Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN OLEH:

NURHAFIZAH
RISNA DESY RIA NOVITA
DELFINA MOI FRANSISKA ASRI GOSANI

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, senantiasa penulis panjatkan, karena atas rahmat dan
ridhonya makalah ini dapat disusun walaupun tidak sempurna. Hal utama yang mendorong
penulis untuk menyusun makalah ini tidak lain karena adanya referensi yang berkaitan langsung
dengan mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan sebagai
bentuk perwujudan kewajiban kita sebagai mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat terbatas dalam pengkajiannya,
oleh karena itu berbagai kritik dan saran dari semua pihak sangat diperlukan untuk mencapai
kesempurnaannya.

Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BAB II. PEMBAHASAN

1. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


2. PUS (PASANGAN USIA SUBUR) DAN WUS (WANITA USIA SUBUR)

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. (WHO).

Salah satu butir kesepakatan ICPD Cairo 1994 adalah Hak reproduksi dan kesehatan
reproduksi termasuk masalah KB dan kesehatan seksual. ICPD Cairo memberikan
defenisi tentang kesehatan reproduksi sebagai berikut “Kesehatan Reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit dan kecacatan”.

Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33
tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk
memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan
selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita
masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PELAYANAN KESEHATAN REPSRODUKSI


Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan
dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Reproductive health is a state of complete
physical, mental and social welling and not merely the absence of disease or infirmity, in all
matters relating to reproductive system and to its funtctions processes (WHO).

Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar
perkembangan emosinya berlangsung dengan baik. Hal ini harus dimulai sejak sejak anak-
anak, bahkan sejak bayi. Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan yang hangat,
terutama sewaktu menyusu ibunya, akan memberikan rasa terima kasih, tenang, aman dan
kepuasan yang tidak akan ia lupakan sampai ia besar kelak. Perasaan semacam itu akan
menjadi dasar kematangan emosinya dimasa yang akan datang.

Salah satu butir kesepakatan ICPD Cairo 1994 adalah Hak reproduksi dan kesehatan
reproduksi termasuk masalah KB dan kesehatan seksual. ICPD Cairo memberikan defenisi
tentang kesehatan reproduksi sebagai berikut “Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara
fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan”. Setiap pasangan suami-isteri yang telah menikah selalu menginginkan untuk
memiliki anak atau keturunan. Anak dapat diperoleh melalui hubungan intim suami dan isteri
(anak kandung) atau dapat dilakukan dengan cara mengadopsi anak dari pasangan lain (anak
angkat/anak piara). Namun yang sangat diharapkan oleh setiap pasangan adalah memiliki
anak kandung. Namun dalam kenyataan hidup, ada pasangan yang isterinya tidak dapat hamil
karena adanya gangguan infertilitas/ketidaksuburan pada salah satu diantara pasangan
tersebut baik isteri maupun suami. Sehingga harapan untuk mendapatkan anak melalui
hubungan intim suami isteri sulit tercapai. Hal ini mendorong pasangan yang mengalami
masalah infertilitas untuk mencari jalan keluar, yang salah satu caranya adalah melaui
konsepsi buatan atau bayi tabung.

Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi


ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak, dsb);
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak
aman;
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir
rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita :


1. Genetik
Merupakan modal utama atau dasar faktor bawaan yang normal, contoh : jenis
kelamin, suku, bangsa.
2. Lingkungan
Komponen biologis, misalnya : organ tubuh, gizi, perawatan kebersihan lingkungan,
pendidikan, sosial budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, politik.
3. Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perilaku yang
tertanam pada masa anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.

Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa dewasa :

a. Perkembangan organ reproduksi


b. Tanggapan seksual
c. Kedewasaan psikologis.

Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita usia lanjut :

a. Faktor hormonal
b. Kejiwaan
c. Lingkungan
d. Pola makan
e. Aktifitas fisik (olah raga).
2. PUS (PASANGAN USIA SUBUR) DAN WUS (WANITA USIA SUBUR)
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari
pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga 90%.
Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah
usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat
reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita
subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat
kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat
diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.
Tidak semua pasangan usia subur (PUS), memiliki reproduksi yang sehat dalam pengertian
memiliki kesuburan yang siap dibuahi atau membuahi. Untuk mengatasi hal tersebut sebagian
besar PUS memilih untuk mendapatkan anak melalui konsepsi buatan.
Setiap pasangan suami-isteri yang telah menikah selalu menginginkan untuk memiliki anak
atau keturunan. Anak dapat diperoleh melalui hubungan intim suami dan isteri (anak
kandung) atau dapat dilakukan dengan cara mengadopsi anak dari pasangan lain (anak
angkat/anak piara). Namun yang sangat diharapkan oleh setiap pasangan adalah memiliki
anak kandung.
Namun dalam kenyataan hidup, ada pasangan yang isterinya tidak dapat hamil karena adanya
gangguan infertilitas/ketidaksuburan pada salah satu diantara pasangan tersebut baik isteri
maupun suami. Sehingga harapan untuk mendapatkan anak melalui hubungan intim suami
isteri sulit tercapai. Hal ini mendorong pasangan yang mengalami masalah infertilitas untuk
mencari jalan keluar, yang salah satu caranya adalah melaui konsepsi buatan atau bayi
tabung.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama dibidang kedokteran, telah
berhasil melakukan konsepsi buatan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
system reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS, PUS, dan menopause meliputi pemberian
pengetahuan dan bagaimana seorang tenaga kesehatan memberikan pelayanan tentang keadaan
normal dan abnormal kesehatan reproduksi maupun dalam mengatasi keluhan-keluhan yang
timbul.

DAFTAR PUSTAKA
http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/pelayanan-kesehatan-reproduksi.html

file:///C:/Users/acer/Documents/lKM/ikm/pelayanan-kesehatan-reproduksi-pada-wus.html

http://renipuspita757.wordpress.com/2013/08/01/4/

Anda mungkin juga menyukai