BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan penyakit merupakan upaya menghalangi perkembangan penyakit
dan kesakitan agar tidak mencapai tahap lanjut yang lebih buruk. Perkembangan
penyakit diketahui melalui riwayat alamiah penyakit, artinya dengan mengetahui
perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi disetiap
masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai. Upaya
pencegahan yang dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit
tersebut dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu dibagi atas berbagai
tingkat seseuai dengan perjalanan penyakit.
Kemungkinan suatu penyakit dapat dicegah sehingga tidak mengganggu
kesehatan masyarakat, besarnya sangat terbatas. Antara lain tergantung pada riwayat
almiah penyakit yang ingin dicegah, kedalaman pengetahuan dan kemajuan teknologi
kedokteran. Terdapat penyakit yang relatif dapat mudah dicegah dan sebaliknya
terdapat penyakit yang sulit bahkan tidak dapat dicegah.
Pengetahuan tentang besarnya kemungkinan pencegahan penyakit akan sangat
bermanfaat dalam menentukan pilihan prioritas penyakit yang akan diberantas.
Penyakit yang sepenuhnya dicegah misalnya polio, mendapat prioritas utama untuk
diberantas. Walaupun semua penyakit adalah masalah kesehatan yang penting,
pilihan memang selalu harus dilakukan. Penyakit yang lebih mudah dicegah, mudah
menular dan mengenai banyak populasi tentu akan didahulukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier?
2. Bagaimana contoh pencegahan primer, sekunder dan tersier?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan kesehatan sebelum hal itu terjadi. Tujuan
pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor risikonya. Pencegahan ini
meliputi tiga aspek, yaitu :
1. Promosi kesehatan
2. Pendidikan kesehatan
3. Perlindungan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan dengan dua cara yaitu
1. Menjauhkan agen untuk dapat kontak atau memampar pejamu
2. Menurunkan kepekaan pejamu (host susceptibility)
Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis).
Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan
tingkat pertama ini dilakukan. Apabila penyebab penyakit dapat lolos dari upaya
pencegahan, maka penyakit akan timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai
suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya, apanila timbul dalam bentuk
Kejadian Luar Biasa). Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan
untuk menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
1. Pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
a) Stop merokok,
b) Turunkan kolesterol,
c) Obati tekanan darah tinggi,
d) Latihan jasmani yang bersifat aerobik,
e) Pelihara berat badan ideal,
3
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi
dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana
sedini mungkin pula. Pencegahan ini lebih ditujukan untuk mengobati para penderita
dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis dini
dan pemberian pengobatan. Program skrining sering dilakukan pada program
kesehatan. Pencegahan sekunder merupakan metode efektif untuk melakukan
4
intervensi, karena deteksi yang dilakukan masih dalam periode dini (tahap pra klinik).
Adapun pencegahan sekunder antara lain:
1. Kanker: pemeriksaan pap smear setiap 1-3 tahun, pemeriksaan payudara
sendiri (sarari), setiap bulan setelah selesai menstruasi, dan pemeriksaan
payudara oleh dokter setiap tahun setelah usia 40 tahun, mamografi setiap
tahun setelah usia 40 tahun.
2. Pemeriksaan rektal (colok dubur) setiap tahun pada orang dewasa setelah usia
40 tahun.
3. Endoskopi pada semua usia lanjut setelah usia 50 tahun, setiap 5 tahun.
4. Pemeriksaan pemeriksaan PSA setiap tahun antara 50 sampai dengan 70
tahun.
5. Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
6. Pemeriksaan rutin kimia darah, darah perifer lengkap, dan pemeriksaan urin
lengkap.
7. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG): berikan 1 kopi hasil EKG tersebut
kepada pasien. Manakala pasien mengalami masalah jantung (nyeri dada),
hasil EKG tersebut dapat diberikan ke dokter yang melayaninya untuk
digunakan oleh sang dokter dalam membuat penilaian klinis.
8. Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap
tahun setelah berusia 40 tahun.
9. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan penapisan glaukona setiap 1-3 tahun
setelah usia 50 tahun.
10. Evaluasi fungsi pendengaran setiap 3 tahun setelah berusia 50 tahun.
11. Pengkajian fungsi fisik dan mental.
C. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta
keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat
5
terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien
dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau
penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan
kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam
pengobatan yang umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur
hidup. Tidak jarang pasien merasa bosan dan akhirnya menghentikan pengobatannya
sehingga penyakit menjadi tidak terkendali dan kemudian timbul berbagai komplikasi
yang tidak jarang sampai mengancam nyawa. Pencegahan tersier merupakan
pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat
penyakit, cidera, atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penyakit yang
sudah terjadi. Sasaran pencegahan tersier adalah membantu mereka yang terkena
penyakit dan mengalami cidera atau ketidakmampuan untuk menghindari
penggunaan yang tidak bermanfaat dari pelayanan kesehatan agar tidak terjadi
ketergantungan kepada praktisi kesehatan dan instistusi pelayanan kesehatan.
Rehabilitasi merupakan upaya yang dlakukan untuk memulihkan seseorang yang
sakit sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif dAn memberikan
kualitas hidup sebaik mungkin.
Adapun contoh pencegahan tersier pada lansia untuk mendapatkan kualitas
hidup yang baik dan sehat sebagai berikut:
3. Tetap lakukan aktivitas fisik dan olahraga sesuai kemampuan, seperti berjalan,
lari, berenang, dansa, bersepeda atau senam.
4. Kurangi stres (tingkatkan rasa percaya diri, selalu berfikir positif, atur waktu
anda dengan baik, ketahui keterbatasan anda, hilangkan ketegangan, dan
berbuatlah sesuatu yang positif).
5. Untuk para wanita, konsultasikan dengan dokter anda terlebih dahulu untuk
menggunakan terapi hormon pengganti. Mintalah dokter anda menjelaskan
keuntungan dan risiko menggunakan hormon tersebut.
6. Bagi anda yang merokok, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk
membuat program dan strategi agar anda dapat berhenti merokok.
7. Selalu menjaga dan melindungi diri agar terhindar dari kecelakaan. Tidak
dianjurkan untuk bepergian seorang diri terutama bagi anda yang sudah
memiliki gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, dan pendengaran.
8. Dianjurkan untuk selalu menikmati kehidupan sex anda. Pelajari dan ketahui
cara serta strategi baru untuk meningkatkan kehidupan sex anda.
9. Pergunakanlah kaca mata dan alat bantu pendengaran jika anda
memerlukannya. Hal tersebut diperlukan agar anda dapat lebih jelas melihat
dan mendengar segala sesuatu dalam kehidupan anda.
10. Rawatlah gigi anda, gunakan gigi palsu jika anda memerlukannya.
11. Selalu waspada dengan segala gejala penyakit dan berobatlah untuk
mendapatkan diagnosis dengan pasti.
12. Gunakan obat-obatan hanya dengan resep dokter. Sebaiknya anda
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika ingin mengkonsumsi
suplemen atau obat herbal.
13. Dianjurkan untuk mengontrol tekanan dengan melakukan aktivitas dan
berteman. Jika anda merasa depresi cobalah untuk berkonsultasi dengan
dokter anda.
14. Minum 6-8 gelas air putih setiap hari.
7
Adapaun terkait pencegahan tersier pada menu makanan lansia, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menu bagi lansia adalah:
1. Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang seperti pedas, atau
asam karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.
Mengurangi pemakaian garam yakni tidak lebih dari 4 gram perhari untuk
mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
8
2. Mengurangi santan, daging yang berlemak dan minyak agar kolesterol darah
tidak tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi seperti susu dan
ikan. Pada lanjut usia khususnya ibu-ibu yang menopause sangat perlu
mengonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.
3. Memperbanyak makanan serat, sayuran mentah agar pencernaan lancar dan
tidak sembelit.
4. Menggurangi mengonsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat
tinggi agar gula darah normal khususnya bagi penderita kencing manis agar
tidak terjadi komplikasi lain.
5. Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang
digoreng. Memperbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau
direbus karena makanan mudah dicerna.
6. Membuat masakan agar lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi
terjaga.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA