Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah
suntikan penisilin.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18

Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer,
sekunder dan fase laten adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier
pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi
biasanya tidak dapat diperbaiki.

3. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks.

Etiologi:
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya
menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama
bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19

beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).

Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak
kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang
terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih
dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10
hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening
selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri,
lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin
disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka
bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang
tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher
rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka
lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka
herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan
asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di


sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif
untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di
dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf
wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus
bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah
satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya,
sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat
diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.

Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi
pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa
dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah.
Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah
timbulnya gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam
bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes. Obat
ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi
resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal.
Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah
kambuhnya penyakit ini.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22

4. Uretritis Non-Gonokokus & Servisitis Klamidialis


Uretritis Non-Gonokokus dan Servisitis Klamidialis merupakan penyakit menular
seksual yang biasanya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Ureaplasma
urealyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis atau virus herpes simpleks. Infeksi ini disebut non-gonokokus untuk
menunjukkan bahwa infeksi ini bukan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
bakteri yang menyebabkan gonore.

Penyebab
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan
disebabkan gonore pada laki-laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil
nanah yang bukan disebabkan gonore pada wanita. Uretritis lainnya disebabkan
oleh Ureaplasma urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang menyerupai
mikoplasma. Chlamydia merupakan bakteri kecil yang hanya bisa
berkembangbiak di dalam sel. Ureaplasma adalah bakteri yang sangat kecil,
dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa berkembang biak di luar
sel.

Gejala
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang
pria akan mengalami perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih. Biasanya
akan keluar nanah dari penis. Nanahnya bisa jernih atau agak keruh, tetapi lebih
encer daripada nanah gonore. Pada pagi hari, lubang penis sering tampak merah
dan melekat satu sama lain karena nanah yang mengering. Kadang-kadang
penyakit ini dimulai lebih dramatis. Timbul rasa sakit waktu berkemih, frekuensi
berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar nanah. Meskipun
kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa diantaranya
mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika
berkemih, nyeri di perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan
keluarnya lendir kekuningan dan nanah dari vagina. Hubungan seksual melalui
mulut atau dubur dengan penderita bisa menyebabkan infeksi tenggorokan atau

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23

infeksi dubur. Infeksi ini menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan
nanah yang berwarna kekuningan.

Komplikasi
1. Pria.
a. Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada
buah zakar. b. Striktur uretra : penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan
penyumbatan aliran air kemih.
2. Wanita.
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar
kandungan) dan kemandulan. Infeksi pembungkus hati dan daerah di
sekeliling hati, bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
3. Pada pria dan wanita.
Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata
dan belekan
4. Pada bayi baru lahir.
Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan. Pneumonia, bisa
menyebabkan demam dan batuk.

Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis
berdasarkan hasil pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di
laboratorium. Infeksi Ureaplasma urealyticum tidak dapat didiagnosis secara
spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa. Karena pembiakannya sulit dan
teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis infeksi Chlamydia atau
Ureaplasma sering ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas disertai bukti
yang menunjukkan tidak adanya gonore.

Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui
mulut), minimal selama 7 hari atau diberikan azitromisin dosis tunggal.
Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24

Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis
akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi
kembali kambuh setelah penderita menjalani pengobatan.

5. Infeksi HIV
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Stadium akhir dari infeksi HIV
adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang
didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit
sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS;
sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah
terinfeksi.

Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama
kematian pada anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control
and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi
oleh HIV pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS
terutama menyerang dewasa muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.

Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih
jarang).
3 cara penularan virus kepada anak-anak:
1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25

Gejala
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan
gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun;
sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun
kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada
usia 3 tahun.

Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
1. Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung
lama atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan
kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan
peradangan kelenjar liur di pipi
2. Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah
yang tertutup popok
3. Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan
meningitis)
4. Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
5. Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.

Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem
kekebalan. Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita
peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada
tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari
tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.
Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan
ancaman yang serius pada anak-anak. Anak-anak yang terlahir dengan infeksi
HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali
pada 15 bulan pertama.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26

Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anak-


anak dan orang dewasa yang menderita AIDS.
Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang
progresif menyebabkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan
perkembangan, misalnya berjalan dan berbicara. Mereka juga mengalami
gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif lebih kecil
jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.

20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta
penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya
menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.
Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau
gagal jantung. Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan
limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang
menyerang anak-anak.

Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir
yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.

Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik
berikut;
Pneumonia pneumokistik
Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan
kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
Infeksi bakteri
Meningitis
Infeksi jamur
Esofagitis (peradangan kerongkongan)
Kandidiasis (infeksi jamur)
Infeksi virus
Herpes

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27

Herpes zoster
Infeksi parasit.

Pada anak-anak jarang terjadi keganasan. 2 masalah utama yang sering


ditemukan pada anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah
wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan
akibat berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan
ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak yang dapat menyebabkan
pembengkakan atau penciutan otak). Wasting syndrome kadang dapat diatasi
dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.

Diagnosa
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak
bersifat diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir
selalu mengandung antibodi HIV. Antibodi ini akan tetap berada dalam
darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah
berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi,
maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya. Karena itu untuk
mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan
dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR,
polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan pemeriksaan darah
standar untuk infeksi HIV.

Pengobatan
Semua obat-obatan ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga
memperlambat progresivitas penyakit. HIV akan segera membentuk resistensi
terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan
paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa
memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan
memperpanjang harapan hidup. Dokter kadang sulit menentukan kapan
dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28

yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya
masih tinggi dan penderita tidak menunjukkan gejala apapun. AZT, ddI, d4T
dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri abdomen, mual dan sakit
kepala (terutama AZT). Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak
sumsum tulang dan menyebabkan anemia. ddI, ddC dan d4T bisa merusak
saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas. Dalam kelompok nucleoside,
3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga
protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan
gangguan perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati,
bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga menyebabkan nyeri
punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan
batu ginjal. Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau
turunnya kadar obat lain dalam darah. Kelompok protease inhibitor banyak
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula
darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease
paunch).
Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi
ooportunistik.
Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah
mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah
pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak. Penderita dengan
limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin
seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah
infeksi Mycobacterium avium.
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi
candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi
herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka
panjang.

Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa
orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29

lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih
dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS
pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun
berikutnya.

Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai
50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan
menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat
berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi.
Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh. Teknik penghitungan
jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti polymerase chain
reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test membantu
dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus
sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan
kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita
akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode
pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui,
penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai
bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan
bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.

Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara
memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV,
pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30

(melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut
telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya,
dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV
lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan
untuk menjalani operasi sesar.

Resiko penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang
baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak
memberikan ASI kepada bayinya. Jika air yang tersedia tidak bersih
sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi,
maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian
ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31

EVALUASI

1. Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga


meningkat, kecuali:
a. Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi
penyakit menular seksual)
b. Penyakit menular seksual
c. Pernah menderita penyakit peradangan panggul
d. Kehamilan
Jawab D
2. Istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan hamil selama 12 bulan/ 1 tahun, disebut:
a. Infertilitas sekunder
b. Infertilitas primer
c. Infertilitas tertier
d. Fertilitas
Jawab B
3. Istri pernah hamil, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan hamil selama 12 bulan/1
tahun, disebut:
a. Infertilitas sekunder
b. Infertilitas primer
c. Infertilitas tertier
d. Fertilitas
Jawab A
4. Yang dinilai dalam pemeriksaan sperma pada pria, kecuali:
a. Koagulasi
b. Viskositas
c. Rupa dan bau
d. Tuba
Jawab D
5. Penyebab infertilitas dari faktor istri, kecuali:

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32

a. gangguan proses ovulasi & hormonal


b. faktor uterus & endometrium
c. faktor tuba & peritoneum
d. faktor semen
Jawab D
6. Singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu:
a. AIDS
b. HIV
c. HIP
d. HYP
Jawab B
7. Tanda-tanda klinis penderita AIDS yaitu:
a. Berat badan meningkat lebih dari 10 % dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 minggu
c. Demam berkepanjangan lebih dari1 minggu
d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
Jawab D
8. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV/AIDS melalui cairan
semen/sperma yaitu:
a. Tranfusi darah, terkena darah HIV+
b. Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya
c. Wanita berhubungan badan tanpa pengaman
d. Bayi minum asi dari wanita HIV+
Jawab B
9. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV/AIDS melalui darah
yaitu:
a. Tranfusi darah, terkena darah HIV+
b. Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya
c. Wanita berhubungan badan tanpa pengaman
d. Bayi minum asi dari wanita HIV+
Jawab B
10. Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 33

a. Air liur
b. Darah
c. ASI
d. Cairan vagina
Jawab A

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Masalah Gangguan Pada Kesehatan


Reproduksi Dan Upaya
Penanggulangannya
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 1

SUB TOPIK
1. Gangguan haid pre
2. Pelvic Inflamantori Desease
3. Unwanted Pregnancy dan Aborsi
4. Hormon Replacement Therapi (HRT)

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Gangguan haid pre
2. Pelvic Inflamantori Desease
3. Unwanted Pregnancy dan Aborsi
4. Hormon Replacement Therapi (HRT)

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM; 2002.
6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
7. Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates. 2001.
8. Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 1998
10. Varney H. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta;2000

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2

1. GANGGUAN HAID

1. Amenore (tidak menstruasi)


Amenore adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi
maka disebut amenore primer, jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian
berhenti selama 6 bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. Amenore yang
normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui
dan setelah menopause.

Penyebab
Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid,
kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi
lainnya.
Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak diatas kelenjar
hipofisa) mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk melepaskan hormon-
hormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium. Pada penyekit
tertentu, pembentukan hormon hipofisa yang abnormal bisa menyebabkan
terhambatnya pelepasan sel telur dan terganggunya serangkaian proses hormonal
yang terlibat dalam terjadinya menstruasi.

Penyebab amenore primer:


1. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)
2. Kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau
vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput
yang menutupi vagina terlalu sempit/himen imperforata)
3. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain)
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer)
dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X)
6. Obesitas yang ekstrim

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3

7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan (sianotik)
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-Willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. Hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder:


1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah
besar hormon kortisol oleh kelenjar adrenal)
11. Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB,
fenotiazid)
12. Prosedur dilatasi dan kuretase

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4

13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom
Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan).

Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak sert
perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan


pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan
lembab. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit dan
lengan serta tungkai yang kurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:


1. Sakit kepala
2. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui)
3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5

4. Kadar hormon (misalnya testosteron)


5. Tes fungsi tiroid
6. Tes kehamilan
7. Kadar FSH (follicle stimulating hormone)< LH (luteinizing hormone), TSH
(thyroid stimulating hormone)
8. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
9. CT scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa).

Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan
berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet
yang tepat.
Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi
dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor,
maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.

2. Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi.

Penyebab
Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan
dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya
dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore primer
timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6

pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh
prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan
dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya
sempit.

Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang


mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dismenore. Dismenore sangat
mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapatkan suntikan
prostaglandin untuk merangsang persalinan. Dismenore sekunder lebih jarang
ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore.

Penyebab dari dismenore sekunder adalah:


1. Endometriosis
2. Fibroid
3. Adenomiosis
4. Peradangan tuba falopii
5. Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut.
6. Pemakaian IUD.

Dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.

Gejala
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-
timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit
kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi
muntah.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pengobatan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi.
a. Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:istirahat yang
cukup
b. olah raga yang teratur (terutama berjalan)
c. pemijatan
d. yoga
e. orgasme pada aktivitas seksual
f. kompres hangat di daerah perut.

Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi
dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur.

Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil
KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah
ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang
selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif,
maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore
sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana
lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk
dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8

2. PELVIC INFLAMANTORI DESEASE

Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah


suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan
rahim).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif.
Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan
menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan
peritonitis.

Penyebab
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus PID disebabkan
oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya
klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi
sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa
masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan
IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:


1. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberkulosis.
4. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

Faktor resiko terjadinya PID:


1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9

Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke
struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri
menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses
(penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul,
gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa
terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:


1. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2. Demam
3. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
4. Kram karena menstruasi
5. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7. Nyeri punggung bagian bawah
8. Kelelahan
9. Nafsu makan berkurang
10. Sering berkemih
11. Nyeri ketika berkemih.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:


1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksan cairan dari serviks
3. Kuldosentesis
4. Laparoskopi
5. USG panggul.

Pengobatan
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu
dirawat.

Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di
rumah sakit.
Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-
oral (melalui mulut). Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin
perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani
pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan
hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.

3. UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI


Unwanted preagnancy atau di kenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak mengendaki adanya proses kelahira
dari suatu kehamilan .Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku
seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja

Faktor-faktor penyebab Unwanted Pregnancy


Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain :
a. Penundaan dan peningkatan usia perkawinan ,serta semakin dininya usia
menstruasi pertama (menarche )

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11

b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang


dapat menyebabkan kehamilan
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
e. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilandan konsekuensi lainnya
yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar )
f. Kehamilan karena incest

Pencegahan unwanted pregnancy


Unwanted pregnancy dapat di cegah dengan beberapa langkah,yaitu :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan poisitf seperti
berolah raga ,seni dankeagamaan
3. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,
seperti meraba-raba tubuh pasangnya dan menonton video porno.

Akibat unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja


Angka kejadian aborsi di indonesia di perkirakan mencapai 2,3 juta
pertahun,sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja .Program kesehatan reproduksi yang
dikembangkan oleh pemerintah tidak hanya untuk yang sudah menikah dan tidak
merujuk pada kebutuhan yang terkait dengan informasi seksualitas ,edukasi dan
penyediaan pelayanan.
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi
kehamilan yang tidak diharapkan (KTD).Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja
,yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi).Semua
tndakan tersebut membawa dampak baik fisik,psikis,sosial dan ekonomi.

Bila kehamilan diakhiri (aborsi)


Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi)bila hamil.Jika
di negara maju yang melegalkan aborsi,bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau
bidan berpengalaman .Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12

aman bahkan tidak azim dan oleh dukun aborsi mengakibatkan dampak negatif
secara fisik ,psikis,dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
1. Risiko fisik
Perdarahan dan konflikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.Aborsi yang
berulang selain bisa mengakibatkan kompilikasi juga bisa menyebabkan
kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal
yaitu kematian.
2. Risiko psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panuk, tertekan
atau setres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena
rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku
aborsi itu juga sering kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi
.Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasanganya.
Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin
tinggi.

Penangan kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja


Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas
kesehatan harus :
1. bersikap bersahabat dengan remaja
2. memberikan konseling pada remaja dan keluarganya
3. apabila adamasalah yang serius agr diberikan jalan keluar yang terbaik dan
apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli
4. memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada
remaja yaiti:
a. diselesaikan secara kekeluargaan
b. segera menikah

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13

c. konseling kehamilan, persalinan, dan keluarga berencana


d. pemeriksaan kehamilan sesuai standar
e. bila ada gangguan kejiwaan, rujuk kepsikiater
f. bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
g. bila tidak terselesaikan dengan menikah anjurkan pada keluarga
supaya menerima dengan baik
h. bila ingin melakukan aborsi berikan konseling risiko aborsi

Aborsi
Abortion dalam kamus inggris Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran
kandungan. WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000
– 1,5 juta dilakukan di Indonesia. Macam-macam aborsi diantaranya spontaneus,
inkompletus, iminen dan sebagainya. Etika ditinjau dari segi Etika, Agama dan
Hukum.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan
yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur
kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta
dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi
aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu
Global.
Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan karena alasan di atas, namun
karena adanya larangan baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek
aborsi tidak aman meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten
memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali
lebih kecil dari pedesaan, dan pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di
Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 %
di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten
dilakukan oleh swasta/ pribadi (PPKLP-UI, 2001).

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14

Defenisi Aborsi
Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin
mencapai berat 1.000 gram.

Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari
28 minggu. Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah
pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus
belum viable by llaous.

Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini
sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada
umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis
abortus provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil
konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin
dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.

Jenis-jenis Aborsi
1. Abortus spontaneus
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam
Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan:
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan
plasenta
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam
hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-
obat hormonal dan anti pasmodica

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15

d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai
infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam;
panas tinggi; ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi
sepontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.

Abortus provokatus (indoset abortion)


Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat,
ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan
membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin
sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.

Alasan terjadinya Aborsi


1. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak ber-KB
atau gagal ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak kehamilan yang terlalu
pendek.
2. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung
bersikap menolak kelahiran anak.
3. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di
luar nikah, baik secara sengaja ataupun pada kasus perkosaan. Wanita selalu

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16

disalahkan, tidak ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan
disudutkan sehingga dalam reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil
(meskipun punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan
dihentikan dari pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah,
misal SMA, mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena
merasa malu, dengan teman-temannya, takut kalau kesempatan belajarnya
terhenti dan barangkali masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan
tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia melakukan aborsi
supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila
seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko
tinggi. Batasan ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang
mengalaminya lebih menjurus menolak kehamilannya dan ujung-ujungnya
akan melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain
adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu
seorang wanita yang mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan
alasan usia bayi belum sampai 3 bulan.

Aborsi dalam etika


Dalam masyarakat yang kompleks sebagai dampak modernisasi, terjadi pergeseran
moral dan etika ke arah keterpurukan. Untuk mencegah penurunan moral etik,
diperlukan sikap etis yang menunjukkan bahwa sikap tindakan moral terdiri atas hak
dan kewajiban yang ditentukan dengan peraturan yang bertujuan legalisasi dari moral
dan moralisasi dari hukum ”legalism and medical ethics”.
Suatu contoh konflik moral :
1. Aborsi
2. Bayi tabung
3. Sewa rahim
4. Bank sperma

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17

5. Klonning
Untuk mengatasi konflik moral tersebut, semua pihak harus menyadari hak dan
kewajibannya serta mampu menempatkan diri dalam porsi yang tepat.

Aborsi ditinjau dari Etik Kedokteran Indonesia


Kewajiban umum pasal 7 di Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran berbunyi : ”Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup insani”, artinya segala perbuatan dokter terhadap pasien
bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagian, dengan sendirinya dia harus
mempertahankan dan memelihara kehidupan manusia, ini berarti bahwa baik dari
segi agama, UU negara, maupun etik kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan
untuk menggugurkan kandungan ( Abortus Provokatus ). Abortus hanya dapat
dibenarkan hanya sebagai pengobatan, apabila satu-satunya jalan untuk menolong
jiwa ibu dari bahaya maut atau abortus provokatus therapiuticus, seperti juga
tercantum dalam Undang-undang tentang Kesehatan No.23 tahun 1992. Keputusan
untuk melakukan abortus, sekurang-kurangnya 2 dokter, dan persetujuan tertulis dari
isteri, suami dan keluarga terdekat, dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau
sarana kesehatan yang memadai.
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,
maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan
tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal
seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan
Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya
menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan
Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
mengenai kewajiban umum, pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada
dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan
dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18

etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi
administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam
dua golongan yakni :
1. Abortus buatan legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus
provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Abortus buatan illegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.

Kita lihat di negara Indonesia, dimana dalam undang-undang Nomor 23 Tahun


1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu.
PASAL 15:
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat
dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi
serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19

yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan


tertentu.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
Ayat (1)
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu.
Ayat (2)
Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil
dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang
dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c :Hak utama untuk memberikan persetujuan adalah ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.
Butir d :Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga
dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh
pemerintah.
Ayat (3)
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis (
Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain
untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20

tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.

Abortus hanya dapat dibenarkan sebagai pengobatan, apabila satu-satunya


jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut atau abortus provokatus
therapiuticus, seperti juga tercantum dalam Undang-undang tentang Kesehatan
No.23 tahun 1992. Keputusan untuk melakukan abortus, sekurang-kurangnya 2
dokter, dan persetujuan tertulis dari isteri, suami dan keluarga terdekat, dan
sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau sarana kesehatan yang memadai.
Sedangkan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan
pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap
nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP):
PASAL 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan
itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah,
berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut
sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan
tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencaharian.
PASAL 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

PASAL 347

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
PASAL 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya
wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil
itu mati diancam 15 tahun
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara
dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya
ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan
seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak
dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima
oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat merupakan
tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang dibenarkan
undang-undang.

4. HORMON REPLACEMENT THERAPI (HRT)


TERAPI SULIH HORMON
Banyak wanita menopause yang mendapatkan terapi hormon estrogen saja atau
estrogen dan progesteron untuk mengatasi gejala yang menyertai menopause.
Pemberian hormon ini juga diharapkan dapat mencegah terjadinya osteoporosis dan
mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung iskemik. Pemberian hormon pada
wanita menopause bertujuan untuk mengembalikan keadaan hormonal seperti pada
saat premenopause, namun hingga kini tidak ada preparat sulih hormon yang dapat
menyamai pola sekresi hormon pada wanita premenopause.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23

Epidemiologi
Survey yang diadakan pada tahun 1995 pada wanita pascamenopause yang berusia
antara 50-75 tahun melaporkan hampir 38% memakai terapi sulih hormon. Survei
terbaru mengenai pemakaian sulih hormon di Amerika Serikat dan Inggris
menunjukkan 40-55% dan 60% wanita pascamenopause menggunakannya dengan
tingkat pemakaian yang lebih tinggi pada wanita yang telah menjalani histerektomi.
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan negara
barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat terhadap menopause,
faktor pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon di
Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya. Jepang telah mengadakan sebuah
studi untuk mengetahui pemakaian sulih hormon di kalangan wanita
pascamenopause, didapatkan estimasi sebanyak 1,2% wanita berusia 45-64 tahun
mendapatkan terapi sulih hormon. Terapi berlangsung jangka pendek, selama 6-9
bulan.

Definisi
Hormone replacement therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi sulih hormon
didefinisikan sebagai :
a. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi
hormon.
b. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat, untuk
menggantikan produksi estrogen oleh ovarium.
c. Terapi menggunakan estrogen atau estrogen dan atau progesteron yang diberikan
pada wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani ovarektomi, untuk
mencegah efek patologis dari penurunan produksi estrogen.

Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause Society
(NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya keluhan
menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di
Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24

keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman


osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.

Kontra Indikasi
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra indikasi
penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
1. Kehamilan
2. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
3. Penyakit hepar akut maupun kronik
4. Penyakit trombosis vaskular
5. Pasien menolak terapi

Kontra indikasi relatif


1. Hipertrigliseridemia
2. Riwayat tromboemboli
3. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
4. Gangguan kandung empedu
5. Migrain
6. Mioma uteri
Pemeriksaan yang harus dipenuhi sebelum pemberian terapi sulih hormon:
1. Diagnosis pasti menopause
2. Penilaian kontra indikasi mutlak dan relatif
3. Informed consent mengenai untung rugi penggunaan terapi sulih hormon
4. Pemeriksaan fisik, meliputi tekanan darah dan pemeriksaan payudara dan
pelvik
5. Pemeriksaan sitologi serviks dan mamografi harus memberi hasil negatif
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists menyebutkan beberapa
kontra indikasi absolut terapi sulih hormon, yaitu karsinoma payudara, kanker
endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit hati akut.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25

Beberapa Cara Pemberian Terapi Sulih Hormon


Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron. Pilihan
sediaan yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita yang
tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron
untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Sediaan I, yang hanya mengandung estrogen
Sediaan ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi. Estrogen
diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Sediaan II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
1. Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron
diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus
dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai
diberikan pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang masih
menginginkan siklus haid.
2. Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa
terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama
dapat saja terjadi perdarahan bercak. Sediaan ini tepat diberikan pada
perempuan pascamenopause.

Bentuk Sediaan
Terapi sulih hormon paling banyak diberikan per oral. Namun, masih banyak lagi
metode pemberiannya.
a. Pemberian secara Oral
Estradiol valerat sangat cepat dihidrolisa oleh usus dan dimetabolisme oleh hepar.
Kadar maksimum tercapai dalam 6-8 jam dan lambat laun akan turun. Kadarnya
tidak akan turun secara tajam, sehingga 24 jam setelah penggunaan kadarnya masih
cukup tinggi.
Kadar estradiol serum sangat berbeda pada setiap orang. Kadang-kadang pada pasien
tertentu tidak dapat dicapai konsentrasi serum yang cukup sehingga untuk
memperoleh konsentrasi yang memadai diperlukan estradiol dosis tinggi, namun
pemberian dosis tinggi akan meningkatkan efek samping. Hal ini diatasi dengan
micronized estrogen.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26

Struktur sediaan ini memperbesar permukaan dan mempercepat proses absorpsi,


sehingga mengurangi hidrolisa di usus. Agar kadar hormon dalam serum bertahan
cukup lama, sebaiknya estrogen dikonsumsi setelah makan atau pada saat perut tidak
kosong.
Di Amerika Serikat, sulih hormon yang paling banyak diberikan adalah estrogen saja.
Estrogen ekuin konjugasi (CEE) merupakan sediaan estrogen yang paling banyak
digunakan di AS. CEE merupakan campuran yang terdiri dari estron (50%) dan
ekuilin (25%), ditambah dengan 17-hidroksiekuilin, ekuilenin, 17 α-estradiol, and
17α-dihidroekuilenin dalam bentuk ester sulfat.
Di Eropa, sediaan estrogen yang banyak digunakan adalah estradiol valerat dan
kombinasi estradiol, estron dan estriol. Estradiol oral akan dimetabolisme menjadi
estron di mukosa intestinal dan hepar, sehingga meningkatkan konsentrasi serum
estron. Meskipun estron merupakan estrogen yang lemah, namun karena adanya
keseimbangan reversible dengan estradiol sehingga dapat bekerja menggantikan
estrogen ovarium pada pascamenopause. Bentuk ketiga dari estrogen alami yaitu
estriol tidak diubah menjadi estradiol dan hanya memiliki sedikit aktivitas biologis.
Hanya 1-2% dari seluruh estriol per oral yang dapat mencapai sirkulasi.

b. Estrogen Transdermal
Terdapat 3 cara pemberian estradiol transdermal, yaitu plester reservoir,
plester matriks dan gel. Estrogen dapat secara parenteral untuk menghindari first-
pass effect di hepar. Estradiol yang diberikan melalui transdermal terdiri dari hormon
dalam solusio alkohol yang diabsorbsi ke dalam sirkulasi secara konstan selama 3-4
hari. Pemberian secara transdermal sangat dianjurkan bagi wanita menopause yang
memiliki tekanan darah tinggi, dalam pengobatan dengan obat anti diabetes (OAD)
dan riwayat operasi batu empedu.
Estradiol dapat pula diberikan dalam bentuk implan subkutan yang dapat bertahan
selama beberapa bulan, namun tingkat penurunan estradiol serum sangat bervariasi
dan beberapa wanita mengalami gejala vasomotor meskipun dengan konsentrasi
supranormal. Oleh karena itu, pemberian implan tidak boleh diulang hingga
konsentrasi estradiol serum sama dengan konsentrasi pada fase mid-folikular siklus
menstruasi.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27

Pemberian estradiol langsung ke dalam sirkulasi juga dapat melalui pesarium atau gel
vagina. Resorbsi melalui dinding vagina sangat baik, tanpa melalui metabolisme,
sehingga konsentrasi dalam darah bisa sangat tinggi.

Sediaan Kombinasi Estrogen dan Progesteron


Pemberian estrogen saja dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperplasia bahkan
karsinoma endometrium, maka wanita yang menggunakan terapi sulih hormon dan
tidak menjalani histerektomi diberi progesteron sebagai tambahan. Untuk keperluan
ini digunakan progestogen sintetik, sebab progesteron sangat sulit diabsorpsi
meskipun diberikan dalam bentuk mikro, selain itu juga sebuah laporan kasus
menyebutkan bahwa progesteron menimbulkan efek hipnotik sedatif.
Progestogen memiliki aktivitas androgenik, terutama derivat 19-nortestosteron seperti
norgestrel dan norethindron (noretisteron). Sebaliknya, derivat C-21 pregnane seperti
medroksiprogesteron asetat, didrogesteron, medrogeston dan megestrol asetat
merupakan androgen yang sangat lemah. Tiga derivat 19-nortestosteron dengan efek
androgenik yang dapat diabaikan yaitu desogestrel, norgestimate dan gestodene
belakangan ini mulai digunakan sebagai kombinasi kontrasepsi oral dan sulih
hormon.

Sediaan sulih hormon yang terdapat di Indonesia adalah:


a) Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin konjugasi (CEE), estropipat,
estradiol valerat dan estriol.
b) Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA), didrogesteron,
noretisteron, linesterenol.
c) Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial seperti 2 mg estradiol
valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1 mg siproteron asetat, 1-2 mg 17β
estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
d) Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti 2 mg 17β estradiol
+ 1 mg noretisteron asetat.
e) Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus, yaitu tibolon
f) Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β estradiol.
g) Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi estriol.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28

Menurut National Health and Medical Research Council (NHMRC) Australia,


sediaan terapi sulih hormon yang diberikan bergantung pada keadaan berikut:
a. Perimenopause
1. Estrogen kontinyu dan progestogen siklik untuk melindungi endometrium dan
menimbulkan perdarahan withdrawal teratur.
2. Progestogen yang paling sering digunakan MPA (10 mg) dan noretisteron
(0,7-1,25 mg), digunakan selama 10-14 hari pertama setiap bulan sesuai
kalender.
3. Wanita dengan siklus yang relatif masih teratur tetapi mempunyai gejala,
progestogen diberikan sesuai dengan siklus.
b. Pascamenopause
1. Sediaan sama dengan perimenopause
2. Wanita yang telah menopause sekurangnya selama 2 tahun, diberi kombinasi
estrogen-progestogen (MPA 5 mg/hari atau noretisteron asetat 1mg/hari)
kontinyu untuk mencapai keadaan amenorea.
3. Wanita yang memulai terapi sulih hormon sistemik pertama kali lebih dari 5
tahun setelah menopause, terapi awal diberikan dengan dosis yang sangat
rendah (tablet estron sulfat 0,3 mg, atau setengah tablet 0,625 mg tiap hari
atau tiap 2 hari) dan ditingkatkan secara progresif dalam 1-3 bulan untuk
mencapai dosis optimal.
4. Dosis estrogen yang efektif dalam mencegah kehilangan masa tulang pada
sebagian besar wanita adalah CEE dan estron sulfat 0,625 mg, estradiol oral 2
mg dan transdermal 50 g.
c. Menopause prematur
1. Dapat digunakan kombinasi kontrasepsi oral dosis rendah sampai usia 45-50
tahun (atau sampai 35 tahun pada wanita perokok), kemudian diganti ke
sediaan terapi sulih hormon standar.
2. Dapat digunakan terapi sulih hormon konvensional pada usia berapapun, tetapi
dosis estrogen yang digunakan lebih tinggi daripada wanita yang lebih tua
(contoh CEE 1,25-2,5 mg tiap hari; estradiol transdermal 100-200 g).

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29

Lama Penggunaan
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists dalam panduannya
menyatakan tidak ada aturan mengenai lama penggunaan terapi sulih hormon, tetapi
berdasarkan hasil studi WHI disarankan agar berhati-hati bila meresepkan terapi sulih
hormon jangka panjang.
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai berikut:
1. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik
selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam
periode 1-3 bulan) dapat efektif.
2. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak
diterangkan dengan jelas.
3. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap
tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun.

Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.

Efek Samping Terapi Sulih Hormon


Seperti semua obat lainnya, sulih hormon dapat menimbulkan efek samping. Efek
samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi cairan,
mual, kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi,
namun sangat jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa mastalgia
tidak berkaitan dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping terkait progestin
antara lain retensi cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia, kulit berminyak dan
jerawat, gangguan mood dan gejala seperti gejala pramenstrual.
Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan meresahkan pasien.
Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan vagina yang tidak
dapat diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama beberapa bulan.
Sebanyak 5-20% dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea dan mungkin
beralih ke terapi hormon siklik yang memberikan pola perdarahan yang lebih dapat

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30

diprediksi. Keluhan-keluhan ini menghilang sendiri dalam beberapa bulan atau


dengan mengganti jenis dan dosis sulih hormon. Pada pemakaian plester dapat terjadi
iritasi kulit.
Banyak orang berpendapat bahwa pemakaian terapi sulih hormon dapat
menyebabkan penambahan berat badan namun berbagai penelitian tidak
membuktikan adanya hubungan antara sulih hormon dengan kenaikan berat badan
permanen. Nafsu makan memang meningkat, namun diperkirakan akibat wanita
tersebut merasa sehat dan nyaman. Pemberian terapi sulih hormon mempengaruhi
distribusi lemak, terutama pada panggul dan paha, namun tidak pada perut. Perlu
diingat bahwa 45% wanita mengalami kenaikan berat badan pada usia 50-60 tahun
meskipun mereka tidak mendapatkan terapi sulih hormon.

Tata Laksana Efek Samping


a. Perdarahan vagina
Tidak ada kriteria universal yang digunakan untuk mendefinisikan perdarahan
abnormal dan yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Kriteria berikut ini dapat
digunakan bagi klinisi untuk tetap waspada dan meminimalkan tindakan biopsi
endometrium yang tidak perlu.
1. Wanita dengan terapi hormon siklik
Perdarahan normal dapat terjadi pada akhir fase progestogen pada siklus.
Evaluasi setiap perubahan signifikan terhadap pola normal ini atau adanya
perdarahan pada waktu lain. Perdarahan yang terjadi pada wanita lebih muda
biasanya berhenti setelah fungsi ovarium berhenti total. Sedangkan pada wanita
yang telah mengalami amenorea beberapa tahun, mengganti ke terapi hormon
kontinyu dapat membantu. Jika dari biopsi endometrium memperlihatkan
aktivitas proliferasi persisten selama fase progestogen, dosis progestogen dapat
dinaikkan jika masih dapat ditoleransi.
2. Wanita dengan terapi hormon kontinyu
Evaluasi setiap perdarahan yang terjadi setelah 6 bulan amenorea atau yang
bertahan setelah 6 bulan penggunaan terapi hormon. Spotting dan perdarahan
iregular dapat menetap sampai beberapa bulan setelah pindah dari terapi hormon
siklik ke kontinyu, sekalipun pada wanita yang telah amenorea selama beberapa

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31

waktu. Perdarahan ini umumnya akan membaik dengan penambahan dosis


progestogen. Pilihan lain adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang
mensekresikan levonorgestrel daripada progesteron oral. Peningkatan dosis
estrogen dapat dilakukan selama evaluasi dalam batas normal. Banyak wanita
pada akhirnya kembali menggunakan terapi hormon siklik untuk mendapatkan
pola perdarahan yang lebih teratur. Namun, perdarahan tidak harus selalu terjadi
setiap bulan, perdarahan setiap 3-4 bulan masih cukup untuk mencegah
terjadinya hiperplasia endometrium.
Menurut pedoman dari The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists,
penatalaksanaan perdarahan tidak teratur pada penggunaan terapi sulih hormon
adalah sebagai berikut:
a) Wanita yang menggunakan terapi sulih hormon kombinasi siklik
Beberapa wanita dapat mengalami amenorea pada penggunaan sediaan ini dan
biopsi tidak diperlukan. Perdarahan muncul di sekitar penghentian pemberian
progestogen. Jika perdarahan muncul di luar waktu tersebut atau tetap tidak
teratur, direkomendasikan untuk dilakukan biopsi endomerium.
b) Wanita yang menggunakan terapi sulih hormon kombinasi kontinyu.
Idealnya, wanita yang menggunakan sediaan ini mengalami amenorea dalam
4 bulan setelah penghentian terapi. Perdarahan bercak muncul pada beberapa
bulan di awal penggunaan terapi. Bila amenorea muncul lebih awal dan
diikuti dengan perdarahan yang tidak teratur, dilakukan biopsi endometrium.

b. Penambahan berat badan


Pada masa klimakterik, kebanyakan wanita mengalami penambahan berat badan dan
peningkatan proporsi lemak pada sentral abdomen. Hal ini tidak berkaitan dengan
terapi hormon. Beberapa wanita mengalami mastalgia dan retensi cairan segera
setelah memulai terapi hormon dan gejala ini dapat memberikan keluhan subjektif
berupa penambahan berat badan. Keluhan ini akan membaik setelah beberapa bulan.
Edukasi penting untuk membantu pasien menghadapi keluhan ini. Selain itu,
penimbangan berat badan pada setiap kunjungan dapat meyakinkan pasien, bahwa
walaupun terdapat perubahan distribusi lemak tubuh, namun berat badan mereka
tetap relatif stabil.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32

c. Sakit kepala
Keluhan ini dapat berkurang dengan menurunkan dosis estrogen atau mengganti
sediaan dari oral ke transdermal.

d. Efek samping estrogenic


Retensi cairan dan sakit kepala berkaitan dengan baik estrogen dan progestogen,
modifikasi progestogen terlebih dahulu biasanya merupakan strategi yang lebih baik.
Mastalgia membaik dengan menurunkan dosis estrogen, atau dengan menyesuaikan
dosis progestogen jika gejala terjadi secara siklik. Penggantian ke estrogen
transdermal dapat mengurangi mual.

e. Efek samping progestogenik


Retensi cairan dan sakit kepala yang tidak membaik dengan modifikasi dosis
progestogen, pertimbangkan untuk memodifikasi komponen estrogen. MPA adalah
yang paling sering digunakan, namun agen lain seperti micronized progesterone
(Prometrium) dapat ditoleransi lebih baik.

Terapi hormon kontinyu, dengan absorbsi sistemik yang lebih konstan bila
dibandingkan dengan terapi hormon siklik, dapat dilakukan untuk mengurangi
keluhan mastalgia, sakit kepala, dan gejala seperti premenstruasi jika penyesuaian
terhadap dua komponen di atas tidak efektif. Alat kontrasepsi dalam rahim yang
mensekresikan levonorgestrel dan supositoria vagina yang mengandung progesteron
diabsorbsi sangat minimum secara sistemik, namun tetap memberikan perlindungan
optimal terhadap endometrium. Menggunakan progestogen siklik selama 14 hari
penuh tetapi hanya setiap 3 bulan, juga meminimalkan frekuensi efek samping.
Tetapi belum diketahui apakah sediaan ini menyediakan perlindungan terhadap
endometrium sebaik terapi hormon standar yang diberikan setiap bulan.

Monitoring
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists dalam panduannya
menyatakan pemeriksaan berikut sering dilakukan, tetapi masih belum ada
kesepakatan menyeluruh mana dari jenis pemeriksaan tersebut yang esensial.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 33

1. Pada kunjungan pertama


 FSH/LH/E2 untuk memastikan menopause (bila gambaran klinis atipikal).
 Profil lipid, liver function test (LFT), bone biochemistry, TSH.
 Mammografi
2. Pada setiap kunjungan
 Urinalisis
 Tekanan darah
3. Setiap 2 tahun
 Pemeriksaan fisik
 Profil lipid, LFT
 Glukosa puasa
 Mammografi
4. Atas indikasi
 Densitas mineral tulang.

Interpretasi mamogram harus dilakukan secara hati-hati karena sensitivitas


mamografi dalam mendeteksi kanker payudara sedikit lebih rendah pada pengguna
terapi sulih hormon dibanding pada wanita yang tidak menggunakan. Pemeriksaan
Pap smears harus dilakukan secara rutin pada semua wanita yang memiliki uterus.
Kepatuhan terhadap terapi, kontrol gejala, efek samping (bila ada) dan pola
perdarahan pada terapi kombinasi harus dicatat pada setiap kunjungan. Wanita yang
menggunakan terapi sulih hormon juga dianjurkan untuk waspada terhadap setiap
perubahan pada payudaranya.
NHMRC dalam rekomendasinya menyatakan pemeriksaan pada wanita yang
menggunakan terapi sulih hormon penting dan harus meliputi:
1. Pemeriksaan setiap tahun
a) Tekanan darah
b) Pemeriksaan payudara
c) Mamogram (tiap tahun mulai dari umur 40 tahun bila terdapat riwayat kanker
payudara dalam keluarga yang menempatkan wanita tersebut pada faktor
risiko sedang atau potensial tinggi untuk menderita kanker payudara)

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 34

d)Pemeriksaan abdomen dan pelvis


2. Pemeriksaan setiap 2 tahun
a) Mamogram (tiap 2 tahun dari usia 50 tahun bila tidak ada individu atau
riwayat kanker payudara dalam keluarga).
b) Pap smear (tiap 2 tahun atau menurut guideline NHMRC)
3. Pemeriksaan pilihan (optional checks), bergantung pada riwayat:
a) Bone densitometry: Diindikasikan bila dapat membantu dalam mengambil
keputusan untuk memulai atau meneruskan terapi sulih hormon dan pada
keadaan spesifik lain. Lumbar spine absorptiometry (DXA) merupakan teknik
yang lebih disukai, meskipun quantitative CT of the spine (QCT) dan photon
absorptiometry dari lengan bawah atau tumit juga memberikan informasi
yang berguna.
b) Lipid: total kolesterol, HDL dan trigliserida
c) FSH: bila diagnosis menopause masih diragukan, contohnya setelah
histerektomi.

Di samping itu juga penting untuk memantau kepatuhan terhadap terapi


karena banyak wanita yang sulit untuk patuh pada sediaan terapi sulih hormon jangka
panjang.

Masalah yang harus diperhatikan :


a) Under-dosage (kegagalan mengontrol secara adekuat semua gejala atau untuk
memberikan dosis yang adekuat untuk mencegah kehilangan masa tulang).
b)Efek samping (seperti breast tenderness, pelvic congestive ache, kadang-
kadang retensi cairan atau penambahan berat badan). Pada keadaan ini
dilakukan penurunan dosis sementara.
c) Perdarahan abnormal (pemeriksaan endometrium dilakukan bila perdarahan
memanjang, berulang atau berat).

Biasanya direkomendasikan kunjungan kontrol pertama 1-2 bulan setelah


memulai terapi sulih hormon dan kedua pada bulan ke 6

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 35

EVALUASI

1. Menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih,
disebut:
a. Oligomenore
b. Hipermenore
c. Amenore primer
d. Amenore sekunder
Jawab D
2. Penyebab amenore primer, kecuali:
a. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)
b. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
c. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain)
d. Kelainan bawaan pada sistem pencernaan
Jawab D
3. Penyebab amenore sekunder:
a. Kehamilan
b. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
c. Penurunan berat badan yang drastis
d. Olah raga yang berlebihan
Jawab B
4. Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain :
a. Inseminasi buatan
b. Banyaknya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh perkawinan
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
Jawab D
5. Aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis, disebut;
a. Abortus provokatus

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 36

b. Abortus provokatus medicinalis


c. Abortus provokatus criminalis
d. Abortus imminens
Jawab C

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Masalah Gangguan Pada Kesehatan


Reproduksi Dan Upaya
Penanggulangannya
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 1

SUB TOPIK
Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik

REFERENSI

1. Bapelkes Manado. (2001). Lokakarya Penanggulangan Kanker Terpadu


Paripurna
2. Derek Llewyn-Jones. (2001) Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
3. Elizabeth Tara, MD, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker
Pada Wanita, Jakarta. Ladang Pustaka dan Inti Media
4. Ida Bagus Manuaba. (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita
5. Rustam E Harahap, Neoplasia Intraepitel pada Serviks

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2

SKRINING UNTUK KEGANASAN


DAN PENYAKIT SISTEMIK

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada


serviks/mulut rahim, di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok sel-sel jaringan
yang tumbuh secara terus –menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya ( Sarwono, 1996). Sampai saat ini, kanker serviks merupakan
jenis kanker yang terbanyak diderita dan masih menduduki peringkat pertama
dibanding jenis kanker lainnya.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 200 ribu kasus
setiap tahunnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kurang pengetahuan atau
ketidakmengertian masyarakat tentang tanda-tanda awal dari kanker serviks serta
keuntungan dari deteksi dini, sehingga sebagian besar klien baru menyadari dan
memeriksakan diri setelah kanker sudah stadium tinggi.
Penderita kanker mulut rahim di Indonesia ternyata jumlahnya sangat banyak.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 100 kasusper 100 ribu
penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus
yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

A. Pencegahan dan Deteksi Dini kanker Serviks


Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks/mulut rahim,
di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus-
menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh,
sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik. ( Sarwono, 1996 ).

Kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan
(epitel) dari leher rahim dimana sel-sel tersebut berubah menjadi sel-sel yang tidak
normal sehingga dapat membentuk tumor/ dungkul.(Lokakarya Manado, 2001)

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3

Faktor Penyebab ( Sarjadi, 1995 )


Walaupun dalam arti biologis sebab kanker serviks belum diketahui, tetapi ada
keadaan tertentu yang berhubungan erat sekali dengan penyakit ini, sehingga dapat
dianggap sebagai faktor-faktor penyebab.
1. Umur pertama kali kawin yang relatif muda ( dibawah 20 tahun ). Dikatakan
bahwa pada usia muda epitel serviks uteri belum cukup kuat untuk menerima
rangsangan spermatosoa. Makin muda umur pertama kali kawin, makin tinggi
resiko mendapatkan kanker serviks uteri.
2. Jumlah kelahiran per-vagina yang cukup banyak, dimana melahirkan anak
lebih dari tiga kali akan mempertinggi resiko.
3. Higiene atau kebersihan alat genital yang kurang baik, sehingga memudahkan
terjadinya servisitis yang dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya kanker
serviks.
4. Spermatosoa terutama yang mempunyai kandungan protein tinggi akan
merubah susunan biokimia sel epitel yang siap tumbuh menjadi kanker.
5. Smegma, yang berdasarkan penelitian ditemukan pada kelompok Yahudi yang
mempunyai kebiasaan melakukan sirkumsisi pada bayi pria yang baru lahir,
ternyata insiden kanker serviks uteri ditemukan sangat sedikit pada istri-istri
mereka.
6. Hubungan seksual yang terlalu sering, terlebih dengan pasangan yang berbeda-
beda akan meninggikan resiko.

Berbagai virus ( virus herpes simpleks tipe-2, human papilloma virus ) disebut-sebut
juga menyebabkan terjadinya kanker ini.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4

Tanda dan gejala

Perubahan prekanker pada leher rahim biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan Pap smear.

Gejala biasanya baru muncul ketika sel leher rahim yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala
berikut:
- Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause
- Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
- Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:


1. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
2. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
3. Dari vagina keluar air kencing atau tinja
4. Patah tulang (fraktur)

Menurut Manuaba, gejala klinis stadium awal, yaitu tanpa keluhan ditemukan secara
kebetulan, beser putih (fluor albus) yang sulit sembuh, kontak berdarah ( perdarahan
post koital ) atau perdarahan per vagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu
haid. Sedangkan pada stadium lanjut, baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik
berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang dapar
hebat.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6

Pencegahan ( Tucker, 1999 )


Kanker leher rahim juga bisa dicegah, berikut adalah upaya pencegahan
Kanker leher rahim:
1. Jauhi Rokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polysiclicaromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi
nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7

serum.efek langsung bahan-bahan tersebut adalah menurunkan status imun


local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Ini peringatan
paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada
paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa
mengakibatkan Kanker serviks(leher rahim). Nikotin membuat semua selaput
lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa
tenggorokan, paru-paru, juga serviks. Sayangnya tidak diketahui pasti
seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker
serviks, tetapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera
rokok jika kita ingin terbebas dari kanker.
2. Pencucian Vagina
Banyak orang yang melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan
antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau
kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker
serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. Douching atau
cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi berlebihan dan terlalu
sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker.
Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan
secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang
memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun seharusnya atas saran
dokter. Artinya, jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina.
Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman.
Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat
untuk mempertahankan pH vagina. Kita tahu, bila pH tidak seimbang lagi di
vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan
hidup di tempat tersebut. Ini akan bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain.
3. Nutrisi
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang
tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal
folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul
kanker serviks Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki
atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8

akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker. Beta


karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan
berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.(8)
4. Hubungan Seks yang aman
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari dia sudah menstruasi
atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang
terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa
baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-
sel mukosa pada serviks si wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga
tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20
tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.

Hubungan seksual pada usia di bawah 17 tahun diketahui dapat merangsang


tumbuhnya sel kanker pada organ kandungan perempuan, karena pada
rentang usia 12-17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif
sekali. Perlu diketahui, ketika sel sedang membelah secara aktif (metaplasi),
idealnya tidak terjadi kontaks atau rangsangan apa pun dari luar, termasuk
injus (masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Dengan adanya benda
asing, termasuk alat kelamin laki-laki dan sel sperma, akan mengakibatkan
perkembangan sel ke arah yang abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka
yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut rahim
itu dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker serviks yang
menyerang alat kandungan perempuan, berawal dari mulut rahim dan
berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan. Selain itu, kanker
serviks juga berisiko menyebar ke organ lainnya di dalam tubuh, misalnya
uterus, ovarium, tuba fallopi, ginjal, paru-paru, lever, tulang hingga otak

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9

5. Tidak Berganti-Ganti Pasangan


Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti
pasangan seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan
pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka
tidak akan mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal
ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak, Apabila terlalu
banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.

6. Sunat pada laki-laki


Meski hanya menyerang perempuan, tetapi kaum adam memiliki andil
yang cukup besar dalam proses penularan kanker serviks. Lelaki yang pernah
berhubungan dengan perempuan penderita kanker serviks kemungkinan
menyimpan virus HPV di penisnya. Ketika ia berhubungan dengan
perempuan lain, maka virus tersebut akan ikut berpindah.
Pencegahan tidak hanya dilakukan oleh istri, tetapi juga suami. Selain
setia terhadap pasangan, kaum pria dapat mengurangi risiko penularan kanker
serviks dengan melakukan sunat. Dalam dunia medis yang dimaksud dengan
sunat adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh
kulit penutup depan dari penis. Beberapa penelitian membuktikan, bahwa
sunat mengurangi risiko pria dan pasangannya dari penularan berbagai
penyakit termasuk kanker serviks. Bahkan ada penelitian yang menyatakan
kalau sunat secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV/AIDS. Salah
satu ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut adalah Dr Bertran Auvert
dari Universitas Versailles, Prancis. Auvert melakukan tes terhadap 1.200
pria yang memeriksakan diri ke klinik di Afrika Selatan. Dari tes tersebut
diketahui kasus infeksi HPV pada pria yang sudah disunat jumlahnya kurang
dari 15 persen. Sementara pada pria yang belum disunat jumlahnya dapat
mencapai 22 persen. Maka penelitian ini sekaligus menjawab pertanyaan
mengapa wanita yang bersuamikan pria yang disunat berisiko lebih rendah
terkena kanker serviks.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10

7. Vaksinasi
Cervari adalah vaksin kanker serviks terbaru di Indonesia yang
ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10
tahun s/d 55 tahun) untuk pencegahan kanker serviks. vaksinmengandung
antigen untuk HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab lebih dari 70%
kasus kanker serviks di dunia. Vaksin kanker serviks GSK memberikan
100% perlindungan terhadap human papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18
yang terkait dengan lesi pra-kanker.rvarix juga memberikan perlindungan
tambahan terhadap type HPV onkogenik yang lain yaitu tipe HPV 45, 31 dan
52. Jadwal vaksinasi untuk vaksin kanker serviks GSK terdiri dari 3
dosis, diberikan pada bulan ke-0, ke-1 dan ke-6.

1. Metode deteksi dini kanker serviks


a. Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925. Organisasi Kesehatan
Dunia WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Ternyata
efektivitasnya tidak lebih rendah daripada tes Pap. Di Indonesia IVA sedang
dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus
kanker serviks di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus
yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Dengan begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya bidan sebagai
tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita ikut serta dalam menurunkan
angka kejadian kanker serviks dengan metode yang sederhana yaitu IVA tes.

Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya..


1. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
2. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
3. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
4. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan
oleh semua tenaga medis terlatih
5. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sederhana sangat sederhana.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11

6. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

Syarat ikut IVA TEST :


1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Pelaksanaan skrining IVA


Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan

Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum
Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpul- kan bahwa tes IVA
positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA
positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung
melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-
kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.

Kategori pemeriksaan IVA


Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat
dipergunakan adalah:

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12

1.IVA negative = Serviks normal.


2.IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
3.IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode
IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker
(dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan sta-dium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.

b. Pap Smear
Tes Pap diperkenalkan 1928 oleh Dr George Papnicolau. Sejak dilakukan tes
Pap, kejadian kanker serviks menurun drastis. Angka kematian akibat kanker serviks
di negara maju menurun sekitar 75 persen (dari 1940an ke 1980an). Internasional
Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan, hasil penapisan setiap lima
tahun dan mengobati penyakit prakanker mulut rahim diperkirakan dapat
menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari 80 persen.
Prosedur pemeriksaan tes Pap mudah, murah, aman, dan non-invasif. Angka
sensitivitas 90 persen. Kesalahan biasanya disebabkan oleh pengambilan, fiksasi, dan
proses pewarnaan preparat yang tidak tepat. Kesalahan lain mungkin terjadi saat
pembacaan sediaan tes Pap. Tes Pap tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya
dasar dalam menegakkan lesi keganasan serviks. Pemeriksaan tes Pap hanyalah
menapis dari sel-sel serviks wanita yang tampak sehat tanpa gejala dan kemudian
dilakukan tindak lanjut.

Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear


American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3 tahun
setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun,
petunjuknya sbb:

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13

Usia (tahun) Frekuensi


Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun
21 – 29
menggunakan Pap smear berbasis cairan
Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara
30 – 69
berurutan
Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3
Lebih dari 70 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama
10 tahun

Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes
setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
1. Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih dari
1 pasangan seks
2. Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3. Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak
pasangan seksual sebelumnya
4. Riwayat penyakit menular seksual
5. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6. Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
7. Infeksi human papilloma virus (HPV)
8. Perokok
9. Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
10. Infeksi HIV
11. Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ,
kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis

Persiapan Pap Smear


Agar pemeriksaan pap smear anda efektif, ada beberapa tips sebelum melakukan
tes:
1. Hindari berhubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau
busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap smear karena

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14

ini dapat menyembunyikan sel abnormal


2. Pap smear tidak dilakukan selama periode haid anda, walaupun tes dapat
dilakukan lebih baik untuk menghindari waktu tertentu dari siklus anda

Cara Pelaksanaan Pap Smear


Pap smear dilakukan di ruang dokter/bidan. Pertama anda berbaring di atas meja
periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara
perlahan dokter/bidan akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu
dokter/bidan akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusa (smear)
pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.

Bidan anda akan mengirim slide ke laboratorium, yang mana seorang


cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan
memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam
bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke
laboratorium. Dokter/bidan akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun
dokter/bidan akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan sel
untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi
menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan
dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional. Umumnya dokter akan
melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk
memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum).
Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap
smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.

Hasil pemeriksaan pap smear


Pap smear hanya sebagai tes skrining untuk melihat ada atau tidaknya lesi kanker,
bukan sebuah diagnosis. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal
dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang
resiko yang ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan
kemungkinan langkah anda selanjutnya:

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15

1. Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu
pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul
selanjutnya.
2. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of
undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus
ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun
perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes
berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui
adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus,
sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan
ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
3. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap
smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran,
bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker
yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk
tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih
cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.

4. Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)


Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan
dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak
jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan sumber sel abnormal.
5. Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or
adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis
hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik
menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16

Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis


ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.

Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit.
Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang. Hasil negatif palsu tidak
berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu,
yaitu:
1. Pengambilan sel yang tidak cukup
2. Sel abnormal sedikit
3. Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
4. Lesi kecil
5. Sel abnormal meniru sel benigna
6. Darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17

c. Thin Prep Test


Thin Prep Pap Test adalah Pap smear cara baru, yang mana getah leher rahim
diambil seperti biasa dengan cytobrush, tetapi tidak langsung dibuat sediaan apus
diatas kaca objek, melainkan dicelupkan atau direndam dalam botol kecil berisi
cairan fiksasi/pengawet.Cara ini memastikan sel-sel yang terkumpul pada cytobrush
lebih mudah dilepaskan ke dalam cairan pengawet dan dapat tertampung seluruhnya
sehingga tidak ada sel yang hilang.Pembuatan sediaan apus/slide diatas kaca objek
dilakukan oleh mesin Thin Prep Proccessor di Laboratorium Sitologi.
Keunggulan teknologi baru mutakhir ini ternyata dapat meningkatkan
ketelitian dan ketepatan diagnosa dalam mendeteksi sel prakanker dan sel kanker
leher rahim sehingga dapat menghindari hasil negatif palsu yang sering terjadi pada
hasil pemeriksaan Pap Smear cara konvensional. Dengan demikian hasil Thin Prep
Pap Test sangat dapat dipercaya.Thin Prep Pap Test adalah peningkatan kemampuan
yang ampuh terhadap Pap Smear cara biasa yang pertama kali dilakukan sejak
diperkenalkan 50 tahun yang lalu.Penelitian dari berbagai sumber diseluruh dunia
membuktikan bahwa hasil Thin Prep Pap Test lebih akurat (tepat) daripada hasil PAP
SMEAR cara biasa. Thin Prap Pap Test memang dikembangkan untuk mengatasi
kendala dan hasil negatif palsu yang sering ditemukan pada hasil Pap Smear cara
biasa/konvensional.Pengambil apusan getah leher rahim (dokter/bidan) dengan

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18

lembut akan mengapus sekret/getah dari leher rahim anda tanpa rasa nyeri dengan
alat cytobrush. Sekret yang didapat segera direndam atau dicelupkan kedalam botol
berisi cairan pengawet dan kemudian sampel dalam botol itu dikirim ke
Laboratorium Sitologi.

d. Pap Net
Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide Tes Pap.
Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide
hasil Tes Pap yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli
patologi/sitologi. Pusat komputerisasi Pap Net yaitu New York, Amsterdam dan
Hongkong. Saat ini di jaringan Pap Net yang ada di Indonesia slidenya dikirim ke
Hongkong. Ini skrining preparat tes Pap yang telah diwarnai dengan komputer. Pap

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19

Net bertujuan meningkatkan akurasi pemeriksaan tes Pap, karena dapat mendeteksi
sel-sel abnormal lebih teliti meski masih perlu dibaca lagi oleh tenaga ahli sitologi.

Kelebihan Pap Net adalah dapat memeriksa banyak preparat, waktu skrining lebih
cepat, tidak ada faktor kelelahan, dan akurasi lebih tinggi, alat ini dapat
mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel prakanker walaupun jumlahnya masih
sedikit sekali. Bahkan jika jumlah selnya hanya 5 pun keberadaannya sudah bisa
terdeteksi. Umumnya, pembesaran komputer yang digunakan mencapai 50, 200
dan 400 kali. Namun, alat ini tidak mempengaruhi negatif palsu yang disebabkan
oleh salah pengambilan dan harganya sangat mahal.

e. Kolposkopi
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-
15x.; untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%.
Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak putih atau
perubahan corakan pembuluh darah. Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining
awal, namun ketersediaan alat ini terbatas karena mahal.Oleh karena itu alat ini lebih
sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Tes Pap abnormal
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular
serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang
terjadi di jaringan serviks. Hampir semua NIS terjadi di daerah transformasi, yaitu
daerah yang terbentuk akibat proses metaplasia. Daerah ini dapat dilihat seluruhnya
dengan alat kolposkopi, sehingga biopsi dapat dilakukan lebih terarah. Jadi tujuan
pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis histologik tetapi
menentukan kapan dan di mana biopsi harus dilakukan. Pemeriksaan kolposkopi
dapat mempertinggi ketepatan diagnosis sitologi menjadi hampir mendekati 100%.

Di Indonesia pemeriksaan kolposkopi biasanya merupakan pemeriksaan


lanjutan setelah pemeriksaan Pap Smear, tetapi di negara maju pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan standar untuk deteksi dini terhadap kanker vulva/vagina
termasuk kanker serviks.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20

Alat Kolposkopi

f. Servikografi
Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran porsio
setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto
serviks dikirim ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai). Servikografi
terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi
diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram)
dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak
tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau
flash).

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21

Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3 %.


Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Pemeriksaan
servikografi, sitologi, servikografi dan kolposkopi dilakukan serentak pada 257 kasus
di Korea dalam skrining massal. Mereka menemukan sensitivitas servikografi, tes
Pap dan kolposkopi masing-masing 85 %, 55% dan 95%, dan spesifisitas masing-
masing 82,3%, 78,1% dan 99,7%. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan
sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas
masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian
servikografi dapat digunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-
lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi kelihatannya merupakan keharusan.

g. Gineskopi
Alat ini dikenalkan Abrams, 1987. Gineskopi menggunakan teleskop
monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan
skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera
disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%. Perbandingan yang dilakukan oleh Samsudin,dkk
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah
920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%;
predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif
palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya
gineskopi oleh tenaga paramedik/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas
pemeriksaan sitologi tidak ada.

h. Polar Probe
Metode terbaru ini masih dikembangkan di negara maju. Merupakan alat
opro-elektronik untuk mengukur biofisik dan respons optik dengan stimulasi elektrik
jaringan serviks. Akan dihasilkan energi listrik dan gelombang ringan bila ada
prakanker dan kanker. Keuntungannya, hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22

dan mudah. Seperti alat penapis lainnya, polar probe bersama tes Pap akan
meningkatkan akurasi pmeriksaan hingga lebih dari 90 persen.

i. Tes DNA - HPV


Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS dan kanker
serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV
mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV
risiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma invasif kecuali karsinoma verukosa.
Sementara itu tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong tipe HPV risiko tinggi. HPV typing
dilakukan dengan hibridasi DNA

b. Kanker Payudara
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang
perempuan terkena kanker payudara. Secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi 4 faktor, yaitu:
 Faktor Genetik
o Riwayat keluarga.
Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker payudara atau kanker
indung telur maka dapat meningkatkan risiko. Risiko akan semakin
meningkat ketika kanker payudara dialami anggota keluarga langsung
(ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan), apalagi jika
kanker tersebut menyerang saat mereka di bawah usia 50 tahun.
o Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 pada pemeriksaan
genetik terhadap darah. Kondisi ini secara bermakna meningkatkan
peluang perempuan atau pria terkena kanker payudara.

 Faktor Hormon
o Riwayat kehamilan.
Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30 tahun mempunyai
risiko lebih rendah mengalami kanker payudara dibanding perempuan
yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak sama
sekali.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23

o Riwayat menyusui.
Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan sering
menyusui dan dalam jangka waktu yang lama.
o Riwayat haid.
Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal (sebelum
usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki risiko tinggi.
o Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon,
pil KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat
jika penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.

 Faktor Diet
o Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara
menyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya
saja diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor
risiko kanker payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3
(ikan), buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu,
tempe), dan vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan
faktor risiko.
o Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur
hormonal.

 Faktor Lingkungan
o Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia
sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang
mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
o Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada
lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan
kejadian kanker payudara.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24

a. Pemeriksaan Payudara dengan Mammografi


Deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara seharusnya layak diperhatikan
dengan sungguh-sungguh oleh setiap wanita karena hal itu merupakan ujung tombak
dari proses penyembuhan kanker tersebut.Dengan deteksi dini, timbulnya sel-sel
kanker dapat segera diatasi dan dicegah penyebarannya. Kanker payudara pada tahap
awal tidak menimbulkan gejala apapun, namun bersamaan dengan berkembangnya
penyakit akan timbul gejala yang menyebabkan perubahan pada payudara. Untuk itu
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.
Disamping melakukan Sadari untuk deteksi dini kanker, kita juga perlu untuk
melakukan chek up rutin. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena perubahan tumor
jinak menjadi kanker membutuhkan waktu yang lama, sekitar 5-15 tahun, tergantung
kondisi seseorang. Bila ditemukan pada fase tumor jinak, keberhasilan pengobatan
dan kemampuan bertahan hidup pasien menjadi lebih besar.

American Cancer Society dalam proyek skrining kanker payudara


menganjurkan hal berikut ini pada wanita walaupun tidak dijumpai keluhan
apapun:
1. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
2. Wanita > 35 tahun-40 tahun melakukan mammografi.
3. Wanita > 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli.
4. Wanita > 50 tahun check up rutin/mammografi setiap tahun.
5. Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya keluarga ada yang
menderita kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan lebih sering.

Pada wanita berusia di atas 35 tahun pemeriksaan pertama yang dianjurkan


adalah mamografi. Dengan mamografi, kelainan yang teraba atau tidak teraba dapat
terlihat dan mempunyai gambaran yang khusus sehingga dapat dibedakan tumor
jinak atau ganas.Di Indonesia sendiri, wanita usia 35-39 tahun dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dasar mammografi setahun sekali. Sedangkan wanita usia
40-49 tahun dianjurkan setiap 1-2 tahun dan bagi wanita usia 50 tahun ke atas,
sebaiknya memeriksa setahun sekali, meski tidak ada keluhan.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25

Pengertian Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar X dosis
rendah yang dapat mendeteksi adanya perubahan jaringan payudara, bahkan sebelum
adanya perubahan yang kelihatan pada payudara ataupun benjolan yang dapat
dirasakan.

Cara Pelaksanaan Mammografi


Caranya, kita akan diminta berdiri di depan mesin. Beberapa menit kemudian,
payudara akan ditekan mendatar menggunakan 2 buah plat plastik. Untuk beberapa
saat, tekanan pada payudara ini akan membuat kita menjadi tak merasa nyaman.
Semakin datar posisi payudara, hasil yang diperlihatkan akan lebih bagus. Setiap
payudara akan diambil dua gambar yang seluruhnya hanya membutuhkan waktu
beberapa menit saja. Melalui gambar inilah, dokter akan memeriksa segala bentuk
kelainan yang mungkin terjadi pada payudara kita. Mammografi dianggap sebagai
senjata yang paling efektif untuk deteksi dini kanker sebab dapat mendeteksi hampir
80%-90% dari semua kasus kanker payudara.
Anjuran untuk memeriksa payudara dengan mammografi setiap tahun,
sempat menimbulkan pro dan kontra. Karena dikhawatirkan paparan sinar
rontgennya, meski dalam dosis rendah, malah akan memicu timbulnya kanker Meski
belum sempurna, namun alat yang dikembangkan sejak 1990 ini mampu mendeteksi
secara dini adanya kanker payudara. Sementara risiko terpapar radiasinya cukup
rendah, mengingat dosisnya yang amat kecil.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26

Pemeriksaan mammografi sangat wajib dilakukan pada kita yang memiliki


latar belakang berikut:
1. Memiliki keluarga yang menderita kanker payudara.
2. Memiliki siklus haid yang panjang (artinya menstruasi di usia muda tapi
menopausenya lambat).
3. Tidak pernah hamil.
4. Hamil pertama di atas usia 35 tahun.
5. Pernah menderita kanker endometrial atau kanker ovarium.
6. Mendapat radiasi untuk pengobatan keloid.
7. Pernah menjalani terapi hormon dalam jangka waktu cukup lama.

Memang tidak dipungkiri kadang mammografi gagal mendeteksi tumor atau kadang
menunjukkan ada tumor padahal tidak ada. Yang paling baik adalah gabungan
pemeriksaan mammografi dan pemeriksaan fisik payudara. Pada perempuan usia di
bawah 35 tahun yang jaringan payudaranya masih cukup padat apabila dalam
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan maka pemeriksaan lanjutan adalah USG
payudara. Alat ini juga tersedia di berbagai klinik dan rumah sakit dan dapat dengan
mudah membedakan benjolan berisi cairan (kista) dengan benjolan padat (solid).

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27

Dibawah ini adalah langkah pemeriksaan yang dapat kita lakukan untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara :
Usia Pendapat Pakar Apa yang Perlu Dilakukan
Di bawah 40 tahun Umumnya mereka Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
sependapat Tidak perlu mammografi

Dibawah 40 tahun tapi Mintalah program khusus Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
beresiko tinggi (saudara pada dokter Pemeriksaan fisik setahun sekali.
perempuan atau ibu Mulai pemeriksaan mammografi
menderita kangker payudara 5 - 10 tahun sebelum usia ibu atau
pada usia muda saudara perempuan kita terserang
kangker payudara.

40-49 tahun, tidak beresiko Masih silang pendapat. Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
tinggi Pemeriksaan fisik 1-2 kali/tahun.
Mammografi boleh tidak
dilakukan atau setahun sekali.

40-49 tahun beresiko tinggi Masih silang pendapat Pemeriksaan fisik setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

50-74 tahun dengan resiko Umumnya setuju Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
normal atau tinggi Lakukan pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

75 tahun atau lebih Masih silang pendapat Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.

b. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)


Berikut cara pemeriksaan payudara yang bisa dilakukan sendiri:
1. Inspeksi (melihat) payudara di muka cermin
Berdirilah di muka cermin, kemudian gantungkan kedua lengan secara lemas disisi
tubuh.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28

Perhatikan apakah ada kelainan pada payudara, seperti :


 ketidaktarikan kulit,
 puting susu masuk ke dalam,
 benjolan,
 borok pada payudara,
 perubahan warna kulit,
• pori-pori yang melebar seperti kulit jeruk,
• atau ketidaksamaan bentuk/besar payudara kanan dan kiri.
• Kemudian angkat kedua lengan di samping kepala. Perhatikan apakah ada
kelainan atau ketidaksamaan gerakan payudara kanan-kiri pada saat lengan
diangkat.

2. Palpasi (meraba) payudara sambil berbaring


Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan ujung 4 jari tangan (jari telunjuk sampai
dengan kelingking) kecuali jempol. Lakukan perabaan, dengan tangan kiri untuk
payudara kanan dan dengan tangan kanan untuk payudara kiri. Pada saat
memeriksa payudara sebelah kanan, punggung kiri diganjal bental, demikian pula
sebaliknya saat memeriksa payudara kiri.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29

Lakukan palpasi dengan sirkuler (melingkar), mengitari putting susu


kemudian pindah ke daerah di atasnya, lakukan itu secara melingkar juga.
demikian seterusnya sampai ke tepi.
Perhatikan, apakah ada perbedaan kepadatan antara payudara kanan
dengan payudara kiri, atau teraba benjolan, dan terasa nyeri pada bagian yang
anda raba, kalau iya pastikan di mana letaknya.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30

3. Memijat puting susu dengan jari


Perhatikan apakah ada cairan abnormal yang keluar dari putting susu, seperti
cairan jernih, nanah, darah atau yang lainnya.

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31

EVALUASI
1. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut, yaitu:
a. Perdarahan vagina yang abnormal
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
d. Dari vagina keluar air kencing atau tinja
Jawab D
2. Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, kecuali:
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang mahal
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan.
Jawab B
3. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Dr George Papnicolau,
yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
Jawab D
4. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Hinselman, yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
Jawab A
5. Mengidentifikasi dan mendeteksi sel abnormal pada serviks dilakukan secara
komputerisasi, disebut:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Pap Net

Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32

d. Pap smear
Jawab C

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Dimensi Sosial Wanita dan


Permasalahannya
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 1

SUB TOPIK
a. Status Sosial Wanita
b. Nilai Wanita
c. Peran Wanita

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Status Sosial Wanita
2. Nilai Wanita
3. Peran Wanita

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 2

1. STATUS SOSIAL WANITA

Status adalah kedudukan seseorang dalam keluarga dan masyarakat. Status sosial
wanita adalah kedudukan wanita yang akan mempengaruhi bagaimana wanita
diperlakukan, dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
Pola patriaki beranggapan bahwa posisi wanita sebagai mahkluk yang berbeda
dibawah laki-laki, sehingga banyak perempuan sering mendapatkan perilaku yang
tidak manusiawi dan tidak senonoh. Status sosial yang rendah tersebut dapat
menimbulkan tindakan diskriminasi.

Bentuk diskriminasi yang timbul:


1. Menginginkan anak laki-laki daripada perempuan
2. Tidak punya hak hukum dan kekuasaan
3. Terlalu banyak anak dan terlalu sering melahirkan

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status sosial diantaranya:


1. Memperbaiki derajat kesehatan
2. Bicarakan dengan pasangan hidup atau keluarga
3. Berusaha untuk memajukan kesehatan dan masa depan anak-anak
4. Berbagi informasi

2. NILAI WANITA

Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian oleh
seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. Nilai bersifat pribadi, membentuk
dasar perilaku seseorang, diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten,
komponen intelektual dan emosional.
Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai kedudukan khusus
didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki karena sebenarnya dimata Tuhan tidak
ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya seorang wanita dapat
menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 3

Ungkapan dalam masyarakat bahwa “orang hilang kehormatan karena wanita, awal
dari permusuhan adalah wanita.
Kedudukan dan nilai wanita dalam “Agama” yaitu Islam membolehkan poligami
yang bukan berarti Islam melecehkan hak dan martabat wanita, karena poligami yang
diperbolehkan jika laki-laki itu mampu berbuat adil. Islam mengharamkan
perzinahan karena merupakan perilaku pelecehan terhadap wanita dan perilaku yang
tidak bertanggung jawab.
Pernikahan dianggap oleh masyarakat dan orang tua sebagai puncak kesuksesan
sebagai orang tua dan puncak kebahagiaan bagi anak perempuan. Jika anak gadis
sampai usia tertentu belum menikah dianggap suatu aib bagi keluarga dan orang tua
dianggap gagal dalam mengurus dan membesarkan anak.
Tata nilai sosial
1. norma kemurnian dan kesucian
2. norma kesucian pikiran
3. budaya perkawinan
4. budaya reproduksi
5. homoseksualitas

3. PERAN WANITA
Hak yang dimiliki seorang wanita dan laki-laki adalah sama yaitu hak untuk
hidup dihargai, dihormati, pintar dan maju, mencapai cita-cita dan hak mendasar
lainnya, dengan hak tersebut mereka diakui sebagai kaum yang sejajar dengan laki-
laki, bukan sebagai pesaing melainkan sebagai mitra
Hasil kajian Mayling Oey-Gardiner (1991) secara implut dapat diartikan bahwa
wanita lebih berhasil disekolah daripada laki-laki (Dalam Perempuan dan
Pemberdayaan Ibu). Keberhasilan wanita disekolah dapat berarti terbukanya peluang
yang lebih luas bagi wanita untuk memilih jenis pekerjaan sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya.
Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukan adanya kaitan antara
hasil kerja dengan saluran waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.
Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika dia mampu menghasilkan keluaran

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 4

(output) yang lebih banyak dari tenaga kerja yang lain untuk saluran waktu yang
sama.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, seperti pendidikan
keterampilan, disiplin, etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan,
jaminan social, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen
dan kesempatan berprestasi.
Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) adalah salah satu hirarki
kebutuhan (Hierarchy of Need) dari Abraham Maslow yang menduduki posisi paling
tinggi setelah terpenuhinya kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan social
dan kebutuhan penghargaan.
Aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan potensi diri
(Thoha 1992). Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut yaitu:
1. Teori Nature adalah yang mengganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita disebabkan oleh factor-faktor biologis yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan.
2. Teori Nurture adalah yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak
dibawa sejak lahir
Keikutsertaan kaum wanita untuk bekerja sama dengan kaum pria menimbulkan
adanya peran ganda wanita. Secara konseptual peran ganda wanita mengandung
beberapa kelemahan dan ambivalensi, yaitu:
1. Sifat dan jenis pekerjaan wanita untuk tertentu dan sesuai dengan kodrat
wanitanya
2. Wanita tidak sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi
3. Pengakuan sistem pembagian kerja seksual yang bersifat biologis semata
4. Merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode or
production yang ada
5. Bersifat etnosentris dan mengacu pada klas tertentu dan secara cultural
(Sjahrir 1985 etx)
Fungsi perlindungan dan hak-hak yang diberikan cenderung dibatasi hanya untuk
menjalankan fungsi keibuan, yang sering dilupakan bahwa wanita adalah seorang
manusia yang mempunyai hak dan kedudukan sama dengan laki-laki.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 5

Peran wanita lainnya adalah:


a) Peran Biologis
· Melahirkan dan
· Menyusui
b) Peran Sosial
· mendidik anak
· mengelola dan merawat kebersihan rumah
· sosialisasi dirumah

Pendekatan yang dipakai adalah prinsip non diskriminatif dan persamaan menuju
kesetaraan.
Hak-hak tersebut adalah:
1) Hak Perempuan dalam Kehidupan Politik dan Kemasyarakatan negaranya,
diatur di dalam Pasal 7 CEDAW. Termasuk di dalamnya adalah:
i) Hak untuk memilih dan dipilih
ii) Hak untuk berpartisiapsi dalam perumusan kebijaksanaan pemerintah dan
implementasinya
iii) Hak untuk memegang jabatan dalam pemerintah dan melaksanakan
segala fungsi pemerintahan di segala tingkat;
iv) Hak berpartisipasi dalam organisasi-organisassi dan perkumpulan-
perkumpulan non-pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat dan politik negara.

2) Hak perempuan untuk mendapat kesempatan mewakili pemerintah mereka


pada tingkat internasional dan berpartisipasi dalam pekerjaan untuk mewakili
pemerintah dalam tingkat internasional dan berpartisipasi dalam organisasi-
organisasi internasional , diatur dalam pasal 8 CEDAW.

3) Hak perempuan dalam kaitan dengan Kewarganegaraannya, diatur di dalam


pasal 9 CEDAW, yang meliputi:

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 6

i) Hak yang sama dengan pria untuk memperoleh, mengubah atau


mempertahankan kewarganegarannya.
ii) Hak untuk mendapatkan jaminan bahwa perkawinan dengan orang asing
tidak secara otomatis mengubah kewarganegarannya atau menghilangkan
kewarganegaraannya.
iii) Hak yang sama dengan pria berkenaan dengan penentuan
kewarganegaraan anak-anak mereka.

Pasal 7-9 CEDAW dalam hal tertentu secara jelas menegaskan kembali hak-hak yang
harus dimiliki oleh perempuan lebih detil daripada ICCPR. Hanya ada beberapa
pasal yang terdapat dalam ICCPR tetapi tidak dicantumkan dalam CEDAW. Hal ini
tidak berarti bahwa perempuan tidak memiliki hak politik dan sipil selain yang
tertera di dalam CEDAW, namun karena sifatnya menguatkan dan saling
melengkapi, apa yang ada di dalam ICCPR tetapi tidak tertera dalam CEDAW tetap
menjadi hak perempuan.

Terhadap hak-hak politik dan sipil yang disebutkan di atas, CEDAW


menyatakan negara memiliki kewajiban:

1. Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapuskan


diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan politik dan
kehidupan kemasyarakatan atas dasar persamaan dengan laki-laki.
2. Membuat peraturan-peraturan yang tepat menjamin adanya kesempatan
bagi perempuan untuk mewakili pemerintahan maupun bekerja di
tingkat internasional.
3. Memberikan hak yang sama dengan pria untuk memperoleh, mengubah
atau mempertahankan kewarganegarannya.

4. Menjamin bahwa perkawinan dengan orang asing tidak akan mengubah


status kewarganegaraan ataupun kehilangan status kewarganegaraan.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 7

5. Memberi hak yang sama antara laki-laki dan perempuan menentukan


kewarganegaraan anak-anak mereka.

II. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Kaum Perempuan


Hak Asasi Manusia dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya dapat ditemukan di
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan ICESCR (Internasional Kovenan
Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) Pasal 2 ICESRC menyatakan hak yang sama
antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati ekonomi, sosial dan budaya yang
meliputi:

1. Hak untuk mencari nafkah dan memilih pekerjaan (pasal 6)


2. Hak menikmati kondisi kerja yang adil dan menguntungkan (pasal 7)
3. Hak untuk membentuk serikat pekerja , terlibat dalam serikat pekerja (pasal 8)
4. Hak atas jaminan sosial dan asuransi sosial (pasal 9)
5. Hak mendapatkan perlindungan khusus terhadap kehamilan (pasal 10)
6. Hak mendapat perilaku yang non diskriminatif (pasal 10)
7. Hak atas standar kehidupan yang layak (pasal 11)
8. Hak atas standar tertinggi kesehatan (pasal 12)
9. Hak atas pendidikan (pasal 13)
10. Hak berpartisipasi dalam kehidupan budaya, penikmatan manfaat teknologi
dan kemajuan teknologi (pasal 15) .
11. Hak mendapat perlindungan atas karya dan budaya (pasal 15)
Dari berbagai hak-hak yang sudah diatur terlebih dahulu, CEDAW menekankan hak-
hak tersebut dalam hal: hak yang sama dalam bidang pendidikan, pekerjaan
kesehatan dan hak-hak khusus perempuan di daerah pedesaan.

a) Hak di bidang Pendidikan diatur pada pasal 10


Hak-hak yang mendapat tekanan khusus oleh CEDAW dalam bidang pendidikan
adalah hak:

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 8

1. Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan baik di tingkat taman


kanak-kanak, umum, teknik serta pendidikan keahlian teknik tinggi dan segala
macam pelatihan kejuruan.
2. Pengikutsertaan pada kurikulum, ujian, staf pengajar dengan standar kualifikasi
yang sama, serta gedung dan peralatan sekolah yang berkualitas sama.
3. Penghapusan konsep yang steriotif mengenai peranan laki-laki dan perempuan
dalam segala tingkatan bentuk pendidikan.
4. Kesempatan yang sama dalam mendapatkan beasiswa.
5. Kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam program pendidikan kelanjutan,
pendidikan orang dewasa dan pemberantasan buta huruf.
6. Pengurangan angka putus sekolah pelajar putri dan penyelenggaraan program
untuk gadis-gadis dan perempuan yang putus sekolah.
7. Berpartisipasi secara aktif dalam olahraga dan pendidikan jasmani.
8. Memperoleh penerangan untuk menjamin kesehatan, kesejahteraan, keluarga
dan keluarga berencana.

Kewajiban negara dalam konteks hak tersebut meliputi:


􀂾 Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapuskan diskriminasi
terhadap perempuan guna menjamin hak yang sama dengan laki-laki di lapangan
pendidikan.

􀂾 Menghapuskan konsep yang strereotif mengenai peran laki-laki dan perempuan


dalam bidang pendidikan, termasuk dalam buku wajib, program dan metode
belajar.

􀂾 Mengurangi angka putus sekolah untuk perempuan.

b) Hak Kerja – pasal 11 CEDAW


CEDAW menurunkan hak kerja sebagaimana telah diatur di dalam ICESCR sebagai
berikut:

1. Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 9

2. Hak atas kesempatan kerja yang sama termasuk dalam hal seleksi.
3. Hak memilih profesi dan pekerjaan, mendapat promosi, jaminan pekerjaan,
semua tunjangan, serta fasilitas kerja, pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang.
4. Hak menerima upah yang sama termasuk tunjangan, termasuk persamaan
perlakuan dalam penilaian kualitas kerja.
5. Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam pensiun, pengangguran, sakit, cacat,
lanjut usia.
6. Hak atas masa cuti yang dibayar.
7. Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Hak atas perlindungan khusus terhadap fungsi melanjutkan keturunan dalam
bentuk:
􀂾 Tidak dipecat atas dasar kehamilan atau atas dasar status perkawinan
􀂾 Pengadaan cuti hamil dengan bayaran
􀂾 Pengadaan pelayanan sosial dalam bentuk tempat penitipan anak.
􀂾 Pemberian pekerjaan yang tidak berbahaya bagi kehamilan.

Kewajiban negara terhadap penjaminan hak tersebut meliputi:


􀂾 Membuatkan peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapus
diskriminasi terhadap perempuan guna menghapus diskriminasi terhadap
perempuan dalam lapangan pekerjaan atas dasar persamaan antara laki-
laki dan perempuan.
􀂾 Mencegah diskriminasi terhadap perempuan atas dasar perkawinan dan
kehamilan.

􀂾 Peninjauan terhadap peraturan yang ditujukan untuk melindungai


perempuan secara berkala guna melakukan revisi, pencabutan ataupun
perluasan berdasarkan kebutuhan.

c) Hak dalam bidang Kesehatan, pasal 12 CEDAW


Di dalam ICESCR disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk menikmati standar
tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental terutama hak untuk:

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 10

1. Bebas dari kematian saat melahirkan.


2. Perkembangan kesehatan sejak kanak-kanak.
3. Berada dalam lingkungan yang sehat dan terbebas dari polusi industri.
4. Pengobatan dan bebas dari penyakit yang menular termasuk yang berhubungan
dengan kerja.
5. Mendapatkan pelayanan dan perhatian medis.

CEDAW pasal 12 mencantumkan hak-hak perempuan untuk mendapat pelayanan


kesehatan, khususnya pelayanan yang berkaitan dengan KB, kehamilan, persalinan
dan sesudah masa persalinan (termasuk makanan bergizi selama masa kehamilan).

Kewajiban negara berkaitan dengan kesehatan adalah:


􀂾 Membuat perempuan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap
perempuan di bidang pemeliharaan kesehatan.
􀂾 Menjamin diperolehnya pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan KB,
kehamilan, persalinan, dan sesudah masa persalinan atas dasar persamaan
antara laki-laki dan perempuan. Termasuk di dalamnya adalah menjamin agar
pelayanan tersebut layak, dan bila diperlukan diberikan cuma-cuma, termasuk
pemberian makanan bergizi yang cukup selama kehamilan dan masa menyusui.

d) Hak lainnya dalam bidang ekonomi dan sosial, Pasal 13 CEDAW


CEDAW juga mencantumkan hak yang sama atas dasar persamaan dalam hal
mendapatkan:

􀂾 Hak atas tunjangan keluarga


􀂾 Hak atas pinjaman bank, hipotek dan lain-lain bentuk kredit permodalan
􀂾 Hak untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi, olahraga, dan semua
segi kehidupan kebudayaan.

Kewajiban negara berkaitan dnegan hak tersebut adalah: membuat peraturan-


Peraturan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan khusus atas
dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 11

e) Hak-hak khusus perempuan di pedesaan.


CEDAW meletakkan hak-hak khusus untuk perempuan pedesaan yang meliputi hak-
hak :
􀂾 Untuk berpartisipasi dalam perluasan dan implementasi perencanaan
pembangunan di segala tingkatan.
􀂾 Untuk memperoleh fasilitas pemeliharaan kesehatan yang memadai, termasuk
penerangan, penyuluhan, dan pelayanan dalam keluarga berencana.
􀂾 Untuk mendapatkan manfaat langsung dari program jaminan sosial.
􀂾 Untuk memperoleh segala jenis pelatihan dan pendidikan, baik formal maupun
non formal, termasuk yang berhubungan dengan pemberantasan buta huruf
fungsional maupun penyuluhan isu lainnya.
􀂾 Untuk membentuk kelompok-kelompok swadaya dan koperasi supaya
memperoleh peluang yang sama terhadap kesempatan ekonomi (pekerjaan atau
kewiraswataan).
􀂾 Untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan masyarakat.
􀂾 Untuk dapat memperoleh kredit dan pinjaman pertanian, fasilitas pemasaran,
teknologi tepat guna dan perlakuan sama pada land reform dan urusan-urusan
pertahanan termasuk pengaturan-pengaturan tanah pemukiman.
􀂾 Untuk menikmati kondisi hidup yang memadai, terutama yang berhubugan
dengan perumahan, sanitasi, penyediaan listrik, air, pengangkutan dan
komunikasi.

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 12

EVALUASI

1. Bentuk diskriminasi yang sering timbul pada wanita, kecuali:


a. Menginginkan anak laki-laki daripada perempuan
b. Tidak punya hak hukum dan kekuasaan
c. Terlalu banyak anak dan terlalu sering melahirkan
d. mendapat pendidikan yang sama dengan laki-laki
Jawab D
2. Sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian oleh seseorang
sesuai dengan tuntutan hati nuraninya, disebut
a. Status
b. Nilai
c. Peran
d. Moral
Jawab B
3. Dibawah ini merupakan peran biologis wanita, yaitu:
a. mendidik anak
b. mengelola dan merawat kebersihan rumah
c. melahirkan
d. sosialisasi dirumah
Jawab C
4. Mengganggap bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh
factor-faktor biologis yang sudah ada sejak manusia dilahirkan, merupakan:
a. teori nurture
b. teori nature
c. aktualisasi diri
d. hirarki kebutuhan
Jawab B
5. Secara konseptual peran ganda wanita mengandung beberapa kelemahan dan
ambivalensi, kecuali:

Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 13

a. Sifat dan jenis pekerjaan wanita untuk tertentu dan sesuai dengan kodrat
wanitanya
b. Wanita sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi
c. Pengakuan sistem pembagian kerja seksual yang bersifat biologis semata
d. Merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode or
production yang ada
Jawab B

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Permasalahan Kesehatan Wanita dalam


Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 1

SUB TOPIK
a. Kekerasan terhadap perempuan
b. Perkosaan
c. Pelecehan seksual
d. Single parent
e. Perkawinan usia tua dan muda
f. wanita di tempat kerja
g. incest

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Kekerasan terhadap perempuan
2. Perkosaan
3. Pelecehan seksual
4. Single parent
5. Perkawinan usia tua dan muda
6. wanita di tempat kerja
7. incest

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,“Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2

bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,


Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
10. Jasin, Faizah.2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta : ANDI
11. Arivia, Gadis, 2003, Filsafat Bersfektif Feminis, Yayasan Jurnal Perempuan,
Jakarta.
12. Aziz, Aina Rumiati, 2002, “Perempuan Korban Di Ranah Domestik”,

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3

1. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Laporan tahunan terakhir Komnas Perempuan yang mengkompilasi data dari
280 lembaga (Negara dan masyarakat) dari seluruh wilayah Indonesia, sebanyak
22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan telah ditangani oleh 258 organisasi di
32 provinsi pada tahun 2006. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya,
yaitu 20.391 kasus yang ditangani selama tahun 2005 dan 14.020 kasus di tahun
2004. Peningkatan jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan baik pada
pengetahuan korban bahwa kekerasan tidak dapat ditolelir, terutama dengan
diberlakukannya Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga di akhir
tahun 2004, maupun juga pada kemampuan untuk mengumpulkan data nasional.
Secara umum, tahun 2006, dari 22.512 kasus, 74% merupakan tindak kekerasan
dalam rumah tangga, 23% tindak kekerasan dalam masyarakat dan sebanyak 43
kasus adalah kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh negara. Selama
masa pengumpulan data nasional, kekerasan dalam rumah tangga tetap merupakan
bentuk kekerasan terhadap perempuan yang tertinggi yang ditangani oleh institusi
negara dan organisasi kemasyarakatan.

1. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.


a. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, yang diangkat pada
Konferensi Dunia Wanita III di Nairobi, yang berhasil menggalang konsesus
internasional atas pentingnya mencegah berbagai bentuk kekerasan terhadap
perempuan dalam kehidupan sehari-hari di seluruh masyarakat dan bantuan terhadap
perempuan koban kekerasan. Oleh karena kekerasan terhadap perempuan merupakan
konsep baru, maka mengenai definisi atau batasan kekerasan terhadap
perempuan (baca:istri) dalam rumah tangga anampaknya belum ada definisi tunggal
dan jelas dari para ahli atau pemerhati maslah-masalah perempuan. Walaupun
demikian kirannya perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai hal tersebut.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4

Pengertian
Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi
tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap
individu yang lain dalam hubungan, rumah tangga atau hubungan intim (karib).

Kekerasan dalam rumah tangga adalah


perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran .Termasuk juga
ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga (Kemala
Candrakirana,2005:

Kekerasan terhadap perempuan adalah


kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau juga dikenal dengan
kekerasan dalam rumah tangga (Carwoto, 2000: 85).
Deklarasi Tentang Eliminasi Kekerasan terhadap Perempuan ( 1993 ) mendefinisikan
Kekerasan Terhadap Perempuan sebagai berikut :
“ Segala bentuk tindak kekerasan berbasis jender yang berakibat, atau mungkin
berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
perempuan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi “
Dengan demikian, Kekerasan Terhadap Perempuan meliputi :
 Kekerasan Fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk
pemukulan, kekerasan seksual terhadap anak perempuan, pemaksaan isteri
untuk melakukan hubungan seksual, penyunatan alat kelamin perempuan.
 Kekerasan fisik seksual dan psikologis yuang terjadi di masyarakat, termasuk
perkosaan, penyalahgunaan dan pelecehan seksual serta intimidasi ditempat
kerja, institusi pendidikan dan dimanapun.
 Penjualan perempuan dan prostitusi paksa
 Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau dibiarkan oleh
negara dimana pun hal itu terjadi.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 5

Tabel 1. Berbagai fakta kekerasan terhadap perempuan di dunia dan di


Indonesia
Wilayah kekerasan
terhadap Dunia Indonesia
perempuan

Kekerasan fisik, a. Kekerasan Dalam a. Suami membentak istri,


seksual dan Rumah Tangga (KDRT) suami main serong,
psikologis yang pernah dialami oleh 20- suami tidak
terjadi di dalam 50% perempuan (UN, memberikan uang
keluarga. 1997) belanja cenderung
b. Female Genital kurang dianggap
Mutilation Diperkirakan sebagai tindak
setiap tahun dua juta anak kekerasan oleh suami.
perempuan menderita Sementara istri menilai
akibat praktek sebagai tindak
sunat/mutilasi (ibid, kekerasan (Kollmann,
1997) 1998)
c. Dalam sebuah studi di
Kanada tahun 1993
(N=420), ditemukan 54%
pernah mengalami bentuk
kegiatan seksual yang
tidak diinginkan sebelum
berumur 16 tahun.
Sekitar 51% dilaporkan
menjadi korban
perkosaan atau upaya
perkosaan (UN, 1995)
d. Sebuah studi yang

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6

dilakukan pada negara-


negara di Asia Selatan
ditemukan bahwa dalam
jangka dua setengah
tahun terdapat 58%
pembunuhan bayi
perempuan dengan cara
memberikan getah dari
tanaman beracun pada
makanan bayi atau
dengan membuat bayi
tersedak akibat adanya
butiran beras dalam
susunya sehingga
tersangkut di tenggorokan
bayi (UN, 1995)
Kekerasan secara a. Penyerangan secara c. Sebuah pemantauan
fisik, seksual dan seksual sering dilakukan yang dilakukan oleh
psikologis yang oleh seorang yang Kalyanamitra selama
terjadi dalam dipercaya korban, seperti tahun 1997 hingga
masyarakat luas suami, ayah, anggota awal Maret 1999
keluarga lainnya, dokter, terhadap berita yang
pelatih, pembimbing dimuat di dalam surat
rohani, teman, pimpinan kabar menunjukkan
perusahaan atau teman terjadi peningkatan
kencan. Umumnya, kasus korban
pelaku menjebak atau perkosaan dari 299
mengancam korban. Dua kasus pada tahun 1997
pertiga dari penyerangan menjadi 338 kasus
seksual terjadi di dalam pada tahun 1998
rumah (Morris, 2002). (Farha, 2000)

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 7

b. Ketakutan akan adanya d. Dalam sebuah studi


kekerasan membatasi mengenai tindak
kehidupan perempuan. kekerasan terhadap
42% perempuan merasa perempuan di
tidak aman berjalan di Sumatera Utara
sekitar lingkungan ditemukan
rumahnya pada malam peningkatan kasus
hari, hanya 10% laki- pencabulan dari 5
laki saja yang merasa kasus pada tahun 1999
seperti itu. Di Kanada, menjadi 19 kasus pada
pada musim dingin pukul tahun 2000 (Pusat
3.30 sore keadaan sudah Informasi dan
mulai gelap, malahan di Komunikasi
bagian Utara lebih cepat Perempuan (PIKP,
lagi. Lebih dari sepertiga Sumut) 2001 dalam
(37%) perempuan Sofian, 2002)
khawatir jika sendirian di
dalam rumah mereka
pada saat sore atau
malam hari. (ibid.,
2002).
Kekerasan secara a. Perempuan yang Dalam sebuah studi yang
fisik, seksual dan mempunyai keterbatasan dilakukan di daerah
psikologis yang bahasa resmi yang Banjarnegara, Jawa Tengah
dilakukan atau digunakan sehari-hari, yang melibatkan 10 desa
dibenarkan oleh menemui banyak yang tersebar di 3
negara kesulitan terhadap akses kecamatan ditemukan
pelayanan dan sistem adanya bentuk kekerasan
hukum yang berlaku. yang dilakukan oleh
Ketika kedua hal ini sulit pemerintah atau
dijangkau, perempuan penyelenggara negara yaitu

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 8

bertambah sulit untuk (Sodikin dalam Fatayat


lepas dari kekerasan. edisi II/April, 2002):
(Morris, 2002). (1) Diberlakukannya
b. Pemerintah India secara UU dan Peraturan
aktif telah melakukan yang bias jender
kekerasan terhadap hak (2) Larangan bagi
reproduksi perempuan. perempuan telah
Sterilisasi adalah metode menikah untuk
kontrasepsi yang memiliki nomor
dipaksakan terhadap pajak sendiri
perempuan miskin ketika (3) Minimnya
mereka telah berumur 21 anggota legislatif
tahun (RH Afinity Group perempuan di
Meeting, 1999). DPRD
(4) Minimnya
pegawai
perempuan dalam
instansi
pemerintah pada
posisi strategis,
sehingga
berpengaruh
terhadap kebijakan
yang tidak
responsif jender

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9

Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.


Mencermati pendapat dari para ahli mengenai istilah-istilah yang dipakai untuk
menyatakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan nampaknya belaum ada
kesamaan istilah, ada yang memakai bentuk-bentuk, ada yang memakai jenis-jenis.

Beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut:


a. Kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, mencekik dan sebagainya.
b. Kekerasan psikologis, seperti : berteriak, menyumpah, mengancam,
melecehkan dan sebagainya.
c. Kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang mengarah
keajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan
seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya.
d. Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, menahan atau tidak
memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.
e. Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban,
memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu
(Kristi E. Purwandari, 2002).

2. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam


Rumah Tangga.
1. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri terhadap suami
dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya
demikian karena kemandirian istri juga dapat menyebabkan istri menerima
kekerasan oleh suami.
2. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan istri
menjadi korban kekerasan.
3. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau
suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
4. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga dari pihak
suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan
terhadap istri.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 10

5. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaran agama yang
salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam
rumah tangga.
6. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri
secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan (Fathul Djannah, 2002: 51).

Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu :


1. Budaya patriarki yang mendudukan laki—laki sebagai mahluk superior dan
perempuan sebagai mahluk interior.
2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki
boleh menguasai perempuan.
3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul,
biasanya akan meniru perilaku ayahnya (Aina Rumiati Aziz, 2002: 2).

Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap


perempuan,:
1. Karena suami cemburu.
2. Suami merasa berkuasa.
3. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin.
4. Ikut campurnya pihak ketiga (mertua).
5. Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan).
6. Karena suami suka berjudi (Sukerti, 2005: 84).

Akibat kekerasan terhadap perempuan


Kekerasan terhadap perempuan dapat berakibat hal-hal sebagai berikut ;
1. Akibat fisik ( terhadap perorangan )
 luka berat dan kematian akibat perdarahan
 Infeksi, seperti ISR, PMS, HIV/AIDS
 Penyakit radabng panggul yang kronik, yang dapat berakibat
infertilitas
 Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11

2. Akibat Non fisik ( terhadap perorangan )


 Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah
diri, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan
obat, menarik diri.
 Trauma terhadap hubungan seksual, disfungsi seksual
 Perkawinan yang tidak harmonis
 Bunuh Diri
3. Akibat Terhadap Masyarakat
 Bertambahnya biaya pemeliharaan kesehatan
 Efek terhadap produktivitas
 Kekerasan Terhadap Perempuan di lingkungan sekolah dapat
mengakibatkan putus pendidikan karena terpaksa keluar sekolah.

Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Kekerasan terhadap Perempuan antara
lain :
1. Masyarakat menyadari/mengakui kekerasan terhadap perempuan sebagai
masalah yang perlu diatasi
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat kerja
3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri
4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang
5. Melakukan akasi menentang kejahatan seperti kecanduan alkohol, perkosaan
dan lain-lain antara lain melalui organisasi masyarakat
Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan,
antara lain:
1. Melakukan penyuluhan untuk mencegah dan penanganan Kekerasan
Terhadap Perempuan
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 12

3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk


menanggulangi masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi
terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi.
4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap
perempuan.

Kekerasan Terhadap Perempuan Dari Perspektif Gender.


Faham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan, yang sementara
diyakini sebagai kodrat Tuhan. Sebagai kodrat Tuhan akibatnya tidak dapat dirubah.
Oleh karena gender bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan
berperilaku dalam masyarakat. Perbedaan perempuan dan laki-laki akibat gender
ternyata melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi, dominasi,
diskriminasi, marginalisasi, stereotype. Bentuk ketidak adilan tersebut merupakan
sumber utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Hal tersebut di atas terjadi
karena adanya keyakinan bahwa kodrat perempuan itu halus dan posisinya di bawah
laki-laki, bersifat melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga. Dengan demikian
maka perempuan disamakan
dengan barang (properti) milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan
sewenangwenang. Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki. Sistem ini
hidup mulai dari tingkat kehidupan masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan
bahkan sampai pada tingkat kelas tinggi. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat
dan negara.

Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah


Tangga.
Akar kekerasan terhadap perempuan karena adanya budaya dominasi lakilaki
terhadap perempuan atau budaya patriarki. Dalam struktur dominasi laki-laki ini
kekerasan seringkali digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan perbedaan
pendapat, untuk menyatakan rasa tidak puas dan kadangkala untuk
mendemontrasikan dominasi semata-mata.
Kekerasan terhadap perempuan sering tidak dinggap sebagai masalah besar atau
masalah sosial karena hal itu merupakan urusan rumah tangga yang bersangkutan

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13

dan orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dalam kaitan itu sesuai dengan
pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa kejahatan dari kekerasan rumah
tangga sudah merupakan suatu yang rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi
dan bukan merupakan masalah sosial (Susan L. Miler, 2000:289).
Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas tidak berarti menjadikan alasan
untuk tidak memberikan perlindungan hukum yang memadai terhadap perempuan
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Perlindungan hukum adalah
setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi kekerasan
terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan
kekerasan ekonomi. Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat
dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat penegak
hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain sebagainya. Yang jelas pihak-
pihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami.
Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak
atau dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana, ke rumah
asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya budaya di mana
perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab suaminya. Sehingga apabila
terjadi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sering tidak terungkap
kepermukaan karena masih dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit
terungkapnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti
perempuan korban kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga.

Sebelum keluarnya U U No. 23 Tahun 2004, perlindungan hukum terhadap


perempuan korban kekerasan suami diatur dalam Pasal 356 ayat 1, KUHP. Pasal
1365 KUHPerdata., Pasal 24 U U No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Pasal 1 U
U No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita/Perempuan, Pasal 17 U U NO. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Setelah berlakunya U U No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pelaku kekerasan dalam
rumah tangga dalam rumah tangga diatur dalam Bab II, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14

Pasal 8 dan Pasal 9 U U No. 23 Tahun 2004. ketentuan pidananya diatur pada Pasal
44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50.

Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan, antara


lain:
1. Melakukan penyuluhan untuk mencegah dan penanganan Kekerasan
Terhadap Perempuan
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan
3. Bermitra dan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk
menganggulangi masalah kekerasan terhadap perempuan dengan instansi
terkait : LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi.
4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban kekerasan terhadap
perempuan

2. PERKOSAAN

Defenisi:
Perkosaan adalah ”serangan/penganiayaan” seksual karena perkosaan merupakan
suatu tindakan kekerasaan, dengan menggunakan seks sebagai alat kekerasan.

Wanita Yang beresiko :


1. Wanita yang menderita cacat
2. Wanita di tempat pengungsian
3. Wanita yang hidup di jalanan
4. Pembantu Rumah Tangga
5. Wanita yang berpenampilan sensual

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15

Jenis perkosaan dan kekerasan seksual


- Perkosaan oleh orang yang kita kenal
1. Perkosaan oleh suami atau bekas suami.
Bila hukum dan tradisi memperlakukan wanita sebagai hak milik dari suami,
maka suami akan berfikir bahwa dia punya hak penuh untuk menuntut
pelayanan seksual dari istri kapanpun dia kehendaki, meskipun si wanita
tidak menginginkannya.
2. Seorang wanita bisa diperkosa oleh pacarnya.
Pacarnya mungkin bilang bahwa dia punya hak untuk hubungan seksual
karena dia telah menghabiskan uang untuk wanita tersebut, karena wanita
sering menggoda yang menjurus kearah seksual, atau karena dia telah
melamar wanita tersebut.
3. Perkosaan di tempat Kerja
Seorang wanita mungkin dipaksa untuk hubungan seksual oleh seorang
teman kerja atau oleh atasannya, sehingga wanita tersebut bisa tetap bekerja.
Wanita itu mungkin diancam dengan kehilangan pekerjaan atau hukuman lain
bila dia menceritakan kepada orang lain.
4. Perkosaan pada anak-anak
Seorang anak laki-laki atau perempuan bisa diperkosa oleh pria anggota
keluarga atau orang dewasa lain.
5. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal

Reaksi Sesudah Perkosaan


1. Perasaan mudah marah
2. Takut, cemas, gelisah
3. Merasa bersalah
4. Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
5. Menyalahkan diri sendiri
6. Menangis bila teringat peristiwa tersebut
7. Ingin melupakan peristiwa perkosaan yang telah dialami
8. Merasa diri tidak normal, kotor, berdosa, tidak berguna
9. Merasa lelah, tidak ada gairah dan tidak bisa tidur

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16

10. Selalu ingin muntah, perut dan vagina terasa sakit


11. Ingin bunuh diri

Apa yang harus dilakukan bila terjadi Perkosaan?


1. Korban harus segera melapor ke polisi
a. Di Kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk mendapatkan visum
etrepertum atau kalau terpaksa korban bisa datang ke rumah sakit terlebih
dahulu agar dokter bisa memberikan surat keterangan. Mintalah dokter untuk
menghubungi polisi.
b. Jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan kulit ataupun
rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan hilang. Sperma hanya
hidup dalam waktu 2 x 24 jam. Simpan pakaian, barang-barang lain yang
anda pakai, ataupun kancing/robekan baju pelaku yang bisa dijadikan barang
bukti. Serahkan barang-barang tersebut kepada polisi dalam keadaan asli
(jangan dicuci atau dirubah bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri
ke polisi, ajaklah teman/saudara untuk menemani.
2. Yakinkan diri bahwa korban perkosaan bukanlah orang yang bersalah
Pelaku perkosaanlah yang harus dihukum. Korban berhak untuk melaporkan
pelaku agar bisa dihukum sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

Kiat-kiat menghindari perkosaan:


1. Bertingkah laku wajar
2. Bersikap tegas, tunjukkan sikap dan tingkah laku percaya diri
3. Pandai-pandai membaca situasi. Berjalanlah cepat tapi tenang
4. Hindari berjalan sendiri di tempat gelap dan sepi
5. Berpakaian sewajarnya yang memudahkan Anda untuk lari/mengadakan
perlawanan. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan
6. Sediakanlah selalu “senjata” seperti: korek api, deodorant spray (semprot),
payung, dsb., dalam tas Anda

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 17

7. Apabila bepergian ke suatu tempat, harus sudah mengetahui alamat lengkap,


denah dan jalur kendaraan. Jangan kelihatan bingung, carilah informasi pada
tempat-tempat yang resmi.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang lain
9. Berhati-hatilah jika diberi minuman oleh seseorang
10. Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak Anda bepergian ke suatu
tempat yang tidak kenal
11. Bacalah tulisan-tulisan tentang perkosaan. Dengan demikian Anda bisa
mempelajari tanda-tanda pelaku dan modus operandinya
12. Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil Anda sudah terkunci bila Anda di
dalamnya
13. Belajar bela diri untuk pertahankan diri Anda sewaktu diserang

Kekerasan Seksual terhadap Kanak-kanak


a. Cara yang biasa digunakan dalam melakukan kekerasan seksual terhadap
kanak-kanak adalah dengan bujukan (memberi iming-iming dengan
permen/uang), tipuan (pura-pura diajak main), ancaman maupun paksaan
kekuatan fisik.
b. Bentuknya sangat beragam; mulai dari memperlihatkan alat vital kepada si
anak, rabaan pada daerah vital, perintah untuk melayani oral seks ataupun
penetrasi pada alat vital maupun daerah anal.

Antisipasi
a. Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada tubuhnya sendiri; mana bagian
tubuhnya yang boleh diperlihatkan pada/dipegang oleh orang lain dan mana
yang tidak. Kalau ada orang yang melakukan hal-hal yang tak wajar pada
tubuhnya, anak dibiasakan agar segera memberitahu keluarga.
b. Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak
main ke tempat yang sepi.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18

3. PELECEHAN

Pelecehan seksual pada wanita


Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi
sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti: rasa malu, tersinggung, marah,
dan sebagainya pada diri orang yang menjadi korban.
Dewasa ini, penelitian di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menunjukkan 5 %
dan 20% wanita mengatakan pernah dianiaya secara fisik selama anak-anak atau
remaja.

Macam-macam pelecehan seksual


 Homoseksualitas (Lesbianisme)
Lebih dari 90% wanita menjalin hubungan yang stabil dan kepuasan seks dengan
anggota dari jenis kelamin yang melengkapi. Sekitar 5 % wanita atau mungkin lebih,
adalah biseksual, artinya pada saat-saat tertentu atau pada periode tertentu dalam
kehidupan mereka, mereka memilih untuk menjalin hubungan seksual dengan
seorang pria dan disaat yang sam berhubungan seksual dengan seorang wanita.
Sekitar 5 %, wanita sama sekali tidak pernah tertarik kepada pria, meskipun mereka
mempunyai teman pria. Minat seks, kebutuhan menjalin hubungan, dipenuhi dari
wanita lain.

 Transeksualisme
Yaitu seseorang wanita percaya bahwa dia menempati tubuh seseorang dari jenis
kelamin lain. Secara psikologis dan emosional dia merasa sebagai seorang pria.

Cara Menghindari Pelecehan Seksual


- Hindari orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap wanita lain di tempat
kerja
- Jangan pergi hanya dengan teman laki-laki

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19

4. SINGEL PARENT
Single parent ialah orang tua tunggal yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anak akibat perceraian / ditinggal pasangannya.

Menurut Deacon dan Firebough (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
status single parent. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Kehamilan sebelum menikah
Kematian suami
Perpisahan / perceraian
Adopsi

A. Kematangan Wanita
Kematangan Wanita yang berstatus single parent merupakan hal utama di
butuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak-anaknya karena
kematangan wanita single parent dapat mempengaruhi caranya dalam
memanajemen diri dan keluarganya terutama membuat keluarga berkualitas

B. Manajemen Keluarga Pada Keluarga Berstatus single Parent


Wanita yang berstatus single parent berperan ganda dimana ia harus mencari
uang untuk menafkahi keluarganya dan ia juga harus memenuhi kebutuhan
kasih sayang keluargamu. Dalam hal ini wanita SP harus melakukan
perencanaan yang matang dalam menjalankan perannya. Dalam melakukan
perencanaannya ia harus mengkomunikasikan rencana yang telah ia buat pada
keluarga terdekatnya ( orang tua, bibi, paman )

A. Manajement Wanita single Parent Dalam Membentuk Anak yang


Berkualitas
1. Pengganti Figur orang tua yang Hilang
2. Alokasi waktu yang efektif
3. Komunikasi dengan anak harus slalu di jaga
4. Menerapkan disiplin

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20

5. Menjaga hubungan Interpersonal dengan anak


6. Persepsi positif terhadap anak

Dampak single parent


a. Dampak negatif
1. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap ditinggalkan
orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi
pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang,
menyakiti temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belajar perilaku
yang baik sebagaimana perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang
paling berbahaya bila anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi
anak jalanan, terpengaruh penggunaan narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang
perhatian orang tuanya.
2. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan sebagai janda atau
yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan
ejekan.
3. Psikologi anak terganggu. Anak sering mendapatkan ejekan dari teman
sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hal ini dapat
mengakibatkan anak menjadikurang percaya diri dan kurang kreatif

b.Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya
mengijinkan tetapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau
ayah diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2. ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusann dan tegar.
3. anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi. Terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 21

Penanganan single parent


a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri secara positif
antara lain dengan penyaluran hobi, kursus sehingga menghindarkan anak
melakukan hal-hal negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga
lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani
figur orangtua yang tidakdiperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang
tua tunggaldapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak
teman yang bernasib sama sehingga tidak merasa sendirian.

Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent
a. pencegahan terjadinya kehamilan diluar nikah.
b. Pencegahan penceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik
dalam segi psikologis, keuangan, spiritual.
c. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.

4. PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA


Perkawinan adalah ikatan batin antara wanita dan pria sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kakal
berdasarkan Ketuhanan YME (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974).

Perkawinan Usia Muda


Menurut UU Perkawinan No I Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 22

resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun
dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah
perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang
dari 19 tahun.

Perkawinan usia tua


Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35
tahun.

Kelebihan perkawinan usia muda


a. Terhindar dari perilaku seks bebas,karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Minginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.

Kelebihan perkawinan usia tua


Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk
keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia muda


a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan anga
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko ca cerviks karena hubungan
seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel cerviks belum matur. Bagi
bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami
kesulitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang
tinggi.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 23

e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencapai pelarian


pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat perceraian tinggi. Kegagalan keluarga dalam melewati berbagai
macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua


a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Kemungkina/risiko terjadi ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya
terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis hasil
konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. aneuploidy,
yaitu ketika kromosom hasil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya
trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13(patau syndrome) dan trisomi 18
(edwards syndrome).

Penanganan perkawinan usia muda


a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk menbantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedapankan emosi.
c. muda baik dukungan berupa material maupun non material untuk
kelanggengan keluarga, sehingga lenih tahan terhadap hambatan-hambatan
yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Penanganan perkawinan usia muda


a. Pengawasan kesehatan : ANC secara rutin pada tenaga kesehatn.
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 24

Pencegahan :
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduktif sehat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi,

6. WANITA DI TEMPAT KERJA


Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri.Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan karena produktifitas dan kreatifitas yang telah ia hasilkan.
b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk
memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman yang
mengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah di
tempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung
dalam keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi,
teman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkatan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terus terpacu
untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja
akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.

Dampak wanita kerja


a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilisasi. Asap
rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo klorin
untuk racun hawan perusak.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 25

b. Resiko pelecahan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa teman sejawat,


supervisor, manager atu atasan. Adapun wanita terkadang tidak kuasa
menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanitayang sibuk mengejar prestasi kariernya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu luang untuk memperhatikan
pernikahannya.
d. Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebihan memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kariernya, sehingga bisa
menelantarkan peran sebagi istri dan sebagai ibu.

Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi. Seperti masker, sarung tangan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatam secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnyabila
lembur, dinas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani oranglain. Sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan tidak walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersama keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagai
peran dengan suami dan selalu menghargai suami.

7. INCEST
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 26

pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah cucu,
batas kesamping keponakan. Keluarga di luar itu bukan termasuk incest. Pelaku
biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua,
cucu oleh kakeknya.

Menurut kamus saku kedokteran


→aktivitas seksual antara mns yg erat hub.
→perkawinan mereka dilarang scr hukum ataupun kebudayaan

Menurut Dr. Ramona Sari


→Hubungan badan/ hubungan Seksual yg terjadi antara 2 orang yang mempunyai
ikatan pertalian darah

Menurut Hayati (2004)


→perkosaan yg dilakukan oleh anggota keluarga/ orang yg dianggap sebagai anggota
keluarga

Menurut Masland & Estridge


→jenis perlakuan/penyiksaan secara seksual yg melibatkan 2 anggota keluarga
dalam 1 keluarga

Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang di luar perkawinan, namun ada juga
yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Di luar negri perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama.
Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia
berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di Indonesia melarang
perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama Islam)
sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka
perkawinan harus dibatalkan.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 27

Dampak Yang Ditimbulkan


Dari segi fiqih islam & hukum
→mengharamkan perkawinan sedarah
→dlm KUHP hukuman u/ pelaku perbuatan tersebut diatur dlm pasal 289 – 296,
sementara dlm RUU KUHP dirubah pasalnya menjadi pasal 425 – 429
2. Dari segi psikologis
→trauma & gangguan kejiwaan seumur hidup
3. Dari segi kemanusiaan
→sbg tindakan kriminalitas terhadap nilai2 kemanusiaan
4. Dari segi sosial
→hancurnya nama keluarga dimata masyarakat
→keluarga tersebut dikucilkan masyarakat & jd bahan pembicaraan
5. Dari segi kesehatan
→rusaknya alat reproduksi anak & tertular peny.menular seksual
→korban & pelaku menjadi stress yg akan merusak kes. Kejiwaan
→kelemahan genetik pd bayi yag akan dilahirkan
→kelainan genetik

CONTOH INCEST DALAM KEBUDAYAAN


a. Suku polahi di kab. Gorontalo, Sulawesi→perkawinan sumbang hal yang
wajar & biasa
b. kalangan mesir kuno : alexander agung melakukan perkawinan dgn saudara
kandung→keturunan berdarah murni
c. hub. Sumbang antara sangkuriang dan ibunya dlm dongeng masy sunda

PENYEBAB INCEST
1. Kesepian ditinggal istri
2. Kurang puas dgn pelayanan istri
3. Pelaku mengidap kelainan seks & masalah gangguan kejiwaan
4. Beberapa budaya mentoleransi hubungan sumbang u/ kepentingan
politik/kemurnian ras

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 28

5. Kondisi rumah, 1 kamar beramai – ramai


6. Akses u/ bergaul keluar tidak ada/sangat terbatas
7. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak - anaknya

UPAYA MENGATASI
1. Menjaga keharmonisan rumah tangga
2. Orang tua harus lebih perhatian/tegas dengan anak – anaknya
3. Kamar tidur anak perempuan dipisahkan
4. Penyuluhan ttg pendidikan seksual, kespro & norma agama
5. Memperluas pergaulan yg bersifat (+)

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 29

EVALUASI

1. Berikut ini yang termasuk contoh kekerasan psikologis yang terjadi di dalam
keluarga.......
a. Pemukulan istri oleh suami
b. Pemaksaan istri untuk melakukan hubungan seksual
c. Kecenderungan lebih menyayangi anak laki-laki
d. Penyunatan alat kelamin perempuan
Jawab C
2.Serangan/penganiayaan” seksual karena suatu tindakan kekerasaan, dengan
menggunakan seks sebagai alat kekerasan, merupakan pegertian dari:
a. Kekerasan terhadap perempuan
b. Pelecehan seksual
c. Kekerasan Seksual
d. Perkosaan
Jawab D
3. Berikut ini merupakan contoh kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di
masyarakat.....
a. Bidan lebih melayani pasien yang kaya
b. Perkosaan oleh suami
c. Pemukulan istri oleh suami
d. Pelecehan seksual oleh aparat di daerah konflik
Jawab A
4. Penanganan bagi tenaga kesehatan terhadap kasus pelecehan seksual seperti
dibawah ini kecuali:
a. Bersikaplah dengan baik dan penuh pengertian. Jangan sekali-kali
menyalahkannya
b. Rawat gangguan kesehatannya. Berikan obat untuk mencegah PMS dan
kehamilan.
c. Tulis semua hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi. Bila klinik
anda tidak menyimpan catatan medik.
d. A dan B Benar

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 30

Jawab D
5. Pemukulan merupakan salah satu bentuk kekerasan:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Seksual
d. Finansial
Jawab A
6. Menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial, merupakan
bentuk kekerasan:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Seksual
d. Finansial
Jawab D
7. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah
Tangga.
a. Kemandirian ekonomi istri
b. Kehamilan
c. Perselingkuhan suami.
d. Campur tangan pihak ketiga
Jawab B
8. Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah diri, sulit
tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, menarik
diri, merupakan akibat kekerasan pada perempuan ditinjau dari:
a. Akibat Fisik
b. Akibat Non fisik
c. Akibat finansial
d. Akibat terhadap masyarakat
Jawab B

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 31

9. Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan, kecuali


a. Masyarakat menyadari/mengakui kekerasan terhadap perempuan sebagai
masalah yang perlu diatasi
b. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seksual ditempat
kerja
c. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri
d. Membiarkan tindak kekerasan
Jawab D

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Permasalahan Kesehatan Wanita dalam


Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 1

SUB TOPIK
1. Home less
2. Wanita di pusat rehabilitasi
3. Pekerja seks komersial (PSK)
4. Drug abuse
5. Pendidikan
6. Upah

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Home less
2. Wanita di pusat rehabilitasi
3. Pekerja seks komersial (PSK)
4. Drug abuse
5. Pendidikan
6. Upah

REFERENSI
1. Amri, Zarni; Setyawati Budiningsih, dan A Samudra. (2002), Kesehatan
Reproduksi, Program Kesehatan Reproduksi. Jakarta: FKM Universitas
Indonesia. hal: 107-119.
2. Burns, August dkk. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Yayasan Essensia Medika. Hal:490-500.
3. Wahyunadi, Arif dkk. (2004). Penelitian Partisipatori, Anak yang Dilacurkan
di Surakarta dan Indramayu. Jakarta: UNICEF. Hal: 2-6

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2

1. HOME LESS
Pengertian
- Pengungsi adalah sekumpulan orang yang melintasi perbatasan dari suatu
negara ke negara lain, karena mereka takut akan keamanan mereka dirumah.
- Orang-orang terusir (tanpa tempat tinggal tetap) adalah orang-orang yang
terpaksa meninggalkan rumah mereka tetapi tetap berada dalam wilayah
negaranya sendiri.

Pengungsi dibagi 2 :
1. Pengungsian dalam
Orang-orang yang terusir bersifat sementara, ex : korban kerusuhan massal.
2. Pengungsian luar
orang-orang yang terusir bersifat menetap, ex : kehilangan rumah, keluarga dan
pernah menjadi korban tindakan kekerasan.

Melarikan Diri dan kedatangan di tempat tujuan


Seorang wanita menghadapi beberapa macam kesulitan
- Hidup diantara orang-orang yang tidak menyukainya
- Tidak mengetahui kapan bisa kembali lagi ke rumah
- Membutuhkan kartu identitas yang baru
- Membiasakan diri dengan hubungan keluarga yang baru
- Hidup dalam bahaya bila perang belum selesai

Kebutuhan pokok
1. Makanan
Banyak pengungsian luar dan dalam tidak mempunyai cukup bahan makanan
sebelum mereka harus meninggalkan rumahnya atau selama dalam perjalanan.
2. Air dan Bahan Bakar
Pengungsian luar dan dalam sering mendapat jatah air dan bahan bakar yang terbatas

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3

Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual


Perkosaan dan kekerasan seksual sering terjadi pada para wanita yang tidak punya
tempat tinggal tetap.

Kesehatan Reproduksi
Pengungsian luar dan dalam sering sulit mendapatkan kesehatan yang baik.
Khusunya meliputi :
- Perawatan selama hamil dan melahirkan
- KB (Keluarga Berencana)
- Peralatan pembalut wanita untuk datang bulan.
- Informasi dan pengobatan PMS
- Petugas kesehatan yang terlatih untuk menemukan kasus gangguan kesehatan
yang berat pada wanita.
- Lab tambah gizi bagi wanita hamil
- Dirawat oleh petugas kesehatan wanita

Cara untuk meningkatkan kesehatan wanita


1. Mintalah untuk membuka pelayanan
2. Mintalah dibentuk suatu kelas bagi gadis remaja
3. Usulkan makanan tambahan bagi wanita hamil & menyusui
4. Usulkan agar petugas kesehatan mendapat latihan untuk mampu menangani
kebutuhan khusus wanita

Kesehatan Jiwa
Penyebab gangguan kesehatan jiwa
- Kehilangan rumah
- Kehilangan dukungan keluarga dan masyarakat
- Menjadi korban tindakan kekerasan
- lingkungan sangat padat
- Kesulitan mengungkapkan rasa duka

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4

Usaha meningkatkan kesehatan jiwa


- kelola suatu kegiatan dimana para wanita bisa berkumpul bersama
- Bentuk suatu kelompok pendukung
- Bekerja dengan sesama wanita untuk mencari cara bisa mengungkapkan rasa
duka masing-masing
- Jadilah petugas kesehatan jiwa

2. WANITA DI PUSAT REHABILITASI


Rehabilitas
Suatu proses atau tindakan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh
dan menyeluruh dengan program-program tertentu.

Resolisasi
Suatu proses dimana orang masih terikat dengan rehabilitas format umum sudah
mulai membiasakan diri dengan masyarakat luas.

Tahapan dalam proses Rehabilitas


• Tinggal lebih sering dan lama dilingkungan keluarga
• Rencana masa depan yang jelas dengan dukungan keluarga
• Kontak awal dengan kelompok-kelompok

Perlengkapan Fisik Dalam Proses Rehabilitas


• Menyediakan sarana untuk peningkatan minat dan keterampilan
• Menyediakan sarana rekreasi
• Mengadakan program kegiatan dalam masyarakat

Empat Tahap Pola Dasar Tantangan Rehabilitas


• Tahap I : Proses transisi awal (1-8 minggu)
• Tahap II : Proses rehabilitas intensif (3-18 bulan)
• Tahap III : Proses transisi akhir (1-6 bulan)

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 5

• Tahap IV : Pemeliharan Lanjut (seumur hidup)

Masalah Yang Perlu Di tangani di Pusat Rehabilitas


• PSK (Pekerja Seks Komersial)
• Pengguna Narkoba

3. DRUG ABUSE
• Drug Abuse adalah penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan.
• Sedangkan narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan
berbahaya.
• Pemakaian obat-obatan untuk diri sendiri tanpa indikasi dan tidak
bertujuan medis

Ketergantungan zat
Suatu kondisi yang memaksa seseorang menggunakan suatu zat dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan mental atau menghindari diri dari penderitaan
fisik,mental.

Jenis – jenis Drug abuse


 Alkohol
 Opoida
 Ganja
 Kokain
 Halusinogen
 Inhalansia

Ciri – ciri Penyalahgunaan obat


 Sifat mudah kecewa
 Perasaan rendah diri
 Cepat merasa bosan dan merasa tertekan
 Penyimpangan psikoseksual

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6

 Peminum dan perokok

Gejala dini Penyalahgunaan obat


♥ Pola tidur susah
♥ Selera tidur berkurang
♥ Bersikap lebih kasar

Bahaya penyalahgunaan obat


A. Terhadap Kondisi fisik
1) Akibat zat itu sendiri
2) Akibat bahan campuran/pelarut
3) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril
4) Akibat pertolongan yang keliru
5) Akibat tidak langsung
6) Akibat cara hidup pasien

B. Terhadap kehidupan mental emosional


C. Terhadap kehidupan sosial
Permasalahan kesehatan wanita akibat penyalahgunaan narkoba
Menurut NIDA ( Nasional Institute On Drug Abuse ) :
1. Hiv dan Hepatitis
2. Penyakit kelainan hormon
3. Penyakit kanker
4. Penyakit gangguan kehamilan
5. Gangguan psikologis (mental dan prilaku)

Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba


• Membentuk perda setempat
• Membentuk tim pemberantas narkoba
• Meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak nya
• Tidak bergaul dengan pengguna atau pengedar serta menjauhi lingkungannya
• Partisipasi aktif masyarakat

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 7

• Melakukan penyuluhan narkoba

Langkah – langkah Terapi dan Rehabilitasi Bagi penyalahgunaan Obat


• Teknik wawancara
• Data perorangan dan riwayat pemakaian obat
• Pemeriksaan fisik klinik
• Pemeriksaan umum laboratorium

Pemantapan / Stabilitasi
 Pemantapan Keagamaan
 Pemantapan badaniah/fisik
 Pemantapan rohani
 Pemantapan sosial
 Pemantapan pendidikan

Langkah – langkah dalam rangka prevensi penyalahgunaan obat


 Program informasi
 Program pendidikan efektif
 Pengenalan dini dan intervensi dini
 Program latihan keterampilan
psikososial

Usaha Jitu terhadap penyalahgunaan obat


• Merasa puas terhadap diri mereka sendiri
• Memahami dan mengungkapkan perasaan hatinya terhadap orang lain
• Mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang menyayanginya
• Disiplin
• Taat beribadah dan bijaksana

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 8

4. PEKERJA SEKS KOMERSIAL

a. Definisi
Pekerja seks komersial dahulu dikenal sebagai prostitusi atau pelacuran. Namun oleh
kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi
setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan
saja tetapi juga laki-laki dan kaum transvertit dan laki-laki homoseks. Transvertit
adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dan
menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan berperilaku dan berpakaian seperti
perempuan.
a. Istilah prostitusi berasal dari kata prostituare yang berarti membiarkan
diri berbuat zinah, melakukan persundalan dan pencabulan. Sedangkan
prostitue dikenal juga dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS) atau
Pekerja Sek Komersial (PSK).
b. Pekerja Seks Komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk
mendapatkan uang.
c. PSK kepanjangan dari Pekerja Seks Komersial. PSK dapat disebut juga
pelacur, yang berarti penyedia pelayanan seksual dengan imbalan uang.
Selain itu, menurut Geoffrey, PSK atau pelacur adalah penjual layanan
seksual kepada siapapun juga tanpa melibatkan emosi sama sekali (Amri
dkk, 2002).
d. Pekerja seks adalah setiap orang yang memperjual belikan seks dengan
uang atau dengan bermacam-macam keuntungan (Burns dkk, 2000).
e. Pekerja seks adalah seseorang yang bekerja melayani lelaki, seseorang
yang dirusak oleh kawan-kawannya, seseorang yang masuk ke dalam
pergaulan buruk, yang bebas yang dapat menghasilkan uang sendiri,
membiayai diri sendiri, seseorang yang kurang kasih sayang, dapat
karena orangtua yang tidak bertanggung jawab, seorang pendosa yang
tersasar ke jalan sesat, atau mencari uang dengan cara yang tidak halal
(Wahyunadi, 2004).

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9

AWAL MUNCULNYA PSK


Pekerja seks komersial merupakan pekerja yang melakukan pekerjaan sejak
masyarakat hadir di dunia ini. Ada indikasi bahwa jenis pekerjaan ini memang
diciptakan untuk manusia, terutama oleh kaum laki-laki. Dahulu, PSK yang disebut
dengan pelacur. Diceritakan bahwa Solon, penguasa Athena zaman Yunani Kuno,
secara resmi menyediakan tempat pelacuran yang diisi dengan budak-budak belian
perempuan.
Selain itu, pada abad ke sembilan, gadis-gadis dari kasta rendah diminta menjadi
devadasi yang bertugas melayani kebutuhan seksual para pendeta di kuil-kuil.
Kepada mereka ditanamkan keyakinan bahwa penyerahan diri tersebut sama dengan
perbuatan suci. Selain itu, muncul dewa pelindung pelacur dari Mesir kuno yaitu
Inana dan jaman Yunanikuno yaitu Astarte dan Aphrodite.
Sejak itu, pelacuran berkembang menjadi wanita tuna susila (WTS). Dan pada
jaman modern ini, kalangan feminis diperkenalkan dengan istilah PSK dengan tujuan
mencoba mengangkat social pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah
lainnya.
Di Indonesia sendiri, PSK dilarang oleh Indonesia. Namun, sebagian besar
wanita PSK tetap melakukan pekerjaannya karena memerlukan uang untuk membeli
makanan, tempat tinggal, dan untuk menghidupi anak-anak dan keluarga, untuk
membayar hutang, atau untuk membeli obat-obatan. Sisanya, mereka menjadi
pekerja seks karena iseng atau dipaksa kerabat dekat (Burns, 2000).

KLASIFIKASI PSK
PSK umumnya dibedakan menjadi (Amri dkk, 2002):
1. PSK yang berkerja di lokalisasi pelacuran “formal”.
PSK ini bekerja bagaikan industri yang memiliki kantor. Hal itu dikarenakan
memiliki tempat untuk transaksi, memiliki “manajer” yaitu para mucikari,
memiliki tarif pelayanan standar, memiliki “konsumen” tetap dan ada proses
transaksi. Contohnya: kompleks lokalisasi, tempat pijat, klub malam,
diskotik,
2. PSK yang bekerja mandiri menawarkan “jasanya” di tempat yang “Informal”.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 10

Merupakan PSK dadakan yang menawarkan jasanya sendiri pada calon


pelanggannya. Mereka umumnya tidak memiliki tempat transaksi “formal”,
dan tidak memiliki mucikari sebagai manajer mereka. Umumnya mereka
muncul di malam hari di tempat-tempat tertentu. Misalnya: wanita yang
menjajakan diri di jalanan.

Faktor – Faktor Penyebab


Berlangsungnya perubahan-perubahan sosial yang sangat cepat dan
perkembangan yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan
ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri mengakibatkan
timbulnya ketidakharmonisan, konflik-konflik baik eksternal dan internal.
Peristiwa-peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola-pola
reaksi yang menyimpang dari pola umum yang berlaku. Dalam hal ini ada pola
pelacuran untuk mempertahankan hidup di tengah-tengah hiruk pikuk alam
pembangunan, khususnya di Indonesia. Beberapa peristiwa tersebut antara lain:
a. Adanya keinginan dan kemauan manusia untuk menyalurkan kebutuha seks
khususnya di luar ikatan perkawinan.
b. Merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat-saat orang
mengenyam kesejahteraan hidup.
c. Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini, khususnya mengeksploitir
kaum lemah/ wanita untuk tujuan komersiil.

Ada bermacam-macam motif seorang wanita terjun dalam praktik pelacuran


diantaranya adalah :
a. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, ada pertimbangan-pertimbangan
ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam
usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
b. Keinginan materi yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan ketamakan
terhadap pakaian-pakaian yang indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup
bermewah-mewahan namun malas bekerja.
c. Anak-anak wanita yang memberontak terhadap otoritas orang tua yang
menekankan banyak tabu dan peraturan seks.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11

d. Oleh bujuk rayu kaum pria dan para calo terutama yang menjanjikan
pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi, namun kenyataannya ia
hanya dicebloskan ke dalam rumah bordil.
e. Gadis-gadis pelayan toko dan pembantu tumah tangga tunduk dan patuh
melayani kebutuhan seks majikan demi mempertahankan pekerjaannya.
f. Pekerjaan sebagai pelacur tidak memerlukan keterampilan, mudah dikerjakan
asal orang yang bersangkutan memilki kecantikan dan keberanian.
g. Anak-anak gadis dan wanita muda yang kecanduan obat-obat terlarang
sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan obat-obat
tersebut termasuk melakukan pelacuran.

Secara langsung maupun tidak langsung, pelacuran atau usaha-usaha prostitusi


akan menimbulkan dampak buruk antara lain : penyebarluasan penyakit kelamin
dan kulit, merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, moral, susila, hukum dan
agama, memberikan pengaruh yang tidak bermoral kepada lingkungan khususnya
anak-anak muda dan remaja maupun orang dewasa, berhubungan dengan
kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika.

Dampak Prostitusi
Prostitusi berimplikasi sangat negative terhadap kesehatan reproduksi wanita.
Prostitusi adalah mata rantai dari penyebaran penyakit menular seksual dan
HIV/AIDS. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang cara penularannya
melalui hubungan seksual. Macam-macam dari penyakit menular seksual adalah
gonorea, sifilis, trikomoniasis pada wanita, herpes simplex.

Infeksi gonorea pada wanita apabila sudah menyebar ke bagian atas menuju saluran
telur, indung telur dan sekitarnya dapat menimbulkan penyakit radang panggul.
Apabila penyakit radang panggul ini tidak dapat diobati secara sempurna akan
menjadi penyakit radang panggul yang menahun, diikuti pembentukan jaringan ikat
sekitarnya yang menimbulkan perlekatan sehingga saluran telur (tuba falopii),
indung telur, rahim, dan sekitarnya menjadi satu. Dalam situasi demikian fungsi
saluran yang sangat penting itu, tidak akan sempurna menyebabkan wanita

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 12

mengalami kemandulan. Kadang-kadang terjadi kehamilan, tetapi dalam


perjalanannya menuju rahim mengalami kemacetan (tersangkut), sehingga tumbuh-
kembang terjadi di saluran indung telur dan menyebabkan kehamilan ektopik (diluar
kandungan). Kehamilan ektopik tidak akan dapat berkembang sampai cukup bulan
karena akan pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam rongga perut yang
memerlukan tindakan operasi darurat.

Selain penyakit menular seksual yang telah disebutkan diatas, HIV/AIDS adalah
penyakit menular seksual yang paling berbahaya karena virus penyakit ini
melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai bakteri, jamur,
protozoa, dan virus lainnya, sehingga dapat menimbulkan berbagai manisfestasi
klinik yang kompleks. Disamping itu penyakit ini masih belum dapat ditemukan
pengobatannya sehingga berakhir dengan kematian yang mengenaskan.

Selain berakibat pada penularan penyakit menular seksual, prostitusi juga dapat
mengakiabatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini akan memacu terjadinya
tindakan aborsi yang tidak tidak aman, yang akan menyebabkan terjadinya infeksi
yang pada akhirnya akan berujung pada kematian.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa yang banyak dirugikan dengan adanya praktek
prostitusi adalah wanita. Tetapi sayangnya para wanita yang terjun dalam dunia
prostitusi tidak menyadari hal itu semua, kerana kurangnya pengetahuan mereka.

b. Aspek Hukum dan perundang-undangan


Di pasal 434 KUHP yang digagas oleh Menteri Kehakiman dan HAM ”Bahwa
setiap orang yang bergelandangan, berkeliaran di jalan, di tempat-tempat umum,
dengan tujuan melacurkan diri akan dipidana denda”. Sesuai dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang digagas oleh Menteri Kehakiman
dan HAM prostitusi sekarang ini juga dikriminalkan. Dalam KUHP lama
dijelaskan, hanya orang-orang yang menyediakan atau memudahkan perbuatan
cabul yang dihukum. Tetapi dalam rancangan sekarang ada pasal baru tentang
prostitusi yang tidak hanya gender bias tapi juga class bias.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13

Karena yang kita tahu bergelandangan hanya orang kelas bawah. Dan lebih dari
itu, konotasi melacurkan diri selalu mengena pada perempuan. Padahal, kalau
menurut tata bahasa Indonesia yang baik, yang disebut pelacur adalah lelakinya.
Dan di sini tidak ada kriminalisasi bagi para pelanggan atau user mereka. Ini
kenapa saya menyebut adanya gender bias dan diskriminasi.
Menarik untuk melihat bagaimana pemda mencoba ”membersihkan” wilayah
otoritas mereka dari kegiatan prostitusi. Analisis dilakukan pada Perda
Kabupaten Lahat Nomor 3 Tahun 2002, Perda Kota Bandar Lampung No 5/2002,
Perda Kota Tangerang No 8/2005, Perda Kabupaten Indramayu No 7/ 1999,
Perda Kabupaten Cilacap No 21/2003, Perda Kota Kupang No 39/1999, Perda
Kota Palembang No 2/2004, dan Perda Kota Bengkulu No 24/2000. Kurungan
atau denda materi menjadi cara mengerem kegiatan prostitusi. Fakta
membuktikan hal itu mustahil. Salah satu contoh menarik adalah Perda
Kabupaten Cilacap No 13/1989, kemudian diperbarui dengan Perda No 21/2003,
yang melarang praktik prostitusi. Setelah perda itu lahir, jumlah pekerja seks
komersial di wilayah tersebut malah bertambah (Wawasan, 6 April 2008).

DAMPAK YANG DIRASAKAN PSK


1. Risiko lebih tinggi terkena penularan infeksi Penyakit Menular Seksual
dan HIV/ AIDS.
2. Dapat menyebabkan kehamilan.
3. Dapat berpotensi terjadinya kekerasan terhadap wanita.
4. Dapat menyebabkan kemandulan
5. Dapat menyebabkan penyakit ganas seperti kanker serviks. Risiko akan
lebih besar lagi pada wanita usia muda, karena alat genitalia belum
matang sehingga mudah rusak dan luka.
6. Dapat terjadi gangguan psikologis/ psikis pada beberapa pekerja seks
7. Dapat menyebabkan kehilangan masa depan

UPAYA PENANGGULANGAN PSK OLEH TENAGA KESEHATAN, DAN


PEMERINTAH
Upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan:

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14

1. Anjurkan PSK untuk memeriksakan PMS secara berkala.


Jika PSK memiliki gejala-gejala PMS, maka tindakan yang dilakukan yaitu:
Melakukan diagnosa dengan tepat
Melakukan pengobatan sesuai dengan keluhan dan hasil pemeriksaan
Melakukan therapi dengan tepat
Melakukan rujukan jika perlu
Konseling
Ajarkan pemakaian kondom dan anjurkan untuk menggunakannya
2. Anjurkan PSK untuk melakukan pemeriksaan HIV di pusat pelayanan
terpadu.
3. Anjurkan pasangan PSK memakai kondom untuk menghindari penyebaran
penyakit menular dan mengajarkan cara pemasangannya yang benar
4. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya yang dimiliki oleh
PSK.
5. Memberikan pengobatan secara dini pada PSK yang telah dinyatakan positif
terkena PMS
6. Memberikan dukungan psikologis pada PSK bahwa masih terdapat bayak
pekerjaan layak yang akan melindungi mereka dari risiko PSK.

Sedangkan upaya penangulangan PSK oleh pemerintah:


1. Perlu dibangun atau ditingkatkan lagi pengadaan paramedis atau tenaga
kesehatan di tempat-tempat yang banyak terdapat PSK terutama tempat
lokalisasi.
2. Meningkatkan promosi kesehatan terutama mengenai kesehatan wanita yang
perlu terus dijaga dan dipantau apalagi bagi para pekerja seks.
3. Membuka atau memanfaatkan lapangan kerja baru sehingga para wanita
dapat bekerja dengan lebih layak tanpa menjadi PSK.
4. Didirikan dana kredit.
5. Meningkatkan/ mengadakan acara kerohanian baik langsung atau tidak
langsung bagi para PSK atau orang-orangyang rawan dengan PSK.
6. Meminta masyarakat sekitar lingkungan PSK untuk membuat kontrol dan
penegasan atas dampak PSK bagi mereka.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15

PORNOGRAFI
PENGERTIAN DAN BATASAN PORNOGRAFI
Pornografi berasal dari bahasa yunani: pornographia yang secara harfiah
adalah tulisan tentang atau gambaran tentang pelacur. Pornografi sendiri adalah
penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan
membangkitkan rangsangan seksual.
Pornografi dapat menggunakan berbagai media (lisan/ tulisan) seperti foto,
ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara
(www.wikipediaindonesia.com. 2007).

AWAL MUNCULNYA PORNOGRAFI


Pornografi dunia memiliki sejarah panjang. Di dunia, pornografi ditemukan
sejak + 7200 tahun yang lalu. Karya seni yang secara seksual bersifat sugestif dan
eksplisit sama tuanya dengan karya seni yang menampilkan gambar-gambar yang
lainnya. Foto-foto eksplisit muncul tidak lama setelah ditemukannya karya fotografi.
Karya-karya film yang paling tuapun sudah menampilkan gambar-gambar telanjang
maupun gambar lainnya yang secara seksual bersifat eksplisit. Hal ini karena dapat
menimbulkan ketertarikan bagi manusia sebagai kebutuhan sejak dahulu kala.

Gambar 1 Lukisan dinding erotik Yunani kuno di Pompei

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16

Di Indonesia, meski sejak dahulu pornografi secara resmi dilarang. Namun


kemunculan film Resia Boroboedoer tahun 1929 di Jakarta yang berbau vulgar,
mencetuskan film tersebut sebagai film pertama berbau pornografi

KLASIFIKASI PORNOGRAFI
Pornografi dibedakan menjadi:
1. Pornografi ringan
Umumnya merujuk kepada bahan-bahan yang menampilkan ketelanjangan,
adegan-adegan yang secara sugestif bersifat seksual, atau menirukan adegan
seks.
2. Pornografi berat
Umumnya merujuk pada hal-hal yang mengandung gambar-gambar alat
kelamin dalam keadaan terangsang dan kegiatan seksual termasuk penetrasi.

DAMPAK PENYEBARAN PORNOGRAFI


Umumnya, dampak/ efek pornografi akan memberi pengaruh buruk terutama
bagi image wanita. Meskipun sesungguhnya perilaku pornografi itu adalah pria
dan wanita, namun wanita lebih mencolok. Image wanita akan dianggap rendahan
(wanita jauh di bawah pria) dan murahan (dapat dibayar dengan apapun/ pasrah
pada nasib). Wanita juga dapat disebut sebagai lambang seks, karena wanita lebih
banyak dianggap erotis daripada pria.

UPAYA PENANGGULANGAN PORNOGRAFI OLEH KESEHATAN DAN


PEMERINTAH
Upaya penanggulangan pornografi oleh petugas kesehatan diantaranya:
1. Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien terutama wanita mengenai bahaya
pornografi bagi bangsa Indonesia terutama bagi generasi muda

Upaya penanggulangan pornografi oleh pemerintah diantaranya:


1. Memberikan peraturan atau hukum yang tegas bagi penyebar media grafis yang
berbau pornografi. Misalnya dengan mensyahkan UUD Anti pornografi dan
pornoaksi.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 17

2. Mengevaluasi ulang tayangan grafis yang beredar di masyarakat saat ini. Mana
yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang dikatakan pornografi.

KESIMPULAN
1. Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menyediakan pelayanan seksual
dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya.
2. Munculnya PSK adalah karena memerlukan uang untuk membeli makanan,
tempat tinggal, dan untuk menghidupi anak-anak dan keluarga, untuk membayar
hutang, atau untuk membeli obat-obatan. Sisanya, mereka menjadi pekerja seks
karena iseng atau dipaksa kerabat dekat.
3. PSK dibedakan menjadi PSK yang ada di lokalisasi dan PSK yang bekerja
sendiri secara ”informal”.
4. Dampak yang dirasakan PSK adalah cenderung mendapat PMS, HIV/ AIDS,
kehamilan, kekerasan, kemandulan, penyakit ganas, gangguan psikologis
ataupun kehilangan masa depan.
5. Upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan : Anjurkan PSK
memeriksakan PMS secara berkala dan melakukan HIV test dan pemakaian
kondom, memberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya yang dimiliki oleh
PSK, memberikan pengobatan secara dini pada PSK dan memberikan dukungan
psikologis. Sedangkan upaya penanggulangan PSK oleh pemerintah: Perlu
dibangun/ ditingkatkan pengadaantenaga kesehatan di tempat lokalisasi PSK,
meningkatkan promosi kesehatan, membuka/ memanfaatkan lapangan kerja baru
bagi PSK, didirikan dana kredit, meningkatkan/ mengadakan acara kerohanian,
dan Meminta masyarakat sekitar lingkungan PSK untuk membuat kontrol dan
penegasan atas dampak PSK bagi mereka.
6. Pengertian pornografi adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual
manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual.
7. Awal munculnya pornografi yaitu sejak ditemukannya karya seni bersifat erotik
sejak + 7200 tahun yang lalu. sedangkan di Indonesia, film pertama berbau
pornografi kemunculan film Resia Boroboedoer tahun 1929 di Jakarta.
8. Pornografi dibedakan menjadi pornografi berat (bahan-bahan yang bersifat
ketelanjangan, adegan bersifat seksual, atau menirukan adegan seks) dan

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18

pornografi ringan (gambar-gambar alat kelamin dalam keadaan terangsang, atau


kegiatan seksual termasuk penetrasi).
9. Dampak penyebaran pornografi diantaranya menyebabkan anak kecil di bawah
umur telah mengenal dunia seks secara vulgar dalam grafis sebelum masanya,
pergaulan bebas, moral bangsa menjadi turun.
10. Upaya penanggulangan pornografi oleh petugas kesehatan: pendidikan kesehatan
kepada klien tentang bahaya pornografi. Sedangkan upaya penanggulangan
pornografi oleh pemerintah misalnya memberikan peraturan tegas bagi penyebar
media grafis berbau pornografi/ mengevaluasi ulang tayangan grafis yang
beredar di masyarakat saat ini.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19

EVALUASI
1. Pekerja seks komersial adalah:
a. Seseorang yang menawarkan para perempuan untuk menjadi istri dengan
memakai bayaran
b. Seseorang yang menyediakan pelayanan seksual dengan tujuan tertentu
untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya.
c. Para pekerja yang legal di mata Negara menjajakan dagangannya kepada
masyarakat luas
d. Seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan
keuntungan yang sebesar-besarnya
Jawab B
2. Yang tidak termasuk Pekerja Seks Komersial yang berada di lokalisasi
‘resmi’:
a. Memiliki “manajer” yaitu para mucikari
b. Bekerja dadakan di pinggiran jalan remang-remang
c. Memiliki tarif pelayanan standar
d. Memiliki “konsumen” tetap
Jawab B
3. Awal keberadaan PSK di Yunani Kuno adalah
a. Penguasa Athena bernama Solon yang secara resmi menyediakan tepat
pelacuran yang diisi dengan budak-budak belian perempuan.
b. Munculnya gadis-gadis kasta terendah yang bertugas melayani kebutuhan
seksual pendeta di kuil-kuil
c. Munculnya anggapan masyarakat bahwa kehadiran pelacur akan
dilindungi oleh Dewa Isthar
d. Munculnya feodalisme
Jawab A
4. Dampak yang dirasakan PSK adalah:
a. Mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan,
penyakit ganas, gangguan psikologis ataupun kehilangan masa depan.

Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20

b. Mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan,


penyakit, dan gangguan emosi
c. Mendapat kesuburan yang tinggi, gairah seks yang menurun dan emosi
menjadi labil
d. Mendapat PMS, kemandulan, dan memiliki daya imunitas yang cukup
Jawab D
5. Yang bukan merupakan upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan:
a. Memberikan penyuluhan mengenai HIV/ AIDS
b. Memberi informasi tentang penggunaan kondom
c. Memberikan dana kredit
d. Memberi dukungan psikologis bagi para PSK
Jawab C

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Kesehatan reproduksi dalam Perspektif


Gender
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 1

SUB TOPIK
1. Seksualitas dan gender
2. Budaya yang berpengaruh terhadap Gender

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Seksualitas dan gender
2. Budaya yang berpengaruh terhadap Gender

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 2

Kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita adalah suatu kondisi
hubungan kedudukan dan peranan yang dinamis antara pria dengan wanita. Pria dan
wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan, baik
dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun
dalam kegiatan pembangunan di segala bidang (Kantor Menteri Negara Peranan
Wanita, 1998).

1. SEKSUALITAS
Seks adalah
a. Seks berkaitan dengan karakteristik biologis dan fisik seperti genital, organ
reproduksi, kromosom dan hormone, yang membedakan laki laki dan
perempuan.
b. merupakan identitas biologis

Aktifitas Seksual adalah


Penggunaan alat kelamin untuk penikmatan atau membentuk keturunan
Orientasi seksual adalah orientasi yang terkait dengan pilihan partner seks
untuk aktifitas seksual maupun hubungan-hubungan emosional dalam
jangka panjang, atau terkait dengan kombinasi-kombinasi seksual.

PENGERTIAN:
Dalam kamus bahasa kata seks berarti jenis kelamin. segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas. Perilaku seksual
adalah:segala tindakan yang bisa diamati berupa tindakan seksual terhadap orang lain
atau diri sendiri, mengungkapkan diri secara seksual atau cara berbicara dan
bertindak.
Menurut Masters, jhonson dan kolodny (1992} seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah
 Dimensi biologis
 Dimensi Sosial
 Dimensi kultural moral

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 3

Dimensi Biologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengan identitas jenis kelaminnya dan
bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi,emosi,motivasi, perilaku)
terhadap seksualitas, itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari
keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia
Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seoranglaki-laki atau
perempuan,bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikolosis dari perilaku
yang dihubungkan dengan identitas peran, jenis kelamin, serta bagaimana perilaku
seksualnya.

Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar
manusia, bagaiman seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan
manusia.

Dimensi kultural moral


Dimensi ini menunjukan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai
penilaian terhadap seksualitas. Misalnya dinegara Timur orang belum ekspresif
mengungkapkan seksualitas berbeda dengan negara barat, seksualitas di negara-
negara barat umumnya menjadi hak asai manusia. Berbeda dengan moralitas islam
misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan, sehingga
penggunaan dan pemanfaatannya dilandasi pada norma-norma agama yang sudah
mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap.

Seksualitas berdasarkan kerangka berfikir dixon muller ada 4 aspek yaitu:


1. Pasangan seksual
Adalah segala informasi yang terkait dengan partner sexual, terdiri dari elemen-
elemen tersebut sbb:
a. jumlah pasangan sex, saat ini maupun dimasa lampau, baik terikat pernikahan
maupun tidak.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 4

b. Lama suatu hubungan (Sexual):1x,3 bulan,1 tahun


c. Latar belakang suatu hubungan :sukarela, dipaksa, terpaksa

2. Tindakan seksual
Terdiri dari:
a. Naluri alamiah(hubungan sesama atau berbeda jenis, penetrasi, non penetrasi,
anal, oral, dst)
b. Frekwensi (seberapa sering)
c. Latar belakang sutu hubungan (terpaksa, sukarela, suka sama suka)

3. Makna seksual
Merupakan pemikiran, perilaku dan kondisi seksual yang diinterpretasikan menurut
budaya setempat, misalnya:
a. Perempuan tidak boleh agresif dan harus mempertahankan keperawanannya
sebelum menikah.
b. Laki-laki dikatakan jantan, bila mampu menunjukan dominasi terhadap
perempuan

4. Dorongan dan kenikmatan seksual


a. pembentukan identitas seksual
b. kondisi yang membentuk dorongan dsexual
c. persepsi tentang kenikmatan sexual

Menurut Marti Blnch & Merri Collier (1993), seksualitas meliputi 5 area yaitu:
1. Sensualitas
Kenikmatan yang merupakn bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh.
Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma, rasa,penglihatan,
pendengaran,sentuhan)&otak (organ yang paling kuat terkait dengan seks dalam
fungsi fantasi, antisipasi, memory, da pengalaman)

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 5

2. Intimasi
Ikatan emosional atau kedekatn dalam relasi interpersonal. Biasanya
mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang
lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menhargai.
3. Identitas
Peran jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender perempuan dan laki-laki
serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas) serta orientasi seksual. Hal ini juga
menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga ia mampu
menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan peran jenis kelaminnya.
4. Lifecycle (lingkaran kehidupan)
Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologi
organ seksual.
5. Exploitation (eksploitasi)
Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekersan seksual,
pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual

Sedangkan Teddy Hidayat (1997) memberikan ruang lingkup seksualitas antar


lain terdiri dari:
1. Seksual biologis
Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang terlihat pada
individu yang bersangkutan (kromosom, hormon, serta ciri-ciri seks primer dan
sekunder). Ciri seks yang primer timbul sejak lahir yaitu alat kelamin luar (genitalia
eksterna) dan alat kelamin dalam (genitalia interna). Ciri seks sekunder timbul saat
seseorang meningkat dewasa seperti tumbuhnya bulu-bulu badabadan dan tempat
tertentu (ketiak, badan), berkembangnya payudara dan peruban suara pada laki-lai
2. Identitas seksual
Adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya, keluarga (orang tua)
atau figur yang signifikan dalam kehidupan anak
Identitas gender adalah penghayatan perasaan kelaki-lakian dalam bentuk perilaku
sebagai laki-laki atau perempuan dalam lingkunagn budayanya. Identitas budaya

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 6

sebagai interaksi antara faktor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis antara
kedua faktor ini akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-
laki.
3. Perilaku seksual
Yaitu orientasi seksual dari seoran individu yang merupakan dua unsur yang sulit
dipisahkan yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku jender. Tingkah laku seksual
didasari oleh dorongan seksual untuk mencari kepuasan seksual:yaitu orgasmus.
Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim di
luar tingkah laku seksual. Dalam perkembangan seksualitas perilaku seksual mulai
mulai muncul sejak kecil dalam bentuk yang berbeda. Perilaku seksual ini makin
disadari ketika usia remaja.

Tujuan seksualitas
Secara umum meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, secara khusus ada
2 yaitu:
 Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan)
 rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/ seksual)
Kedua fungsi ini harus sejalan seiring . berdasarakan pendekatan religius, Tuhan
menggariskan kedua tujuan itu sebagai bentuk keseimbangan hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh manusia dalamsuatu ikatan pernikahan yang sah secara
hukum agama dan negara.

Pandangan keliru tentang fungsi seksual wanita


Apa arti menjadi seorang wanita atau pria di suatu masyarakat tergantung
pada kepercayaan atau pandangan tentang seksualitas pria dan wanita yaitu tentang
sikap seksual dan bagaimana perasaan orang tentang tubuhnya sendiri
Beberapa pandangan yang berbahaya bagi seksualitas wanita yang banyak
dijumpai di masyarakat akan dijelaskan dibawah ini:
 tubuh wanita adalah memalukan
Orang tua berbeda sikap bila anak perempuan atau anak laki-laki menyentuh
tubuh mereka sendiri

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 7

tubuh wanita itu tidak memalukan tubuhnya perlu untuk dikenal, disayang dan
dihargai
 tubuh wanita milik pria
Beberapa gadis dinikahkan sejak kecil untuk memastikan mereka tetap suci. Ini
bisa menyebabkan masalah kesehatan yang berat bagi gadis tersebut dan bayi-
bayinya.
 Wanita hanya mempunyai sedikit gairah seksual
Seorang wanita sering diajari bahwa itu merupakan tugas bagi istri untuk
melayani kebutuhan seksual suami. Tetapi bila dia seorang ”wanita yang baik-
baik”maka dia hanya akan melayaninya, tidak menginginkannya
Keinginan seksual adalah merupakan bagian alami dari setiap manusia termasuk
seorang wanita bisa merasakan keinginan dan kenikmatan seksual seperti yang
diinginkan oleh pria.

Meningkatkan kesehatan seksual berarti:


1. Menurunkan resiko dari kehamilan yang tidak diinginkan dan PMS
2. Bisa menikmati hubungan intim
3. Merubah peran gender yang membahayakan
4. Merubah peran gender yang membahayakan kesehatan wanita , termasuk
pandangan yang keliru

b. Gender
Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai
jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan
sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan
perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
a. berarti menjadi laki laki atau perempuan yang mungkin saja berbeda dengan
seperangkat kromosom yang dimiliki seseorang
b. merupakan identitas social atau konstruksi social yang melekat pada laki laki
dan perempuan

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 8

c. berkaitan dengan peran, hak, tanggung jawab, kemungkinan dan


keterbatasan yang dipunyai laki laki dan perempuan dalam suatu masyarakat.
d. merupakan atribut social yang terkait dengan bagaimana kita berpikir, apa
yang kita yakini tentang apa yang boleh (bisa dilakukan) atau tidak boleh (tak
bisa dilakukan) terkait dengan konsep social tentang maskulin dan feminine
e. berkaitan dengan posisi perempuan dan laki laki berkaitan dengan struktur
kekuasaan (power).
f. gender (dan peran gender) berubah sepanjang waktu dan bervariasi
tergantung budaya

Peran Gender
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin
seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan
wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya
sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa,
karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu
berarti, peran jender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung Aryani,
2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).

Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria
dan wanita sebagai berikut.
Perempuan:
1. ibu rumah tangga.
2. bukan pewaris.
3. tenaga kerja domestik (urusan rumah tangga).
4. pramugari.
Pria:
1. kepala keluarga/ rumah tangga.
2. pewaris.
3. tenaga kerja publik (pencari nafkah).
4. pilot.
5. pencangkul lahan.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 9

Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan
ada pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai
pilot, pencangkul lahan dan lain-lain. Dengan kata-kata lain, peran gender tidak
statis, tetapi dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi).

Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut.
(1). Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun
untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor
publik.
(2). Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan
rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat
rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran
reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
(3). Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi
di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam
menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
(Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita
Universitas Udayana, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran kodrati bersifat
statis, sedangkan peran gender bersifat dinamis. Hal ini dapat dicontohkan
sebagai berikut.

Peran Kodrati
Wanita:
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu ibu
5. Menopause

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 10

Pria:
Membuahi sel telur wanita
Peran Gender
1. Mencari nafkah.
2. Memasak.
3. Mengasuh anak.
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan
pekerjaan milik bersama.
6. Dan lain-lain.

Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat


yang lain sebagai berikut.
(1). Masyarakat Bali menganut sistem kekerabatan patrilineal, berarti hubungan
keluarga dengan garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada
hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).
(2). Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti
hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada
hubungan keluarga dengan garis pria (ayah).
(3). Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan parental/ bilateral, berarti
hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan
hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).
Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial
budaya.
Contoh peran gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan jaman sebagai berikut. Pada masa lalu, menyetir mobil hanya
dianggap pantas dilakukan oleh pria, tetapi sekarang wanita menyetir mobil sudah
dianggap hal yang biasa. Contoh lain, pada masa silam, jika wanita ke luar rumah

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 11

sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak
pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.
Contoh peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita
sebagai berikut. Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain-lain, yang biasanya
dilakukan oleh wanita (ibu) dapat digantikan oleh pria (ayah). Contoh lain,
mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh pria (ayah)
dapat digantikan oleh wanita (ibu). Beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh
masyarakat pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri-ciri:
lemah, halus atau lembut, emosional dan lain-

Isu Mengenai Gender


a. Masalah perempuan dan kemiskinan terjadi karena kemiskinan struktural
akibat kebijaksanaan pembangunan dan sosial budaya yang berlaku
b. Kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi perempuan meningkatkan posisi
tawar-menawar menuju kesetaraan gender
c. Masalah kesehatan wanita dan hak reproduksi yang kurang mendapatkan
perhatian dan pelayanan yang memadai
d. Kekerasan fisik atau non fisik terhadap perempuan dalam rumah tangga
maupun tempat kerja tanpa perlindungan hukum
e. Perlindungan dan pengayoman terhadap hak2 asasi perempuan secara sosial
maupun hukum masih lemah
f. Keterbatasan akses perempuan terhadap media massa, sehingga ada
kecenderungan media informasi menggunakan tubuh wanita sebagai media
promosi dan eksploitasi murahan
g. Perempuan paling rentan terhadap pencemaran lingkungan seperti air bersih,
sampah industri dan pencemaran lingkungan yang lain
h. Terbatasnya kesempatan dalam potensi diri perempuan
i. Terbatasnya lembaga2 dan mekanisme yang memperjuangkan perempuan
j. Perempuan yang berada didaerah konflik dan kerusuhan, banyak yang menjadi
korban kekejaman dan kekerasan
k. Terbatasnya akses ekonomi perempuan untuk berusaha dibidang ekonomi
produktif termasuk mendapatkan modal dan pelatihan usaha

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 12

l. Keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan mengambil keputusan dalam


keluarga, masyarakat dan negara masih terbatas

Isu Gender dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi


a. Safe Motherhood
Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan, kaitannya dengan
kesehatan wanita, sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan
laki2 (tuntutan peran ganda)
b. KB
Kesertaan ber-KB 98% perempuan (SDKI, 1997), perempuan tidak
mempunyai kekuatan memutuskan metode kontrasepsi. Dalam pengambilan
keputusan laki2 lebih dominan
c. Kesehatan reproduksi Remaja
Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab dan ketidakadilan dalam aspek
hukum
d. PMS
Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program pemberantasan
PMS

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 13

2. BUDAYA YANG BERPENGARUH THD GENDER


Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan patrilineal,
ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti pria
(suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah satu faktor yang secara
relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan wanita, yakni status dan peranan
wanita menjadi lebih rendah dari pada pria. Selain itu, wanita tidak bisa menjadi
pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga status dan peranan
wanita menjadi lebih lemah dari pada pria. Hal itu juga menyebabkan sumber daya
pribadi (khususnya yang menyangkut tanah, uang atau material) yang dapat
disumbangkan oleh wanita ke dalam perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi
sangat terbatas. Akibatnya, status dan peranan wanita menjadi lebih lemah
dibandingkan dengan pria. Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi
bisa berupa: pendidikan, keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain.
Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
tersebut di masyarakat, maka akses wanita terhadap sumber daya di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk
memperkecil keadaan yang merugikan wanita itu, perlu pemahaman dan
penghayatan yang baik tentang peranan wanita dalam pembangunan yang
berwawasan gender, tidak hanya oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau seluruh
lapisan masyarakat.
Wanita menjadi lebih rendah dari pada pria. Selain itu, wanita tidak bisa
menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga status dan
peranan wanita menjadi lebih lemah dari pada pria. Hal itu juga menyebabkan
sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut tanah, uang atau material) yang
dapat disumbangkan oleh wanita ke dalam perkawinan atau rumah tangga mereka
menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status dan peranan wanita menjadi lebih lemah
dibandingkan dengan pria. Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi
bisa berupa: pendidikan, keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain.
Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di
masyarakat, maka akses wanita terhadap sumber daya di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk memperkecil
keadaan yang merugikan wanita itu, perlu pemahaman dan penghayatan yang baik

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 14

tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya
oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau seluruh lapisan masyarakat.

a. Dalam adat budaya Jawa di Indonesia, seorang budayawan terkemuka, Umar


Kayam, mengungkapkan bahwa sebutan wanita sebagai kanca wingking
(teman di belakang) merupakan pengembangan dialektika budaya
adiluhung. Sosok budaya inilah yang berkembang di bawah ilham “halus –
kasar” yang secara tegar menjelajahi semua sistem masyarakat Jawa. Sistem
kekuasaan feodal aristokratik, demikian Kayam, telah menetapkan wanita
untuk memiliki peran atau role menjadi “penjaga nilai-nilai halus-kasar dan
adiluhung” di dalam rumah.(Kompas, 23 Oktober 1995)

Penjajahan kultural yang demikian panjang dan membuat perempuan lebih


banyak menjadi korban itu terus dilestarikan. Tidak jarang, alasan-alasan
kultural memberikan legitimasi sangat ampuh. Ia dicekokkan melalui pelbagai
pranata sosial dan adat istiadat yang mendarahdaging dalam jantung kesadaran
anggotanya. Rasionalisasi kultural inilah yang pada gilirannya membuat
perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete Dowling
disebut Cinderella Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam,
sehingga kaum wanita merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi
otak dan daya kreativitasnya secara penuh. (Ibrahim dan Suranto, 1998:xxvi)

b. Pemapanan citra bahwa seorang perempuan itu lebih cocok berperan sebagai
seorang ibu dengan segala macam tugas domestiknya yang selalu dikatakan
sebagai “urusan perempuan”, seperti membersihkan rumah, mengurus suami
dan anak, memasak, berdandan dan sebagainya. Sementara citra laki-laki,
disosialisasikan secara lebih positif, dimana dikatakan bahwa laki-laki
karena kelebihan yang dimilikinya maka lebih sesuai jika dibebani dengan
“urusan-urusan laki-laki” pula dan lebih sering berhubungan dengan sektor
publik, seperti mencari nafkah, dengan profesi yang lebih bervariasi
daripada perempuan. Kesemua itu disosialisasikan sejak dari kelas satu
Sekolah Dasar melalui buku-buku pelajaran di sekolah hingga Panca

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 15

Dharma Wanita, yang menyatakan bahwa tugas utama seoarang perempuan


adalah sebagai “pendamping” suami, dan itulah yang diyakini secara salah
oleh sebagian orang sebagai “kodrat wanita.”
c. Di masyarakat Jawa, terdapat penerimaan atau bahkan toleransi terhadap
ketidakmampuan laki laki dalam mengontrol nafsu seks mereka. Karena laki
laki seringkali dianggap tidak mampu menahan hasrat seks mereka, banyak
perempuan mentoleransi dan bahkan mengharapkan pada derajat tertentu
‘ketidaksetiaan’ dari suami, meskipun mereka juga tidak mendorongnya
(Brenner 1998). Karena laki laki dianggap tidak bisa mengontrol nafsu
mereka, maka ada anggapan bahwa jika tidak terlampiaskan, ini akan
mengakibatkan perkosaan atau pelecehan seksual yang membawa korban
perempuan baik baik. Hal ini membuat banyak laki laki dan perempuan suku
Jawa menyimpulkan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK) tetap dibutuhkan
sebagai pelampiasan (Crisovan, 2006). Temuan serupa juga dinyatakan oleh
Geertz pada tahun 1950an, yang menyatakan bahwa istri toleran terhadap
lepas tangan suami karena laki laki memang dianggap mempunyai sifat tak
punya tanggung jawab. Perselingkuhan seksual mereka disebut ‘nakal’;
sama istilahnya seperti seorang anak yang tidak menurut kata orang tua,
tanpa adanya konotasi pelanggaran; dan mereka diharapkan nakal selama
kuliah dan bahkan setelah menikah (Geertz, 1961 cit. Crisovan, 2006).
d. Dalam pemahaman beberapa budaya di Indonesia (termasuk Jawa), salah satu
ukuran kecantikan perempuan dan kenikmatan dalam hubungan seks adalah
keringnya vagina, yang kemudian menghasilkan praktek praktek pencucian
vagina menggunakan preparat jamu yang diminum maupun dimasukkan ke
dalam vagina. Persepsi ini juga dijumpai di beberapa negara lain di Asia dan
Afrika, yang melahirkan praktek praktek sirkumsisi untuk perempuan dan
infibulasi. Berdasarkan penelitian, praktek praktek ini kemudian ditengarai
mempengaruhi resiko perempuan untuk terjangkit penyakit kelamin dan
HIV/AIDS karena kerusakan mukosa vagina (Penelitian WHO tentang
praktek pencucian vagina di beberapa negara termasuk
Indonesia/Yogyakarta).

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 16

Selama ini telah disosialisasikan, ditanamkan sedemikian rupa, ke dalam benak,


ke dalam pribadi-pribadi seseorang, laki-laki dan perempaun, bahwa karena
“kodrat”-nya seorang laki-laki berhak dan sudah seharusnya untuk mendapat
kebebasan, mendapat kesempatan yang lebih luas daripada perempuan. Tuntutan
nilai-nilai yang ditentukan oleh masyarakat telah mengharuskan seorang laki-laki
untuk lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa daripada seorang perempuan.
Akibatnya segala perhatian dan perlakuan yang diberikan kepada masing-masing dua
jenis kelamin, laki-laki dan perempuan tersebut pun disesuaikan dan diarahkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Kepada laki-laki diberikan prioritas dan kesempatan
lebih luas untuk sekolah dan menuntut ilmu lebih tinggi daripada kesempatan yang
diberikan kepada kaum perempuan. Kepada kaum laki-laki pula dibuka pintu
selebar-lebarnya untuk bekerja di berbagai sektor publik dalam dunia pekerjaan yang
dianggap maskulin, sementara perempuan lebih diarahkan untuk masuk ke sektor
domestik dengan pekerjaan-pekerjaan yang selama ini memang dianggap sebagai
“urusan” perempuan.
Bertolak dari kondisi tersebut maka akses perempuan terhadap “sesuatu” yang
dihargai dalam masyarakat, yang menjadi sumber kelahiran pelapisan dalam
masyarakat pun menjadi sangat rendah. Sehingga kaum perempuan dengan segala
keterbatasan yang sudah ditentukan oleh masyarakat untuknya terpaksa menempati
lapisan yang lebih rendah di masyarakat daripada kaum laki-laki.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 17

EVALUASI
1. Dimensi seksualitas yang muncul dalam relasi antar manusia, bagaiman
seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari
lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan manusia,
disebut......
a. Dimensi biologi
b. Dimensi kultural
c. Dimensi sosial
d. Dimensi moral
e. Dimensi budaya
2. Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Disebut...
a. Sensualitas
b. Intimasi
c. Identitas
d. Lifecycle (lingkaran kehidupan)
e. Exploitation (eksploitasi
3. Tujuan seksualitas untuk menciptakan atau meneruskan keturunan) disebut....
a. Prokreasi
b. Proteksi
c. relaksasi
d. Rekreasi
e. Prostitusi
4. Konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya, keluarga (orang tua) atau
figur yang signifikan dalam kehidupan anak disebut....
a Seksual biologis
b Identitas seksual.
c Perilaku seksual
d Peran gender
e Funnsi seksual

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 18

5. Dibawah ini merupakan pandangan keliru tentang fungsi seksual wanita


kecuali.....
a. Tubuh wanita adalah memalukan
b. Tubuh wanita milik pria
c. Wanita hanya mempunyai sedikit gairah seksual
d. Wanita memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kebutuhan seksual
e. Wanita objek eksploitasi

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif


Gender
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 1

SUB TOPIK
Diskriminasi Gender

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Diskriminasi Gender

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Agung Aryani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan
dan Implementasinya dalam Pendidikan). 10 halaman.
3. Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Permasalahannya. Pusat Studi Wanita
Universitas Udayana. Denpasar. 10 halaman.
4. Susilowati Tana, Gender dan Seksualitas dalam fenomena global epidemi
HIV/AIDS http://semloknas-
keragaman.org/folders/Makalah%20Susilowati%20Rev_31d01c.pdf
5. Seksualitas dan Gender. Tersedia dari
http://meida.staff.uns.ac.id/2009/05/05/sexualitas-dan-gender

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 2

DISKRIMINASI GENDER

Kondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak
menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender
(gender inequalities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk:
a) Marginalisasi
Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap
perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi
atas anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan.
Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan.
Misalnya, banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak
kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya
mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki.
Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan,
berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan
perbedaan jumlah pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah,
tidaklah dianggap “bekerja” karena pekerjaan yang dilakukannya,
seberapapun banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. Namun
seandainya seorang perempuan “bekerja” pun (dalam arti di sektor publik)
maka penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan
tambahan saja sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga
dari segi nominal pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang
lebih kecil daripada kaum laki-laki.

b. Subordinasi
Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan
subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional
atau emosional berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak penting.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 3

Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk


yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.
Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah
perkembangan keutamaan atas anak laki-laki. Seorang perempuan yang
melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan
yang hanya melahirkan bayi perempuan. Demikian juga dengan bayi-bayi
yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan disambut
dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang
bayi perempuan.
Subordinasi juga muncul dalam bentuk kekerasan yang menimpa kaum
perempuan. Kekerasan yang menimpa kaum perempuan termanifestasi
dalam berbagai wujudnya, seperti perkosaan, pemukulan, pemotongan organ
intim perempuan (penyunatan) dan pembuatan pornografi.
Hubungan subordinasi dengan kekerasan tersebut karena perempuan dilihat
sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki-laki, dan bukan
sebagai individu dengan hak atas tubuh dan kehidupannya. (Mosse, 1996:76)
Anggapan bahwa perempuan itu lebih lemah atau ada di bawah kaum laki-
laki juga sejalan dengan pendapat teori nature yang sudah ada sejak
permulaan lahirnya filsafat di dunia Barat. Teori ini beranggapan bahwa
sudah menjadi “kodrat” (sic!) wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena
itu tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya.

Demikianlah pendikotomian laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan


gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender bagi perempuan
yang termanifestasi dalam berbagai wujud dan bentuknya. Karena diskriminasi
gender perempuan diharuskan untuk patuh pada “kodrat” –nya yang telah
ditentukan oleh masyarakat untuknya. Karena diskriminasi pula perempuan harus
menerima stereotype yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa perempuan itu
irrasional, lemah, emosional dan sebagainya sehingga kedudukannya pun selalu
subordinat terhadap laki-laki, tidak dianggap penting bahkan tidak dianggap sejajar
dengan laki-laki, sehingga perempuan diasumsikan harus selalu menggantungkan
diri dan hidupnya kepada laki-laki.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 4

Bertolak dari kondisi demikianlah maka jika dulu Karl Marx


memperjuangkan kesamaan kelas, kini kaum feminis menggemakan
perjuangannya, untuk memperoleh kesetaraan gender. Untuk memperoleh
kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki.
Sebuah gambaran mengerikan dari eksplioitasi jender adalah mutilasi alat
kelamin wanita yang ditemukan di banyak negara Afrika. UNICEF memperkirakan
sekitar 130 juta wanita sampai hari ini pada masa kecil atau awal masa remajanya
hancur oleh operasi traumatis dimana sebagian atau keseluruhan klitorisnya
dihilangkan. Meskipun usaha mempersuasi masyarakat untuk menghentikan
praktek itu, namun kurang-lebih sekitar 6000 perempuan disubjeksikan pada
operasi itu setiap harinya. Prosedur operasi ini dilakukan dengan pengangkatan
sebagian labia, yang kemudian menjahitnya hingga hampir menutup secara total
lubang vagina. Operasi ini secara tipikal dilakukan dengan peralatan kasar dan
instrumen yang seadanya, tanpa prosedur bius, dan sedikit atau bahkan sama sekali
tidak ada proteksi dari infeksi

Upaya Kesetaraan Gender di Indonesia


a. Memprioritaskan bidang-bidang yang b.d pemberdayaan perempuan, a.l :
(Meneg UPW 1998)
b. Pemberdayaan perempuan disegala aspek kehidupan, terutama pendidikan,
kesehatan dan akses terhadap sumber daya
c. Keadilan gender melalui pelaksanaan Gender Man Stream dalam program
pembangunan, disamping tetap melaksanakan program2 dalam upaya
peningkatkan peran perempuan dalam pembangunan
d. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan melalui kebijaksanaan zero
toleransi
e. Melindungi hak asasi perempuan dan anak
f. Memperkuat kemampuan perempuan di tingkat nasional dan regional
g. Menetapkan tentang keadilan dan kesetaraan gender sebagai tujuan
pembangunan nasional (GBHN 1999-2004)

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 5

Masalah – Masalah Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Sebagai Akibat Dari


Bias Gender

1. Poligami
Dalam banyak adat, perkawinan seorang laki –laki dengan beberapa orang
perempuan dapat diterima, sementara dari pihak perempuan yaitu poliandri sama
sekali tidak dibenarkan. Sebagai contoh, Agama islam membolehkan laki – laki
beristri lebih dari satu dengan persyaratan – persyaratan tertentu yang sama sekali
tidak mengabaikan hak -–hak perempuan.
Kenyataannya di Indonesia, yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam,
ditambah lagi dengan pemahaman agama yang kurang, sering mnafsirkan izin
tersebut sebagai “ izin resmi yang longgar” sehingga mengabaikan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin tersebut. Akibatnya, hak perempuan
yang sudah diperistrinya belum terpenuhi, laki –laki tersebut menikah lagi.
Peraturan Pemerintah yang tertuang lewat UU Perkawinan No. 1 tahun
1974 pasal 3 menyatakan bahwa salah satu izin untuk beristri lagi bila istri
pertama ternyata tidak dapat memberikan keturunan dalam perkawinan tersebut.
Dari UU tersebut tampak bahwa pemerintah secara resmi mengakui tujuan
perkawinan untuk reproduksi, padahal suatu perkawinan tidak melulu ditujukan
untuk pemenuhan reproduksi yang notabene diemban oleh perempuan. Inilah
yang dianut sebagian besar masyarakat kita bahwa laki –laki boleh beristri lagi
tanpa harus meminta persetujuan dari sang istri, dan tanpa adanya tanggungan
terhadap keluarga yang ditinggalkannya. Akibatnya angka perceraian meningkat
yang sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi perempuan.

2. Hubungan Seks Sebelum Menikah dan Masalah Keperawanan


Pandangan masyarakat, khususnya Indonesia terhadap hubungan seksual
sebelum menikah juga mempunyai bias gender. Hubungan tersebut terlarang dan
dianggap sebagai perilaku menyimpang dari norma. Biasanya, perempuanlah
yang selalu menjadi tertuduh atas perilaku tersebut. Dalam hal keperawanan,
juga dipakai sebagai acuan dan merupakan syarat yang ketat dikenakan pada
perempuan.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 6

Keperawanan dianggap sebagai “Indikator Kesucian” dan penilaian terhadap


kualitas perempuan. Sebagai contoh, ambiguitas peraturan di Indonesia terhadap
calon istri tentara dan calon Korps Wanita ABRI harus terbukti masih perawan
yang sibuktikan dengan keutuhan selaput daranya. Sementara tidak ada
ketentuan sebaliknya bahwa calon tentara, atau calon suami tentara harus
terbukti keperjakaannya. Ini jelas merugikan karena hanya wanita yang dihakimi
atas hilangnya keperawanan sementara laki – laki tidak.
Ironis memang, jika seorang perempuan melakukan seks sebelum menikah
dan kehilangan keperawanannya, akan dianggap “ kotor” hingga berpengaruh
terhadap kehisupan seksual berikutnya, sementara jika laki – laki yang berbuat,
ia akan merasa bangga karena berhasil menunjukkan “kejantanannya” dan
kendalinya terhadap perempuan.

3. Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi juga dapat digolongkan sebagai kekeresan seksual
yang bias gender. Dari sekian banyak metode kontrasepsi, sebagian besar
ditujukan untuk perempuan. Sementara metode kontrasepsi laki – laki seperti
kondom dan vasektomi jarang digunakan atau malah dianggap penghinaan
terhadap maskulinitas mereka.
Pada umumnya laki – laki lebih senang menyuruh istrinya memakai
kontrasepsi karena kehamilan akibat hubungan seksual hanya dialami perempuan
dan menjadi urusan perempuan semata. Perempuan hampir tidak punya hak untuk
menentukan perilaku seksual dan reproduksi yang diinginkannya. Asalah
keputusan suami untuk menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan
istrinya dan pada umumnya laki – laki akan memilih metode yang tidak
mengganggu hubungan seksualnya dengan istri tanpa memperdulikan hak
perempuan untuk memilih sendiri metode kontrasepsi demi keamanan fisiologis
tubuhnya.

4. Perkosaan
Pemaksaan hubungan seksual terhadap perempuan tanpa izin dan sering
disertai kekerasan bisa diartikan sebagai perkosaan. Tindakan ini dilarang di

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 7

seluruh dunia namun definisi “ tanpa izin “ menjadi lemah apabila perempuan
berada di bawah ancaman yang jauh lebih menakutkannya saat ia akan diperkosa.
Sayangnya pengadilan sering menitikberatkan hukuman pada perbuatan seperti
halnya mengadili kasus pencurian, perampokan tanpa mengatasi akibat psikologis
yang timbul akibat perkosaan.
Perempuan yang diperkosa bisa saja mengalami depresi mental dan
emosional, takut laki – laki bahkan trauma terhadap seks. Jelas ini akan
merugikan kehidupan seksualnya. Belum lagi masyarakat secara sepihak
menganggap kasus perkosaan “wajar” karena perempuan yang terlalu provokatif
sehingga menggoda si pemerkosa serta UU yang dirasa masih menguntungkan si
pelaku daripada korban pemerkosaan itu sendiri. Contoh pada kasus kerusuhan
Mei 1998 dimana perempuan yang sebagian besar etnis Tionghoa diperkosa
secara terang- terangan dengan alasan reformasi tapi sampai sekarang belum ada
kepastian hukum intuk menindak si pelaku.

5. Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga


Kekerasan seksual dalam rumah tangga menjadikan kaum perempuan dan
anak – anaknya sebagai korban utama. Banyak kasus perkosaan antara ayah
terhadap anak perempuannya, atau anak laki- laki yang memperkosa saudara
perempuannya bahkan ibunya sendiri. Hal ini terkait dengan peran ayah dan anak
laki – laki sebagai penguasa yang berhak sepenuhnya terhadap istri dan anak
perempuannya yang dianggap tidak berhak secara fisik dan ekonomi untuk
membuat keputusan.
Faktor kerancuan budaya juga berperan, seperti manganggap suami adalah
kepala rumah tangga yang memiliki kekuasaan absolut terhadap keluarganya
sehingga suami boleh memaksa istri melayani kebutuhan seksualnya walaupun
saat itu sang istri tidak mau melakukannya. Masyarakat pun sulit menerima
pendapat tentang perkosaan oleh suami sendiri ( Marital Rape ). Ini dapat
dibuktikan bahwa ada pertentangan keras yang menolak pencantuman pasal
tentang Marital Rape dalam KUHP karena mereka beranggapan adalah kewajiban
istri untuk melayani keinginan seksual suaminya.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 8

EVALUASI

1. Banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada


kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya
mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki,
merupakan salah satu contoh:
a. Marginalisasi
b. Subordinasi
c. Pornografi
d. Sentralisasi
Jawab A
2. Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai
daripada seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan,
merupakan salah satu contoh:
a. Marginalisasi
b. Subordinasi
c. Pornografi
d. Sentralisasi
Jawab B
3. Upaya Kesetaraan Gender di Indonesia
a. Memprioritaskan bidang-bidang pemberdayaan perempuan
b. Membatasi Pemberdayaan perempuan disegala aspek kehidupan,
terutama pendidikan, kesehatan dan akses terhadap sumber daya
c. Keadilan gender
d. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan melalui kebijaksanaan
zero toleransi
Jawab B

4. Masalah–Masalah Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Sebagai


Akibat Dari Bias Gender, kecuali:
a. Poligami
b. Masalah keperawanan

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 9

c. Kekerasan seksual dalam rumah tangga


d. Hubungan seks yang aman
Jawab D
5. Pria sering tidak ingin melakukan Vasektomi, ini merupakan salah satu
diskriminasi dari salah satu aspek, yaitu:
a. Poligami
b. Masalah keperawanan
c. Kekerasan seksual dalam rumah tangga
d. Kontrasepsi
Jawab D

Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi

WAKTU

DOSEN

TOPIK Upaya Promotif Dan Preventif


Upaya Promotif Dan Preventif 1

SUB TOPIK
1. Health Promotion
2. Spesific Protection
3. Early Diagnosis And Promotif Treatment

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Health Promotion
2. Spesific Protection
3. Early Diagnosis And Promotif Treatment

REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 2

1. HEALTH PROMOTION
UPAYA PROMOTIF DAN PREFENTIF MENURUT LEAVEL & CLARK

A. SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN


Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965.
Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu
di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang.
Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan,
dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial),
Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya. Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona
Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter
Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia
telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya.
Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru
diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah
memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona
Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik
pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program
dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan
kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke
Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh
pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu
kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva
lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 3

persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan


Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta
aplikasinya di Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu


oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik
di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit
Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan
menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah
promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan
kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

DEFINISI PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan
yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang
telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk
definisi mengenai promosi kesehatan :
“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-
being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to
satisfy needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa Charter,1986).

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 4

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang


dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,
maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan


menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan
tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan
semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga
dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN


Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 5

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan


informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan
peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat
dilihat dari 2 dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan


Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang
sakit.

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 6

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi


dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan


Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and
Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).

VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN


Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang
jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang
ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari
promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 7

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai
keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu
kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu
upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar
dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan
perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu
kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 8

promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan


kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan
dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi


pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :
1. Strategi Global (Global Strategy)
* Advokasi (advocacy)
* Dukungan sosial (social support)
* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)


Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan
strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian
diantaranya:
* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
* Lingkungan yang medukung (supportive environment)
* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
* Keterampilan individu (personal skill).
* Gerakan masyarakat (community action).

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 9

SASARAN PROMOSI KESEHATAN


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan
menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak
sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)


Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan
diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat
untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)


Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran
primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)

STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 10

pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya
merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan
dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal secara
lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan
(health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di
Indonesia ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi
Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya
perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya
perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan
atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan”
merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan
dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.
4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,
sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata
primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 11

pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya


advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau
kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya untuk strata sekunder
(yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka
dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang
ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa
saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS,
masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai
dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk
mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian
mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa
sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini kemudian searah dengan
paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup
sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di
masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi
kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal
(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work),
di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana
kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria
rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-
lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat,
kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi
manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah
dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga
secara lintas program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya
juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 12

hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur
hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan
masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi
kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-
lain. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi
kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat,
seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.

Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan


termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan
khusus (specific protection).
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis
and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi.

Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya
yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi,
peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan
narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
c. adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor
risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi. Misalnya pada
kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan tentang hidup
sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik,
tidak merokok dll

Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 13

a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi
diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
c. lebih ditujukan pada kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar
penyakit tersebut tidak menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan :
pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak,
pengobatan dini hipertensi, penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor
risiko hipertensi

Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial.
b. adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara
rehabilitasi.

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 14

EVALUASI

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan, yaitu:


a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Perlindungan khusus (specific protection).
d. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
Jawab B

2. Sasaran kesehatan pada kelompok orang sehat, yaitu upaya:


a. Promotif
b. Kuratif
c. Preventif
d. Rehabilitatif
Jawab A
3. Sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap
penyakit, yaitu upaya:
a. Promotif
b. Kuratif
c. Preventif
d. Rehabilitatif
Jawab C
4. Tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang
yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
promosi kesehatan, merupakan
a. Sasaran primer promosi kesehatan
b. Sasaran sekunder promosi kesehatan
c. Sasaran tersier promosi kesehatan
d. Sasaran promosi kesehatan
Jawab B
5. Pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker), merupakan:

Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 15

a. Sasaran primer promosi kesehatan


b. Sasaran sekunder promosi kesehatan
c. Sasaran tersier promosi kesehatan
d. Sasaran promosi kesehatan
Jawab C

Kesehatan Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai