Anda di halaman 1dari 30

Nama : Ismi Elmania

Nim : E118003

Prodi/semester : DIII Kebidanan/ semester V

Mata Kuliah : Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu : A.A Oka Astariningsih, S.ST ., M.Kes

PELAYANAN KESEHATAN PADA WANITA

SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN

A. Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya


Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan penanganan
system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fasekehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada
masa depan kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu :
a. Konsepsi :
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR,
kurang gizi (malnutrisi)
d. Pendekatan pelayanan anternatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Bayi dan anak :
a. ASI Eksklusif dan penyapihan layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat
perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan primer, imunisasi, pelayanan antennal,
persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll
Asuhan yang diberikan:
a. ASI Eksklusif
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
c. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada
gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi,
menarche dianggap sebagai sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya
dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan
siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
memproduksi hormone-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhn dan
perkembangan system reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
i. Masalah yang ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual, penyalahgunaan
obat
d. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa
subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif
dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi
kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode
ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat
merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu
mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah
endometritis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat
berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau air kecil. Penderita kadang mengalami
nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai
kondisi, malnutrisi, anemia, kemandulan, pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling,
pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertanggung jawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan,
post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Asuhan yang diberikan:
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas
e. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa
yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya.
Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur.
Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan
yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan
tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan,
prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, kanker payudara, ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya,
diagnosis, informasi dan pengobatan dini
Asuhan apa yang diberikan:
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Penyakit jantung koroner
Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner,
berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan
meningkatnya kadar kolesterol tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian jantung
koroner
c. Osteoporosis
Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone
estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah
d. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang
e. Kepikunan
Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak.
Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah,
depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan estrogen
sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan
f. Deteksi dini kanker rahim
B. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
1. Skirining
a. Definisi
Skrining (screening): pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang
sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ).
Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
Skrining: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis
belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar – benar
sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala
yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
b. Penemuan Penyakit Dengan ‘Screening’
 Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat dan
tidak menunjukkan adanya gejala.
 Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali digunakan
sebagai tes diagnosis.
 Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit pada
individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang dengan
tanda positif atau dicurigai menderita penyakit seharusnya diberi perawatan/
pengobatan setelah diagnosa dipastikan hasilnya.
c. Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur
Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas
dan reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan petunjuk tentang
kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan
diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi
suatu alat ukur
d. Tujuan Screening
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai
dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
e. Bentuk Pelaksanaan Screening
 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang
sudah menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
f. Kriteria Program Penyaringan
 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
screening
 Penemuan kasus terus menerus
g. Contoh Screening
 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
h. Apa Itu Validitas
 Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat
 Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang
sebenarnya (sehat atau sakit)
 Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostic
i. Komponen Validitas
 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
positif betul-betul sakit
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
negatif betul-betul tidak sakit.
2. Deteksi dini

a. Pengertian

Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi/mengenali penyakit atau kelainan


yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi sesungguhnya
menderita kelainan.

b. Tujuan Deteksi Dini


Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih awal
atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini.

c. Deteksi pada ibu hamil mengandung makna :


 Deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko, akan dapat menurunkan angka kematian
ibu.
 Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu perawatan dini yang
khusus agar ibu dan janin sehat, tanpa pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat
menjadi patologis.
 Bentu-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.
Kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas 130/90 mmHg,
terdapat udema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban
pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32 minggu, sungsang pada
primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar, penyakit kronis pada ibu, riwayat
obstetri buruk.
d. Bayi dan Balita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST
(denver devolopmental screening test). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada
bayi :
 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau menemukan
status gizi kurang atau buruk.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),gangguan daya lihat,gangguan daya
dengar
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian.
e. Pubertas
 Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,
dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan
jasmani.
 Gangguan menstruasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.
 Bidan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri dalam
konteks kesehatan reproduksi.
f. Klimakterium, menopause, dan senium.
 Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau pengeroposan
tulang, hipertensi dan lain-lain.
 Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu
posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara
reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko
gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim
biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi adanya kangker mulut rahim.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Perempuan


1. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan
sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini menghambat akses terhadap
pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh banyak hal, misalnya
keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat di mana mereka
menetap. Dewasa ini masih banyak ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain :
a. Perempuan di nomorduakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya dalam pemberian
sehari-hari, kesempatan memperoleh pendidikan, kerja dan kedudukan
b. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda karena tekanan ekonomi atau
orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas dari beban ekonomi.
c. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya,
misalnya dalam ber- KB, dalam memilih bidan sebagai penolong persalinan atau dalam
mendapat pertolongan segera di RS ketika di perlukan, disamping kurangnya kesempatan
mengendalikan penghasilan keluarga
d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah menyebabkan
informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas. Seperti diketahui,
tingkat pendidikan yang meningkat dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan
kemauan untuk mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
a. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
b. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
c. Keterbatasan biaya
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain karena :
a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak perempuan dan
perempuan semakin buruk
6. Akses pelayanan kespro rendah karena :
a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak reproduksi masih rendah
b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
c. Diskriminasi sosial
d. Sikap negative terhadap perempuan dan anak perempuan
e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kehidupan seksual pada reproduksi
7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia lanjut
8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan perbedaan social
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

A. Pengertian MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu
anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

B. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS


Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok umur yaitu:

 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun


 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan

Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi Anak
Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang
tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi
tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan,
maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi
Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi
muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).

C. Proses Manajemen Kasus

Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.

Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :

1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun


2. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
3. Memberi konseling bagi ibu
4. Memberi pelayanan tindak lanjut
5. Manajemen terpadu bayi mulai 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan suatu kategori
untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.“Menentukan
tindakan dan memberi pengobatan “berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan
di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di
rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus
dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara pemberian
makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus
membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya
ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur
1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).

D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun
tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian
dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap
pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1. Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini
yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang,
letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare,
lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.

A. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding
wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak
usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan
frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.

B. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau
cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel,
haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).

C. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan
adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata
bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin,muntah
darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-
lain.

D. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya


pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-lain

E. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak pada
kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan berat
badan menurut umur.

2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan

Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian
tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat
kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
A. Klasifikasi pneumonia

Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding


dada kedalam,adanya stridor
2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat
3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan
batuk

B. Klasifikasi dehidrasi

Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3
kelompok yaitu:

1. Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata
cekung,turgor kulit jelek sekali,
2. Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
3. Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.

C. Klasifikasi diare persisten

Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya
tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.

D. Klasifikasi disentri

Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan
darah.
E. Klasifikasi resiko malaria

Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau
tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko terhadap
malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabilaerdapat hasil klasifikasi maka
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi dua
bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya
umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam
ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
2. Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu penyakit
berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan kalsifikasi
malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam
mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga
adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum
dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda
bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.

F. Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya
tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk,
pilek, atau mata merah.2. Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila
ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila
hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
G. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :

1. DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie)
adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba,
muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif.
2. Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik
perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
3. Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada
tanda seperti diatas hanya ada demam.

H. Klasifikasi Masalah Telinga

Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :

a) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang


telinga,
b) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga
dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
c) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang
keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
d) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas

I. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki
serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
2) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai
berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis
merah
3) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di
atas.

3. Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah
diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.

A. Pneumonia

Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita
sakit sebagai berikut.

Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah :

1. Berikan dosis petama antibiotika ilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim +


sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin

2. Lakukan rujukan segera

B. Dehidrasi

Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari


dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:

1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui
mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl
2. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena
3. Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4. Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam
dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan
sesuai dengan derjat dehidrasi
5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

C. Klasifikasi Resiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan
dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :

1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
2. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah
klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin
(untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian
klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
klorokuinKlasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila
dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi
(38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut
ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan
penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah,
apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit
apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada
demam berdarah
1) Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer
laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral
selama perjalan.Klaifikasi masalah telinga
2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-
20 ml/kgbb dalam /1 jam.

E. Klaifikasi masalah telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.

F. Klasifikasi status gizi

Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia
maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat
diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan
belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

4. Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai
dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:

A. Konseling pemberian makan pada anak

1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki
anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat
makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah
menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak
dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan
lain-lain.

2. Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu

B. Konseling pemberian cairan selama sakit

Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara
menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta
meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.

C. Konseling kunjungan ulang

Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada ibu
atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang
ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.

5. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut

1. Pnemonia

Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya
umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan
kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila
frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika
pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan
pemberian antibiotika sampai 5 hari.

2. Diare persistem

Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare
apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang
diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.
3. Disentri

Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan


mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak
masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan
derajatnya.

4. Resiko malaria

Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila
demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan
malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai
protap.

5. Campak

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila
mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan
cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar
maka ajari dengan benar.

6. Demam berdarah

Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan


melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan
adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit
demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari
demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam
berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7
hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
7. Masalah telinga

Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan didapatkan
pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan
rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan
pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar
anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak
keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.

E. Pemeriksaan MTBS dengan Anak Diare

1. Pemeriksaan palpasi dan inspeksi

a. Lihat keadaan umum anak Apakah anak:

1) Letargis atau tidak sadar?

2) Gelisah atau rewel/mudah marah?

b. Lihat apakah matanya cekung

c. Beri anak minum, apakah anak:

1) Tidak bias minum atau malas minum?

2) Ataukah haus, minum dengan lahap

d. Cubit perut untuk mengetahui turgor apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari
2 detik) atau lambat.

2. Diare dengan dehidrasi berat

a. Tanda-tandanya :
1) Letargis atau tidak sadar

2) Mata cekung

3) Tidak bias minum atau malas minum

4) Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

b. Cara mengatasi di rumah:

1) Beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi)

2) Jika tidak ada perubahan segera rujuk, dan selama dalam perjalanan ibu di
minta terus member larutan oralit sedikit demi sedikit.

3) Anjurkan ibu agar tetap member ASI

3. Anak dengan dehidrasi ringan

a. Tanda-tandanya:

1) Letargis atau tidak sadar

2) Mata cekung

3) Haus, minum dengan lahap

4) Cubitan kulit perut kembalinya lambat

b. Cara mengatasi:

1) Beri cairan dan makanan yang sesuai

2) Jika tidak ada perubahan segera rujuk ke Rumah Sakit, dan selama dalam
perjalanan ibu di minta terus member larutan oralit sedikit demi sedikit.

3) Anjurkan ibu untuk tetap member ASI

4) Nasehati ibu kapan harus kembali segera

5) Kunjungan ulang selama 5hari jika tidak ada perbaikan


F. Pemeriksaan anak menderita batuk atau sukar bernafas?
Tanya : berapa lama?
Lihat dan dengar: hitung napas dalam 1 menit, perhatikan adakah tarikan dinding dada
kedalam, dengar adanya stridor. Klasifikasi batuk atau sukar bernafas.
Gejala Klasifikasi Tindakan:

1. Ada tanda bahaya umum atau


2. Tarikan dinding dada kedalam, atau
3. stridor PNEUMONIA BERAT/ PENYAKIT SANGAT BERAT 4. Beri dosis
pertama antibiotik yang sesuai
5. Rujuk segera
6.
7. Beri antibiotic yang sesuai
8. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
9. Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
10. Nasihat kapan kembali segera
11. Kunjungan ulang 2 hari

Tidak ada tanda-tanda pneumonia berat atau penyakit sangat berat

1. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.


2. Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
3. Nasihat kapan kembali segera
4. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
G. Pemeriksaan Apakah anak menderita diare
Tanya: sudah berapa lama? Adakah darah dalam tinja?
Lihat dan raba:
1. Lihat keadaan umum anak apakah: letargis atau tidak sadar? Gelisah dan
rewel/mudah mara?

2. Lihat apakah matanya cekung?


3. Beri anak minum. Apakah: tidak bisa minum atau malas minum? Haus minum dengan
lahap?
4. cubit kulit perut untuk mengetahui turgot. Apakah kembalinya: sangat lambat lebih
dari 2 detik? Lambat?

Klasifikasi Gejala Klasifikasi Tindakan


Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Letargis / tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum / malas minum
4. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat DIARE DEHIDRASI BERAT

5. Jika tidak ada klasifikasi berat lain: beri cairan dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan
Tablet Zinc.

Jika anak juga mempunnyai klasifikasi berat lain:


− Rujuk segera
− Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:


1. Gelisah, rewel/ mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus, minum dengan lahap
4.Cubitan kulit perut lebih lambat

5. Beri cairan dan makanan rencana Terapi B dan Tablet Zinc (10 hari berturut-turut)

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:


− Rujuk segera
− Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan

Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan


1. Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat,
ringan/sedang DIARE TANPA DEHIDRASI

2. Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi A dan Tablet Zinc ( 10 hari berturut-
turut )
3. Nasihat kapan kembali segera
4. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
5.

H.pemeriksaan Apakah anak demam


Tanyakan :

Lihat dan raba:


Lihat dan raba adanya kaku kuduk

-tanda campak saat ini:


− Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh
− Terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah
Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir:

Klasifikasi demam
Resiko tinggi malaria
Gejala Klasifikasi Tindakan

1. Ada tanda bahaya umum


2. Kaku kuduk PE
3. Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan
artometer
4. Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
5. beri dosis pertama suntikan antibiotik
6. Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ≥ 38.5 C
7. Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
8.
9. RDT positif MALARIA
10. Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti malaria
oral yang sesuai.
11.
12. Nasihat kapan kembali segera
13. Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut
14. Demam (pada anamnesis atau te
15. RDT negative DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA
16.

Obati penyebab lain dari demam

1. Jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
2. Nasihat kapan kembali segera
3. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

Resiko rendah malaria


Gejala Klasifikasi Tindakan;
1. Ada tanda bahaya umum

2.
3. ika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama suntikan
artometer
4. Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
5. Beri dosis pertama suntikan antibiotic
6.
7. Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
8. Tidak ada pilek
9. Tidak ada campak
10. Tidak ada penyebab lain dari demam
11.
12. Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti
malaria oral yang sesuai
13. Beri dosis
14. Nasihat kapan kembali segera

I. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue


Gejala Klasifikasi Tindakan

1. Ada tanda-tanda syok atau gelisah


2. Muntah bercampur darah seperti kopi
3. Berak berwarna hitam
4. Perdarahan dari hidung atau gusi
5. Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
6. sering muntah DEMAM BERDARAH DENGUE
7. Jika ada syok beri oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan intravena sesuai petunjuk.
8. Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan infus Ringer Laktat/
Ringer Asetat, jumlah cairan rumatan.
9. Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau minum, beri orakit atau cairan lain
sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit.
10. Jika dema
salsilat dan ibu profen.
11. Rujuk segera.
12. Demam mendadak tinggi dan terus menerus, atau
13. Nyeri ulu hati atau gelisah, atau
14. Bintik-bintik perdarahan dikulit dan uju torniket (-) MUNGKIN D
15.
salsilat dan ibu profen
16. Nasihat untuk lebih banyak minum, oralit/ cairan lain
17. Nasihat kapan kembali segera
18. Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam

Tidak ada satu p Obati lain


penyebab dari demam

1.
dan ibu profen
2. Nasihat kapan kembali segera
3. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

I. Pemeriksaan masalah telinga


Gejala Klasifikasi Tindakian

1. Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai


2. Beri dosis pertama paracetamol untuk mengatasi nyeri
3. Rujuk segera
4. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari, atau

5. Beri antibiotic yang sesuai


6. Beri paracetamol untuk mengatasi nyeri
7. Keringkan telinga dengan bahan penyerap
8. Kunujngan ulang 2 hari
9. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih INFEKSI

10. Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap setelah dicuci dengan H ₂O₂3%
11. Beri tetes telinga yang sesuai
12. Kunjungan ulang 5 hari
13. Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga

TIDAK ADA INFEKSI TELINGA Tidak perlu tindakan tambahan

Anda mungkin juga menyukai