Disusun Oleh :
Kelompok 6
Tuti Yuinatun 25010113120033
Nurlaila 25010113120062
Zuyyinatul Mualifah 25010113120164
Deni Lestari 25010113120191
Zahrotul Mahmudati 25010113130347
Miranti Puspitasari 25010113140331
Yunita Amilia 25010113140354
A. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pencegahan mengacu pada tujuan pengobatan yang mempromosikan, untuk melestarikan,
dan untuk memulihkan kesehatan ketika terganggu, dan untuk meminimalkan penderitaan
dan kesusahan (Gidey & Sc 2005)
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologi (Nasry, 2006).
Tingkat pencegahan primer adalah suatu upaya untuk memodifikasi faktor risiko
atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan
patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan
mencegah atau memnunda kejadian baru suatu penyakit.
Pencegahan tingkat pertama (primer) secara garis besar dapat berupa pencegahan
umum dan pencegahan khusus. Pencegahan umum dimaksudkan untuk
mengadakan pencegahan pada masyarakat umum, contohnya pendidikan kesehatan
masyarakat dan kebersihan lingkungan. Sedangkan pencegahan khusus ditujukan
pada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi, misalnya
imunisasi terhadap diftheri, pertusis, tetanus, polio, dan hepatitis. (Budiarto, 2003)
2. Tingkat Pencegahan Sekunder
Skrining yang dilakukan pada subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi dini
penyakit dengan lebih efisien daripada populasi umum. Tetapi skrining yang
diterapkan pada populasi yang lebih luas (populasi umum) tidak hanya tidak efisien
tetapi sering kali juga tidak etis. Skrining tidak etis dilakukan jika tidak tersedia obat
yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan, atau menimbulkan trauma,
stigma, dan diskriminasi bagi individu yang menjalani skrining. Sebagai contoh,
skrining HIV tidak etis dilakukan pada kelompok risiko tinggi jika tidak tersedia obat
antiviral yang efektif, murah, terjangkau oleh individu yang ditemukan positif
mengidap HIV. Selain itu skrining HIV tidak etis dilakukan jika hasilnya
mengakibatkan individu yang ditemukan positif mengalami stigmatisasi, pengucilan,
dan diskriminasi pekerjaan, asuransi kesehatan, pendidikan, dan berbagai aspek
kehidupan lainnya.
risiko tinggi
Contoh :
• Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
Sesuai dengan konsep rehabilitasi dini maka bagi penderita pasca serangan jantung
dan pasca bedah jantung tanpa komplikasi akan dilaksanakan program latihan sedini
mungkin. Penderita akan didatangi tim rehabilitasi untuk menjelaskan maksud
latihan yuang akan dilaksanakan.
Pada pelaksanaanya dirumah sakit program latihan ini dilakukan pada hari ke 2 dan
ke 3 dengan memberikan jenis latihan ringan dengan dibantu oleh instruktur sehingga
disebut sebagai latihan pasif (passive exercise program) yang akan dilanjutkan
dengan latihan secara aktif oleh penderita sendiri berupa kegiatan senam ditempat
tidur, dikursi, latihan lengan dan tangkai yang tujuannya untuk mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat posisi tidur yang lama. Latihan dilanjutkan di ruang rawat
berupa latihan jalan di ruangan, keluar ruangan serta dilanjutkan dengan berlatih di
ruang gymnasium dengan tetap melakukan pengawasan terhadap perubahan nadi,
tekanan darah serta keluhan pernafasan (hemodinamik) dari penderita dan khusus di
ruang gymnasium dilakukan monitoring perubahan rekaman elektrokardiografi jarak
jauh (tele monitor). Penilaian ini amat bermanfaat dalam menentukan respons latihan
terhadap penderita, sebelum dipulangkan ke rumah dilakukan tes evaluasi
kemampuan fisik penderita dengan mempergunakan treadmill (jentera lari)
selanjutnya bagi penderita setelah dipulangkan ke rumah. Semua jenis latihan ini
dikenal sebagai program latihan rehabilitasi fase 1.
Program latihan bagi penderita selanjutnya setelah dipulangkan dari rumah sakit
merupakan program latihan Fase II yang dilaksanakan paling sedikit selama 1-2
bulan, berupa latihan dengan meningkatkan program secara bertahap dengan
berpedoman kepada hasil treadmill yang telah dilaksanakan.
Latihan Fase II ini mencakup latihan penafasan, latihan ketahanan, latihan alat serta
latihan relaksasi yang sebaiknya dilaksanakan secara bersama-sama dengan penderita
lain di ruangan (indoor programme) yang telah dipersiapkan dengan berbagai
perlengkapan di bawah pengawasan ketat dari dokter rehabilitasi dan staf.
Penilaian terhadap hasil latihan ini sangat bermanfaat bagi penentuan ramalan
perjalanan penyakti (jantung) dan penderita selanjutnya serta untuk menilai perlukah
dilaksanakan intervensi operative terhadap penderita. Selama menjalani program fase
II ini terhadap penderita dilaksanakan upaya-upaya rehabilitasi lainya berupa
penilaian terhadap kondisi gizi, psikologis, masalah psikologis dsb, serta
memberikan bimbingan khusus terhadap hal-hal di atas melalui kegiatan pendidikan
terhadap penderita dan keluarga (patient and family aducation) secara group.
Pada akhirnya latihan fase II ini dilaksanakan lagi pengujian ulang kemampuan fisik
pendertita dengan tes treadmil atau tes ergocycle (sepeda statis) guna penyusunan
program selanjutnya (fase III). Program latihan fase III adalah merupakan program
latihan lanjutan bagi penderita yang dilaksanakan selama 3 s/d 6 bulan pasca
serangan jantung.
Latihan disini merupakan program pemantapan terhadap latihan fase II. Karena
merupakan latihan lanjutan Fase III ini dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan
terbuka sehingga disebut sebagai program out door. Disini penderita dilatih secara
lebih mendalam guna persiapan mereka untuk sendiri di rumah, karena sesudah
latihan III ini biasanya penderita sudah diizinkan untuk kembali bekerja ke
pekerjaannya semula atau pekerjaan barunya (return to work) dan berlatih di rumah
sendiri (program rehabilitasi fase IV) atau bergabung dengan klub-klub jantung yang
berada di lokasi perumahan masing-masing. (pjnhk.go.id)
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Clark DW, MacMahon B. Preventive medicine. Boston, MA: Little, Brown & Co, 1967
Ryadi, slamet & T. Wijayanti. 2010. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta :Salemba Medika.
www.pjnhk.go.id/index.php/pelayanan/88-konsep-rehabilitasi-jantung