Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PELAYANAN KESEHATAN WANITA SEPANJANG DAUR


KEHIDUPAN (SKRINING & DETEKSI DINI)”

DISUSUN OEH :

KELOMPOK II

 NURLIANTI (B.19.008)
 NAJAMIA TASLIM (B.19.000)
 LIDIA LIA (B.19.000)
 CHRYSTIN PETRONELA M. (B.19.005)

STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


PELAYANAN KESEHATAN WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN
A. SKRINING

1. PENGERTIAN SKRINING
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan
penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara cepat membedakan
orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak
sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining adalah pemeriksaan orang-orang asimptometik untuk
mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau diperkirakan tidak mengidap penyakit yang menjadi objek skrining
(Sulistiani, 2012).
Skrining merupakan penapisan dengan menggunakan tes atau
metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seorang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebebkan gejala apapun
(Hidayanti, 2017).
Skrining adalah merupakan pencapaian dengan metode tes atau
metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabka gejala apapun
(Setyani, 2020).
Skrining adalag upaya mendekteksi untuk mengedintifikasi atau
mencari penderita dengan penyakit tertentu, dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau
pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan (Prijatni, 2015).

2. TUJUAN SKRINING
Adapun tujuan dilakukan skrining adalah untuk mengetahui
diagnosis sedini mnungkin agar cepat terapinya, mencegah meluasnya
suatu penyakit, mendidik masyarakat untuk melakukan general check up
dan memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu
penyakit.
3. SYARAT-SYARAT SKRINING
a. Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting.
b. Harus ada cara pengobatan yang efektif.
c. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostic.
d. Diketahui stadium prapatogenesis dan pathogenesis.
e. Tes harus cocok, hanya mengakibatkn sedikit ketidaknyamanan,
dapat diterima oleh masyarakat.
f. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit.
g. Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan.

4. BENTUK PELAKSANAAN SKRINING


a. Mass skrining adalah skrining secara massal pada masyaarakat
tertentu
b. Selektif skrining adalah skrining secara selektif berdasarkan kriteria
tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok, pemeriksaan ca
seviks pada wanita yang sudah menikah.
c. Single disease screening adalah skrining yang dilakukan untuk satu
jenis penyakit.
d. Multiphasic screening adalah skrining yang dilakukan untuk lebih dari
satu penyakit contoh pemerikasaan IMS, penyakit sesak nafas

5. JENIS PENYAKIT YANG TEPAT UNTUK SKRINING


a. Merupakan penyakit yan serius
b. Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan
setelah gejala muncul
c. Prevalens penyakit preklinik hars tinggi pada populasi yang diskrining

6. KRITERIA ALAT UKUR YANG BAIK


Suatu alat (test) skrining yang baik adalah yang mempunyai tingkat
validitas dan reabilitas yang tiggi yaitu mendekati 100% validitas
merupakn petunjuk tentan kemampuan suatu alat ukr (test) dapat
mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur, sedangkan
reabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu
alat ukur.

7. WAKTU YANG TEPAT DILAKUKAN SKRINING


Skrining dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi banyak sekali
dan bermacam-macam, apalagi bila dilakukan sesuai dengan pendekatan
siklus kehidupan perempuan yaitu mulai prakonsepsi sampai dengan
senium
a. Bayi
Pada bayi perempuan telah memiliiki folikel primordial yang akan
dikeluarkan ketika ovulasi, genetalia sudah terbentuk, sehingga sudah
dapat dibedakan dengan bayi laki-laki. Pada usia sepuluh hari , masih
terpengaruh hormone estrogen sehingga kadang ditemukan pada bayi
terjadi pembengkakakan payudara (kadang disertain sekresi cairan
seperti air susu), kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam
seperti menstruasi. Bentuk skrining yang dapat dilakukan yaituu
genetic skrining
b. Masa kanak-kanak
Pada periode ini merupakan periode penting dalam tumbuh
kembang anak pada periode ini juga merupakan masa kristis dimana
anak memerlukan rangsangan atau stimulasi untuk mengembangkan
otak kanang dan otak kirinya. Betuk skrining terhadap tumbuh
kembang anak dapat dilkukan dengan menggunakan DDST ( Denver
developmental screening test) atau KPSP ( kuesioner prescreening
perkembangan) sehingga bisa diketahui atau dinilai perkembangan
anak sesuai usianya
c. Masa pubertas
Meruppakan masa peralihan anatara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Masa pubertas ditandai dengan munculnya
tanda- tanda kelamin sekunder (pembesara payudara, tumbuhnya
rambut di pubis, ketiak) sampai kemampuan direproduksi cepat
lambat seorang anak memasuki masa pubertas dipengaruh bangsa,
iklim, gizi, kebudayaan. Semakin baik gizi seseorang semakin cepat
akan memasuki masa pubertas. Adapun skrining yang dilakukan
pada masa pubertas yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat
perubahan dihadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara
dengan cara berbaring.
d. Masa reproduksi
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita
(biasanya seorang wanita memasuki masa ini 33 tahun). Pada masa
ini seorang wanita telah mampu mencetak generasi baru dengan
hamil, melahirkan,dan menyusui.
Bentuk skrining pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan
kunjungan awal antenatal care. Pada saat ini bidan melakukan
pemeriksaan terhadap ibu, dari hasil pemeriksaan dapat di peroleh
hasil yang akan menentukan keadaan ibu dan janin bidan dapat
melakukan skrining terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko.
e. Masa menopause / klimakterium
Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan amtara masa
reproduksi dengan masa senium (pasca menopause). Pada masa ini
ibu mengalami perubahan-perubahan tertentu yakni timbulnya
gangguan dari gangguan sampai gangguan yang bersifat berat seperti
timbul rasa panas pada wajah, jantung berdebar, uterus mengecil, dan
berkeringat, dan kadang kala pada masa ini seorang wanita
membutuhkan bidan atau tenaga kesehatan untuk membantu
keluhan-keluhan yang dirasakan.

B. DETEKSI DINI
1. DEFINISI DETEKSI DINI
Deteksi dini adalah usaha untuk usaha untuk mengidentifikasi/
mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jenis, dengan
menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau preosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi
sesungguhnya mendderita kelainan.
Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat,
untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat
tapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2009).

2. TUJUAN DETEKSI DINI


Deteksi dini bertujuan untuk menemukan adanya dini, yaitu kanker
yang masih bisa disembuhkan, untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas kanker (Rasjidi,2009). Deteksi dini bertujuan untuk
mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih awal atau dengan
kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini.
a. Konsepsi Dan Masa Hamil
Deteksi dini pada ibu hamil mengandung makna bahwa
kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu
perawatan dini yang khusus agar ibu dan janin sehat, tanpa
pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat menjadi patologis.
Bentuk-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan misalnya:
kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu diatas
130/90 mmhg, terdapat oedema wajah, preeklamsi dan eklamsia,
perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada umur
kehamilan lebih dari 32 minggu, sungsang dan primigravida, sepsis,
premature, gamely, janin besar, penyakit kronis pada ibu, riwayat
obstetri buruk. Deteksi dini pada ibu hamil yang beresiko, akan dapat
menurunkan angka kematia ibu.
b. Bayi dan balita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan
menggunakan DDST ( Denver developmental screening test ). Ada 3
jenis deteksi dini tumbuh kembang pada bayi:
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui
atau menemukan status gizi kurang atau buruk.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk
mengetahui gangguan perkembangan bayi dan balita
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional autism dan
gangguan pemusatan penglihatan .
Asuhan yang diberikan :
1. ASI Eksklusif.
2. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
3. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
c. Kanak-kanak
Yang khas pada masa kanak-kanak ini ialah bahwa
perangsangan oleh hormone kelamin sangat kecil, dan memang
kadar estrogen dan gonadotropin sangat rendah. Karena itu alat-alat
genital dalam masa ini tidak memperlihatkan pertumbuhan yang
berarti sampai permulaan pubertas. Pada masa kanak-kanak
pengaruh hipofisis terutama terlihat dalam pertumbuhan badan,
sudah Nampak perbedaan antara anak pria dan wanita terutama
dalam tingkah lakunya tetapi perbedaan ini ditentukan terutama oleh
lingkungan dan pendidikan.
Asuhan yang diberikan :
1. Tumbuh kembang anak dan pemberian makana dengan gizi
seimbang.
2. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap
perempuan (KtP)
3. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
d. Pubertas
Gangguan pada masa pubertas sering kali diakibatkan oleh
pola hidup remaja, dengan pola hidup yang sehat, akan
mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani. Gangguan
menstruasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita. Bidan dapat
melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri
dalam konteks kesehatan reproduksi.
Asuhan yang diberikan
1. Gizi seimbang
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi
3. Pencegahan kekerasan seksual (pemerkosaan)
4. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
5. Perkawinan pada usia yang wajar.
6. Peningkatan pendidikan, keterampilan, penghargaan diri dan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

CONTOH DETEKSI DINI PADA BALITA

Gangguan Tumbuh Kembang Balita Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang


Balita Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita dapat dilakukan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis rutin, skrining perkembangan dan pemeriksaan lanjutan.
Keluhan orangtua mengenai penyimpangan perkembangan anaknya perlu
ditindaklanjuti karena sebagian terbukti benar. Penting pula menanyakan faktor-faktor
risiko di lingkungan mikro (ibu), mini (lingkungan keluarga dan tempat tinggal), meso
(lingkungan tetangga, polusi, budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan) dan makro
(kebijakan program) yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita atau dapat
dioptimalkan untuk mengatasi gangguan tersebut. Pemeriksaan fisis rutin meliputi
pengukuran tinggi dan berat badan, bentuk dan ukuran lingkar kepala, kelainan organ-
organ lain dan pemeriksaan neurologis dasar. Skrining perkembangan dapat
menggunakan kuesioner atau melakukan pengamatan langsung pada balita. Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP) berisi 10 pertanyaan untuk setiap kelompok umur,
yang ditanyakan kepada orangtua oleh paramedis atau dokter. Buku Pedoman
Perkembangan Anak di Keluarga (Depkes RI) menilai 4 keterampilan balita untuk setiap
kelompok umur, yang dapat dilakukan oleh paramedis atau kader kesehatan. Pediatric
Symptom Checklist (PSC) berisi 35 perilaku anak yang dapat ditanyakan oleh
paramedis atau dokter kepada orangtua. Kuesioner Skrining Perilaku Anak Prasekolah
menyerupai PSC tetapi hanya berisi 30 pertanyaan. Skrining Perkembangan Denver II
mempunyai kepekaan yang cukup baik untuk deteksi gangguan gerak kasar, gerak
halus, berbahasa dan personal sosial. Selain itu secara tidak langsung dapat
mendeteksi gangguan penglihatan, koordinasi matatangan, pendengaran, pemahaman,
komunikasi verbal - non verbal, pemecahan masalah dan kemandirian, namun kurang
peka untuk gangguan emosional. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) adalah salah
satu alat skrining untuk deteksi dini gangguan spektrum autistik (austistic spectrum
disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun. Pemeriksaan lanjutan yang
komprehensif sebaiknya melibatkan berbagai profesi dan disiplin keilmuan untuk
memastikan jenis, derajat dan penyebab gangguan, serta merencanakan tindak lanjut
yang komprehensif dan terintegrasi agar anak dapat tumbuh kembang optimal.
Tumbuh Kembang Anak dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran fisik anak, terutama tinggi
(panjang) badan. Berat badan lebih erat kaitannya dengan status gizi dan
keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun dapat digunakan sebagai data
tambahan untuk menilai pertumbuhan anak. Pertambahan lingkar kepala juga perlu
dipantau, karena dapat berkaitan dengan perkembangan anak.2-4 Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan fungsi-fungsi individu antara lain: kemampuan gerak
kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi- sosial,
kemandirian, intelegensia2-8 bahkan perkembangan moral.
Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-heredo
konstituinal (intrinsik) dan peran lingkungan (ekstrinsik).2,3,10,11 Gangguan tumbuh
kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan yang tidak
mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak.10,11 Peran lingkungan
sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak yaitu
kebutuhan bio-psikosial terdiri dari kebutuhan biomedis/’asuh’ (nutrisi, imunisasi,
higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan
kebutuhan psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi,
stimulasi bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lain-lain) sejak masa konsepsi
sampai akhir remaja.10,11 Ibu (atau pengganti ibu) merupakan lingkungan pertama dan
paling erat sejak janin di dalam kandungan (bahkan sampai remaja) oleh karena itu
disebut lingkungan mikro,10-12 Ayah, kakak, adik, nenek-kakek, pengasuh, status
sosial ekonomi berupa sarana di dalam rumah, sanitasi, sarana bermain, nilai-nilai,
aturan-aturan, dan lain-lain merupakan lingkungan berikutnya dan dinamakan
lingkungan mini.
Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita
Ketika mengamati balita memasuki ruang pemeriksaan bersama orang tuanya,
sebenarnya kita sudah mulai ‘mendeteksi’ tumbuh kembangnya. Dengan
memperhatikan penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan, proporsi tubuh,
pandangan matanya, suara, cara bicara, berjalan, perilaku, aktivitas dan interaksi
dengan lingkungannya bisa didapatkan beberapa informasi penting berkaitan dengan
tumbuh kembangnya.4 Tetapi deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang
sistematis agar lebih obyekti
Faktor risiko pada balita (intrinsik, genetikheredokonstitusional)
Faktor risiko yang harus ditanyakan antara lain retardasi pertumbuhan intra
uterin, berat lahir rendah, prematuritas, infeksi intra uterin, gawat janin, asfiksia,
perdarahan intrakranial, kejang neonatal, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, infeksi,
kelainan kongenital, temperamen, dan lain-lain.
- Faktor risiko di lingkungan mikro
Faktor risiko pada ibu antara lain umur, tinggi badan,pendidikan, kesehatan ibu
selama hamil dan persalinan (kadar Hb, status gizi, penyakit, pengobatan),
jumlahanak dan jarak kehamilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam
mencukupi kebutuhan biopsikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh
kembang balitanya, penyakit keturunan, penyakit menular, riwayat pernikahan
(terpaksa, tidak direstui, single parent, perceraian dan lain-lain), merokok,
alkoholism, narkoba, pekerjaan/penghasilan, dan lainlain.
- Faktor risiko di lingkungan mini
o Ayah: umur, tinggi badan, pendidikan, pekerjaan/ penghasilan,
pengetahuan, sikap dan ketrampilan ayah dalam mencukupi kebutuhan
bio-psikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh kembang balitanya,
penyakit, riwayat pernikahan (terpaksa, tidak direstui, perceraian dan lain-
lain), komitmen perencanaan kehamilan, hubungan ayah-ibu dan anak
dan lain-lain.
o Saudara kandung/tiri yang tinggal serumah: jumlah, jarak umur,
kesehatan (status gizi, imunisasi, kelainan bawaan, gangguan tumbuh
kembang, penyimpangan perilaku), pendidikan, hubungan dengan ayah-
ibu dan lain-lain.
o Anggota keluarga lain serumah (nenek, kakek, paman, bibi, pengasuh
anak, pembantu): pengetahuan, sikap dan ketrampilan mencukupi
kebutuhan tumbuh kembang balita. Sarana bermain, mainan (kubus,
puzzle, kertas, pensil, boneka, bola dan lain-lain). Contoh nilai-nilai,
aturan-aturan, penghargaan, hukuman dan lainlain.
o Sanitasi: cahaya, aliran udara, kebersihan lantai, kamar tidur, ruang
bermain, sumber air, kakus, septic tank, selokan, pembuangan sampah
dan lainlain.
- Faktor risiko di lingkungan meso
Tetangga (tingkat ekonomi, sikap dan perilaku tetangga), teman bermain, sarana
bermain, polusi, pelayanan kesehatan (kualitas pelayanan Posyandu),
pendidikan (pendidikan usia dini, program bina keluarga dan balita dan lain-lain),
sanitasi lingkungan, adat-budaya dan lain-lain dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan bio-psikososial untuk tumbuh kembang balita.
- Penyebab gangguan pertumbuhan tinggi badan
Gangguan pertumbuhan dapat diakibatkan oleh penyebab primer dan sekunder.
Penyebab primer antara lain kelainan pertumbuhan tulang (osteokondroplasia,
osteogenesis imperfekta), kelainan kromosom (sindrom Turner, Down, dan lain-
lain), kelainan metabolik (mukopolisakaridosis, mukolipidosis), dan faktor
keturunan (genetik, familial). Gangguan pertumbuhan akibat penyebab primer
umumnya sulit diperbaiki.16-18 Penyebab sekunder antara lain retardasi
pertumbuhan intra uterin, malnutrisi kronik, penyakit-penyakit kronik (infeksi,
kelainan jantung, paru, saluran cerna, hati, ginjal, darah dan lain-lain), kelainan
endokrin (defisiensi GH, IGF1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes
melitus, diabetes insipidus, rickets hipopostamemia) dan kelainan psikososial
(sindrom deprivasi emosional). Ada perawakan pendek pada anak yang akhirnya
pada masa dewasa dapat mencapai tinggi normal (dalam rentang midparental
height), disebut lambat tumbuh konstistusional akibat keterlambatan maturasi
(usia) tulang lebih dari 2 tahun.16-18 Gangguan pertumbuhan dapat berupa
perawakan jangkung, antara lain disebabkan oleh kelainan endokrin (pituitary
gigantism, sexual precocity, tirotoksikosis, sindrom Beckwith-Wiedeman),
kelainan kromosom, dan variasi normal (genetik, konstitusional).
DAFTAR PUSTAKA

 Pediatri,Sari. 2001. Jurnal Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang


Balita. Vol.3,No.3. Hal.175-188.
 Pratiwi, Adelina. 2021. Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi.
Jawa Tengah. Penerbit Lakeisha
 Pulungan, Pebri Wanita dkk. 2020. Teori Kesehatan Reproduksi. Yayasan
Kita Menulis

Anda mungkin juga menyukai