Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM TATANAN PELAYANAN KESEHATAN


Sebagai tenaga profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi
gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

1. Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan


Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Peraturan tenaga kesehatan
ditetapkan didalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan
bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktek bidan diatur dalam
peraturan atau keputusan menteri keehatan.
Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perudang-undnagan yang berlaku.

2. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi


Seriap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya.
Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keteramapilannya
dengan mengikuti pelatihan pendidikan berkelanjut, seminar, serta pertemuan ilmiah
lainnya.

3. Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan


Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk catatan
tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggungjawabkan
bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan
laporan untuk disampaikan kepada atasannya.

4. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani


Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang meminta
pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari keluarga . oleh Karena itu,
kegiatan bidan sangat erat kegiatannya dengan keluarga. Tanggungjawab bidan tidak
hanya kepada kesehatan ibu dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

B. MACAM-MACAM JENIS PELAYANAN KESEHATAN


1. Pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan peningkatan dan pencegahan
tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan primer (PKPP) adalah pelayanan
kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai peroses awal
pelayanan kesehatan.
Sarana utama PKPP terdiri dari Puskesmas, klinik pertama, praktek
Dokter/dokter Gigi, Praktek perawat/home care, praktek bidan (praktek mandiri/BPM),
praktek fisioterapis, pengobatan teradisional, alternatif dan komplementer yang secara
ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya, sarana pelayanan bergerak
(ambulatory).
Sarana pengunjung PKPP terdiri dari : Unit farmasi puskesmas, laboraturium
klinik, radiologi, apotik, toko obat dan optik.

2. Pelayanan kesehatan perorangan skunder (PKPS)


PKPS adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari
pelayanan kesehatan primer yang meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu
pengetahuan serta dapat merujuk kembali kepasilitas pelayanan kesehatan yang
merujuk.
Upaya kesehatan skunder adalam upaya kesehatan rujukan lanjutan yang terdiri
dari pelayanan kesehatan perorangan skunder dan pelayanan masyarakat skunder.
Sarana utama PKPS terdiri dari :
 Rumah Sakit setara kelas C dan D milik pemerintah daerah kabupaten/ kota,
masyarakat, dan swasta.
 Praktek Dokter Spesialis/ Dokter Gigi Spesialis
 Praktek Prawat Spesialis (home care)
 Klinik Utama

Sarana penunjang PKPS terdiri dari :

 Instalasi farmasi rumah sakit


 Laboraturium Klinik
 Radiologi
 Apotik
 Rehabilitasi medic
 Optik

3. Pelayanan kesehatan perorangan tersier (PKPT)


PKPT menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan kesehatan dibawahnya
dan dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri dari
pelayanan kesehatan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
Saran utama PKPT terdiri dari :
a. Rumah sakit minimal stara kelas B milik pemerintah daerah, pemerintah daerah
kabupaten/ kota, masyarakat dan swasta.
b. Praktek dokter sub-spesialis/ dokter gigi sub-spesialis.
c. Klinik utama sub-spesialis

Sarana penunjang PKPT terdiri dari :

a. Instalasi farmasi Rumah Sakit


b. Laboratorium klinik
c. Radiologi
d. Apotik
e. Rehabilitasi medic
f. Optic

C. Peran dan Fungsi Bidan di fasilitas playanan dibagi menjadi 3, yaitu :

No Layanan kesehatan Primer Layanan kesehatan Layanan kesehatan


skunder tersier
1 Pelayanan kebidanan Penapisan (scerining) awal Penapisan (scerining)
esensial normal : otonomi, kasus dan stabilisasi awal kasus dan
mandiri, dan pendelegasian stabilisasi
2 Promotif dan preventif Kolaborasi penanganan Kolaborasi
komplikasi dan penanganan
kegawatdaruratan komplikasi dan
maternal dan neonatal kegawatdaruratan
(TIM Ponek) maternal dan neonatal
kompleks (TIM Ponek)
3 Deteksi dini maternal dan Asuhan lanjut paska Asuhan lanjut paska
neonatal tindakan medic pada tindakan medic pada
kasus komplikasi maternal kasus komplikasi
neonatal maternal neonatal
kompleks
4 PPGDON (stabilisasi
prarujukan dan rujukan)
5 Kebidanan Komunitas
6 Pembina posyandu dan
UKBM
7 Kolaborasi TIM Poned

1. Tugas pelayanan mandiri/ primer :


Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjaid tanggungjawab bidan sesuai
kewenangannya, meliputi :
a. Menetapkan menejemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
b. Memberi pelayanan pranikah pada remaja dengan melibatkan mereka sebagai klien
c. Memberi asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal
d. Memberikan asuhan kebidanan pda klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien/ kluarga
e. Memberikan kebidanan pada bayi baru lahir
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/ keluarga
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan KB
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi
dan wanita dalam klimakterium dan nifas
Peran bidan dalam pelayanan kesehatan berupa pelayanan yang bersifat promotif
(promosi), dan preventif (pencegahan). Ruang lingkup kegiatan promotif dan preventif
dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut :
a. Pada Bayi
b. Balita
c. Masa Remaja
d. Masa Hamil
e. Masa Nifas
f. Ibu menyusui
g. PUS/WUS
h. Klimakterum dan menopause

2. Layanan kebidanan scunder/ kolaborasi


Adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah
proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan Tersier


Adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan kesistem
pelayanan yang lebih tinggi yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang
dilakukan oleh bidan ke tempet atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.
Layanan kesehatan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.

D. Kewenangan Bidan Dalam Praktek Kebidanan


Praktek kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam bentuk asuhan kebidanan. Adapun wewenang bidan dalam praktik kebidanan diataur
dalam premenkes no 28 tahun 2017, diantaranya :
1. Pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan

Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud bidan berwenang


melakukan :

a. Efisiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. Pemberian tablet tambah darah ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitasi/ bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kla III dan postpartum
i. Penyuluhan dan konseling
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

2. Pelayana kesehatan anak


a. Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
b. Bidan berwenang melakukan pelayanan neonatal esensial, penanganan
kegawatdaruratan yang dilakukan dengan perujukan, pemantauan tumbuh kembang
bayi, anak balita, anak prasekolah, serta konseling dan penyuluhan.
c. Pelayanan neonatal esensial yaitu :
- IMD
- Pemotongan perawatan tali pusat
- Pemberian suntik vit K 1
- Pemberian imunisasi HB 0
- Pemeriksaan fisik BBL
- Pemantauan tanda bahaya
- Pemberian tanda identitas diri
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu
kefasilitas pelayanan yang lebih mampu.
d. Penanganan kegawatdaruraran yaitu:
- Penanganan awal asfiksia BBL, melalui pembersihan jalan nafas, ventilasi
tekanan positif, dan/ kompresi jantung.
- Penanganan awal hipotermia pada BBL dengan BBLR melalui atau fasilitasi
dengan cara menghanagtkan tubuh bayi dengan metode kanguru.
- Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol atau povidon
iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering.
- Membersihkan dan memberikan salep mata pada BBL dengan infeksi gonorea
(GO).
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah, meliputi :
penimbangan BB, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan/panajang
badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
balita dengan menggunakan koisioner praskrining perkembangan (KPSP).
f. Konsling dan penyuluhan, meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, asi eksklusif, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS,
dan tumbuh kembang.
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dijelaskan
dalam pasal 21 yaitu bidan berwenang memberikan :
- Penyuluhan dan konsling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
- Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan

E. Pengaturan Peran Bidan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan


Beberapa produk hokum yang berkaitan dengan peran bidan dalam pelaksanaan
Permenkes No 55 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal pada Bayi Baru Lahir
yaitu :
a. UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1)
b. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 62 Ayat (1)
c. Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 2 ayat (1)
d. Kepmenkes No. 369/Menkes SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
e. Kepmenkes No.936/Menkes SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
f. Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal 17 ayat (1)
g. Permenkes No 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Pasal 11 ayat (2)

F. Faktor pendukung dan penghamabat yang mempengaruhi peran bidan dalam


memberikan pelayanan neonatal pada bayi baru lahir
1. Faktor pendukung yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
Pasal 34 Undang-undang dasar 1945 menerangkan bahwa “Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan serta fasilitas
pelayanan umum yang layak”. Adanya sarana prasarana dalam hal ini, pustu
(puskesmas pembantu) serta pelaksanaan posyandu tersebut menjadi suatu
kemudahan bagi masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya terutama pelayanan
kesehatan neonatal, bayi baru lahir.
Puskesmas mempunyai tanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya apabila dilihat dari
sistim kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama, sesuai
dengan pasal 7 hurup c peraturan menteri kesehatan no 75 tahun 2004 tentang pusat
kesehatan masyarakat bahwa dalam menyelenggarakan fungsinya puskesmas
berwenang untuk menyelenggarakan kesehatan yang berorientasi pada individu
keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Faktor penghambat
Faktor penghambat adalah ketersediaan sumber daya kesehatan. Sebagaimana
dimaksud pada pasal 1 ayat (2) UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yaitu : sumber
daya dibidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
kesediaan parmasi dan alat-alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
a. Kurangnya tenaga kesehatan bidan dimana penyebaran bidan belum merata
disetiap desa, karena masih ada bidan yang bertugas di dua desa sekaligus
sehingga bayi baru lahir tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan optimal.
b. Kurangnya tingkat pengetahuan bidan karena bidan yang bertugas masih kurang
berpengalaman sehingga terampil atau skil yang dimiliki masih rendah serta masih
kurangnya komitmen dalam menjalankan tugas disebabkan bidan sering
meninggalkan tempat tugas.
c. Kurangnya sarana transfortasi mengakibatkan bidan sulit untuk menjangkau desa-
desa diwilayah kepulauan, adanya kondisi tersebut berpengaruh kepada bidan untuk
melakukan kunjungan pada bayi baru lahir. Hal ini juga berpengaruh pada
masyarakat didaerah kepulauan yang sulit menjangkau dan mendapatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas.
d. Alat kesehatan dan kesediaan farmasi (obat) dibeberapa desa yang belum lengkap
tentu saja sangat menghambat dalam upaya pemenuhan dan peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan di masyarakat. Berdasarkan uraian di
atas bahwa ketersediaan sumber daya kesehatan yang ada di puskesmas kaleroang
belum sesuai antara data yang ada dengan ketersediaan kebutuhan sumber daya di
lapangan.

G. Tanjung jawab bidan dalam menangani pasien non kebidanan di kaitkan dengan
manajemen terpadu balita sakit dan manajemen terpadu bayi muda
WHO ( word Health Organization ) tahun 2005 telah mengakui bahwa pendekatan
manajemen terpadu balita sakit ( yang selanjutnya di singkat dengan MTBS ) dan
manajemen terpadu bayi muda ( yang selanjutnya di singkat dengan MTBM ) sangat cocok
di terapakan di Negara-negara berkembaang dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita bila dilaksanakan dengan lengkap dan baik.
Program pemerintah dalam permenkes No. 28 tahun 2017 tentang penyelenggaran praktik
kebidanan memang memperbolehkan bidan dalam menangani bayi balita sakit sesuai
dengan pedoman MTBM dan MTBS, tetapi dalam hal pemberian obat terhadap bayi dan
balita sakit bidan tidak memiliki wewenang dan tidak memiliki kompetensi sehingga disini
dapta terjadi konfilik.

Tanggung jawab bidan dalam memberikan obat kepada pasien non kebidanan
dikaitkan dengan MTBS dan MTBM dalam Undang -undang tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan ( UU Tenaga Kesehatan) terbaru, kenaga kebidanan adalah salah satu jenis
tenaga kesehatan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam menjalankan praktek
harus sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya
( pasal 62 ayat 1 undang -undang tenaga kesehatan.

Menurut penjelasan pasal 62 ayat 1 huruf c UU tenaga kesehatan, yang dimaksud


dengan kewenangan “ berdasarkan komptensi” adalah kewenangan untuk melakukan
pelayana kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya,
antara lainuntuk bidan adalah ia memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam pasal 62 ayat 1 UU
tenaga kesehatan ia dikenai sanksi administratif.

Ketentuan sanksi ini diatur dalam pasal 82 ayat 1 UU tenaga kesehatan. sanksi yang
kenal dalam UU tenaga kesehatan adalah sanksi administratif, yakni sanksi ini dijatuhkan
jika bidang yang bersangkutan dalam menjalankan praktiknya tidak sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, jika memang memberikan obat atau
suntikan bukanlah komptensi yang dimilikinya makan sanksi yang berlaku padanya adalah
sanksi administratif bukan pidana. Akan tetapi , apabila ternyata pertolongan persalinan itu
merupakan suatu kelalaian berat yang menyebabkan penerima pelayanan menderita luka
berat, makan bidan yang bersangkutan dapat dipidana dengan pidana penjara palinglama 3
tahun. Sedangkan jika kelalaian berat itu mengakibatkan kematian, bidan tersebut dipadana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun (pasal 84 tenaga kesehatan).

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan atau perawat dilakukan diluar
kewenangannya karena mendapat pelimpahan wewenang. Hal ini disebutdalam pasal 65
ayat UU tentang kesehatan yang berbunyi bahwa dalam melakukan pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan dalam menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis. Adapun
yang dimksud dari tenaga medis dalam pasal 11 ayat 2 UU tenaga kesehatan adalah
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis. Kemudian yang dimaksud
dengan tenaga kesehatan yang disebut dalam pasal di atas anatra lain adalah bidan dan
perawat.

Bentuk dari penyelenggaraan ini bermacam -macam. Seperti pemberian pelayanan


tidak sesuai dengan kewenangan bidang yang telah diatur dalam permenkes nomor
146/menkes/peer/X/2010 tentang ijin penyelengaraan praktik bidang. Sanksi yang diberikan
kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau
bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa mendapatkan sanksi hukuman penjara
jika melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang -undangan. Apabila seorang
bidan melakukan pelanggaran kode etik maka penyelesaian diatas hal tersebut dilakukan
oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan
pelanggaran yuridis dan dihadapkan dimuka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB
wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar -benar melakukan kesalahan.

Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi
bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hokum
kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugutan di pengadilan.

Kewenangan bidang pemberian obat pada bayi


Program pemerintah dalam permenkes nomor 28 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan praktik kebidanan memperbolehkan bidan dalam menangani bayi dan
balita sakit sesuai dengan pedoman MTBM dan MTBS karena hal tersebut dapat sangat
membantu dalam mengurangi angkat kemataian bayi dan balita.
Tetapi dalam hal pemberian obat terhadap bayi dan balita sakit bidan tidak memiliki
wewenang dan tidak memiliki komptensi sehingga disini dapat terjadi konplik jiga terjadi
kesalahan dalam pemberian obat, terutama dalam pedoman MTBS dan MTBM obat yang
sering digunakan adalah anti biotik. Antibiotik sendiri jika diberikan tidak sesuai usia dan
susuai dosis maka akan berakibat sebaliknya yaitu dapat melemahkan system kekebalan
tubuh manusia yang akan mengakibatkan lebih mudah penyakit masuk kedalam tubuh bayi
dan balita tersebut

Sesuai dengan peraturan pemerintah no 51 tahun 2009 tentang pekerjaan


kefarmasian bahwa yang berkompetensi di bidang obat adalah profesi farmas. Tetapi dalam
keadaan tertentu seperti kegawatdaruratan dan tidak adanya tenaga kesehatan lain di
daerah tempat bidan tersebut praktek ( tidak adanya tenaga kesehatan lain di daerah
tersebut di nyatakan dengan keterangan dari dinas kesehtan setempat )

Bidan boleh melakukan penanganan atau pemberian obat terhadap bayi dan balita
tetapi sesuai dengan panduan MTBS dan MTBM dan sesuai dengan Batasan-batasan
penyakit yang sudah di tentukan. Penyakit yang dapat di tangani oleh bidan sesuai dengan
MTBS dan MTBM adalah diare, demam, masalah telinga, status gizi, dan anemia, dan
catatan masih dalam klasifikasi yang berat maka pasien tersebut harus di rujuk.

Permenkes no. 28 tahun 2017 tentang penyelenggaran parktik kebidanan


kedudukan berada lebih tinggi dari peraturan pemerintah no. 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, hali ini dapat menjadi suatu paying hokum bagi seseorang bidan
dalam menangani pasien balita dan bayi dalam pemeberian obat sesuai dengan buku,
panduan MTBS dan MTBM dan sesuai dengan batas kompetensi pengetahuan bidan
tentang obat.

Undang kesehatan no 36 tahun 2009 bab I ketentuan umum pasal ayat 6 pasal ini
mempertegas bahwa petugas kesehatan wajib melakuakan upaya kesehatan termasuk
dalam pelayanan gawat darurat yang terjadi baik dalam pelayanan sehari-hari maupun
dalam keadaan bencana. Undang – undang no 36 tahun 2009 terdiri dari 22 bab dan pasal
27, tenaga kesehatan berhak mendapatkan perlindungan hukum

H. Lingkup Praktis
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah Batasan dari kewenangan bidan dalam
menjalankan praktik yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan dan jenis
pelayanan kebidanan. Ruang lingkup kebidanan secara umum diartikan sebagai luas area
suatu profesi.
Ruang lingkup praktik kebidanan, lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan
mandiri/otonomi pada anak -anak perempuan, remaja putri dan wanita dewasa sebelum,
selama kehamilan dan selanjutnya. Bidan memberikan pengawasan, asuhan serta nasehat
bagi wanita selama hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan termasuk pengawasan
pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu ( tindakan dan pencegahan), penyuluhan
dan Pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi
orang tua, menentukan KB, deteksi dini kondisi upnormal pada bayi dan ibu usaha
memperoleh pendampingan khusus bila diperlukan (konsultasi atau rujukan) pelaksanaan
pertolongan kegawatduratan primer dan skunder.
Sasaran /Klien Pelayanan Kebidanan
1. Bayi dan balita
2. Anak -anak usia sekolah
3. Remaja Putri
4. PUS terutama IBU dan WUS
5. Wanita klimakterium/ menopause
6. Meliputi upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative
Secara khusus ruang lingkup praktik kebidanan digunakan untuk menemukan
Batasan yang bisa dilakukan seorang bidan

Ruang lingkup praktik bidan menurut ICM dan IBI yaitu :


1. Asuhan mandiri pada anak perempuan, remaja,putri,dan wanita dewasa sebelum,
selama kehamilan dan selanjutnya
2. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL
3. Pengawasan pada kesehatan masyarakat di posyandu (tindak pencegahan),
penyuluh dan Pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat
4. Konsultasi dan rujukan
5. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan skunder pada saat tidak ada
pertolongan medis

Beberapa ruang lingkup pelayanan pada praktik kebidanan berdasarkan kepmenkes RI


Nomor 900 yaitu :
1. Lingkup pelayanan kebidanan anak, yaitu :
a. Pemerikasaan bbl
b. Perawatan tali pusat
c. Resusitasi pada bbl
d. Pemantauan tumbuh kembang anak
e. Pemberian imunisasi
f. Pemeberian penyuluhan
2. Lingkup pelayanan kebidanan pada wanita hamil, yaitu :
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup, ibu hamil dengan abortus
imminens, hipertensi, hyperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan dan
anemia ringan
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongna persalinan abnormal yang mencakup sungsang, partus macet kepala
kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, posterm dan preterm
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plaenta, renjatan dan infeksi
ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada kline ginekologi yang meliputi keputuihan,
perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid

3. Lingkup pelayanan kelurga berencana


Pelayanan kb bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memlaui
pengetahuan jumlah keluarga secara terencana.
Dalam memeberikan pelayanan kb, bidan berwenang untuk:
a. Memberikan obat alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam Rahim,
bawah kuli dan kondom.
b. Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam Rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontarsepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan
kesehatan masyarakat.

4. Lingkup pelayaan kesehatan masyarakat


Beberapa lingkup pelayanan kesehatan masyarakat oleh profesi kebidanan yaitu :
a. Pembinaan peran serta masyarakat di bidan kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
d. Melaksanakan deteksi din, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk, dan
memberikan penyuluhan infeksi menuluar seksual, penyalah gunaan NAPZA serta
penyakit lain

I. Legislasi
Legislasi adalah peroses pembuatan undang- undang atau penyempurnaan
perangkat hokum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan
kompetensi) registarsi (pengaturabn kewenangan) dan lisensi (peraturaan pemyelenggaraan
kewenangan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah di berikan. Bentuk perlindungan tersebut meliputi :
1. Menjamin kualitas pelayanan
2. Memberikan kewenangan
3. Menjamin perlindungan hokum
4. Mengikatkan profesionalisme
DAFTAR PUSTAKA

1. Premenkes RI no 28 tahun 2017 tentang izin penyelenggaran praktik bidan


2. Irfianti, berliana,2019. Konsep kebidanan. Yogyakarta : pustaka baru press
3. Nurhayati yati, dewina meran 2020. Pengantar praktik kebidanan, brebes rahmadina
publishing
4. Mubarak, wahit Iqbal. 2012. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: salemba
5. Hikmawati 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan Yogyakarta : nuhamedika
6. Uswatun 2015 peran dan fungsi bidan mandiri rujukan dan kalaborasi

Anda mungkin juga menyukai