Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENCEGAHAN PENYAKIT

MATERI TM 7

Dosen Pengampu : Dr. Dharminto, M.Kes

Kelompok 4 / 1E

Aliyya Nabila Rahmawati Putri (25000122140295)


Alina Tsania Sasongko (25000122140303)
Putri Erda Larasati (25000122140318)
Haikal Rozi Amanda (25000122140352)
Hasna Luthfi Rosyda (25000122140356)
Adien Nadifa Salsabila Putri (25000122140357)
Shofia Kania Putri (25000122140358)
Audy Sasi Kirana (25000122140364)
Astree Ariandari Hafidzah (25000122140365)
Fahlia Destiara (25000122140378)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
RESUME TM 7
PENCEGAHAN PENYAKIT

Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda,


mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatanm dgn menerapkan sebuah
atau sejumlah intervensi yg telah dibuktikan efektif. Tingkat pencegahan disesuaikan dengan
riwayat alamiah penyakit: pencegahan primordial (menghindari pola hidup yang menyebabkan
risiko penyakit), primer (saat penyakit belum mulai), sekunder (penyakit sudah mulai tetapi
belum timbul gejala), dan tersier (penyakit sudah lanjut).

Infeksi adalah berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon
imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik. Dapat ditularkan melalui kontak,
udara, alat, dan vektor/serangga. Tujuan pencegahan infeksi adalah mengurangi terjadinya
infeksi dan memberikan perlindungan terhadap klien dan nakes.

Tindakan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan, memakai
sarung tangan, memakasi perlengkapan pelindung, menggunakan teknik aseptik, memproses
alat bebas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman, dan menjaga kebersihan
lingkungan. Asepsis dan teknik aseptik adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area
tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi dan alat-alat yang digunakan. Antisepsis
adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau jaringan
tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik).

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua


mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati
atau instrumen dengan cara uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan
kimia atau radiasi. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri pada benda mati dengan cara
merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimiawi. Desinfektan adalah adalah bahan
kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme. Dekontaminasi adalah proses
yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan (menginaktifasi serta
menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi).
STUDI KASUS TM 7
Perbedaan Pengetahuan Pre Dan Post Pendidikan Kesehatan Pada
Penghuni Lapas Tentang Risiko Kejadian Viral Hepatitis Di Lapas
Perempuan Kelas III

Hepatitis telah menjadi masalah kesehatan global sehingga menyebabkan kematian pada bayi,
anak kecil, orang dewasa dan orang lanjut usia karena produk darah yang terinfeksi virus
hepatitis mudah ditularkan secara seksual atau perinatal. Virus hepatitis disebabkan oleh
sirosis hati dan kanker hati yang menjadi penyebab ketiga kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Virus hepatitis menjadi ancaman di lapas karena kebersihan yang buruk, kurangnya
pengetahuan dan tidak menjaga kebersihan diri. Oleh karena itu, perlunya penanggulangan
hepatitis di lapas dengan cara promotif dan preventif dengan melakukan screening. selain itu
dengan memberikan vaksin hepatitis kepada narapidana di lapas. Pemerintah telah membuat
berbagai program pencegahan Hepatitis, namun kasus Hepatitis masih tetap meningkat karena
kurangnya pengetahuan, kurangnya imunisasi, kurangnya sosialisasi di Lapas, over capacity
dan gaya hidup narapidana. Telah terjadi over capacity penghuni lapas yaitu 437 narapidana
yang seharusnya hanya 378 narapidana. Terdapat 86 perempuan penghuni lapas dan 2 orang
diantaranya adalah bayi. Upaya kesehatan berupa screening hepatitis maupun pemberian
penyuluhan tentang hepatitis belum pernah dilakukan di Lapas Perempuan Kendari sehingga
dilakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan pre dan post pendidikan kesehatan pada
penghuni lapas tentang risiko kejadian viral hepatitis di Lapas Perempuan Kelas III Kendari.
Menggunakan metode kualitatif dengan penelitian pre experimental design dengan pendekatan
one group pre test-post test design. Sampel yang digunakan sebanyak 86 orang yaitu semua
penghuni lapas perempuan kelas III Kendari dan kemudian data dianalisis menggunakan uji
wilcoxon sign rank test.

A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Kondisi ini bisa disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari infeksi virus, kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, dan infeksi cacing hati. Jika disebabkan oleh
infeksi virus, hepatitis bisa menular ke orang lain.
Hepatitis ditandai dengan gejala berupa demam, nyeri sendi, sakit perut, dan penyakit
kuning. Kondisi ini bisa berlangsung selama 6 bulan (akut) atau lebih dari 6 bulan
(kronis).
B. Pencegahan Hepatitis
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai suatu penyakit dimana kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup,
maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko untuk munculnya suatu
penyakit. Tahap ini lebih menekankan pada determinan kesehatan yang lebih
luas dari pencegahan paparan risiko personal. Pencegahan primordial yang
dapat dilakukan bagi penderita hepatitis diantaranya adalah :
1) Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi
makanan dengan gizi seimbang.
2) Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI mengandung
antibodi yang penting untuk melawan penyakit.
3) Melakukan kegiatan fisik seperti olahraga dan cukup istirahat.

2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan ygang dilakukan saat proses
penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak
terjadi proses penyakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), imunisasi pada bayi, catch up
immunization (imunisasi pada remaja dan dewasa).

3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mengobati
penderita yang sudah terpapar virus hepatitis B serta pencegahan adanya
perkembangan penyakit melalui deteksi dini. Diawali dengan pemeriksaan
laboratorium yaitu dengan salah satu metode dari Radioimmunoassay (RIA),
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), atau imunofluoresensi yang
mempunyai sensitivitas yang tinggi. Setelah terdeteksi adanya virus hepatitis B
(VHB) melalui salah satu metode pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan tahap selanjutnya yaitu pengobatan, tujuan dari pengobatan VHB
untuk menghambat atau menghentikan radang hati (liver injury) melalui
penekanan pertumbuhan replikasi virus atau dengan menghilangkan injeksi.

Pengobatan Hepatitis bisa dilakukan untuk menghentikan virulensi dari


infeksi sehingga tidak bertambah buruk. Setelah ditegakkan (Early Diagnosis)
dan dinyatakan positif mengidap Hepatitis maka dilakukan treatment medis
(Prompt Treatment) dengan cara pengobatan dan perawatan untuk penyakit
Hepatitis, yaitu obat telan (oral) dan secara injeksi. Pengobatan oral yang
terkenal adalah: Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog
(dikenal dengan 3TC). Lamivudine dapat diberikan untuk pasien dewasa dan
anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung akan meningkatkan enzim hati (ALT)
untuk itu penderita akan mendapat monitor berkesinambungan dari dokter.
Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah ;Pemberian suntikan / Injeksi Alfa
Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON)
diberikan secara subkutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu
selama 12 – 16 minggu atau lebih. Efek samping obat ini adalah depresi,
khususnya pada penderita yang memiliki riwayat gangguan atau penyakit
depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat lelah
dan sedikit menimbulkan demam, hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian
paracetamol.

4. Pencegahan Tersier
Pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode
patogenesis) dengan tujuan menurunkan kelemahan dan kecacatan,
memperkecil penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Sebagian besar
pencegahan pada penderita hepatitis akan membaik atau sembuh dengan
sempurna tanpa meninggalkan bekas atau kecacatan pada penderita hepatitis.
Tetapi sebagian kecil akan menetap dan menjadi kronis, kemudian menjadi
buruk atau mengalami kegagalan faal hati. Biasanya penderita dengan gejala
seperti ini akan berakhir dengan meninggal dunia. Dalam pencegahan di tingkat
tersier dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Pembatasan Ketidakmampuan.
Pembatasan ketidakmampuan atau kecacatan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan berpikir dan bekerja yang
diakibatkan oleh penyakit hepatitis. Usaha ini merupakan lanjutan dari
usaha deteksi dini dan pengobatan tepat agar penderita mampu sembuh
sempurna tanpa cacat. Apabila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tidak menimbulkan dampak yang lebih parah terhadap kesehtan
penderita sehingga fungisi tubuh penderita HBV dapat dipertahankan
semaksimal mungkin.

2) Rehabilitasi
Tahap rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya efek
samping dari fase penyembuhan penyakit dan pengembalian fungsi fisik,
sosial, dan psikologik. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang proses
penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah mengembalikan penerita pada
keadaan semula saat sebelum sakit atau lebih baik daripada saat sebelum
sakit. Dalam proses rehabilitasi meliputi rehabilitasi mental, rehabilitasi
social vokasional, dan rehabilitasi aesthetis (WHO.2014).

C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar melalui konsumsi makanan
atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Hepatitis telah
menjadi masalah kesehatan global sehingga menyebabkan kematian pada bayi, anak
kecil, orang dewasa dan orang lanjut usia. Hepatitis dapat dicegah dengan
menggunakan beberapa upaya pencegahan yaitu meliputi, pencegahan primordial,
pencegahan primer, pencegahan sekunder, serta pencegahan tersier. Dengan beberapa
upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi resiko penularan penyakit Hepatitis A.
DAFTAR PUSTAKA

ORANG, O. K., & SEPTARINI, N. W. METODE PENGENDALIAN PENYAKIT


MENULAR.

Hepatitis. Alodokter. (2022, September 26). Retrieved December 2, 2022, from


https://www.alodokter.com/hepatitis.

Sari, H. P., Indriastuti, D., Asrul, M., & Elyasari, E. (2019). Perbedaan Pengetahuan Pre Dan
Post Pendidikan Kesehatan Pada Penghuni Lapas Tentang Risiko Kejadian Viral
Hepatitis Di Lapas Perempuan Kelas III. Jurnal Keperawatan, 2(03), 9-16.

Siswanto (2020) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HEPATITIS. Mulawarman university press,


45

dr.Ova Emilia, M. P. (2017). BUKU ACUAN UMUM CHFC-IPE. Yogyakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Diambil kembali dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/52156343/Buku_Acuan_Umum-CFHC_IPE-
2014_1-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1669825352&Signature=GBNEgpLl4UuajpNMTvyyJiNnnaDA8nbio7
FKBiT83czbx3kvKqxxy~dWSk4QDKNm9VBOTvMD4M3D~yCFMDQeZeVW94pT
ve~C9KQpi31MnWFH8nprgOFLYyIDah-M

Anda mungkin juga menyukai