Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Kesehatan Reproduksi


2.1.1. Sejarah kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan (International Conference on Population and Development, ICPD), di
Kairo, Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah
disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi
pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak
reproduksi (Widyastuti,2009:1). Dengan demikian pengendalian kependudukan telah
bergeser ke arah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan
reproduksi bagi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak-hak
reproduksinya, kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan dan
penanggulangan kekerasan berbasis gender, serta tanggung jawab laki-laki dalam
kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Paradigma baru ini berpengaruh besar antara
lain terhadap hak dan peran perempuan sebagai subyek dalam ber-KB. Perubahan
pendekatan juga terjadi dalam penanganan kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk HIV/AIDS, serta kesehatan reproduksi usia lanjut, yang dibahas dalam
konteks kesehatan dan hak reproduksi. Dengan paradigma baru ini diharapkan
kestabilan pertumbuhan penduduk akan dapat dicapai dengan lebih baik.

2.1.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi


Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan:
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan
kesehatan menurut Organisasi Kesahatan Dunia ( WHO ) yang paling baru ini, memang
lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan,
bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak
hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehataan itu hanya
mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang
No. 23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial,
dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi (Notoatmodjo, 2007:3). Dalam Konfrensi
Kependudukan di Kairo 1994, disusun pula definisi kesehatan reproduksi yang
dilandaskan kepada definisi sehat menurut WHO: keadaan sehat yang menyeluruh,
meliputi aspek fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit
disegala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,fungsinya, maupun proses
reproduksi itu sendiri (Widyastuti dkk, 2009:1; Suyono, 1997:1).
2.1.3 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
sangat luas, sesuai dengan definisi yang tertera di atas, karena mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup
kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle
approach), sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat
dilaksanakan. Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi :

 Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


 Keluarga Berencana
 Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ),
trmasuk PMS-HIV / AIDS
 Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
 Kesehatan Reproduksi Remaja
 Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
 Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
 Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.

            Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan


reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya

a. Konsepsi dan Ibu Hamil


 Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan
 pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi
baru lahir 
 Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi ( mal-nutrisi )
  Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.

b. Bayi dan Anak 


 ASI eksklusif dan penyapihan yang layak
 Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
  Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
 Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
 Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan
 Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis
kelamin, sunat perempuan, kurang gizi, kesakitan dan kematian
BBLR, penyakit lain disemua usia dan kekerasan  
 Pendekatan yang dilakukan : pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan
antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen,
dan lain-lain
c. Remaja

Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang
terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Pada
usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-
hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi

 Gizi seimbang Informasi tentang kesehatan reproduksi


 Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
  Pencegahan terhadap ketergantungan napza
  Perkawinan pada usia yang wajar
 Pendidikan, peningkatan keterampilan
 Peningkatan penghargaan diri
 Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
 Masalah yang ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, kekerasan gender, perilaku seks tidak aman,
kehamilan remaja, aborsi tidak aman.
 Pendekatan yang dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan
hukum atau sosial, pendidikan kesehatan, deteksi pencegahan,
pengobatan, kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan
dalam keluarga, konseling dan lain-lain.

d. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan
gejala nyeri haid, kram haid, nyri pinggul pada saat berhubunganseks, sakit saat buang air
besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang
tidak mengalami gejala apa-apa.
 Kehamilan dan persalinan aman
 Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
 Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan
alat kontrasepsi ( KB )
 Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
 Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
 Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
 Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
 Pencegahan dan manajemen infertilitasi
 Masalah yang sering ditemui ; Kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi dan anemia, kemandulan,
pelecehan atau kekerasan seksual, komplikasi aborsi dan pengaturan
kesuburan
 Pendekatan yang dilakukan ; pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertanggungjawab, pelayanan antenatal,
persalinan, postpartum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan
informasi-informasi.

e. Usia Lanjut (Lansia)


Yang dianggap lanjut usia ( lansia ) adalah setelah mencapai usia 60
tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang berbagi penyakit degeneratif dan penyakit
berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
secara teratur.
 Perhatian pada problem meno atau andro-pause
 Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis
 Deteksi dini kanker rahim
 Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini; penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps atau osteoporosis, kanker saluran reproduksi,
payudara.
 Pendekatan yang dapat dilakukan; dipengaruhi oleh pengalaman
reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.

Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin


menyebabkan berbagai keluhan sebagai berikut;

 Penyakit jantung koroner


 Osteoporosis
 Gangguan mata
 Kepikunan

2.1.4 Hak Kesehatan Reproduksi


Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang melekat pada
manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak
reproduksi sama saja dengan mengekang hak asasi manusia. Hak reproduksi sendiri secara
umum diartikan sebagai hak yang dimiliki setiap individu baik laki-laki maupun perempuan
yang berkaitan dengan organ reproduksinya.

Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo


tahun 1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi. Namun demikian, hak reproduksi bagi
remaja yang paling dominan dan secara sosial dan budaya dapat diterima di Indonesia
mencakup 11 hak, yaitu :

1. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan.
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk mendapatkan perlindungan
dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sehingga terhindar dari kematian saat
proses kehamilan dan kelahiran. Contoh : pada saat melahirkan, seorang perempuan
mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri secara cepat terutama saat
kelahiran beresiko.
2. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi.
Hak ini berkaitan dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri kehidupan
reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh: dalam konteks adanya hak tersebut, maka
seseorang harus dijamin keamanannya tidak terjadi “pemaksaan” atau “pengucilan” atau
munculnya ketakutan dalam diri individu karena memilih hak kebebasan tersebut.
3. Hak bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan
kehidupan reproduksi. Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi,
keyakinan atau agama dan kebangasaan. Contoh: tidak ada perbedaan dalam memberikan
pelayanan kesehatan tidak memandang apakah dia mampu atau tidak. Pelayanan kesehatan
juga tidak boleh membedakan apakah perempuan atau laki-laki.
4. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya terkait dengan
informasi pendidikan dan pelayanan. Setiap individu harus dijamin kerahasian kehidupan
kesehatan reproduksinya terkait dengan informasi pendidikan dan pelayanan misalnya informasi
tentang hubungan seksual, masa menstruasi dan sebagainya. Contoh: Petugas atau seseorang
yang memiliki informasi tentang kehidupan reproduksi seseorang tidak boleh “membocorkan”
atau dengan sengaja memberikan informasi yang dimilikinya kepada orang lain. Jika informasi
dibutuhkan sebagai data untuk penunjang pelaksanaan program, misalnya data tentang
prosentase pemakaian alat kontrasepsi masih tetap dimungkinkan.
5. Hak Mendapatkan Informasi Dan Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Setiap
remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai
aspekterkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Contohnya: seorang remaja harus
mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
6. Hak Untuk Kebebasan Berfikir Tentang Kesehatan Reproduksi. Setiap remaja
berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan yang diyakininya.
Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri
yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut
namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya advokasi dan
Komunikasi,Informasi dan Edukasi (KIE). Contoh: seseorang dapat saja mempunyai pikiran
bahwa banyak anak menguntungkan bagi dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi maka orang
tersebut tidak boleh serta merta dikucilkan atau dijauhi dalam pergaulan. Upaya merubah
pikiran atau keyakinan tersebut boleh dilakukan sepanjang dilakukan sendiri oleh yang
bersangkutan setelah mempertimbangkan berbagai hal sebagai dampak dari advokasi dan KIE
yang dilakukan petugas.
7. Hak Membangun Dan Merencanakan Keluarga. Setiap individu dijamin haknya:
kapan, dimana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan membangun keluarganya. Tentu saja
kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama, sosial dan budaya yang berlaku (ingat tentang
adanya kewajiban yang menyertai adanya hak reproduksi). Contoh: Seseorang akan menikah
dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa memaksa orang tersebut untuk
membatalkan pernikahannya. Yang bisa diupayakan adalah memberitahu orang tersebut
tentang peraturan yang berlaku di Indonesia tentang batas usia terendah untuk menikah dan
yang penting adalah memberitahu tentang dampak negatif dari menikah dan hamil pada usia
muda.
8. Hak Untuk Menentukan Jumlah Anak Dan Jarak Kelahiran. Setiap orang berhak
untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan. Contoh:
Dalam konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak boleh melakukan
pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar. Yang harus dilakukan
adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya mengenai dampak
negatif dari memiliki anak jumlah besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit.
Jikapun klien berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan
keputusan klien itu sendiri.
9. Hak Mendapatkan Pelayanan Dan Perlindungan Kesehatan Reproduksi.
Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan kehidupan
reproduksinya termasuk perlindungan dari resiko kematian akibat proses reproduksi.
Contoh: seorang remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus tetap
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik agar proses kehamilan dan kelahirannya
dapat berjalan dengan baik.
10. Hak Mendapatkan Manfaat Dari Kemajuan Ilmu Pengetahuan Yang
Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi. Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat
dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi,
serta mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya dan
kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan informasi tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja. Contoh: Jika petugas mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja, maka petugas berkewajiban untuk memberi informasi kepada remaja, karena
mungkin pengetahuan tersebut adalah hal yang paling baru untuk remaja.
11. Hak Atas Kebebasan Berkumpul Dan Berpartisipasi Dalam Politik Yang
Berkaitan Dengan Kesehatan Reproduksi. Setiap orang berhak untuk
menyampaikan pendapat atau aspirasinya baik melalui pernyataan pribadi atau
pernyataan melalui suatu kelompok atau partai politik yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksi. Contoh: seseorang berhak menyuarakan penentangan atau
persetujuan terhadap aborsi baik sebagai individu maupun bersama dengan
kelompok. Yang perlu diingatkan adalah dalam menyampaikan pendapat atau
aspirasi tersebut harus memperhatikan azas demokrasi dan dalam arti tidak boleh
memaksakan kehendak dan menghargai pendapat orang lain serta taat kepada
hukum dan peraturan peraturan yang berlaku.
12. Hak untuk Bebas dari Penganiayaan dan Perlakuan Buruk Termasuk
Perlindungan dari Perkosaan, Kekerasaan, Penyiksaan dan Pelecehan Seksual.
Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari
kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh pada
kehidupan reproduksi. Contoh: Perkosaan terhadap remaja putri misalnya dapat
berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh yang bersangkutan
maupun oleh keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan atau tindakan kekekerasan
lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja
berpengaruh pada kehidupan reproduksinya.

Menurut BKKBN tahun 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia untuk


mewujdkan pemenuhan hak-hak reproduksi :

a) Promosi hak-hak kesehatan reproduksi


b)   Advokasi hak-hak kesehatan reproduksi
c)  KIE hak-hak kesehatan reproduksi
d) System pelayanan hak-hak reproduksi

2.1.5 Alasan Digunakannya Kesehatan Reproduksi

Alasan umum :  kesehatan reproduksi berhubungan dengan fakta bahwa fungsi


dan proses reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual, maka alasan adanya
program kesehatan reproduksi adalah  meningkatkan kesadaran kemandirian wanita
dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya,
sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju
peningkatan kualitas hidupnya.
Alasan khusus : Dari alasan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan
khusus yaitu

a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan


fungsi reproduksinya; 
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan ;
c.  Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya ;
d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan
reproduksi secara optimal.

2.1.6 Isu-isu Kesehatan Reproduksi

Ada berbagai macam isu kesehatan reproduksi yang terjadi di dunia,


antara lain yaitu :

a. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi


Salah Satu tolak ukur Millennium Development Goals (MDGs), adalah
terwujudnya kesetaraan gender dalam akses terhadap pendidikan
Laki2/Perempuan =100 % pada tahun 2015. Dan akhir akhir ini kesetaraan
gender menjadi tofik hangat di banyak negara khususnya negara negara
berkembang.
Menurut kajian yang dilaksanakan oleh UN Development for Women
(UNIFEM), dalam dua dekade terahir di negara-negara berkembang terjadi
peningkatan ketidak setaraan laki laki dan perempuan. Kesenjangan ini justru
karena proses globalisasi, dengan adanya keterbukaan yang diiringi dengan
masuknya informasi dan teknologi ternyata tidak dapat di akses oleh para
perempuan di Negara berkembang. Akibatnya para perempuan akan kalah
bersaing dengan laki laki yang memiliki akses terhadap informasi dan
teknologi. Sebagai akibatnya keterbukaan global membuat perempuan di negara
berkembang semakin tertinggal. 

b. Isu Kesehatan Reproduksi Lansia


Lanjut usia atau lansia marupakan masa dimana seseorang berada pada
kondisi yang merupakan resultan atau hasil akhir periode kehidupan
sebelumnya. Diharapkan pada masa ini seseorang tinggal menikmati hasil
kerjanya. Dengan adanya peningkatan umur harapan hidup terjadi peningkatan
jumlah lansia yang sangat bernakna akhir-akhir ini dan ada kecenderungan
beberapa tahun yang akan datang jumlahnya masih akan meningkat.
Akibatnya Dependency ratio akan meningkat artinya dalam suatu Negara akan
terjadi jumlah usia produktif harus menaggung lebih banyak usia non
produktif dimana sebagian besar adalah lansia.
Di beberapa Negara maju umur harapan hidup telah mencapai sekitar 80 tahun
akibatnya didalam suatu populasi akan terdapat lansia yang banyak, beberapa
kondisi yang berkaitan dengan lansia antara lain: Kelaparan, Kemiskinan,
asupan diet yang tidak adequate, gangguan fungsi organ, isolasi sosial,
kesepian, masalah demografi pedesaan dan perkotaan, depresi, berkurangnya
ingatan, ketergantungan, dan kesehatan mulut dan gigi yang jelek. Dari semua
kondisi tersebut berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi lansia.

c. Trafficking
Trafficking muncul dari berbagai bentuk, mulai dari penjualan bayi,
anak dan wanita. Hampir semua korban adalah anak-anak dan wanita,
belum ada dijumpai korban adalah pria dewasa. Traffucking sangat erat
kaitannya dengan perbudakan atau praktek-praktek yang
menyerupainya seperti
- Debt bondage, dimana suatu status seseorang harus melayani orang
lain sehubungan dengan nilai yang telah dibayar oleh orang lain
tersebut dimana tidak ada batasan waktu dan tugas.
- Serfdom adalah suatu status seseorang akibat suatu kekuatan hukum,
transaksi, atau perjanjian tertentu yang menyebabkan orang tersebut
bekerja kepada orang lain baik dibayar maupun tidak, dan orang tersebut
tidak memiliki kekuatan untuk merubah statusnya.
- White slavery atau perbudakan untuk industry sex. Kebanyakan korban
dari white slavery ini adalah bukan orang kulit putih, adalah kondisi
seseorang akibat transaksi atau perjanjian tertentu mengakibatkan dirinya
dapat di ekploatasi secara seksual oleh orang lain, kebanyakan korbannya
dipekerjakan dalam kegiatan prostitusi.

 Dan dampak yang dikawatirkan dengan adanya trafficking


ini adalah terjadi penyebaran penyakit menular seksual termasuk HIV AIDS,
kehamilan yang tidak diharapkan, anak -anak tidak memperoleh pendidikan
yang memadai dan timbulnya dampak sosial laiannya.

d. Abortus (Aborsi)
Akibat pergaulan bebas akan meningkatkan adanya kehamilan remaja atau
kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang tidak diharapkan ini
berkontribusi terhadap meningkatnya angka aborsi dan lahirnya anak-anak
yang tidak diharapkan dari orang tuanya. Dari aborsi sendiri akan
menimbulkan berbagai dampak yangh harus ditanggung oleh pihak ibu. Isu
tentang aborsi telah mengundang berbagai pro dan kontra di berbagai belahan
dunia. Di beberapa negara berkembang tercatat bahwa 15 - 30% kematian
maternal berkaitan dengan komplikasi aborsi. Dari data 40 juta keguguran
ditengarai 20 juta diantaranya adalah aborsi illegal dari angka tersebut 19 juta
diantaranya terjadi di negara berkembang, bila dilihat dari kelompok umurnya
ternyata aborsi illegal lebih banyak terjadi pada kehamilan remaja. 
Secara keseluruhan di dunia diperkirakan 38% kehamilan adalah tidak
diharapkan dan 22 % diantaranya berahir dengan keguguran. Dan akhir dari
aborsi yang dilakukan akan berdampak pada kesehatan reproduksi
e. HIV/AIDS

Salah satu isu global yang juga dianggap mengerikan adalah HIV/AIDS. HIV
(Human Immonodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang menjangkiti sels-sel
sistem kekebalan tubuh manusia. Dan akibat infeksi HIV akan menyebabkan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Penyakit HIV/AIDS dapat terjadi
melalu hubungan seksual dengan penderita yang juga mengalami HIV/AIDS,
jarum suntik, transfusi darah, kontak cairan tubuh(serebropisnal, sinovial, amnion,
saliva, keringat), penularan perinatal, ASI. Dan hubungan seksual memberikan
kemungkinan tertular 90%.

f. Penyakit-penyakit Alat Reproduksi


Semakin hari penyakit yang diakibatkan lalainya manusia sendiri semakin
meningkat khususnya di area reproduksi , antara lain :
- Kanker Serviks, penyakit ini muncul padal leher rahim atau serviks.
Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim. Semua
wanita dari berbagai usia berisiko terkena penyakit ini. Tapi,
cenderungnya penyakit ini memengaruhi wanita yang aktif secara
seksual. Penyebab kanker serviks yang paling umum adalah HVP
(Human Papillomavirus). HPV sendiri ada berbagai macam danada
beberapa yang dapat menggangu sel-sel rahim(HPV16 dan HPV18) dan
akhirnya memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui
hubungan seks.
- Kanker Vagina, sampai saat ini tidak diketahui penyebabnya dan
kemungkinan disebabkan oleh virus yang menyebabkan iritasi. Upaya
pengobatannya dapat dilakukan dengan kemoterapi dan bedah laser.
-  Epididimitis, penyakit yang menyerang pria ini merupakan peradangan
pada saluran epididimis yang disebabkan oleh infeksi atau karena terkena
penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri
disertai pembengkakan pada salah satu testis.
- Kanker Ovarium adalah kanker yang menyerang ovarium pada alat
kelamin wanita. Gejala penyakit ini tidak jelas namun biasanya ditandai
oleh rasa pegal pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan, atau
mengalami pendarahan abnormal pada vagina. Kanker ovarium dapat
ditangani dengan kemoterapi dan pembedahan.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Secara umum terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi,yakni :
1) Faktor  sosial ekonomi,dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal
yang terpencil.

2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang
berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak
banyak rezeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja
mengenai fungsi dan proses reproduksi.

3)  Faktor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak pada


kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
homornal, rasa tidak berharganya wanita di mata pria yang membeli
kebebasan dengan materi.

4)   Faktor biologis ,antara lain cacat sejak lahir ,cacat pada seluruh
reproduksi pasca penyakit menular seksual.

Pengaruh dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi


diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan
hak reproduksi wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi.

2.2 Sistem Reproduksi


2.2.1 Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria terdiri dari :

1) Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil
dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih
rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu,
testis terletak di luar tubuh di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan
posisi testis sebelah kanan dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat
pembentukan sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung
selama 2 – 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat bergerak sendiri
dengan ekornya.

Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon


testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung jawab atas
perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara laki-laki menjadi besar dan
berat, dan berbagai perubahan lain yang memperlihatkan bahwa seorang anak telah
beranjak dewasa.

2) Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan berlipat-lipat.
Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut. Dalam
menjalankan fungsinya, skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin,
maka skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan
dengan demikian lebih hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan
membesar dan kendur. Akibatnya luas
permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan.

3) Van Deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara
dari epididimis. Saluran vas deferens menghubungkan testis dengan kantong sperma.
Kantong sperma ini berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.

4) Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Alat
ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.

5) Vesikula Seminalis
Alat ini berfungsi sebagai penampung spermatozoa dari testis.

6) Kelanjar Prostat
Kelenjar prostat sebagai penghasil cairan basa untuk melindungi sperma
dari gangguan luar

7) Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.

8) Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada
bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit ini diambil
secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak mengandung tulang dan tidak
terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi
ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi.
Pada bagian dalam penis terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran
ini untuk mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran
pengeluaran sperma, dan urine.

2.2.2 Sistem Reproduksi Wanita


Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi wanita
juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar, yaitu :
1) Vulva
merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons
pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih. Mons pubis
adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini
dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan
tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk
seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu
bibir luar dan bibir dalam. Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang
tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir
tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara
ke dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar kacang
polong, penuh  dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat ini sangat
sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.

2)Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan merupakan
jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit.
Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar
seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi
oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa
berbeda-beda setiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama,
kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya

3) Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian
terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan
dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu
ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini membantu
spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan
menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.

4) Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam
reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga melahirkan.
Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya
30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur
ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000
gram. Rahim berfungsi sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi
janin. Dinding rahim memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya
menebal ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
  Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan
dengan rongga perut.
  Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi
keluar pada proses persalinan (kontraksi)
  Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya
sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah.

5) Ovarium
Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung
telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah.
Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan mengalami
siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel
telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel telur
disebut juga dengan ovum.

6) Tuba Fallofi
Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah
sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10 cm.
Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang
satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim sedangkan ujung yang lain
merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen. Ujung yang
bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan
berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh
ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di
dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.

2.2.2 Spermatogenesis dan Oogenesis


a. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa
(tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat
haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar
sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.  
Pada proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai
berikut:   

- Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis


yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis),
selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit
sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari
spermatogonium menjadi spermatid. 
- Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi
sperma yang dewasa.Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan
waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axonema dan
kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4)
Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.  
- Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke
lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki
kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam
cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena
kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis
namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas
sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.  

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:

a.  Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon /


FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa


pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang


akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.   

d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada


spermatogenesis.
b. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam
ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut
oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di
dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga
usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap
memasuki tahap pembelahan.  Semula oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit
primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan
miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu
menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai
masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit
sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada
tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua
sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih
kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua
badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer
sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan
lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami
degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan  bahwa pada oogenesis
hanya menghasilkan satu ovum. 

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Oogenesis

Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa


hormon, diantaranya:

Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis
hipothalamus -hipofisis - ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH
(gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon
FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH
menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon
estrogen dan progesteron. LH merangsang  korpus luteum untuk menghasilkan
hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron
memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.FSH merangsang ovulasi dan
meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan
folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu. Mekanisme umpan balik
positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium.

Anda mungkin juga menyukai