WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
REFERENSI
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 2
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 3
4. Menurut ICPD
Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas
dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi.
6. Menurut WHO
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 4
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 5
3. Setiap orang hendaknya terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung
maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap lelainan atau penyakit
pada organ reproduksi, akan dapat pula menggangu kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas reproduksinya. Termasuk disini adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual-misalnya AIDS dan Hepatitis B, infeksi lain pada organ
reproduksi, infeksi lain yang mempengaruhi perkembangan janin, dampak
pencemaran lingkungan, tumor atau kanker pada organ reproduksi, dan ganguan
hormonal terutama hormon seksual.
4. Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati masa
tersebut dengan aman. Kehamilan bukanlah penyakit atau kelainan. Kehamilan
adalah sebuah proses fisiologis. Meskipun demikian, kehamilan dapat pula
mencelakai atau mengganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya. Kehamilan
dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah tinggi, pendarahan, dan bahkan
kematian. Meskipun ia menginginkan datangnya kehamilan tersebut, tetap saja
pikirannya penuh dengan kecemasan apakah kehamilan itu akan mengubah
penampilan tubuhnya dan dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak menarik
lagi bagi suaminya. Ia juga merasa cemas akan menghadap i rasa sakit ketika
melahirkan, dan cemas tentang apa yang terjadi pada bayinya. Adakah bayinya akan
lahir cacat, atau lahir dengan selamat atau hidup. Perawatan kehamilan yang baik
seharusnya dilengkapi dengan konseling yang dapat menjawab berbagai kecemasan
tersebut.
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 6
dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembagan
kemanusiaan. Merumuskan pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat penting
mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh
mana seseorang dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan
sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi.
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi
ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak, dsb);
Dibahas dalam pertemuan ICPD ( International conference on population and
development) di Kairo bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak
perempuan terhadap hak azasi manusia karena:
1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa
memberikan informed consent.
2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan
mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan
perempuan.
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak
aman;
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir
rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 7
Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana masalah
tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
Masalah reproduksi
1. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan yang
berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;
2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain
sebagainya;
3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;
4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 8
Masalah pelacuran
1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya;
3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun
bagi konsumennya dan keluarganya
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 9
Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 10
2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan;
3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan
dan anak-anaknya;
4. Dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam bab III pasal 4 “Setiap
orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Sasaran
Indonesia menyetujui ke -tujuh sasaran reproduksi WHO untuk masa 1993- 2001,
karena masih dalam jangkauan sasaran Repelita VI, yaitu:
1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-49 tahun)
2. Penurunan angka kematian ibu hingga 59%;semua wanita hamil mendapatkan
akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan
resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk kekapasilitas kesehatan
3. Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang
hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;
4. Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (<2,5kg) menjadi kurang dari 10
%;
5. Pemberantasan tetanus neonatarum (angka insiden diharapkan kurang dari satu
kasus per 1000 kelahiran hidup) disemua kabupaten;
6. Semua individu dan pasangan mendapatkan akses informasi dan pelayanan
pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua, dan
telalu banyak;
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 11
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 12
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 13
3. HAK REPRODUKSI
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas
informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang
terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal
tersebut dapat terwujud; dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo
maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang
tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual.
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 14
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 15
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 16
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi 17
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 2
Defenisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah,
maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah
bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka
dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja
sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia
dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun
hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 3
2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak
dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 4
3. Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-
coba. Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 5
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 6
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan
remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini
diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan
penuh tanggung jawab.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 7
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 8
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku
seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24
negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut,
menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat
kontrasepsi
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 9
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 10
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 11
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 12
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 13
dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi
24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria,
rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan
bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV
lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan
lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang
lebih sedikit dibanding pria sebayanya.
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 14
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 15
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja 16
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi dan anak, remaja,
dewasa, usia lanjut
2. Perubahan yang terjadi setiap tahap
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 2
1. Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir.
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 3
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR,
penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan,
postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 4
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting
yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan
menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan
gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-
tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita
mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 5
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 6
4. Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin
terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di
luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya
agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat
berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini
masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan
penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 7
muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri
haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air
besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi
ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,
pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS
dan pengaturan kesuburan.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan
IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan
darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 8
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 9
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 10
5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah
masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat
lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan
mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker
prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 11
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 12
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 13
c. Keterbatasan biaya
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain
karena:
a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak
perempuan dan perempuan semakin buruk
6. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:
a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak
reproduksi masih rendah.
b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
c. Diskriminasi sosial
d. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan
e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kahidupan seksual pada
reproduksi
7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia
lanjut
8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan
perbedaan sosial, ekonomi dan perbedaan lainnya antara perempuan dan
masih rendahnya kemandirian perempuan.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 14
EVALUASI
1. Dibawah ini yang bukan merupakan tahap pendekatan siklus hidup adalah :
a. Konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Keluarga
d. Dewasa
e. Usia Lanjut
Jawab C
2. Dibawah ini merupakan asuhan yang diberikan pada tahap remaja, kecuali
…………
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Kehamilan dan persalinan yang aman
d. Peningkatan pendidikan
e. Peningkatan keterampilan
Jawab C
3. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan
diantaranya……, kecuali :
a. Melakukan penyuluhan
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
c. Bermitra dan berpartisipasi dengan instansi terkait
d. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan korban
e. Mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental
Jawab E
4. Berikut ini adalah asuhan yang diberikan pada tahap dewasa, kecuali
……………
a. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
b. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
c. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
d. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan 15
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Infertilitas
2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular
seksual
REFERENSI
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2
1. INFERTILITAS
adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai kehamilan setelah
selama 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Infertilitas primer
adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah
memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal
1 kali kehamilan), tetapi kehamilan berikutnya belum berhasil dicapai,
Penyebab
a. faktor pria
1. Masalah pada sperma : Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di
dalam testis (buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut
spermatogenesis.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3
Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk
berkembang menjadi sel sperma yang matang. Dari testis kiri dan kanan,
sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan
yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan
disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi. Dari
epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di
dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis
ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang kemudian
mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4
suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada
diluar rongga tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
b. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens
(kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama
sekali.
Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula
seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada
kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen
mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis. Kelainan ini lebih
sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul
(terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Ejakulasi
retrograd juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.
2. Impotensi
3. Kekurangan hormon
4. Polusi lingkungan.
5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.
b. Faktor wanita:
1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium/sel
telur).
Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari ovarium (indung telur).
Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi hari pertama.
Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.
Jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5
Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga meningkat
pada:
1. Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit
menular seksual)
2. Penyakit menular seksual
3. Pernah menderita penyakit peradangan panggul (setelah menderita penyakit
ini, 10-15% wanita menjadi mandul)
4. Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6
5. Gondongan (pria)
6. Varikokel (pria)
7. Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
8. Siklus menstruasi anovulatoir
9. Endometriosis
10. Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
11. Penyakit menahun (misalnya diabetes
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari suami dan
istri.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1. Analisa semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai
jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma. 2-3 hari
sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
2. Pengukuran suhu tubuh basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur,
dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-
1O Celsius berarti sedang terjadi ovulasi.
3. Memperhatikan perubahan pada lendir servikal. Pada fase ovulatoir, lendir
menjadi basah, elastis dan licin.
4. Postcoital test (PCT). PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma
dan lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang dikumpulkan
dalam waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual. Tes ini dilakukan
pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar
tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal, lendir servikal
adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila
dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
5. Kadar progesteron serum.
6. Biopsi endometrium
7. Biopsi testis (jarang dilakukan)
8. Kadar LH (luteinizing hormon) untuk memperkirakan saat ovulasi dan
membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan seksual.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7
9. Progestin challenge
10. Kadar hormon pada suami dan istri.
11. Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui
rahim sampai ke tuba falopii.
12. Histeroskopi.
13. Laparoskopi untuk melihat rongga panggul.
14. Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau tidak.
Prognosis
Sekitar 85-90% kasus, kemungkinan penyebabnya bisa diketahui.
Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi in vitro)
memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya
didiagnosis mengalami kemandulan. Tanpa pengobatan, 15-20% kasus pada
akhirnya akan mengalami kehamilan.
Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko
kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit menular seksual yang paling sering
menyebabkan kemandulan adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada
awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya
penyakit peradangan panggul atau salpingitis. Peradangan menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan,
kemandulan absolut atau kehamilan di luar kandungan.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8
Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau
ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang
menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-
masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang
bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah
ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di
antaranya yaitu:
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9
telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel
sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama
laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut
dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil
di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung
terjadi pembuahan dan kehamilan.
c. IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar
tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa
embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks
d. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot
atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba
falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
e. ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan
sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang
kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10
A. Defenisi PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit
yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual.
Pertama sekali penyakit ini sering disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease,
tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual/
Seksually Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual
(PMS).
Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:
1. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
2. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata
3. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis
4. Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11
B. Pencegahan PMS
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua,
yaitu:
a. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
b. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12
F. Jenis-jenis PMS
1. GO atau kencing nanah
2. Klamidia
3. Herpes kelamin
4. Sifilis atau raja singa
5. Jengger ayam
6. HIV/AIDS
1. GONORE
Definisi
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri doplococcus gram-
negatif Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini melekat dan menghancurkan
membran sel epitel yang melapisi selaput lendir terutama epitel yang
melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstra genital di faring, anus,
dan rektum dapat dijum[pai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular,
harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Penularan dari laki-laki ke
perempuan lebih sering terjadi dari pada penularan dari perempuan ke laki-
laki karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang
berdiam lama di fagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13
prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epydydymis, dan testis pada pria,
uertra, tuba fallopi , endometrim, dan rongga peritonium pada perempuan.
Epidemiologi
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada
perempuan berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada
laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis.
Pemeriksaan diagnostik
Gonore dapat didiagnosis dengan cepat dengan pewarnaan gram terhadap
apusan eksudat yang diambil dari tempat infeksi. Apusan positif bila
ditemukan diplokoccus gram negatif intra sel. Untuk memastikan diagnosis
harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan tempat infeksi. Uji-uji
amplikasi DNA dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) dan reaksi
berantai ligase (LCR) lebih sensitif dibandingkan biakan bakteri dan dapat
digunakan sekret vagina atau serviks dan dapat digunakan urin . uji-uji non-
biakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi imunofluerensensi lansung
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14
Terapi
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940-an, namun
sekarang banyak brkembang galur-galur gonorea yang resisten panisilin.
Terapi yang saat ini direkomendasikan adalah golonga sefalosporin dan
fluorokuinolon . Semua kontak seksual pasien yang terinfeksi harus
dievaluasi dan ditawarkan terapi profilaktik.
2. Sifilis
Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
Penyebab
Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan
menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis
tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15
Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi;
rata-rara 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
1. Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR
(rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak
mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu
pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan ini
lebih akurat. Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS
(fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk
memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau
mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh
cairan serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksan antibodi.
Pengobatan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya,
karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai
penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Pada
sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir
terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya
dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes
penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani
pengobatan. Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah
suntikan penisilin.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18
Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer,
sekunder dan fase laten adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier
pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi
biasanya tidak dapat diperbaiki.
3. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks.
Etiologi:
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya
menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama
bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19
beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak
kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang
terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih
dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10
hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening
selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri,
lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin
disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka
bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang
tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher
rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka
lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka
herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan
asiklovir.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat
diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi
pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa
dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah.
Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah
timbulnya gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam
bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes. Obat
ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi
resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal.
Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22
Penyebab
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan
disebabkan gonore pada laki-laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil
nanah yang bukan disebabkan gonore pada wanita. Uretritis lainnya disebabkan
oleh Ureaplasma urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang menyerupai
mikoplasma. Chlamydia merupakan bakteri kecil yang hanya bisa
berkembangbiak di dalam sel. Ureaplasma adalah bakteri yang sangat kecil,
dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa berkembang biak di luar
sel.
Gejala
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang
pria akan mengalami perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih. Biasanya
akan keluar nanah dari penis. Nanahnya bisa jernih atau agak keruh, tetapi lebih
encer daripada nanah gonore. Pada pagi hari, lubang penis sering tampak merah
dan melekat satu sama lain karena nanah yang mengering. Kadang-kadang
penyakit ini dimulai lebih dramatis. Timbul rasa sakit waktu berkemih, frekuensi
berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar nanah. Meskipun
kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa diantaranya
mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika
berkemih, nyeri di perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan
keluarnya lendir kekuningan dan nanah dari vagina. Hubungan seksual melalui
mulut atau dubur dengan penderita bisa menyebabkan infeksi tenggorokan atau
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23
infeksi dubur. Infeksi ini menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan
nanah yang berwarna kekuningan.
Komplikasi
1. Pria.
a. Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada
buah zakar. b. Striktur uretra : penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan
penyumbatan aliran air kemih.
2. Wanita.
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar
kandungan) dan kemandulan. Infeksi pembungkus hati dan daerah di
sekeliling hati, bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
3. Pada pria dan wanita.
Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata
dan belekan
4. Pada bayi baru lahir.
Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan. Pneumonia, bisa
menyebabkan demam dan batuk.
Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis
berdasarkan hasil pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di
laboratorium. Infeksi Ureaplasma urealyticum tidak dapat didiagnosis secara
spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa. Karena pembiakannya sulit dan
teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis infeksi Chlamydia atau
Ureaplasma sering ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas disertai bukti
yang menunjukkan tidak adanya gonore.
Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui
mulut), minimal selama 7 hari atau diberikan azitromisin dosis tunggal.
Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24
Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis
akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi
kembali kambuh setelah penderita menjalani pengobatan.
5. Infeksi HIV
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Stadium akhir dari infeksi HIV
adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang
didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit
sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS;
sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah
terinfeksi.
Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama
kematian pada anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control
and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi
oleh HIV pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS
terutama menyerang dewasa muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.
Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih
jarang).
3 cara penularan virus kepada anak-anak:
1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25
Gejala
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan
gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun;
sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun
kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada
usia 3 tahun.
Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
1. Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung
lama atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan
kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan
peradangan kelenjar liur di pipi
2. Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah
yang tertutup popok
3. Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan
meningitis)
4. Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
5. Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.
Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem
kekebalan. Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita
peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada
tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari
tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.
Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan
ancaman yang serius pada anak-anak. Anak-anak yang terlahir dengan infeksi
HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali
pada 15 bulan pertama.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta
penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya
menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.
Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau
gagal jantung. Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan
limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang
menyerang anak-anak.
Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir
yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik
berikut;
Pneumonia pneumokistik
Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan
kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
Infeksi bakteri
Meningitis
Infeksi jamur
Esofagitis (peradangan kerongkongan)
Kandidiasis (infeksi jamur)
Infeksi virus
Herpes
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27
Herpes zoster
Infeksi parasit.
Diagnosa
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak
bersifat diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir
selalu mengandung antibodi HIV. Antibodi ini akan tetap berada dalam
darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah
berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi,
maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya. Karena itu untuk
mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan
dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR,
polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan pemeriksaan darah
standar untuk infeksi HIV.
Pengobatan
Semua obat-obatan ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga
memperlambat progresivitas penyakit. HIV akan segera membentuk resistensi
terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan
paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa
memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan
memperpanjang harapan hidup. Dokter kadang sulit menentukan kapan
dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28
yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya
masih tinggi dan penderita tidak menunjukkan gejala apapun. AZT, ddI, d4T
dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri abdomen, mual dan sakit
kepala (terutama AZT). Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak
sumsum tulang dan menyebabkan anemia. ddI, ddC dan d4T bisa merusak
saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas. Dalam kelompok nucleoside,
3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga
protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan
gangguan perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati,
bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga menyebabkan nyeri
punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan
batu ginjal. Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau
turunnya kadar obat lain dalam darah. Kelompok protease inhibitor banyak
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula
darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease
paunch).
Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi
ooportunistik.
Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah
mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah
pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak. Penderita dengan
limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin
seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah
infeksi Mycobacterium avium.
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi
candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi
herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka
panjang.
Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa
orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29
lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih
dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS
pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun
berikutnya.
Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai
50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan
menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat
berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi.
Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh. Teknik penghitungan
jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti polymerase chain
reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test membantu
dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus
sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan
kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita
akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode
pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui,
penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai
bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan
bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.
Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara
memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV,
pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30
(melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut
telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya,
dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV
lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan
untuk menjalani operasi sesar.
Resiko penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang
baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak
memberikan ASI kepada bayinya. Jika air yang tersedia tidak bersih
sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi,
maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian
ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 33
a. Air liur
b. Darah
c. ASI
d. Cairan vagina
Jawab A
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Gangguan haid pre
2. Pelvic Inflamantori Desease
3. Unwanted Pregnancy dan Aborsi
4. Hormon Replacement Therapi (HRT)
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM; 2002.
6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
7. Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates. 2001.
8. Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 1998
10. Varney H. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta;2000
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2
1. GANGGUAN HAID
Penyebab
Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid,
kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi
lainnya.
Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak diatas kelenjar
hipofisa) mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk melepaskan hormon-
hormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium. Pada penyekit
tertentu, pembentukan hormon hipofisa yang abnormal bisa menyebabkan
terhambatnya pelepasan sel telur dan terganggunya serangkaian proses hormonal
yang terlibat dalam terjadinya menstruasi.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan (sianotik)
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-Willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. Hiperplasia adrenal kongenital
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom
Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan).
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak sert
perubahan bentuk tubuh.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan
berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet
yang tepat.
Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi
dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor,
maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.
2. Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi.
Penyebab
Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan
dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya
dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore primer
timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6
pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh
prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan
dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya
sempit.
Gejala
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-
timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit
kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi
muntah.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pengobatan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi.
a. Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:istirahat yang
cukup
b. olah raga yang teratur (terutama berjalan)
c. pemijatan
d. yoga
e. orgasme pada aktivitas seksual
f. kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi
dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur.
Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil
KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah
ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang
selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif,
maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore
sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana
lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk
dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8
Penyebab
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus PID disebabkan
oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya
klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi
sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa
masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan
IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9
Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke
struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri
menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses
(penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul,
gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa
terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10
Pengobatan
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu
dirawat.
Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di
rumah sakit.
Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-
oral (melalui mulut). Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin
perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani
pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan
hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12
aman bahkan tidak azim dan oleh dukun aborsi mengakibatkan dampak negatif
secara fisik ,psikis,dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
1. Risiko fisik
Perdarahan dan konflikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.Aborsi yang
berulang selain bisa mengakibatkan kompilikasi juga bisa menyebabkan
kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal
yaitu kematian.
2. Risiko psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panuk, tertekan
atau setres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena
rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku
aborsi itu juga sering kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi
.Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasanganya.
Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin
tinggi.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13
Aborsi
Abortion dalam kamus inggris Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran
kandungan. WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000
– 1,5 juta dilakukan di Indonesia. Macam-macam aborsi diantaranya spontaneus,
inkompletus, iminen dan sebagainya. Etika ditinjau dari segi Etika, Agama dan
Hukum.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan
yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur
kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta
dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi
aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu
Global.
Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan karena alasan di atas, namun
karena adanya larangan baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek
aborsi tidak aman meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten
memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali
lebih kecil dari pedesaan, dan pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di
Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 %
di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten
dilakukan oleh swasta/ pribadi (PPKLP-UI, 2001).
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14
Defenisi Aborsi
Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin
mencapai berat 1.000 gram.
Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari
28 minggu. Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah
pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus
belum viable by llaous.
Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini
sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada
umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis
abortus provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil
konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin
dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.
Jenis-jenis Aborsi
1. Abortus spontaneus
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam
Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan:
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan
plasenta
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam
hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-
obat hormonal dan anti pasmodica
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai
infeksi genital.
Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam;
panas tinggi; ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi
sepontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16
disalahkan, tidak ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan
disudutkan sehingga dalam reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil
(meskipun punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan
dihentikan dari pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah,
misal SMA, mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena
merasa malu, dengan teman-temannya, takut kalau kesempatan belajarnya
terhenti dan barangkali masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan
tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia melakukan aborsi
supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila
seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko
tinggi. Batasan ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang
mengalaminya lebih menjurus menolak kehamilannya dan ujung-ujungnya
akan melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain
adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu
seorang wanita yang mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan
alasan usia bayi belum sampai 3 bulan.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17
5. Klonning
Untuk mengatasi konflik moral tersebut, semua pihak harus menyadari hak dan
kewajibannya serta mampu menempatkan diri dalam porsi yang tepat.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18
etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi
administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam
dua golongan yakni :
1. Abortus buatan legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus
provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Abortus buatan illegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20
tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.
PASAL 347
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya
ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan
seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak
dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima
oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat merupakan
tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang dibenarkan
undang-undang.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23
Epidemiologi
Survey yang diadakan pada tahun 1995 pada wanita pascamenopause yang berusia
antara 50-75 tahun melaporkan hampir 38% memakai terapi sulih hormon. Survei
terbaru mengenai pemakaian sulih hormon di Amerika Serikat dan Inggris
menunjukkan 40-55% dan 60% wanita pascamenopause menggunakannya dengan
tingkat pemakaian yang lebih tinggi pada wanita yang telah menjalani histerektomi.
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan negara
barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat terhadap menopause,
faktor pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon di
Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya. Jepang telah mengadakan sebuah
studi untuk mengetahui pemakaian sulih hormon di kalangan wanita
pascamenopause, didapatkan estimasi sebanyak 1,2% wanita berusia 45-64 tahun
mendapatkan terapi sulih hormon. Terapi berlangsung jangka pendek, selama 6-9
bulan.
Definisi
Hormone replacement therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi sulih hormon
didefinisikan sebagai :
a. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi
hormon.
b. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat, untuk
menggantikan produksi estrogen oleh ovarium.
c. Terapi menggunakan estrogen atau estrogen dan atau progesteron yang diberikan
pada wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani ovarektomi, untuk
mencegah efek patologis dari penurunan produksi estrogen.
Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause Society
(NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya keluhan
menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di
Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24
Kontra Indikasi
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra indikasi
penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
1. Kehamilan
2. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
3. Penyakit hepar akut maupun kronik
4. Penyakit trombosis vaskular
5. Pasien menolak terapi
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25
Bentuk Sediaan
Terapi sulih hormon paling banyak diberikan per oral. Namun, masih banyak lagi
metode pemberiannya.
a. Pemberian secara Oral
Estradiol valerat sangat cepat dihidrolisa oleh usus dan dimetabolisme oleh hepar.
Kadar maksimum tercapai dalam 6-8 jam dan lambat laun akan turun. Kadarnya
tidak akan turun secara tajam, sehingga 24 jam setelah penggunaan kadarnya masih
cukup tinggi.
Kadar estradiol serum sangat berbeda pada setiap orang. Kadang-kadang pada pasien
tertentu tidak dapat dicapai konsentrasi serum yang cukup sehingga untuk
memperoleh konsentrasi yang memadai diperlukan estradiol dosis tinggi, namun
pemberian dosis tinggi akan meningkatkan efek samping. Hal ini diatasi dengan
micronized estrogen.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26
b. Estrogen Transdermal
Terdapat 3 cara pemberian estradiol transdermal, yaitu plester reservoir,
plester matriks dan gel. Estrogen dapat secara parenteral untuk menghindari first-
pass effect di hepar. Estradiol yang diberikan melalui transdermal terdiri dari hormon
dalam solusio alkohol yang diabsorbsi ke dalam sirkulasi secara konstan selama 3-4
hari. Pemberian secara transdermal sangat dianjurkan bagi wanita menopause yang
memiliki tekanan darah tinggi, dalam pengobatan dengan obat anti diabetes (OAD)
dan riwayat operasi batu empedu.
Estradiol dapat pula diberikan dalam bentuk implan subkutan yang dapat bertahan
selama beberapa bulan, namun tingkat penurunan estradiol serum sangat bervariasi
dan beberapa wanita mengalami gejala vasomotor meskipun dengan konsentrasi
supranormal. Oleh karena itu, pemberian implan tidak boleh diulang hingga
konsentrasi estradiol serum sama dengan konsentrasi pada fase mid-folikular siklus
menstruasi.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27
Pemberian estradiol langsung ke dalam sirkulasi juga dapat melalui pesarium atau gel
vagina. Resorbsi melalui dinding vagina sangat baik, tanpa melalui metabolisme,
sehingga konsentrasi dalam darah bisa sangat tinggi.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29
Lama Penggunaan
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists dalam panduannya
menyatakan tidak ada aturan mengenai lama penggunaan terapi sulih hormon, tetapi
berdasarkan hasil studi WHI disarankan agar berhati-hati bila meresepkan terapi sulih
hormon jangka panjang.
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai berikut:
1. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik
selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam
periode 1-3 bulan) dapat efektif.
2. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak
diterangkan dengan jelas.
3. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap
tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32
c. Sakit kepala
Keluhan ini dapat berkurang dengan menurunkan dosis estrogen atau mengganti
sediaan dari oral ke transdermal.
Terapi hormon kontinyu, dengan absorbsi sistemik yang lebih konstan bila
dibandingkan dengan terapi hormon siklik, dapat dilakukan untuk mengurangi
keluhan mastalgia, sakit kepala, dan gejala seperti premenstruasi jika penyesuaian
terhadap dua komponen di atas tidak efektif. Alat kontrasepsi dalam rahim yang
mensekresikan levonorgestrel dan supositoria vagina yang mengandung progesteron
diabsorbsi sangat minimum secara sistemik, namun tetap memberikan perlindungan
optimal terhadap endometrium. Menggunakan progestogen siklik selama 14 hari
penuh tetapi hanya setiap 3 bulan, juga meminimalkan frekuensi efek samping.
Tetapi belum diketahui apakah sediaan ini menyediakan perlindungan terhadap
endometrium sebaik terapi hormon standar yang diberikan setiap bulan.
Monitoring
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists dalam panduannya
menyatakan pemeriksaan berikut sering dilakukan, tetapi masih belum ada
kesepakatan menyeluruh mana dari jenis pemeriksaan tersebut yang esensial.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 33
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 34
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 35
EVALUASI
1. Menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih,
disebut:
a. Oligomenore
b. Hipermenore
c. Amenore primer
d. Amenore sekunder
Jawab D
2. Penyebab amenore primer, kecuali:
a. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)
b. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
c. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain)
d. Kelainan bawaan pada sistem pencernaan
Jawab D
3. Penyebab amenore sekunder:
a. Kehamilan
b. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
c. Penurunan berat badan yang drastis
d. Olah raga yang berlebihan
Jawab B
4. Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain :
a. Inseminasi buatan
b. Banyaknya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh perkawinan
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
Jawab D
5. Aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis, disebut;
a. Abortus provokatus
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 36
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik
REFERENSI
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 2
Kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan
(epitel) dari leher rahim dimana sel-sel tersebut berubah menjadi sel-sel yang tidak
normal sehingga dapat membentuk tumor/ dungkul.(Lokakarya Manado, 2001)
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 3
Berbagai virus ( virus herpes simpleks tipe-2, human papilloma virus ) disebut-sebut
juga menyebabkan terjadinya kanker ini.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 4
Perubahan prekanker pada leher rahim biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel leher rahim yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala
berikut:
- Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause
- Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
- Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 5
Menurut Manuaba, gejala klinis stadium awal, yaitu tanpa keluhan ditemukan secara
kebetulan, beser putih (fluor albus) yang sulit sembuh, kontak berdarah ( perdarahan
post koital ) atau perdarahan per vagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu
haid. Sedangkan pada stadium lanjut, baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik
berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang dapar
hebat.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 6
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 7
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 8
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 9
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 10
7. Vaksinasi
Cervari adalah vaksin kanker serviks terbaru di Indonesia yang
ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10
tahun s/d 55 tahun) untuk pencegahan kanker serviks. vaksinmengandung
antigen untuk HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab lebih dari 70%
kasus kanker serviks di dunia. Vaksin kanker serviks GSK memberikan
100% perlindungan terhadap human papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18
yang terkait dengan lesi pra-kanker.rvarix juga memberikan perlindungan
tambahan terhadap type HPV onkogenik yang lain yaitu tipe HPV 45, 31 dan
52. Jadwal vaksinasi untuk vaksin kanker serviks GSK terdiri dari 3
dosis, diberikan pada bulan ke-0, ke-1 dan ke-6.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 11
Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum
Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpul- kan bahwa tes IVA
positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA
positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung
melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-
kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 12
b. Pap Smear
Tes Pap diperkenalkan 1928 oleh Dr George Papnicolau. Sejak dilakukan tes
Pap, kejadian kanker serviks menurun drastis. Angka kematian akibat kanker serviks
di negara maju menurun sekitar 75 persen (dari 1940an ke 1980an). Internasional
Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan, hasil penapisan setiap lima
tahun dan mengobati penyakit prakanker mulut rahim diperkirakan dapat
menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari 80 persen.
Prosedur pemeriksaan tes Pap mudah, murah, aman, dan non-invasif. Angka
sensitivitas 90 persen. Kesalahan biasanya disebabkan oleh pengambilan, fiksasi, dan
proses pewarnaan preparat yang tidak tepat. Kesalahan lain mungkin terjadi saat
pembacaan sediaan tes Pap. Tes Pap tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya
dasar dalam menegakkan lesi keganasan serviks. Pemeriksaan tes Pap hanyalah
menapis dari sel-sel serviks wanita yang tampak sehat tanpa gejala dan kemudian
dilakukan tindak lanjut.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 13
Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes
setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
1. Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih dari
1 pasangan seks
2. Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3. Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak
pasangan seksual sebelumnya
4. Riwayat penyakit menular seksual
5. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6. Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
7. Infeksi human papilloma virus (HPV)
8. Perokok
9. Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
10. Infeksi HIV
11. Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ,
kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 14
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 15
1. Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu
pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul
selanjutnya.
2. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of
undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus
ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun
perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes
berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui
adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus,
sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan
ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
3. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap
smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran,
bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker
yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk
tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih
cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 16
Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit.
Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang. Hasil negatif palsu tidak
berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu,
yaitu:
1. Pengambilan sel yang tidak cukup
2. Sel abnormal sedikit
3. Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
4. Lesi kecil
5. Sel abnormal meniru sel benigna
6. Darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 17
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 18
lembut akan mengapus sekret/getah dari leher rahim anda tanpa rasa nyeri dengan
alat cytobrush. Sekret yang didapat segera direndam atau dicelupkan kedalam botol
berisi cairan pengawet dan kemudian sampel dalam botol itu dikirim ke
Laboratorium Sitologi.
d. Pap Net
Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide Tes Pap.
Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide
hasil Tes Pap yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli
patologi/sitologi. Pusat komputerisasi Pap Net yaitu New York, Amsterdam dan
Hongkong. Saat ini di jaringan Pap Net yang ada di Indonesia slidenya dikirim ke
Hongkong. Ini skrining preparat tes Pap yang telah diwarnai dengan komputer. Pap
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 19
Net bertujuan meningkatkan akurasi pemeriksaan tes Pap, karena dapat mendeteksi
sel-sel abnormal lebih teliti meski masih perlu dibaca lagi oleh tenaga ahli sitologi.
Kelebihan Pap Net adalah dapat memeriksa banyak preparat, waktu skrining lebih
cepat, tidak ada faktor kelelahan, dan akurasi lebih tinggi, alat ini dapat
mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel prakanker walaupun jumlahnya masih
sedikit sekali. Bahkan jika jumlah selnya hanya 5 pun keberadaannya sudah bisa
terdeteksi. Umumnya, pembesaran komputer yang digunakan mencapai 50, 200
dan 400 kali. Namun, alat ini tidak mempengaruhi negatif palsu yang disebabkan
oleh salah pengambilan dan harganya sangat mahal.
e. Kolposkopi
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-
15x.; untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%.
Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak putih atau
perubahan corakan pembuluh darah. Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining
awal, namun ketersediaan alat ini terbatas karena mahal.Oleh karena itu alat ini lebih
sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Tes Pap abnormal
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular
serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang
terjadi di jaringan serviks. Hampir semua NIS terjadi di daerah transformasi, yaitu
daerah yang terbentuk akibat proses metaplasia. Daerah ini dapat dilihat seluruhnya
dengan alat kolposkopi, sehingga biopsi dapat dilakukan lebih terarah. Jadi tujuan
pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis histologik tetapi
menentukan kapan dan di mana biopsi harus dilakukan. Pemeriksaan kolposkopi
dapat mempertinggi ketepatan diagnosis sitologi menjadi hampir mendekati 100%.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 20
Alat Kolposkopi
f. Servikografi
Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran porsio
setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto
serviks dikirim ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai). Servikografi
terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi
diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram)
dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak
tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau
flash).
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 21
g. Gineskopi
Alat ini dikenalkan Abrams, 1987. Gineskopi menggunakan teleskop
monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan
skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera
disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%. Perbandingan yang dilakukan oleh Samsudin,dkk
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah
920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%;
predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif
palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya
gineskopi oleh tenaga paramedik/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas
pemeriksaan sitologi tidak ada.
h. Polar Probe
Metode terbaru ini masih dikembangkan di negara maju. Merupakan alat
opro-elektronik untuk mengukur biofisik dan respons optik dengan stimulasi elektrik
jaringan serviks. Akan dihasilkan energi listrik dan gelombang ringan bila ada
prakanker dan kanker. Keuntungannya, hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 22
dan mudah. Seperti alat penapis lainnya, polar probe bersama tes Pap akan
meningkatkan akurasi pmeriksaan hingga lebih dari 90 persen.
b. Kanker Payudara
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang
perempuan terkena kanker payudara. Secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi 4 faktor, yaitu:
Faktor Genetik
o Riwayat keluarga.
Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker payudara atau kanker
indung telur maka dapat meningkatkan risiko. Risiko akan semakin
meningkat ketika kanker payudara dialami anggota keluarga langsung
(ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan), apalagi jika
kanker tersebut menyerang saat mereka di bawah usia 50 tahun.
o Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 pada pemeriksaan
genetik terhadap darah. Kondisi ini secara bermakna meningkatkan
peluang perempuan atau pria terkena kanker payudara.
Faktor Hormon
o Riwayat kehamilan.
Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30 tahun mempunyai
risiko lebih rendah mengalami kanker payudara dibanding perempuan
yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak sama
sekali.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 23
o Riwayat menyusui.
Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan sering
menyusui dan dalam jangka waktu yang lama.
o Riwayat haid.
Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal (sebelum
usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki risiko tinggi.
o Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon,
pil KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat
jika penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.
Faktor Diet
o Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara
menyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya
saja diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor
risiko kanker payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3
(ikan), buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu,
tempe), dan vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan
faktor risiko.
o Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur
hormonal.
Faktor Lingkungan
o Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia
sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang
mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
o Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada
lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan
kejadian kanker payudara.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 24
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 25
Pengertian Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar X dosis
rendah yang dapat mendeteksi adanya perubahan jaringan payudara, bahkan sebelum
adanya perubahan yang kelihatan pada payudara ataupun benjolan yang dapat
dirasakan.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 26
Memang tidak dipungkiri kadang mammografi gagal mendeteksi tumor atau kadang
menunjukkan ada tumor padahal tidak ada. Yang paling baik adalah gabungan
pemeriksaan mammografi dan pemeriksaan fisik payudara. Pada perempuan usia di
bawah 35 tahun yang jaringan payudaranya masih cukup padat apabila dalam
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan maka pemeriksaan lanjutan adalah USG
payudara. Alat ini juga tersedia di berbagai klinik dan rumah sakit dan dapat dengan
mudah membedakan benjolan berisi cairan (kista) dengan benjolan padat (solid).
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 27
Dibawah ini adalah langkah pemeriksaan yang dapat kita lakukan untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara :
Usia Pendapat Pakar Apa yang Perlu Dilakukan
Di bawah 40 tahun Umumnya mereka Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
sependapat Tidak perlu mammografi
Dibawah 40 tahun tapi Mintalah program khusus Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
beresiko tinggi (saudara pada dokter Pemeriksaan fisik setahun sekali.
perempuan atau ibu Mulai pemeriksaan mammografi
menderita kangker payudara 5 - 10 tahun sebelum usia ibu atau
pada usia muda saudara perempuan kita terserang
kangker payudara.
40-49 tahun, tidak beresiko Masih silang pendapat. Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
tinggi Pemeriksaan fisik 1-2 kali/tahun.
Mammografi boleh tidak
dilakukan atau setahun sekali.
40-49 tahun beresiko tinggi Masih silang pendapat Pemeriksaan fisik setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.
50-74 tahun dengan resiko Umumnya setuju Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
normal atau tinggi Lakukan pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.
75 tahun atau lebih Masih silang pendapat Pemeriksaan sendiri setiap bulan.
Pemeriksaan fisik dan
mammografi setahun sekali.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 28
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 29
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 30
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 31
EVALUASI
1. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut, yaitu:
a. Perdarahan vagina yang abnormal
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
d. Dari vagina keluar air kencing atau tinja
Jawab D
2. Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, kecuali:
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang mahal
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan.
Jawab B
3. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Dr George Papnicolau,
yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
Jawab D
4. Metode deteksi dini kanker serviks yang ditemukan oleh Hinselman, yaitu:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Kolposkopi
d. Pap smear
Jawab A
5. Mengidentifikasi dan mendeteksi sel abnormal pada serviks dilakukan secara
komputerisasi, disebut:
a. IVA test
b. Thin prep
c. Pap Net
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya 32
d. Pap smear
Jawab C
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
a. Status Sosial Wanita
b. Nilai Wanita
c. Peran Wanita
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 2
Status adalah kedudukan seseorang dalam keluarga dan masyarakat. Status sosial
wanita adalah kedudukan wanita yang akan mempengaruhi bagaimana wanita
diperlakukan, dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
Pola patriaki beranggapan bahwa posisi wanita sebagai mahkluk yang berbeda
dibawah laki-laki, sehingga banyak perempuan sering mendapatkan perilaku yang
tidak manusiawi dan tidak senonoh. Status sosial yang rendah tersebut dapat
menimbulkan tindakan diskriminasi.
2. NILAI WANITA
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian oleh
seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. Nilai bersifat pribadi, membentuk
dasar perilaku seseorang, diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten,
komponen intelektual dan emosional.
Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai kedudukan khusus
didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki karena sebenarnya dimata Tuhan tidak
ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya seorang wanita dapat
menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 3
Ungkapan dalam masyarakat bahwa “orang hilang kehormatan karena wanita, awal
dari permusuhan adalah wanita.
Kedudukan dan nilai wanita dalam “Agama” yaitu Islam membolehkan poligami
yang bukan berarti Islam melecehkan hak dan martabat wanita, karena poligami yang
diperbolehkan jika laki-laki itu mampu berbuat adil. Islam mengharamkan
perzinahan karena merupakan perilaku pelecehan terhadap wanita dan perilaku yang
tidak bertanggung jawab.
Pernikahan dianggap oleh masyarakat dan orang tua sebagai puncak kesuksesan
sebagai orang tua dan puncak kebahagiaan bagi anak perempuan. Jika anak gadis
sampai usia tertentu belum menikah dianggap suatu aib bagi keluarga dan orang tua
dianggap gagal dalam mengurus dan membesarkan anak.
Tata nilai sosial
1. norma kemurnian dan kesucian
2. norma kesucian pikiran
3. budaya perkawinan
4. budaya reproduksi
5. homoseksualitas
3. PERAN WANITA
Hak yang dimiliki seorang wanita dan laki-laki adalah sama yaitu hak untuk
hidup dihargai, dihormati, pintar dan maju, mencapai cita-cita dan hak mendasar
lainnya, dengan hak tersebut mereka diakui sebagai kaum yang sejajar dengan laki-
laki, bukan sebagai pesaing melainkan sebagai mitra
Hasil kajian Mayling Oey-Gardiner (1991) secara implut dapat diartikan bahwa
wanita lebih berhasil disekolah daripada laki-laki (Dalam Perempuan dan
Pemberdayaan Ibu). Keberhasilan wanita disekolah dapat berarti terbukanya peluang
yang lebih luas bagi wanita untuk memilih jenis pekerjaan sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya.
Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukan adanya kaitan antara
hasil kerja dengan saluran waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.
Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika dia mampu menghasilkan keluaran
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 4
(output) yang lebih banyak dari tenaga kerja yang lain untuk saluran waktu yang
sama.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, seperti pendidikan
keterampilan, disiplin, etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan,
jaminan social, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen
dan kesempatan berprestasi.
Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) adalah salah satu hirarki
kebutuhan (Hierarchy of Need) dari Abraham Maslow yang menduduki posisi paling
tinggi setelah terpenuhinya kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan social
dan kebutuhan penghargaan.
Aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan potensi diri
(Thoha 1992). Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut yaitu:
1. Teori Nature adalah yang mengganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita disebabkan oleh factor-faktor biologis yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan.
2. Teori Nurture adalah yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak
dibawa sejak lahir
Keikutsertaan kaum wanita untuk bekerja sama dengan kaum pria menimbulkan
adanya peran ganda wanita. Secara konseptual peran ganda wanita mengandung
beberapa kelemahan dan ambivalensi, yaitu:
1. Sifat dan jenis pekerjaan wanita untuk tertentu dan sesuai dengan kodrat
wanitanya
2. Wanita tidak sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi
3. Pengakuan sistem pembagian kerja seksual yang bersifat biologis semata
4. Merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode or
production yang ada
5. Bersifat etnosentris dan mengacu pada klas tertentu dan secara cultural
(Sjahrir 1985 etx)
Fungsi perlindungan dan hak-hak yang diberikan cenderung dibatasi hanya untuk
menjalankan fungsi keibuan, yang sering dilupakan bahwa wanita adalah seorang
manusia yang mempunyai hak dan kedudukan sama dengan laki-laki.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 5
Pendekatan yang dipakai adalah prinsip non diskriminatif dan persamaan menuju
kesetaraan.
Hak-hak tersebut adalah:
1) Hak Perempuan dalam Kehidupan Politik dan Kemasyarakatan negaranya,
diatur di dalam Pasal 7 CEDAW. Termasuk di dalamnya adalah:
i) Hak untuk memilih dan dipilih
ii) Hak untuk berpartisiapsi dalam perumusan kebijaksanaan pemerintah dan
implementasinya
iii) Hak untuk memegang jabatan dalam pemerintah dan melaksanakan
segala fungsi pemerintahan di segala tingkat;
iv) Hak berpartisipasi dalam organisasi-organisassi dan perkumpulan-
perkumpulan non-pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat dan politik negara.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 6
Pasal 7-9 CEDAW dalam hal tertentu secara jelas menegaskan kembali hak-hak yang
harus dimiliki oleh perempuan lebih detil daripada ICCPR. Hanya ada beberapa
pasal yang terdapat dalam ICCPR tetapi tidak dicantumkan dalam CEDAW. Hal ini
tidak berarti bahwa perempuan tidak memiliki hak politik dan sipil selain yang
tertera di dalam CEDAW, namun karena sifatnya menguatkan dan saling
melengkapi, apa yang ada di dalam ICCPR tetapi tidak tertera dalam CEDAW tetap
menjadi hak perempuan.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 7
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 8
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 9
2. Hak atas kesempatan kerja yang sama termasuk dalam hal seleksi.
3. Hak memilih profesi dan pekerjaan, mendapat promosi, jaminan pekerjaan,
semua tunjangan, serta fasilitas kerja, pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang.
4. Hak menerima upah yang sama termasuk tunjangan, termasuk persamaan
perlakuan dalam penilaian kualitas kerja.
5. Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam pensiun, pengangguran, sakit, cacat,
lanjut usia.
6. Hak atas masa cuti yang dibayar.
7. Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Hak atas perlindungan khusus terhadap fungsi melanjutkan keturunan dalam
bentuk:
Tidak dipecat atas dasar kehamilan atau atas dasar status perkawinan
Pengadaan cuti hamil dengan bayaran
Pengadaan pelayanan sosial dalam bentuk tempat penitipan anak.
Pemberian pekerjaan yang tidak berbahaya bagi kehamilan.
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 10
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 11
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 12
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya 13
a. Sifat dan jenis pekerjaan wanita untuk tertentu dan sesuai dengan kodrat
wanitanya
b. Wanita sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi
c. Pengakuan sistem pembagian kerja seksual yang bersifat biologis semata
d. Merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode or
production yang ada
Jawab B
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
a. Kekerasan terhadap perempuan
b. Perkosaan
c. Pelecehan seksual
d. Single parent
e. Perkawinan usia tua dan muda
f. wanita di tempat kerja
g. incest
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,“Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4
Pengertian
Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi
tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap
individu yang lain dalam hubungan, rumah tangga atau hubungan intim (karib).
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 5
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 7
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 8
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 10
5. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaran agama yang
salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam
rumah tangga.
6. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri
secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan (Fathul Djannah, 2002: 51).
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 12
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13
dan orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dalam kaitan itu sesuai dengan
pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa kejahatan dari kekerasan rumah
tangga sudah merupakan suatu yang rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi
dan bukan merupakan masalah sosial (Susan L. Miler, 2000:289).
Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas tidak berarti menjadikan alasan
untuk tidak memberikan perlindungan hukum yang memadai terhadap perempuan
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Perlindungan hukum adalah
setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi kekerasan
terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan
kekerasan ekonomi. Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat
dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat penegak
hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain sebagainya. Yang jelas pihak-
pihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami.
Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak
atau dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana, ke rumah
asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya budaya di mana
perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab suaminya. Sehingga apabila
terjadi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sering tidak terungkap
kepermukaan karena masih dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit
terungkapnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti
perempuan korban kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14
Pasal 8 dan Pasal 9 U U No. 23 Tahun 2004. ketentuan pidananya diatur pada Pasal
44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50.
2. PERKOSAAN
Defenisi:
Perkosaan adalah ”serangan/penganiayaan” seksual karena perkosaan merupakan
suatu tindakan kekerasaan, dengan menggunakan seks sebagai alat kekerasan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 17
Antisipasi
a. Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada tubuhnya sendiri; mana bagian
tubuhnya yang boleh diperlihatkan pada/dipegang oleh orang lain dan mana
yang tidak. Kalau ada orang yang melakukan hal-hal yang tak wajar pada
tubuhnya, anak dibiasakan agar segera memberitahu keluarga.
b. Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak
main ke tempat yang sepi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18
3. PELECEHAN
Transeksualisme
Yaitu seseorang wanita percaya bahwa dia menempati tubuh seseorang dari jenis
kelamin lain. Secara psikologis dan emosional dia merasa sebagai seorang pria.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19
4. SINGEL PARENT
Single parent ialah orang tua tunggal yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anak akibat perceraian / ditinggal pasangannya.
Menurut Deacon dan Firebough (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
status single parent. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Kehamilan sebelum menikah
Kematian suami
Perpisahan / perceraian
Adopsi
A. Kematangan Wanita
Kematangan Wanita yang berstatus single parent merupakan hal utama di
butuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak-anaknya karena
kematangan wanita single parent dapat mempengaruhi caranya dalam
memanajemen diri dan keluarganya terutama membuat keluarga berkualitas
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20
b.Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya
mengijinkan tetapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau
ayah diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2. ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusann dan tegar.
3. anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi. Terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 21
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent
a. pencegahan terjadinya kehamilan diluar nikah.
b. Pencegahan penceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik
dalam segi psikologis, keuangan, spiritual.
c. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 22
resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun
dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah
perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang
dari 19 tahun.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 23
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 24
Pencegahan :
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduktif sehat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi,
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 25
Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi. Seperti masker, sarung tangan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatam secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnyabila
lembur, dinas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani oranglain. Sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan tidak walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersama keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagai
peran dengan suami dan selalu menghargai suami.
7. INCEST
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 26
pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah cucu,
batas kesamping keponakan. Keluarga di luar itu bukan termasuk incest. Pelaku
biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua,
cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang di luar perkawinan, namun ada juga
yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Di luar negri perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama.
Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia
berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di Indonesia melarang
perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama Islam)
sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka
perkawinan harus dibatalkan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 27
PENYEBAB INCEST
1. Kesepian ditinggal istri
2. Kurang puas dgn pelayanan istri
3. Pelaku mengidap kelainan seks & masalah gangguan kejiwaan
4. Beberapa budaya mentoleransi hubungan sumbang u/ kepentingan
politik/kemurnian ras
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 28
UPAYA MENGATASI
1. Menjaga keharmonisan rumah tangga
2. Orang tua harus lebih perhatian/tegas dengan anak – anaknya
3. Kamar tidur anak perempuan dipisahkan
4. Penyuluhan ttg pendidikan seksual, kespro & norma agama
5. Memperluas pergaulan yg bersifat (+)
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 29
EVALUASI
1. Berikut ini yang termasuk contoh kekerasan psikologis yang terjadi di dalam
keluarga.......
a. Pemukulan istri oleh suami
b. Pemaksaan istri untuk melakukan hubungan seksual
c. Kecenderungan lebih menyayangi anak laki-laki
d. Penyunatan alat kelamin perempuan
Jawab C
2.Serangan/penganiayaan” seksual karena suatu tindakan kekerasaan, dengan
menggunakan seks sebagai alat kekerasan, merupakan pegertian dari:
a. Kekerasan terhadap perempuan
b. Pelecehan seksual
c. Kekerasan Seksual
d. Perkosaan
Jawab D
3. Berikut ini merupakan contoh kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di
masyarakat.....
a. Bidan lebih melayani pasien yang kaya
b. Perkosaan oleh suami
c. Pemukulan istri oleh suami
d. Pelecehan seksual oleh aparat di daerah konflik
Jawab A
4. Penanganan bagi tenaga kesehatan terhadap kasus pelecehan seksual seperti
dibawah ini kecuali:
a. Bersikaplah dengan baik dan penuh pengertian. Jangan sekali-kali
menyalahkannya
b. Rawat gangguan kesehatannya. Berikan obat untuk mencegah PMS dan
kehamilan.
c. Tulis semua hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi. Bila klinik
anda tidak menyimpan catatan medik.
d. A dan B Benar
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 30
Jawab D
5. Pemukulan merupakan salah satu bentuk kekerasan:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Seksual
d. Finansial
Jawab A
6. Menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial, merupakan
bentuk kekerasan:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Seksual
d. Finansial
Jawab D
7. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah
Tangga.
a. Kemandirian ekonomi istri
b. Kehamilan
c. Perselingkuhan suami.
d. Campur tangan pihak ketiga
Jawab B
8. Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan ,cemas, rasa rendah diri, sulit
tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, menarik
diri, merupakan akibat kekerasan pada perempuan ditinjau dari:
a. Akibat Fisik
b. Akibat Non fisik
c. Akibat finansial
d. Akibat terhadap masyarakat
Jawab B
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 31
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Home less
2. Wanita di pusat rehabilitasi
3. Pekerja seks komersial (PSK)
4. Drug abuse
5. Pendidikan
6. Upah
REFERENSI
1. Amri, Zarni; Setyawati Budiningsih, dan A Samudra. (2002), Kesehatan
Reproduksi, Program Kesehatan Reproduksi. Jakarta: FKM Universitas
Indonesia. hal: 107-119.
2. Burns, August dkk. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Yayasan Essensia Medika. Hal:490-500.
3. Wahyunadi, Arif dkk. (2004). Penelitian Partisipatori, Anak yang Dilacurkan
di Surakarta dan Indramayu. Jakarta: UNICEF. Hal: 2-6
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2
1. HOME LESS
Pengertian
- Pengungsi adalah sekumpulan orang yang melintasi perbatasan dari suatu
negara ke negara lain, karena mereka takut akan keamanan mereka dirumah.
- Orang-orang terusir (tanpa tempat tinggal tetap) adalah orang-orang yang
terpaksa meninggalkan rumah mereka tetapi tetap berada dalam wilayah
negaranya sendiri.
Pengungsi dibagi 2 :
1. Pengungsian dalam
Orang-orang yang terusir bersifat sementara, ex : korban kerusuhan massal.
2. Pengungsian luar
orang-orang yang terusir bersifat menetap, ex : kehilangan rumah, keluarga dan
pernah menjadi korban tindakan kekerasan.
Kebutuhan pokok
1. Makanan
Banyak pengungsian luar dan dalam tidak mempunyai cukup bahan makanan
sebelum mereka harus meninggalkan rumahnya atau selama dalam perjalanan.
2. Air dan Bahan Bakar
Pengungsian luar dan dalam sering mendapat jatah air dan bahan bakar yang terbatas
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3
Kesehatan Reproduksi
Pengungsian luar dan dalam sering sulit mendapatkan kesehatan yang baik.
Khusunya meliputi :
- Perawatan selama hamil dan melahirkan
- KB (Keluarga Berencana)
- Peralatan pembalut wanita untuk datang bulan.
- Informasi dan pengobatan PMS
- Petugas kesehatan yang terlatih untuk menemukan kasus gangguan kesehatan
yang berat pada wanita.
- Lab tambah gizi bagi wanita hamil
- Dirawat oleh petugas kesehatan wanita
Kesehatan Jiwa
Penyebab gangguan kesehatan jiwa
- Kehilangan rumah
- Kehilangan dukungan keluarga dan masyarakat
- Menjadi korban tindakan kekerasan
- lingkungan sangat padat
- Kesulitan mengungkapkan rasa duka
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4
Resolisasi
Suatu proses dimana orang masih terikat dengan rehabilitas format umum sudah
mulai membiasakan diri dengan masyarakat luas.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 5
3. DRUG ABUSE
• Drug Abuse adalah penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan.
• Sedangkan narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan
berbahaya.
• Pemakaian obat-obatan untuk diri sendiri tanpa indikasi dan tidak
bertujuan medis
Ketergantungan zat
Suatu kondisi yang memaksa seseorang menggunakan suatu zat dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan mental atau menghindari diri dari penderitaan
fisik,mental.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 7
Pemantapan / Stabilitasi
Pemantapan Keagamaan
Pemantapan badaniah/fisik
Pemantapan rohani
Pemantapan sosial
Pemantapan pendidikan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 8
a. Definisi
Pekerja seks komersial dahulu dikenal sebagai prostitusi atau pelacuran. Namun oleh
kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi
setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan
saja tetapi juga laki-laki dan kaum transvertit dan laki-laki homoseks. Transvertit
adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dan
menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan berperilaku dan berpakaian seperti
perempuan.
a. Istilah prostitusi berasal dari kata prostituare yang berarti membiarkan
diri berbuat zinah, melakukan persundalan dan pencabulan. Sedangkan
prostitue dikenal juga dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS) atau
Pekerja Sek Komersial (PSK).
b. Pekerja Seks Komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk
mendapatkan uang.
c. PSK kepanjangan dari Pekerja Seks Komersial. PSK dapat disebut juga
pelacur, yang berarti penyedia pelayanan seksual dengan imbalan uang.
Selain itu, menurut Geoffrey, PSK atau pelacur adalah penjual layanan
seksual kepada siapapun juga tanpa melibatkan emosi sama sekali (Amri
dkk, 2002).
d. Pekerja seks adalah setiap orang yang memperjual belikan seks dengan
uang atau dengan bermacam-macam keuntungan (Burns dkk, 2000).
e. Pekerja seks adalah seseorang yang bekerja melayani lelaki, seseorang
yang dirusak oleh kawan-kawannya, seseorang yang masuk ke dalam
pergaulan buruk, yang bebas yang dapat menghasilkan uang sendiri,
membiayai diri sendiri, seseorang yang kurang kasih sayang, dapat
karena orangtua yang tidak bertanggung jawab, seorang pendosa yang
tersasar ke jalan sesat, atau mencari uang dengan cara yang tidak halal
(Wahyunadi, 2004).
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9
KLASIFIKASI PSK
PSK umumnya dibedakan menjadi (Amri dkk, 2002):
1. PSK yang berkerja di lokalisasi pelacuran “formal”.
PSK ini bekerja bagaikan industri yang memiliki kantor. Hal itu dikarenakan
memiliki tempat untuk transaksi, memiliki “manajer” yaitu para mucikari,
memiliki tarif pelayanan standar, memiliki “konsumen” tetap dan ada proses
transaksi. Contohnya: kompleks lokalisasi, tempat pijat, klub malam,
diskotik,
2. PSK yang bekerja mandiri menawarkan “jasanya” di tempat yang “Informal”.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 10
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11
d. Oleh bujuk rayu kaum pria dan para calo terutama yang menjanjikan
pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi, namun kenyataannya ia
hanya dicebloskan ke dalam rumah bordil.
e. Gadis-gadis pelayan toko dan pembantu tumah tangga tunduk dan patuh
melayani kebutuhan seks majikan demi mempertahankan pekerjaannya.
f. Pekerjaan sebagai pelacur tidak memerlukan keterampilan, mudah dikerjakan
asal orang yang bersangkutan memilki kecantikan dan keberanian.
g. Anak-anak gadis dan wanita muda yang kecanduan obat-obat terlarang
sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan obat-obat
tersebut termasuk melakukan pelacuran.
Dampak Prostitusi
Prostitusi berimplikasi sangat negative terhadap kesehatan reproduksi wanita.
Prostitusi adalah mata rantai dari penyebaran penyakit menular seksual dan
HIV/AIDS. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang cara penularannya
melalui hubungan seksual. Macam-macam dari penyakit menular seksual adalah
gonorea, sifilis, trikomoniasis pada wanita, herpes simplex.
Infeksi gonorea pada wanita apabila sudah menyebar ke bagian atas menuju saluran
telur, indung telur dan sekitarnya dapat menimbulkan penyakit radang panggul.
Apabila penyakit radang panggul ini tidak dapat diobati secara sempurna akan
menjadi penyakit radang panggul yang menahun, diikuti pembentukan jaringan ikat
sekitarnya yang menimbulkan perlekatan sehingga saluran telur (tuba falopii),
indung telur, rahim, dan sekitarnya menjadi satu. Dalam situasi demikian fungsi
saluran yang sangat penting itu, tidak akan sempurna menyebabkan wanita
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 12
Selain penyakit menular seksual yang telah disebutkan diatas, HIV/AIDS adalah
penyakit menular seksual yang paling berbahaya karena virus penyakit ini
melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai bakteri, jamur,
protozoa, dan virus lainnya, sehingga dapat menimbulkan berbagai manisfestasi
klinik yang kompleks. Disamping itu penyakit ini masih belum dapat ditemukan
pengobatannya sehingga berakhir dengan kematian yang mengenaskan.
Selain berakibat pada penularan penyakit menular seksual, prostitusi juga dapat
mengakiabatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini akan memacu terjadinya
tindakan aborsi yang tidak tidak aman, yang akan menyebabkan terjadinya infeksi
yang pada akhirnya akan berujung pada kematian.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa yang banyak dirugikan dengan adanya praktek
prostitusi adalah wanita. Tetapi sayangnya para wanita yang terjun dalam dunia
prostitusi tidak menyadari hal itu semua, kerana kurangnya pengetahuan mereka.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13
Karena yang kita tahu bergelandangan hanya orang kelas bawah. Dan lebih dari
itu, konotasi melacurkan diri selalu mengena pada perempuan. Padahal, kalau
menurut tata bahasa Indonesia yang baik, yang disebut pelacur adalah lelakinya.
Dan di sini tidak ada kriminalisasi bagi para pelanggan atau user mereka. Ini
kenapa saya menyebut adanya gender bias dan diskriminasi.
Menarik untuk melihat bagaimana pemda mencoba ”membersihkan” wilayah
otoritas mereka dari kegiatan prostitusi. Analisis dilakukan pada Perda
Kabupaten Lahat Nomor 3 Tahun 2002, Perda Kota Bandar Lampung No 5/2002,
Perda Kota Tangerang No 8/2005, Perda Kabupaten Indramayu No 7/ 1999,
Perda Kabupaten Cilacap No 21/2003, Perda Kota Kupang No 39/1999, Perda
Kota Palembang No 2/2004, dan Perda Kota Bengkulu No 24/2000. Kurungan
atau denda materi menjadi cara mengerem kegiatan prostitusi. Fakta
membuktikan hal itu mustahil. Salah satu contoh menarik adalah Perda
Kabupaten Cilacap No 13/1989, kemudian diperbarui dengan Perda No 21/2003,
yang melarang praktik prostitusi. Setelah perda itu lahir, jumlah pekerja seks
komersial di wilayah tersebut malah bertambah (Wawasan, 6 April 2008).
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15
PORNOGRAFI
PENGERTIAN DAN BATASAN PORNOGRAFI
Pornografi berasal dari bahasa yunani: pornographia yang secara harfiah
adalah tulisan tentang atau gambaran tentang pelacur. Pornografi sendiri adalah
penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan
membangkitkan rangsangan seksual.
Pornografi dapat menggunakan berbagai media (lisan/ tulisan) seperti foto,
ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara
(www.wikipediaindonesia.com. 2007).
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16
KLASIFIKASI PORNOGRAFI
Pornografi dibedakan menjadi:
1. Pornografi ringan
Umumnya merujuk kepada bahan-bahan yang menampilkan ketelanjangan,
adegan-adegan yang secara sugestif bersifat seksual, atau menirukan adegan
seks.
2. Pornografi berat
Umumnya merujuk pada hal-hal yang mengandung gambar-gambar alat
kelamin dalam keadaan terangsang dan kegiatan seksual termasuk penetrasi.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 17
2. Mengevaluasi ulang tayangan grafis yang beredar di masyarakat saat ini. Mana
yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang dikatakan pornografi.
KESIMPULAN
1. Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menyediakan pelayanan seksual
dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya.
2. Munculnya PSK adalah karena memerlukan uang untuk membeli makanan,
tempat tinggal, dan untuk menghidupi anak-anak dan keluarga, untuk membayar
hutang, atau untuk membeli obat-obatan. Sisanya, mereka menjadi pekerja seks
karena iseng atau dipaksa kerabat dekat.
3. PSK dibedakan menjadi PSK yang ada di lokalisasi dan PSK yang bekerja
sendiri secara ”informal”.
4. Dampak yang dirasakan PSK adalah cenderung mendapat PMS, HIV/ AIDS,
kehamilan, kekerasan, kemandulan, penyakit ganas, gangguan psikologis
ataupun kehilangan masa depan.
5. Upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan : Anjurkan PSK
memeriksakan PMS secara berkala dan melakukan HIV test dan pemakaian
kondom, memberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya yang dimiliki oleh
PSK, memberikan pengobatan secara dini pada PSK dan memberikan dukungan
psikologis. Sedangkan upaya penanggulangan PSK oleh pemerintah: Perlu
dibangun/ ditingkatkan pengadaantenaga kesehatan di tempat lokalisasi PSK,
meningkatkan promosi kesehatan, membuka/ memanfaatkan lapangan kerja baru
bagi PSK, didirikan dana kredit, meningkatkan/ mengadakan acara kerohanian,
dan Meminta masyarakat sekitar lingkungan PSK untuk membuat kontrol dan
penegasan atas dampak PSK bagi mereka.
6. Pengertian pornografi adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual
manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual.
7. Awal munculnya pornografi yaitu sejak ditemukannya karya seni bersifat erotik
sejak + 7200 tahun yang lalu. sedangkan di Indonesia, film pertama berbau
pornografi kemunculan film Resia Boroboedoer tahun 1929 di Jakarta.
8. Pornografi dibedakan menjadi pornografi berat (bahan-bahan yang bersifat
ketelanjangan, adegan bersifat seksual, atau menirukan adegan seks) dan
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19
EVALUASI
1. Pekerja seks komersial adalah:
a. Seseorang yang menawarkan para perempuan untuk menjadi istri dengan
memakai bayaran
b. Seseorang yang menyediakan pelayanan seksual dengan tujuan tertentu
untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya.
c. Para pekerja yang legal di mata Negara menjajakan dagangannya kepada
masyarakat luas
d. Seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan
keuntungan yang sebesar-besarnya
Jawab B
2. Yang tidak termasuk Pekerja Seks Komersial yang berada di lokalisasi
‘resmi’:
a. Memiliki “manajer” yaitu para mucikari
b. Bekerja dadakan di pinggiran jalan remang-remang
c. Memiliki tarif pelayanan standar
d. Memiliki “konsumen” tetap
Jawab B
3. Awal keberadaan PSK di Yunani Kuno adalah
a. Penguasa Athena bernama Solon yang secara resmi menyediakan tepat
pelacuran yang diisi dengan budak-budak belian perempuan.
b. Munculnya gadis-gadis kasta terendah yang bertugas melayani kebutuhan
seksual pendeta di kuil-kuil
c. Munculnya anggapan masyarakat bahwa kehadiran pelacur akan
dilindungi oleh Dewa Isthar
d. Munculnya feodalisme
Jawab A
4. Dampak yang dirasakan PSK adalah:
a. Mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan,
penyakit ganas, gangguan psikologis ataupun kehilangan masa depan.
Kesehatan Reproduksi
Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Seksualitas dan gender
2. Budaya yang berpengaruh terhadap Gender
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 2
Kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita adalah suatu kondisi
hubungan kedudukan dan peranan yang dinamis antara pria dengan wanita. Pria dan
wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan, baik
dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun
dalam kegiatan pembangunan di segala bidang (Kantor Menteri Negara Peranan
Wanita, 1998).
1. SEKSUALITAS
Seks adalah
a. Seks berkaitan dengan karakteristik biologis dan fisik seperti genital, organ
reproduksi, kromosom dan hormone, yang membedakan laki laki dan
perempuan.
b. merupakan identitas biologis
PENGERTIAN:
Dalam kamus bahasa kata seks berarti jenis kelamin. segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas. Perilaku seksual
adalah:segala tindakan yang bisa diamati berupa tindakan seksual terhadap orang lain
atau diri sendiri, mengungkapkan diri secara seksual atau cara berbicara dan
bertindak.
Menurut Masters, jhonson dan kolodny (1992} seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah
Dimensi biologis
Dimensi Sosial
Dimensi kultural moral
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 3
Dimensi Biologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengan identitas jenis kelaminnya dan
bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi,emosi,motivasi, perilaku)
terhadap seksualitas, itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari
keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia
Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seoranglaki-laki atau
perempuan,bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikolosis dari perilaku
yang dihubungkan dengan identitas peran, jenis kelamin, serta bagaimana perilaku
seksualnya.
Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar
manusia, bagaiman seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan
manusia.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 4
2. Tindakan seksual
Terdiri dari:
a. Naluri alamiah(hubungan sesama atau berbeda jenis, penetrasi, non penetrasi,
anal, oral, dst)
b. Frekwensi (seberapa sering)
c. Latar belakang sutu hubungan (terpaksa, sukarela, suka sama suka)
3. Makna seksual
Merupakan pemikiran, perilaku dan kondisi seksual yang diinterpretasikan menurut
budaya setempat, misalnya:
a. Perempuan tidak boleh agresif dan harus mempertahankan keperawanannya
sebelum menikah.
b. Laki-laki dikatakan jantan, bila mampu menunjukan dominasi terhadap
perempuan
Menurut Marti Blnch & Merri Collier (1993), seksualitas meliputi 5 area yaitu:
1. Sensualitas
Kenikmatan yang merupakn bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh.
Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma, rasa,penglihatan,
pendengaran,sentuhan)&otak (organ yang paling kuat terkait dengan seks dalam
fungsi fantasi, antisipasi, memory, da pengalaman)
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 5
2. Intimasi
Ikatan emosional atau kedekatn dalam relasi interpersonal. Biasanya
mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang
lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menhargai.
3. Identitas
Peran jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender perempuan dan laki-laki
serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas) serta orientasi seksual. Hal ini juga
menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga ia mampu
menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan peran jenis kelaminnya.
4. Lifecycle (lingkaran kehidupan)
Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologi
organ seksual.
5. Exploitation (eksploitasi)
Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekersan seksual,
pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 6
sebagai interaksi antara faktor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis antara
kedua faktor ini akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-
laki.
3. Perilaku seksual
Yaitu orientasi seksual dari seoran individu yang merupakan dua unsur yang sulit
dipisahkan yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku jender. Tingkah laku seksual
didasari oleh dorongan seksual untuk mencari kepuasan seksual:yaitu orgasmus.
Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim di
luar tingkah laku seksual. Dalam perkembangan seksualitas perilaku seksual mulai
mulai muncul sejak kecil dalam bentuk yang berbeda. Perilaku seksual ini makin
disadari ketika usia remaja.
Tujuan seksualitas
Secara umum meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, secara khusus ada
2 yaitu:
Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan)
rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/ seksual)
Kedua fungsi ini harus sejalan seiring . berdasarakan pendekatan religius, Tuhan
menggariskan kedua tujuan itu sebagai bentuk keseimbangan hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh manusia dalamsuatu ikatan pernikahan yang sah secara
hukum agama dan negara.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 7
tubuh wanita itu tidak memalukan tubuhnya perlu untuk dikenal, disayang dan
dihargai
tubuh wanita milik pria
Beberapa gadis dinikahkan sejak kecil untuk memastikan mereka tetap suci. Ini
bisa menyebabkan masalah kesehatan yang berat bagi gadis tersebut dan bayi-
bayinya.
Wanita hanya mempunyai sedikit gairah seksual
Seorang wanita sering diajari bahwa itu merupakan tugas bagi istri untuk
melayani kebutuhan seksual suami. Tetapi bila dia seorang ”wanita yang baik-
baik”maka dia hanya akan melayaninya, tidak menginginkannya
Keinginan seksual adalah merupakan bagian alami dari setiap manusia termasuk
seorang wanita bisa merasakan keinginan dan kenikmatan seksual seperti yang
diinginkan oleh pria.
b. Gender
Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai
jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan
sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan
perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
a. berarti menjadi laki laki atau perempuan yang mungkin saja berbeda dengan
seperangkat kromosom yang dimiliki seseorang
b. merupakan identitas social atau konstruksi social yang melekat pada laki laki
dan perempuan
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 8
Peran Gender
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin
seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan
wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya
sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa,
karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu
berarti, peran jender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung Aryani,
2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).
Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria
dan wanita sebagai berikut.
Perempuan:
1. ibu rumah tangga.
2. bukan pewaris.
3. tenaga kerja domestik (urusan rumah tangga).
4. pramugari.
Pria:
1. kepala keluarga/ rumah tangga.
2. pewaris.
3. tenaga kerja publik (pencari nafkah).
4. pilot.
5. pencangkul lahan.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 9
Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan
ada pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai
pilot, pencangkul lahan dan lain-lain. Dengan kata-kata lain, peran gender tidak
statis, tetapi dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi).
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut.
(1). Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun
untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor
publik.
(2). Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan
rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat
rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran
reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
(3). Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi
di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam
menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
(Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita
Universitas Udayana, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran kodrati bersifat
statis, sedangkan peran gender bersifat dinamis. Hal ini dapat dicontohkan
sebagai berikut.
Peran Kodrati
Wanita:
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu ibu
5. Menopause
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 10
Pria:
Membuahi sel telur wanita
Peran Gender
1. Mencari nafkah.
2. Memasak.
3. Mengasuh anak.
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan
pekerjaan milik bersama.
6. Dan lain-lain.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 11
sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak
pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.
Contoh peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita
sebagai berikut. Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain-lain, yang biasanya
dilakukan oleh wanita (ibu) dapat digantikan oleh pria (ayah). Contoh lain,
mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh pria (ayah)
dapat digantikan oleh wanita (ibu). Beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh
masyarakat pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri-ciri:
lemah, halus atau lembut, emosional dan lain-
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 12
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 13
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 14
tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya
oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau seluruh lapisan masyarakat.
b. Pemapanan citra bahwa seorang perempuan itu lebih cocok berperan sebagai
seorang ibu dengan segala macam tugas domestiknya yang selalu dikatakan
sebagai “urusan perempuan”, seperti membersihkan rumah, mengurus suami
dan anak, memasak, berdandan dan sebagainya. Sementara citra laki-laki,
disosialisasikan secara lebih positif, dimana dikatakan bahwa laki-laki
karena kelebihan yang dimilikinya maka lebih sesuai jika dibebani dengan
“urusan-urusan laki-laki” pula dan lebih sering berhubungan dengan sektor
publik, seperti mencari nafkah, dengan profesi yang lebih bervariasi
daripada perempuan. Kesemua itu disosialisasikan sejak dari kelas satu
Sekolah Dasar melalui buku-buku pelajaran di sekolah hingga Panca
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 15
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 16
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 17
EVALUASI
1. Dimensi seksualitas yang muncul dalam relasi antar manusia, bagaiman
seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari
lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan manusia,
disebut......
a. Dimensi biologi
b. Dimensi kultural
c. Dimensi sosial
d. Dimensi moral
e. Dimensi budaya
2. Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Disebut...
a. Sensualitas
b. Intimasi
c. Identitas
d. Lifecycle (lingkaran kehidupan)
e. Exploitation (eksploitasi
3. Tujuan seksualitas untuk menciptakan atau meneruskan keturunan) disebut....
a. Prokreasi
b. Proteksi
c. relaksasi
d. Rekreasi
e. Prostitusi
4. Konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya, keluarga (orang tua) atau
figur yang signifikan dalam kehidupan anak disebut....
a Seksual biologis
b Identitas seksual.
c Perilaku seksual
d Peran gender
e Funnsi seksual
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi dalam Perspektif Gender 18
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
Diskriminasi Gender
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Agung Aryani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan
dan Implementasinya dalam Pendidikan). 10 halaman.
3. Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Permasalahannya. Pusat Studi Wanita
Universitas Udayana. Denpasar. 10 halaman.
4. Susilowati Tana, Gender dan Seksualitas dalam fenomena global epidemi
HIV/AIDS http://semloknas-
keragaman.org/folders/Makalah%20Susilowati%20Rev_31d01c.pdf
5. Seksualitas dan Gender. Tersedia dari
http://meida.staff.uns.ac.id/2009/05/05/sexualitas-dan-gender
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 2
DISKRIMINASI GENDER
Kondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak
menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender
(gender inequalities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk:
a) Marginalisasi
Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap
perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi
atas anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan.
Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan.
Misalnya, banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak
kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya
mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki.
Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan,
berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan
perbedaan jumlah pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah,
tidaklah dianggap “bekerja” karena pekerjaan yang dilakukannya,
seberapapun banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. Namun
seandainya seorang perempuan “bekerja” pun (dalam arti di sektor publik)
maka penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan
tambahan saja sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga
dari segi nominal pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang
lebih kecil daripada kaum laki-laki.
b. Subordinasi
Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan
subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional
atau emosional berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada
posisi yang tidak penting.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 3
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 4
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 5
1. Poligami
Dalam banyak adat, perkawinan seorang laki –laki dengan beberapa orang
perempuan dapat diterima, sementara dari pihak perempuan yaitu poliandri sama
sekali tidak dibenarkan. Sebagai contoh, Agama islam membolehkan laki – laki
beristri lebih dari satu dengan persyaratan – persyaratan tertentu yang sama sekali
tidak mengabaikan hak -–hak perempuan.
Kenyataannya di Indonesia, yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam,
ditambah lagi dengan pemahaman agama yang kurang, sering mnafsirkan izin
tersebut sebagai “ izin resmi yang longgar” sehingga mengabaikan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin tersebut. Akibatnya, hak perempuan
yang sudah diperistrinya belum terpenuhi, laki –laki tersebut menikah lagi.
Peraturan Pemerintah yang tertuang lewat UU Perkawinan No. 1 tahun
1974 pasal 3 menyatakan bahwa salah satu izin untuk beristri lagi bila istri
pertama ternyata tidak dapat memberikan keturunan dalam perkawinan tersebut.
Dari UU tersebut tampak bahwa pemerintah secara resmi mengakui tujuan
perkawinan untuk reproduksi, padahal suatu perkawinan tidak melulu ditujukan
untuk pemenuhan reproduksi yang notabene diemban oleh perempuan. Inilah
yang dianut sebagian besar masyarakat kita bahwa laki –laki boleh beristri lagi
tanpa harus meminta persetujuan dari sang istri, dan tanpa adanya tanggungan
terhadap keluarga yang ditinggalkannya. Akibatnya angka perceraian meningkat
yang sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi perempuan.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 6
3. Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi juga dapat digolongkan sebagai kekeresan seksual
yang bias gender. Dari sekian banyak metode kontrasepsi, sebagian besar
ditujukan untuk perempuan. Sementara metode kontrasepsi laki – laki seperti
kondom dan vasektomi jarang digunakan atau malah dianggap penghinaan
terhadap maskulinitas mereka.
Pada umumnya laki – laki lebih senang menyuruh istrinya memakai
kontrasepsi karena kehamilan akibat hubungan seksual hanya dialami perempuan
dan menjadi urusan perempuan semata. Perempuan hampir tidak punya hak untuk
menentukan perilaku seksual dan reproduksi yang diinginkannya. Asalah
keputusan suami untuk menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan
istrinya dan pada umumnya laki – laki akan memilih metode yang tidak
mengganggu hubungan seksualnya dengan istri tanpa memperdulikan hak
perempuan untuk memilih sendiri metode kontrasepsi demi keamanan fisiologis
tubuhnya.
4. Perkosaan
Pemaksaan hubungan seksual terhadap perempuan tanpa izin dan sering
disertai kekerasan bisa diartikan sebagai perkosaan. Tindakan ini dilarang di
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 7
seluruh dunia namun definisi “ tanpa izin “ menjadi lemah apabila perempuan
berada di bawah ancaman yang jauh lebih menakutkannya saat ia akan diperkosa.
Sayangnya pengadilan sering menitikberatkan hukuman pada perbuatan seperti
halnya mengadili kasus pencurian, perampokan tanpa mengatasi akibat psikologis
yang timbul akibat perkosaan.
Perempuan yang diperkosa bisa saja mengalami depresi mental dan
emosional, takut laki – laki bahkan trauma terhadap seks. Jelas ini akan
merugikan kehidupan seksualnya. Belum lagi masyarakat secara sepihak
menganggap kasus perkosaan “wajar” karena perempuan yang terlalu provokatif
sehingga menggoda si pemerkosa serta UU yang dirasa masih menguntungkan si
pelaku daripada korban pemerkosaan itu sendiri. Contoh pada kasus kerusuhan
Mei 1998 dimana perempuan yang sebagian besar etnis Tionghoa diperkosa
secara terang- terangan dengan alasan reformasi tapi sampai sekarang belum ada
kepastian hukum intuk menindak si pelaku.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 8
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender 9
Kesehatan Reproduksi
MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
1. Health Promotion
2. Spesific Protection
3. Early Diagnosis And Promotif Treatment
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 2
1. HEALTH PROMOTION
UPAYA PROMOTIF DAN PREFENTIF MENURUT LEAVEL & CLARK
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 3
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 4
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 5
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 6
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 7
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu
kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 8
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan
dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 9
Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 10
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 11
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 12
hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur
hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan
masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi
kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-
lain. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi
kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat,
seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya
yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi,
peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan
narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
c. adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor
risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi. Misalnya pada
kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan tentang hidup
sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik,
tidak merokok dll
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 13
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi
diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
c. lebih ditujukan pada kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar
penyakit tersebut tidak menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan :
pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak,
pengobatan dini hipertensi, penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor
risiko hipertensi
Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial.
b. adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara
rehabilitasi.
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 14
EVALUASI
Kesehatan Reproduksi
Upaya Promotif Dan Preventif 15
Kesehatan Reproduksi